VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK"

Transkripsi

1 VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003 yang telah dibangun (Lampiran 2) dapat digambarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang mencerminkan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga faktor pada tahun tertentu. Bila ditambah dengan pajak tidak langsung akan menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan. Tabel 20 menyajikan PDRB atas dasar harga faktor dari sisi penerimaan (supply side) dan menyajikan jumlah tenaga kerja menurut sektor-sektor ekonomi Kabupaten Siak pada tahun Dari 20 sektor yang ada dalam neraca sektor produksi SAM yang ada di Kabupaten Siak, dapat dikelompokkan dalam empat sektor utama perekonomian, yaitu: 1. Sektor pertanian yang mencakup bidang usaha pertanian tanaman pangan, pertanian tanaman lainnya, peternakan dan hasil-hasilnya, perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perkebunan besar, kehutanan dan perburuan, serta perikanan. 2. Sektor pertambangan dan penggalian yang biasanya merupakan bagian dari sektor industri, tetapi dalam kasus ini sengaja dipisahkan mengingat besarnya kontribusi bidang usaha pertambangan dan penggalian ini dalam perekonomian Kabupaten Siak. 3. Sektor industri yang mencakup bidang usaha industri kelapa sawit, industri makanan, minuman dan tembakau, dan industri pengolahan lainnya.

2 Sektor jasa yang mencakup listrik, gas dan air minum, perdagangan, jasa penunjang angkutan dan pergudangan, konstruksi, restoran dan perhotelan, transportasi, bank dan asuransi, real estate dan jasa perusahaan, pemerintahan, pertahanan, kesehatan, jasa sosial lain, jasa perseorangan, rumahtangga dan jasa lain. Tabel 20. Struktur PDRB dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Siak 2003 Sektor Produksi T K (Orang) T K (%) TK (%Nmigas) PDRB (Rp Juta) PDRB (%) PDRB (% NMigas) PERTANIAN Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil Hasilnya Perk. Kelapa Sawit Rakyat Perk. Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan PERTAMBANGAN &PENGGALIAN INDUSTRI Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman&Tembakau Industri Pengolahan Lainnya JASA Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Angkutan & Gudang Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Pert., Pddk., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa individu, RT, dan Jasa Lain Total Non Migas Total Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui bahwa perekonomian Kabupaten Siak didominansi oleh sektor pertambangan dan sektor industri yang masingmasing memberikan kontribusi pada PDRB sebesar persen dan 6.19 persen. Sedangkan sektor pertanian dan jasa relatif memberikan kontribusi yang kecil dalam PDRB yaitu masing-masing sebesar 3.77 persen dan 2.81 persen.

3 167 Walaupun sektor pertambangan dan industri pengolahan memiliki kontribusi terhadap PDRB yang jauh lebih besar dari sektor pertanian, namun secara absolut sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja. Secara ideal, pembangunan ekonomi seyogyanya diarahkan pada sektor yang memberikan kontribusi terhadap output perekonomian yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Pada kasus Kabupaten Siak, hal ini tidak terjadi. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Siak (87.23 persen) tetapi dalam hal penyerapan tenaga kerja memiliki kontribusi terkecil (10.42 persen). Di sisi lain sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan kerja (54.89 persen) hanya menduduki peringkat ke tiga setelah sektor industri dalam kontribusinya pada PDRB Kabupaten Siak (3.77 persen). Kondisi ekonomi seperti ini dapat menimbulkan permasalahan dalam jangka panjang karena akan menimbulkan kesenjangan pendapatan yang semakin mendalam antara sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rendah namun menyerap tenaga kerja banyak dengan sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja lebih sedikit. Di samping itu mengingat bahwa sektor pertambangan dan penggalian pada prinsipnya melibatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan, sehingga kontribusinya walaupun saat ini tinggi dalam perekonomian Kabupaten Siak tetapi dalam jangka panjang tidak dapat diharapkan kesinambungannya. Dengan demikian sektor pertanian bersama sama dengan sektor industri yang masing berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar persen dan persen dan memiliki

4 168 kontribusi dalam PDRB pada posisi ketiga (3.77 persen) dan kedua terbesar (6.19 persen) beralasan untuk mendapat prioritas dalam pembangunan ekonomi guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Kontribusi sektor pertanian dan sektor industri dalam perekonomian Kabupaten Siak tampak tinggi, apabila sektor migas (pertambangan dan penggalian) tidak diikutkan dalam perhitungan. Sektor pertanian menyumbang persen PDRB non migas dan menyerap tenaga kerja persen, sementara sektor perindustrian menyumbangkan persen PDRB nomigas dan menyerap tenaga kerja sebanyak persen. Dengan hanya mempertimbangkan sektor non migas sumbangan komoditas sawit dalam perekonomian Kabupaten Siak juga cukup signifikan yaitu menyumbang PDRB non migas sebesar 6.0 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar 9.43 persen Struktur Perdagangan Di samping dari aspek pertambahan output (pertumbuhan) dan penyerapan tenaga kerja, kinerja makro ekonomi juga diperlihatkan oleh nilai ekspor dan impor (ekspor netto) barang dan jasa oleh wilayah. Tabel 21 menyajikan struktur perdagangan Kabupaten Siak menurut sektoral pada tahun Berdasarkan Tabel 21, total ekspor Kabupaten Siak pada tahun 2003 sebesar Rp milyar dan total impor sebesar Rp milyar, sehingga ekspor netto sebesar Rp milyar. Secara agregat hanya ada dua sektor yang memberikan kontribusi positif terhadap ekspor netto dalam struktur perdagangan Kabupaten Siak yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian. Secara lebih rinci sektor dan subsektor yang memberikan

5 169 kontribusi positif terhadap ekspor netto adalah sektor pertambangan dan penggalian (130.4%), subsektor pertanian tanaman lainnya (1.1%), subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaaan besar (1.5%), kehutanan dan perburuan (1.2%), subsektor industri makanan, minuman & tembakau (1.8%) serta industri pengolahan kelapa sawit (0.3%). Tabel 21. Struktur Perdagangan Kabupaten Siak Tahun 2003 (Rp Juta) Sektor Produksi Ekspor Impor Net Ekspor PERTANIAN Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil Hasilnya Perk. Kelapa Sawit Rakyat Perk. Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan PERTAMBANGAN &PENGGALIAN INDUSTRI Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman&Tembakau Industri Pengolahan Lainnya JASA Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Angkutan & Gudang Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Pert., Pddk., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa individu, RT, dan Jasa Lain J u m l a h Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terbesar dalam netto ekspor di Kabupaten Siak yaitu sebesar hampir 6.5 milyar rupiah bahkan lebih besar dari total netto ekspor Kabupaten Siak yang berjumlah 4,98 milyar rupiah. Hal ini menegaskan kembali bahwa perekonomian Kabupaten Siak didominasi oleh sektor ini.

6 170 Kontributor utama dalam ekspor netto sektor pertanian adalah subsektor perkebunan kelapa sawit yang dikelola perkebunan besar, subsektor kehutanan dan subsektor pertanian tanaman lainnya (perkebunan dan hortikultura). Sedangkan untuk sektor industri meskipun secara keseluruhan memberikan kontribusi negatif terhadap ekspor netto tetapi untuk industri industri kelapa sawit dan industri makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi ekspor netto yang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa bahwa sektor atau subsektor tersebut dapat diandalkan bagi pengembangan ekonomi pada masa mendatang. Hal yang menarik dari Tabel 21 adalah komoditas sawit di Kabupaten Siak memberikan kontribusi ekpor netto yang positif baik dari sisi subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun dari sisi subsektor industri pengolahan kelapa sawitnya. Dengan kata lain, dari aspek struktur perdagangan, prioritas pembangunan pada agribisnis perkebunan kelapa sawit mempunyai legitimasi faktual untuk dilaksanakan di Kabupaten Siak Sumber Pendapatan Rumahtangga Dari Tabel Social Accounting Matrix (SAM) Kabupaten Siak 2003 juga dapat dijelaskan tentang sumber-sumber pendapatan rumahtangga, dalam studi ini dikelompokkan dalam 6 kelompok rumahtangga. Seperti dijelaskan pada Tabel 22, ke enam kelompok rumahtangga tersebut adalah buruh tani, pengusaha tani, rumahtangga desa pendapatan rendah, rumahtangga desa pendapatan tinggi, rumahtangga kota pendapatan rendah dan rumahtangga kota pendapatan tinggi. Sedangkan sumber sumber pendapatan rumahtangga berasal dari faktor produksi yang dialokasikan (tenaga kerja dan kapital) dan transfer pendapatan (transfer pendapatan dari rumahtangga lainnya, swasta, dan pemerintah).

7 171 Berdasarkan Tabel 22, sumber pendapatan utama ke enam kelompok rumahtangga tersebut didominasi oleh faktor produksi tenaga kerja. Faktor produksi kapital merupakan sumber pendapatan ke dua setelah faktor produksi tenaga kerja untuk semua kelompok rumahtangga, kecuali kelompok rumahtangga buruh tani. Khusus kelompok rumahtangga buruh tani sumber pendapatan ke duanya berasal dari transfer pendapatan yang berasal dari rumahtangga lainnya. Tabel 22. Sumber Pendapatan Rumahtangga di Kabupaten Siak Tahun 2003 (Rp Juta) Sumber Pendapatan Kelompok Faktor Produksi Transfer Pendapatan Rumahtangga Tenaga RT Kapital Swasta Pemerintah Kerja Lainnya Buruh Tani (77.5) (7.9) (9.4) (1.5) (3.8) Pengusaha Tani (80.8) (11.9) (3.7) (1.9) (1.6) RT Desa Pen. Rendah (77.2) (13.9) (4.6) (2.0) (2.3) RT Desa Pendapatan Tinggi (76.2) (18.3) (2.5) (2.4) (0.5) RT Kota Pendapatan Rendah (79) (13.4) (4.5) (2.0) (1.6) RT Kota Pendapatan Tinggi (81.6) (14.3) (1.3) (2.6) Sumber: SAM Siak 2003 (diolah) Keterangan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total Total (100) (100) (100) (100) (100) (0.2) (100) Sumber pendapatan yang berasal dari transfer pendapatan untuk semua kelompok rumahtangga didominasi oleh transfer pendapatan yang berasal dari rumahtangga lainnya, kecuali pada kelompok rumahtangga kota pendapatan tinggi. Bagi kelompok rumahtangga kota pendapatan tinggi sumber pendapatan yang berasal dari transfer pendapatan lebih didominasi oleh transfer pendapatan dari sektor swasta. Sedangkan transfer pendapatan yang berasal dari sumber pemerintah lebih didominasi dari kelompok rumahtangga buruh tani dan rumahtangga desa berpendapatan rendah.

8 Struktur Pengeluaran Rumahtangga Struktur pengeluaran rumahtangga Kabupaten Siak tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 23. Sebagian besar pendapatan seluruh kelompok rumahtangga, kecuali kelompok rumahtangga kota golongan atas dan kelompok rumahtangga desa golongan atas, digunakan untuk mengkonsumsi produkproduk industri pengolahan, diikuti dengan pengeluaran konsumsi atas produkproduk jasa dan produk-produk pertanian. Tabel 23. Struktur Pengeluaran Rumahangga di Kabupaten Siak Tahun 2003 (Rp Juta) Desa Kota Sektor Buruh Tani Pengusaha Tani RT Gol Bawah RT Gol Atas RT Gol Bawah RT Gol Atas PERTANIAN (18) (16) (17) (12) (15) (10) Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Prh.Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan PERTAMBANGAN &PENGGALIAN (0) (0) (0) (0) (0) (0) INDUSTRI PENGOLAHAN (49) (51) (49) (43) (45) (38) Industri Kelapa Sawit Ind. Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya JASA (33) (33) (34) (45) (40) (52) Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Per., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Individu, RT & Jasa Lain J u m l a h Sumber: SAM Kabupaten Siak 2003 (diolah) Keterangan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total pengeluaran

9 173 Kelompok rumahtangga baik yang berasal dari kota maupun desa ternyata mempunyai perilaku konsumsi yang sama, yaitu struktur pengeluaran rumahtangganya didominasi oleh sektor jasa lebih dulu baru sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Dari Tabel 23 dapat juga diungkapkan bahwa subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan besar, sektor pertambangan dan penggalian serta sub sektor jasa konstruki tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga. Hal ini disebabkan produk-produk dari perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan penggalian yang dihasilkan merupakan bahan mentah yang tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga. Sementara itu, subsektor jasa konstruki merupakan barang publik yang dikonsumsi masyarakat tanpa mengeluarkan biaya, namun rumahtangga turut membiayai melalui pajak yang mereka keluarkan Peranan perkebunan kelapa sawit terhadap pertambahan output bruto dan distribusi pendapatan. Dalam studi ini untuk memperoleh gambaran tentang peranan komoditas kelapa sawit khususnya perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pertambahan output bruto dan distribusi pendapatan digunakan analisis pengganda. Analisis ini juga digunakan untuk melihat dampak yang akan terjadi terhadap variabelvariabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada neraca eksogen, seperti terjadinya peningkatan investasi pemerintah di sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan kelapa sawit. Tujuh jenis hasil analisis pengganda disajikan untuk menggambarkan dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit, khususnya kelapa sawit rakyat

10 174 terhadap kinerja ekonomi Kabupaten Siak, yaitu: output multiplier, factorial multiplier, value added multiplier, other lingkages multiplier (forward and backward linkages), household income multiplier, private income multiplier, dan government income multiplier Pengganda Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah, dan Faktor Produksi Tabel 24 menyajikan hasil analisis pengganda output bruto, pengganda keterkaitan (keterkaitan ke depan dan ke belakang), pengganda nilai tambah, dan pengganda faktorial (tenaga kerja dan kapital). Berdasarkan Tabel 19, koefisien pengganda output bruto seluruh sektor selalu lebih besar dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada setiap sektor akan meningkatkan output bruto masing-masing sektor lebih besar dari 1 miliar rupiah. Dari Tabel 24 dapat dilihat dari koefisien pengganda output bruto sektor yang memiliki koefisien tertinggi berturut turut adalah subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan, serta subsektor industri makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan subsektor yang memiliki koefisien terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (Tabel 24). Berbagai subsektor di sektor pertanian memiliki koefisien pengganda output bruto berkisar antara Koefisien-koefisien pengganda ini memberi arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor subsektor pertanian tersebut akan meningkatkan output bruto sebesar miliar rupiah.

11 175 Tabel 24. Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial di Kabupaten Siak Tahun 2003 Sektor Output Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Nilai Tambah Tenaga Kerja Faktorial Kapital Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi (1.43) 0.01 (0.15) 0.16 Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Individu, RT dan Jasa Lain J u m l a h Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda output bruto lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, adapun yang terendah adalah subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat memiliki koefisien pengganda output bruto sebesar 1.12, yang mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut akan meningkatkan output bruto sebesar 1.12 miliar rupiah. Adapun untuk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1 miliar rupiah. Sedangkan pada sektor hilir dari kelapa sawit ini, yaitu industri pengolahan kelapa sawit setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di subsektor industri

12 176 pengolahan kelapa sawit akan meningkatkan output bruto juga sebesar 1.15 miliar rupiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan output bruto. Berdasarkan koefisien pengganda keterkaitan ke depan berturut turut subsektor industri pengolahan lainnya, subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor jasa restoran dan perhotelan memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Sedangkan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan terkecil dibandingkan 20 subsektor lainnya. Dari sisi koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berturut turut subsektor jasa perdagangan, penunjang angkutan dan pergudangan, subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat serta subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar memiliki koefisien tertinggi di bandingkan dengan sektor sektor lainnya. Pada sektor pertanian koefisien pengganda keterkaitan ke depan berkisar antara , sedangkan koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berkisar antara Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan yang lebih besar daripada subsektor pertanian lainnya, sedangkan yang terendah tetap pada subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perkebunan besar berturut turut memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke belakang tertinggi, sedangkan yang terendah adalah dari subsektor perikanan.

13 177 Dari sisi sektor industri pengolahan, subsektor industri pengolahan kelapa sawit memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan terendah, tetapi memiliki koefisen pengganda keterkaitan ke belakang yang paling tinggi, bahkan menduduki urutan ke dua tertinggi dari 20 sektor yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit terbukti mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kabupaten Siak. Dalam hal keterkaitan ke belakang di Kabupaten Siak industri pengolahan kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit rakyat, dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar masing masing menduduki urutan ke 2, 4 dan 5 di antara ke 20 sektor lainnya. Hanya pada subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan relatif kecil mendekati 0, hal ini dapat dipahami karena hampir semua hasil produk perkebunan kelapa sawit perusahaan besar biasanya langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku industri untuk pengolahan CPO pada pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang dimiliki oleh perkebunan kelapa sawit perusahaan besar itu sendiri. Dengan demikian peran komoditas sawit dalam perekonomian Kabupaten Siak sangat penting, karena keterkaitannya baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Dari aspek pengganda nilai tambah, berturut turut subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, sektor pertambangan dan penggalian, subsektor pertanian tanaman lainnya, dan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar memiliki

14 178 koefisien pengganda nilai tambah lebih besar dibandingkan 20 sektor lainnya. Sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor pertanian tanaman lainnya dan subsektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar berturut-turut memiliki koefisien nilai tambah sebesar 1.28, 0.87 dan Sedangkan subsektor perikanan merupakan subsektor pertanian yang memiliki koefisien pengganda nilai tambah yang paling rendah dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya. Dari sisi sektor industri pengolahan, nilai koefisien nilai tambah industri pengolahan kelapa sawit masih lebih tinggi dari industri pengolahan lainnya dan masih kalah sedikit dari industri makanan, minuman dan tembakau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan kelapa sawit khususnya kelapa sawit rakyat sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak mengingat komoditas ini mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, bahkan untuk subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat mempunyai nilai tertinggi di antara 20 sektor perekonomian lainnya. Dari aspek pengganda faktor produksi, subsektor pertanian secara keseluruhan, kecuali pada subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor perikanan, masih memiliki koefisien pengganda tenaga kerja yang lebih besar dari koefisien pengganda kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang padat tenaga kerja (labor intensive). Dengan demikian baik perkebunan kelapa sawit perkebunan besar maupun perkebunan kelapa sawit rakyat juga masih bersifat padat tenaga kerja, hanya saja perkebunan kelapa sawit rakyat penggunaan tenaga kerjanya lebih intensif dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit perkebunan besar.

15 179 Adapun sektor sangat padat kapital (capital intensive) di Kabupaten Siak adalah berturut- turut sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa real estate dan jasa perusahaan, industri pengolahan lainnya, jasa perorangan dan jasa transportasi. Adapun sektor industri pengolahan kelapa sawit ternyata juga masih bersifat padat tenaga kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi yang melibatkan komoditas kelapa sawit adalah tergolong sangat strategis di Kabupaten Siak, mengingat banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalam sektor ini baik di subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di subsektor industri pengolahan kelapa sawit. Mengacu pada pemaparan hasil analisis dari Tabel 24 dapat diuraikan dengan jelas urutan subsektor yang menempati urutan teratas sampai terbawah apabila dilakukan perankingan. Hasil ranking subsektor berdasarkan koefisien pengganda output bruto, keterkaitan dan nilai tambah disajikan pada Tabel 25. Berdasarkan Tabel 25, ada dua subsektor yang menempati peringkat pertama yaitu subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor industri makanan, minuman dan tembakau skala kecil. Subsektor yang menempati urutan terakhir adalah sektor jasa perbankan dan asuransi. Sedangkan untuk komoditas sawit yaitu subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor industri kelapa sawit, dan susektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar masing-masing menduduki peringkat 6, 7 dan 10.

16 180 Tabel 25. Ranking Sektor Produksi Berdasarakan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003 Sektor Output Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Nilai Tambah Total Ranking Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Individu, RT dan Jasa Lain Apabila pemeringkatan atas koefisien pengganda output, keterkaitan dan nilai tambah ini dilakukan per sektor pertanian saja maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Ranking Subsektor di Sektor Pertanian Berdasarkan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Kabupaten Siak Tahun 2003 Keterkaitan Nilai Sektor Output Ke Depan Ke Belakang Tambah Total Ranking Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan

17 181 Berdasarkan Tabel 26, subsektor pertanian tanaman pangan dan pertanian tanaman lainnya sama sama menduduki peringkat pertama dilihat dari dampaknya terhadap output bruto, keterkaitan dan nilai tambah secara bersamasama. Sedangkan perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan besar masing masing berada pada peringkat 2 dan 4. Berdasarkan hasil temuan ini dapat dinyatakan bahwa apabila pembangunan ditujukan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral yang selektif, maka pembangunan hendaknya diprioritaskan pada sektor pertanian bersama sama dengan sektor industri di samping sektor pertambangan penggalian. Di sektor pertanian masing-masing subsektor tanaman pangan, pertanian tanaman lainnya dan perkebunan kelapa sawit rakyat perlu mendapat prioritas utama. Sedangkan di sektor industri pengolahan baik dari sub sektor industri makanan minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya dan industri pengolahan kelapa sawit juga merupakan subsektor yang perlu mendapat perhatian utama. Tabel 27 memberikan informasi tambahan tentang subsektor yang memiliki koefisien pengganda terbesar di masing-masing sektor. Tabel 27. Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Kabupaten Siak 2003 Sektor Pertanian Industri Pengolahan & Pertambangan Jasa Keterkaitan Output Bruto Ke Depan Ke Belakang Tanaman Pangan Industri Pengolahan lainnya Restoran dan Hotel Tanaman Pangan Industri Pengolahan lainnya Restoran dan Hotel Kelapa Sawit Rakyat Industri Pengolahan Kelapa Sawit Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Nilai Tambah Kelapa Sawit Rakyat Pertambangan dan Penggalian Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Faktor Produksi Tenaga Kapital Kerja Kelapa Sawit Kehutanan Rakyat Industri Pertambangan Makanan, dan Minuman & Penggalian Tembakau Perdagangan, Penunjang Angkutan & Pergudangan Real Estate dan Jasa Perusahaan

18 182 Dengan memperhatikan temuan temuan di atas maka pembangunan ekonomi di Kabupaten Siak dapat menyandarkan prioritas pengembangannya pada subsektor subsektor pertanian tanaman pangan, industri makanan, minuman dan tembakau, industri pengolahan lainnya, pertanian tanaman lainnya, pertambangan dan penggalian dan jasa konstruksi serta jasa restoran dan hotel. Di samping sektor-sektor tersebut, sektor yang menjanjikan untuk mendapatkan perhatian utama dalam pengembangannya melibatkan komoditas sawit yang dapat dijumpai pada subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor industri pengolahan kelapa sawit dan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar yang berdasarkan peringkat berturut turut ada pada peringkat 6, 7 dan 10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan dan pengembangan kelapa sawit baik di sektor hulunya berupa perkebunan kelapa sawit rakyat ataupun perkebunan kelapa sawit perusahaan besar maupun di sektor hilirnya berupa industri pengolahan kelapa sawit sangatlah tepat bagi perekonomiaan Kabupaten Siak. Hal ini dapat diindikasikan dari bukti bahwa komoditas ini dapat meningkatkan output bruto, mempunyai koefisien pengganda nilai tambah yang tinggi, memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sektor-sektor perekonomian lain baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang, dan mengingat banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalam sektor ini. Apalagi dengan melihat peran subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat yang mempunyai nilai tertinggi dalam hal nilai tambah dan faktorial tenaga kerja di antara 20 sektor perekonomian lainnya. Begitu juga dengan subsektor industri pengolahan kelapa sawit yang mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke belakang terbesar ke dua diantara 20 sektor yang ada setelah sektor jasa perdagangan & jasa penunjang angkutan.

19 Pengganda Pendapatan Rumahtangga Untuk memperoleh gambaran tentang distribusi pendapatan rumahtangga, Tabel 28 menyajikan hasil analisis koefisien pengganda pendapatan rumahtangga menurut sektor produksi. Berdasarkan Tabel 28, dampak peningkatan output di sektor pertanian terhadap pendapatan rumahtangga secara umum lebih besar daripada sektor-sektor lainnya. Subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, pertanian tanaman lainnya dan subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar berturut turut merupakan 3 subsektor yang memiliki pengganda pendapatan rumahtangga terbesar diantara 20 subsektor lainnya untuk semua jenis golongan rumahtangga. Tabel 28. Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga di Kabupaten Siak Tahun 2003 Sektor Buruh Tani Pengusaha Tani Desa RT Gol Bawah RT Gol Atas RT Gol Bawah Kota RT Gol Atas Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Prh. Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Pdgangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi (0.02) (0.05) (0.02) (0.01) (0.04) (0.02) Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Perth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Individu, RT dan Jasa Lain J u m l a h Dari sisi komoditas kelapa sawit, masing masing perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perkebunan besar dan industri kelapa

20 184 sawit menduduki peringkat 1, 3 dan 8 di antara ke 20 subsektor lainnya dalam pengganda pendapatan rumahtangga di hampir semua jenis golongan rumahtangga. Peningkatan output pada komoditas sawit ini mempunyai dampak terbesar berturut turut pada kelompok rumahtangga desa pengusaha tani, kelompok rumahtangga kota golongan atas, kelompok rumahtangga kota golongan bawah, dan relatif merata untuk kelompok rumahtangga desa buruh tani, kelompok rumahtangga desa golongan bawah dan kelompok rumahtangga desa golongan atas. Dari temuan ini, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan besaran nilai pengganda pendapatan golongan rumahtangga, pengembangan agribisnis kelapa sawit dari hulu ke hilir, khususnya pengembangan kelapa sawit rakyat yang ditunjukkan oleh nilai pengganda pendapatan tertinggi di antara 20 sektor lainnya, patut dipertimbangkan dari sisi dampaknya terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga maupun dari sisi upaya mewujudkan distribusi pendapatan yang lebih merata Pengganda Pendapatan Swasta dan Pemerintah Pekebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar bukanlah merupakan sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perolehan pendapatan swasta dan pemerintah. Sektor/subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perolehan pendapatan swasta dan pemerintah di Kabupaten Siak adalah sektor pertambangan dan penggalian, dan subsektor kehutanan dan perburuan. Subsektor industri kelapa sawit sebagai subsektor yang menggunakan input dari perkebunan kelapa sawit (rakyat dan perusahaan besar) menduduki peringkat

21 185 ketiga dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan swasta dan pemerintah di Kabupaten Siak (Tabel 29). Tabel 29. Koefisien Pengganda Pendapatan Swasta dan Pemerintah di Kabupaten Siak Tahun 2003 Sektor Swasta Pemerintah Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik Gas dan Air Minum Perdagangan Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerintahan Pertahanan Pendidikan Kesehatan Jasa Sosial Lain Jasa Perseorangan Rumahtangga dan Jasa Lain J u m l a h Seperti telah diungkapkan sebelumnya subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar merupakan subsektor yang mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan seluruh rumahtangga di Kabupaten Siak. Apabila pengembangan produk primer diikuti dengan pengembangan industri pengolahan kelapa sawit, maka kelapa sawit tidak saja akan menjadi subsektor yang mampu mewujudkan perolehan pendapatan rumahtangga yang tinggi dan relatif merata dibandingkan dengan sektor/subsektor lainnya. Subsektor ini juga akan mampu meningkatkan pendapatan pemerintah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pembangunan, sehingga akan terwujud sasaran pembangunan yang ideal, yaitu

22 186 pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan distribusi pendapatan yang merata Dekomposisi Pengganda Output Bruto Penjelasan tentang koefisien pengganda seperti telah dikemukakan sebelumnya hanya menggambarkan besarnya pengaruh global akibat adanya injeksi pada suatu sektor yang ditransmisikan ke sektor lainnya. Besarnya pengaruh global tersebut sebenarnya terjadi melalui sejumlah tahapan. Dengan melakukan analisis dekomposisi pengganda (decomposition multiplier) tahapantahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas. Analisis dokomposisi pengganda menguraikan nilai pengganda menjadi tiga komponen, yakni: Pertama, pengganda transfer, yang menggambarkan dampak pengganda netto yang ditimbulkan akibat adanya tambahan transfer dari neraca eksogen terhadap sekumpulan neraca tertentu; Kedua, open loop multiplier atau pengganda silang, yang menangkap dampak silang (cross effect) antara neraca yang berbeda; dan Ketiga, pengganda closed loop, yang menggambarkan dampak pengganda dengan adanya aliran dana dari neraca eksogen pada neraca endogen dan kembali ke neraca semula. Karena fokus dari studi ini adalah pengembangan kelapa sawit rakyat, maka pembahasan tentang hasil analisis pengganda ditekankan pada dekomposisi pengganda perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan kelapa sawit. Tabel 30 menyajikan hasil analisis dekomposisi pengganda perkebunan kelapa sawit rakyat.

23 187 Tabel 30. Dekomposisi Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Siak Tahun 2003 Neraca Asal Injeksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfe r Koefisien Pengganda Open Loop Closed Loop Tenaga Kerja Modal Buruh Tani Pengusaha Tani Rumahtangga Desa Pendapatan Rendah Rumahtangga Desa Pendapatan Tinggi Rumahtangga Kota Pendapatan Rendah Rumahtangga Kota Pendapatan Tinggi Perusahaan Pemerintah Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Prth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Perseorangan, Rumahtangga dan Jasa Lain Total Total Berdasarkan Tabel 30, adanya injeksi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat ternyata meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja dengan dampak yang lebih besar dari faktor produksi kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan kelapa sawit rakyat memang masih bersifat labor intensive. Injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat akan meningkatkan penerimaan tenaga kerja sebesar miliar rupiah. Peningkatan penerimaan tenaga kerja sebesar miliar rupiah akibat adanya injeksi pada sektor sektor perkebunan kelapa sawit rakyat, merupakan

24 188 kontribusi dari dampak pengganda silang sebesar miliar rupiah dan dampak penggada closed loop miliar rupiah. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat (misalnya akibat peningkatan ekspor) akan meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja sebesar miliar rupiah setelah dampak injeksi melalui seluruh sistem blok faktor produksi dan institusi, dan miliar rupiah setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula. Peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat juga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga desa pengusaha tani sebesar miliar rupiah dan golongan rumahtangga kota berpendapatan rendah sebesar miliar rupiah. Besarnya peningkatan penerimaan rumahtangga desa pengusaha tani diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah pemilik perkebunan kelapa sawit rakyat, sehingga besarnya peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat ini akan meningkatkan pendapatan pada rumahtangga desa pengusaha tani lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga lainnya. Peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan rumahtangga rumahtangga kota golongan rendah, sebesar miliar rupiah, dampak terbesar ke dua setelah rumahtangga desa pengusaha tani. Peningkatan pendapatan rumahtangga kota berpendapatan rendah sebesar miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak silang miliar rupiah dan dampak closed loop miliar rupiah akibat peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah.

25 189 Berdasarkan Tabel 30 juga dapat diungkapkan dampak peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap blok sektor produksi. Dari tabel tersebut dapat diungkapkan bahwa 1 miliar rupiah peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat akan meningkatkan penerimaan total produksi sektoral sebesar miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap pertumbuhan ekonomi cukup besar, karena peningkatan pendapatan perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 milyar dapat meningkatkan pendapatan ekonomi sektoral secara keseluruhan lebih dari lima kali lipatnya. Peningkatan penerimaan total produksi sektoral miliar rupiah akibat injeksi peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak pengganda transfer miliar rupiah dan dampak silang sebesar miliar rupiah dan pengganda closed loop miliar rupiah. Hasil analisis yang menarik adalah sektor lainnya yang mengalami peningkatan penerimaan paling besar akibat adanya injeksi sebesar 1 miliar rupiah terhadap perkebunan kelapa sawit rakyat ini adalah sektor industri pengolahan lainnya, sebesar miliar rupiah. Besarnya peningkatan penerimaan sektor industri pengolahan lainnya karena sektor ini merupakan pemasok utama bahan input berupa pupuk, pestisida dan lain-lainnya. Keterkaitan ke belakang perkebunan kelapa sawit rakyat yang sangat besar dengan sektor industri pengolahan lainnya mendorong peningkatan penerimaan pada sektor industri pengolahan lainnya cukup besar akibat dari peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit rakyat. Selanjutnya dampak peningkatan pendapatan pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah dapat dilihat pada Tabel 31.

26 190 Tabel 31. Dekomposisi Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar di Kabupaten Siak Tahun 2003 Neraca Asal Injeksi Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfe r Koefisien Pengganda Open Loop Closed Loop Tenaga Kerja Modal Buruh Tani Pengusaha Tani Rumahtangga Desa Pendapatan Rendah Rumahtangga Desa Pendapatan Tinggi Rumahtangga Kota Pendapatan Rendah Rumahtangga Kota Pendapatan Tinggi Perusahaan Pemerintah Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Prth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Perseorangan, Rumahtangga dan Jasa Lain Total Total Serupa dengan dampak yang terjadi pada kelapa sawit rakyat, injeksi pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar ternyata juga meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja dengan dampak yang

27 191 lebih besar dari faktor produksi kapital. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan kelapa sawit perusahaan besar juga masih bersifat labor intensive. Injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar akan meningkatkan penerimaan tenaga kerja sebesar miliar rupiah. Peningkatan penerimaan tenaga kerja sebesar miliar rupiah akibat adanya injeksi pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar, merupakan kontribusi dari dampak pengganda silang sebesar miliar rupiah dan dampak pengganda closed loop miliar rupiah. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (misalnya akibat peningkatan ekspor) akan meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja sebesar miliar rupiah setelah dampak injeksi melalui seluruh sistem blok faktor produksi dan institusi, dan miliar rupiah setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula. Peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar, hampir sama dengan pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat juga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga desa pengusaha tani dan rumahtangga kota berpendapatan rendah. Besarnya peningkatan penerimaan rumahtangga desa pengusaha tani diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah pemilik perkebunan kelapa sawit rakyat yang juga sekaligus merupakan mitra dari perkebunan kelapa sawit perusahaan besar. Sehingga besarnya peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar ini akan juga meningkatkan pendapatan rumahtangga desa pengusaha tani lebih besar daripada rumahtangga lainnya. Peningkatan

28 192 pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan rumahtangga pengusaha tani sebesar miliar rupiah. Selanjutnya peningkatan pendapatan pada sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan rumahtangga rumahtangga kota golongan rendah, sebesar miliar rupiah, dampak terbesar ke dua setelah rumahtangga desa pengusaha tani. Peningkatan pendapatan rumahtangga kota berpendapatan rendah sebesar miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak silang miliar rupiah dan dampak closed loop miliar rupiah akibat peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah. Selanjutnya peningkatan pendapatan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar 1 miliar rupiah juga akan meningkatkan penerimaan rumahtangga kota berpendapatan tinggi, buruh tani, rumahtangga desa berpendapatan rendah dan rumahtangga desa berpendapatan tinggi masingmasing sebesar miliar rupiah, miliar rupiah, miliar rupiah, dan miliar rupiah. Sementara itu, peningkatan pendapatan pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan total produksi sektoral miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak pengganda transfer miliar rupiah dan dampak silang sebesar miliar rupiah dan pengganda closed loop miliar rupiah. Berikutnya akan dijelaskan hasil analisis dekomposisi pengganda industri pengolahan kelapa sawit (Tabel 32). Sama halnya dengan perkebunan kelapa sawit rakyat dan perusahaan besar yang menunjukkan bahwa injeksi pada

29 193 industri pengolahan kelapa sawit meningkatkan penerimaan faktor produksi tenaga kerja lebih besar daripada penerimaan faktor produksi kapital. Tabel 32. Dekomposisi Pengganda Industri Kelapa Sawit di Kabupaten Siak Tahun 2003 Neraca Asal Injeksi Industri Kelapa Sawit Dampak Injeksi Terhadap Neraca Lainnya Injeksi Transfer Koefisien Pengganda Open Loop Closed Loop Tenaga Kerja Modal Buruh Tani Pengusaha Tani Rumahtangga Desa Pendapatan Rendah Rumahtangga Desa Pendapatan Tinggi Rumahtangga Kota Pendapatan Rendah Rumahtangga Kota Pendapatan Tinggi Perusahaan Pemerintah Pertanian Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Lainnya Peternakan dan Hasil-Hasilnya Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Kehutanan dan Perburuan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Kelapa Sawit Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Pengolahan Lainnya Listrik, Gas dan Air Minum Perdagangan, Jasa Penunjang Angkutan & Pergudangan Konstruksi Restoran & Perhotelan Transportasi Bank & Asuransi Real Estate dan Jasa Perusahaan Pem., Prth., Pend., Kes., Jasa Sosial Lain Jasa Perseorangan, Rumahtangga dan Jasa Lain Total Total Injeksi pada sektor industri pengolahan kelapa sawit memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga desa pengusaha tani dan rumahtangga kota berpendapatan rendah. Besarnya peningkatan penerimaan rumahtangga desa pengusaha tani diduga karena merupakan mitra dari perkebunan kelapa

30 194 sawit perusahaan besar. Sehingga besarnya peningkatan pendapatan sektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar ini akan juga meningkatkan pendapatan rumahtangga desa pengusaha tani lebih besar daripada rumahtangga lainnya. Injeksi pada sektor industri pengolahan kelapa sawit disamping meningkatkan pendapatan sektor ini sendiri, juga memberikan dampak terhadap sektor lainnya melalui efek keterkaitan ke depan dan ke belakang. Adapun sektor yang memperoleh dampak positif terbesar apabila terjadi peningkatan pendapatan pada sektor industri pengolahan kelapa sawit adalah industri pengolahan lainnya, dan industri makanan, minuman dan tembakau. Industri pengolahan kelapa sawit yang sebagian besar menghasilkan produk yang belum siap dikonsumsi (bahan setengah jadi) seperti CPO dan PKO pada dasarnya digunakan sebagai bahan baku bagi industri-industri pengolahan lainnya, seperti industri sabun, kosmetik, dan obat-obatan. Oleh karenanya peningkatan pendapatan pada industri pengolahan kelapa sawit juga memberikan dampak yang besar terhadap peningkatan pendapatan sektor industri pengolahan lainnya. Secara total, peningkatan pendapatan pada industri pengolahan kelapa sawit sebesar 1 miliar rupiah akan meningkatkan penerimaan total produksi sektoral miliar rupiah, merupakan kontribusi dari dampak pengganda transfer miliar rupiah dan dampak silang sebesar miliar rupiah dan pengganda closed loop miliar rupiah Pengaruh Global, Langsung dan Total Subsektor Perkebunan dan Industri Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Rumahtangga Untuk mengetahui besarnya pengaruh global, langsung, dan total subsektor perkebunan dan industri kelapa sawit terhadap pendapatan berbagai

31 195 golongan rumahtangga digunakan analisis jalur struktural (structural path analysis, SPA). Analisis jalur struktural adalah metode untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Menurut Defourny and Thorbecke (1988), dan Thorbecke and collaborators, 1992 in Isard et al. (1998) metode SPA membuka black box yang tidak dapat dijelaskan oleh besaran pengganda (multiplier). Analisis jalur struktural yang dilakukan dalam studi ini difokuskan pada pengaruh injeksi yang diberikan kepada subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat, subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar, dan subsektor industri kelapa sawit secara parsial sebagai jalur awal terhadap pendapatan institusi rumahtangga sebagai tujuan. Besarnya koefisien pengaruh dalam SPA menunjukkan besaran pengeluaran yang menghubungkan dua titik dengan menggunakan pendekatan kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity) Pengaruh Global, Langsung dan Total Subsektor Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Terhadap Pendapatan Rumahtangga Gambar 10 menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan pengaruh global dan pengaruh langsung yang berawal dari sektor perkebunan kelapa sawit rakyat menuju institusi-institusi rumahtangga tertentu. Selanjutnya detail dari besar pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari industri makanan, minuman dan tembakau skala kecil menuju institusi-institusi rumahtangga tertentu disajikan pada Tabel 33. Dari Gambar dan Tabel 33 dapat diungkapkan bahwa subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) memberikan pengaruh global terbesar terhadap rumahtangga pengusaha tani (RPT) yakni sebesar Nilai ini memberikan arti bahwa peningkatan penerimaan PKSR sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RPT sebesar 35.9 rupiah.

32 196 RPT RDPT RDPT TK PKSR TK RKPR RBT PKSR RKPR RPT RKPT RKPT (a) (b) PKSR TK PKSR TK RDPT RDPR (d) RKPR (c) RPT PKSR TK RKPR PKSR TK RKPT RDPT (f) RKPT (e) Gambar 9a, b, c, d, e, f. Structural Path Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Siak Tahun 2003 Selanjutnya pengaruh global lainnya dari perkebunan kelapa sawit rakyat ini berturut-turut pada rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR), rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), rumah tangga buruh tani (RBT), rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR) dan rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT).

33 197 Tabel 33. Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Siak Tahun 2003 Jalur Awal Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (PKSR) Jalur Pengaruh Jalur Pengaruh Pengganda Pengaruh Tujuan Global Dasar Langsung Jalur Total Persen RBT PKSR-TK-RBT PKSR-TK-RPT-RBT PKSR-TK-RDPT RBT PKSR-TK-RKPR-RBT PKSR-TK-RKPT-RBT RPT PKSR-TK-RPT PKSR-TK-RDPT RPT PKSR-TK-RKPR-RPT PKSR-TK-RKPT-RPT RDPR PKSR-TK-RDPR PKSR-TK-RKPR-RDPR RDPT PKSR-TK-RDPT RKPR PKSR-TK-RKPR PKSR-TK-RPT-RKPR PKSR-TK-RDPT RKPR PKSR-TK-RKPT-RKPR RKPT PKSR-TK-RKPT Ada empat jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga pengusaha tani (RPT) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RPT. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga desa golongan atas (RDPT) yang memberikan tambahan pendapatan 0.50 persen terhadap pendapatan RPT. Ketiga, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota golongan rendah (RKPR) yang memberikan tambahan pendapatan 1.20 persen terhadap pendapatan RPT. Dan Keempat, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota golongan atas (RKPT) yang memberikan tambahan pendapatan 0.60 persen terhadap pendapatan RPT. Injeksi terhadap PKSR berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga kota pendapatan rendah (RKPR) dengan pengaruh global sebesar Hal ini berarti bahwa peningkatan penerimaan PKSR sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RKPR sebesar 29.1 rupiah. Ada

34 198 empat jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) di Kabupaten Siak, semuanya melewati faktor produksi tenaga kerja ada yang langsung menuju RKPR dan ada yang menuju institusi lainnya dahulu. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPR. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga pengusaha tani (RPT) yang memberikan tambahan pendapatan 1 persen terhadap pendapatan RKPR. Ketiga, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga desa pendapatan tinggi (RDPT) yang memberikan tambahan pendapatan 0.50 persen terhadap pendapatan RKPR. Keempat, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) yang memberikan tambahan pendapatan 0.80 persen terhadap pendapatan RKPR. Pada rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), injeksi terhadap PKSR sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga kota pendapatan tingi (RKPT) sebesar 13.4 rupiah. Hanya ada satu jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) di Kabupaten Siak, yaitu melewati faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPT. Besarnya pengaruh global dari injeksi terhadap PKSR sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga buruh tani (RBT) sebesar 11.8 rupiah. Ada lima jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga buruh tani (RBT) di Kabupaten Siak, semuanya melewati faktor produksi tenaga kerja ada yang langsung menuju RBT dan ada yang menuju institusi lainnya dahulu. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan

35 199 tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RBT. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga pengusaha tani (RPT) yang memberikan tambahan pendapatan 2 persen terhadap pendapatan RBT. Ketiga, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga desa pendapatan tinggi (RDPT) yang memberikan tambahan pendapatan 1 persen terhadap pendapatan RBT. Keempat, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) yang memberikan tambahan pendapatan 3.10 persen terhadap pendapatan RBT. Kelima, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) yang memberikan tambahan pendapatan 1.60 persen terhadap pendapatan RBT.. Injeksi terhadap PKSR berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR) dengan pengaruh global sebesar Hal ini berarti bahwa peningkatan penerimaan PKSR sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RDPR sebesar 11.5 rupiah. Ada dua jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga desa pendapatan rendah (RKPR) di Kabupaten Siak, semuanya melewati faktor produksi tenaga kerja ada yang langsung menuju RKPR dan ada yang menuju institusi rumahtangga kota pendapatan rendah terlebih dahulu. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan 95.0 persen terhadap pendapatan RDPR. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) yang memberikan tambahan pendapatan 1.60 persen terhadap pendapatan RDPR. Pada rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT), injeksi terhadap PKSR sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga desa

36 200 pendapatan tinggi (RDPT) sebesar 10.6 rupiah. Hanaya ada satu jalur yang dilalui dari PKSR menuju rumahtangga desa pendapatan tinggi (RDPT) di Kabupaten Siak, yaitu melewati faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 97.0 persen terhadap pendapatan RDPT Pengaruh Global, Langsung dan Total Subsektor Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Terhadap Pendapatan Rumahtangga Sama halnya dengan pengaruh global PKSR, dari Tabel 34 dan gambar 10 dapat diketahui bahwa subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (PKSPB) ternyata juga memberikan pengaruh global terbesar terhadap rumahtangga pengusaha tani (RPT), yakni sebesar Nilai ini memberikan arti bahwa peningkatan penerimaan PKSPB sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RPT di Kabupaten Siak sebesar 21.3 rupiah. Tabel 34. Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar di Kabupaten Siak Tahun 2003 Jalur Awal Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar (PKSPB) Jalur Pengaruh Jalur Pengaruh Pengganda Pengaruh Tujuan Global Dasar Langsung Jalur Total Persen RBT PKSPB-TK-RBT PKSPB-TK-RPT-RBT PKSPB-TK-RKPR-RBT RPT PKSPB-TK-RPT PKSPB-TK-RKPR-RPT PKSPB-PKSR-TK-RPT PKSPB-LGAM-TK-RPT PKSPB-RESTO-TK-RPT RDPR PKSPB-TK-RDPR RDPT PKSPB-TK-RDPT RKPR PKSPB-TK-RKPR PKSPB-TK-RPT-RKPR PKSPB-TK-RKPT-RKPR PKSPB-PKSR-TK-RKPR PKSPB-LGAM-TK-RKPR PKSPB-RESTO-TK-RKPR RKPT PKSPB-TK-RKPT

37 RKPR 201 RPT PKSPB TK RBT LGAM TK PKSPB PKSR RPT RKPR (a) (b) RESTO PKSPB TK RDPR PKSPB TK RDPT RPT (c) (d) LGAM TK PKSPB TK RKPT PKSPB RKPR PKSR RKPT (f) (e) RESTO Gambar 10a, b, c, d, e, f. Structural Path Perkebunan Kelapa Sawit Perusahaan Besar Selanjutnya pengaruh global lainnya dari perkebunan kelapa sawit perusahaan besar ini ternyata juga sama dengan pengaruh global dari perkebunan kelapa sawit rakyat berturut-turut pada rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR), rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), rumah tangga buruh tani (RBT), rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR) dan rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT).

38 202 Dari gambar 10 dan tabel 34 terlihat ada lima jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga pengusaha tani di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RPT. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga kota golongan rendah (RKPR) yang memberikan tambahan pendapatan 1.10 persen terhadap pendapatan RPT. Ketiga, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 0.80 persen terhadap pendapatan RPT. Keempat, melalui subsektor listrik, gas, dan air minum (LGAM) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.40 persen terhadap pendapatan RPT. Kelima, melalui subsektor hotel dan restoran (RESTO) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 1.40 persen terhadap pendapatan RPT. Injeksi pada subsektor perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (PKSPB) sebesar ternyata memberikan pengaruh global terhadap rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) sebesar 17.3 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 34, terlihat ada enam jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPR. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga pengusaha tani (RPT) yang memberikan tambahan pendapatan 1.00 persen terhadap pendapatan RKPR. Ketiga, melalui faktor produksi tenaga kemudian menuju RKPT yang memberikan tambahan pendapatan 0.70 persen terhadap pendapatan RKPR. Keempat, melalui

39 203 subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 0.80 persen terhadap pendapatan RKPR. Kelima, subsektor listrik, gas, dan air minum (LGAM) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.40 persen terhadap pendapatan RKPR. Keenam, melalui subsektor hotel dan restoran (RESTO) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 1.40 persen terhadap pendapatan RKPR. Pada rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), injeksi terhadap PKSPB sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga kota pendapatan tingi (RKPT) sebesar 8 rupiah. Hanya ada satu jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) di Kabupaten Siak, yaitu melewati faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPT. Besarnya pengaruh global dari injeksi terhadap PKSPB sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga buruh tani (RBT) sebesar 7 rupiah. Ada tiga jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga buruh tani (RBT) di Kabupaten Siak, semuanya melewati faktor produksi tenaga kerja ada yang langsung menuju RBT dan ada yang menuju institusi lainnya dahulu. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan 83.6 persen terhadap pendapatan RBT. Kedua, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju rumahtangga pengusaha tani (RPT) yang memberikan tambahan pendapatan 1.8 persen terhadap pendapatan RBT. Ketiga, melalui faktor produksi tenaga kerja kemudian menuju

40 204 rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) yang memberikan tambahan pendapatan 2.90 persen terhadap pendapatan RBT. Pada rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR), injeksi terhadap PKSPB sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR) sebesar 6.9 rupiah. Hanya ada satu jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga desapendapatan rendah (RDPR) di Kabupaten Siak, yaitu melewati faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPR. Pada rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT), injeksi terhadap PKSPB sebesar 100 rupiah berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga desa pendapatan tingi (RDPT) sebesar 6.3 rupiah. Hanya ada satu jalur yang dilalui dari PKSPB menuju rumahtangga desa pendapatan tinggi (RDPT) di Kabupaten Siak, yaitu melewati faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPT Pengaruh Global, Langsung dan Total Subsektor Industri Pengolahan Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Rumahtangga Sama halnya dengan pengaruh global PKSR dan PKSPB, subsektor industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) juga memberikan pengaruh global terbesar terhadap rumahtangga pengusaha tani (RPT) di Kabupaten Siak, yakni sebesar Nilai ini memberikan arti bahwa peningkatan penerimaan PKSPB sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RPT di Kabupaten Siak sebesar 13.5 rupiah (Gambar 11 dan Tabel 35). Selanjutnya urutan pengaruh global berikutnya dari industri pengolahan kelapa sawit ternyata juga sama dengan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan perkebunan kelapa sawit rakyat berturut-turut pada rumahtangga kota

41 205 pendapatan rendah (RKPR), rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), rumah tangga buruh tani (RBT), rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR) dan rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT). PTP IPPKS PTL PTP TK RBT IPPKS PTL PHH TK RPT PKSR PKSR (a) KNTRK ILL LGAM PTP PTL (b) KNTRK IPPKS PHH TK RDPR PTP PTL PKSR IPPKS TK RDPT PTP KNTRK (c) PKSR KNTRK IPPKS PTL PHH TK RKPR PTP PTL PHH (d) PKSR IPPKS TK RKPT ILL PKSR KNTRK (e) KNTRK (f) Gambar 11. Structural Path Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Siak Tahun 2003

42 206 Ada delapan jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga pengusaha tani di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RPT. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) dan kemudian melalui faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RPT. Tabel 35. Pengaruh Global, Pengaruh Langsung, dan Pengaruh Total pada Sektor Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Siak Tahun 2003 Jalur Awal Industri Pengolahan Kelapa Sawit (IPPKS) Jalur Pengaruh Jalur Pengaruh Pengganda Pengaruh Tujuan Global Dasar Langsung Jalur Total Persen RBT IPPKS-TK-RBT IPPKS-PTP-TK-RBT IPPKS-PTL-TK-RBT IPPKS-PKSR-TK-RBT IPPKS-KNTRK-TK-RBT RPT IPPKS-TK-RPT IPPKS-PTP-TK-RPT IPPKS-PTL-TK-RPT IPPKS-PHH-TK-RPT IPPKS-PKSR-TK-RPT IPPKS-ILL-TK-RPT IPPKS-LGAM-TK-RPT IPPKS-KNTRK-TK-RPT RDPR IPPKS-TK-RDPR IPPKS-PTP-TK-RDPR IPPKS-PTL-TK-RDPR IPPKS-PHH-TK-RDPR IPPKS-PKSR-TK-RDPR IPPKS-KNTRK-TK-RDPR RDPT IPPKS-TK-RDPT IPPKS-PTP-TK-RDPT IPPKS-PTL-TK-RDPT IPPKS-PKSR-TK-RDPT IPPKS-KNTRK-TK-RDPT RKPR IPPKS-TK-RKPR IPPKS-PTP-TK-RKPR IPPKS-PTL-TK-RKPR IPPKS-PHH-TK-RKPR IPPKS-PKSR-TK-RKPR IPPKS-ILL-TK-RKPR IPPKS-KNTRK-TK-RKPR RKPT IPPKS-TK-RKPT IPPKS-PTP-TK-RKPT IPPKS-PTL-TK-RKPT IPPKS-PHH-TK-RKPT IPPKS-PKSR-TK-RKPT IPPKS-KNTRK-TK-RKPT Ketiga, melalui subsektor pertanian tanaman lainnya (PTL) dan kemudian melalui faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan

43 207 pendapatan 4.60 persen terhadap pendapatan RPT. Keempat, melalui subsektor peternakan dan hasil-hasilnya (PHH) dan kemudian melalui faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.80 persen terhadap pendapatan RPT. Kelima, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.70 persen terhadap pendapatan RPT. Keenam, melalui subsektor industri pengolahan lainnya (ILL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 1.80 persen terhadap pendapatan RPT. Ketujuh, melalui subsektor listrik, gas, dan air minum (LGAM) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 1.80 persen terhadap pendapatan RPT. Dan keenam, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.10 persen terhadap pendapatan RPT. Industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) memberikan pengaruh global terbesar terhadap rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) di Kabupaten Siak, yakni sebesar Nilai ini memberikan arti bahwa peningkatan penerimaan IPPKS sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan RKPR di Kabupaten Siak sebesar 11.0 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 35, terlihat ada tujuh jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga kota pendapatan rendah (RKPR) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPR. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPR. Ketiga, melalui

44 208 subsektor pertanian tanaman lain (PTL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.60 persen terhadap pendapatan RKPR. Keempat, melalui subsektor peternakan dan hasil hasilnya (PHH) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.80 persen terhadap pendapatan RKPR. Kelima, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.70 persen terhadap pendapatan RKPR. Keenam, melalui subsektor industri pengolahan lainnya (ILL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 1.80 persen terhadap pendapatan RKPR. Ketujuh, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.10 persen terhadap pendapatan RKPR. Pada rumah tangga kota pendapatan tinggi (RKPT), injeksi pada industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) sebesar 100 rupiah memberikan pengaruh global terbesar terhadap RKPT di Kabupaten Siak sebesar 5 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 35, terlihat ada enam jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPT. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RKPT. Ketiga, melalui subsektor pertanian tanaman lain (PTL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.70 persen terhadap pendapatan RKPT. Keempat, melalui subsektor peternakan

45 209 dan hasil hasilnya (PHH) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.90 persen terhadap pendapatan RKPT. Kelima, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.90 persen terhadap pendapatan RKPT. Keenam, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.20 persen terhadap pendapatan RKPT. Injeksi pada industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) sebesar 100 rupiah memberikan pengaruh global terbesar terhadap RBT di Kabupaten Siak sebesar 4.4 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 35, terlihat ada lima jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga kota pendapatan tinggi (RKPT) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RBT. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RBT. Ketiga, melalui subsektor pertanian tanaman lain (PTL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.30 persen terhadap pendapatan RBT. Keempat, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.10 persen terhadap pendapatan RBT. Kelima, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 3.90 persen terhadap pendapatan RBT. Pada rumah tangga desa pendapatan rendah (RDPR), injeksi pada industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) sebesar 100 rupiah memberikan

46 210 pengaruh global terbesar terhadap RDPR di Kabupaten Siak sebesar 4.3 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 35, terlihat ada enam jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga desa pendapatan rendah (RDPR) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPR. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPR. Ketiga, melalui subsektor pertanian tanaman lain (PTL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.50 persen terhadap pendapatan RDPR. Keempat, melalui subsektor peternakan dan hasil hasilnya (PHH) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 2.80 persen terhadap pendapatan RDPR. Kelima, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.50 persen terhadap pendapatan RDPR. Keenam, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.0 persen terhadap pendapatan RDPR. Pada rumah tangga desa pendapatan tinggi (RDPT), injeksi pada industri pengolahan kelapa sawit (IPPKS) sebesar 100 rupiah memberikan pengaruh global terbesar terhadap RDPT di Kabupaten Siak sebesar 4.0 rupiah. Dari gambar 11 dan tabel 35, terlihat ada lima jalur yang dilalui dari IPPKS menuju rumahtangga desa pendapatan tinggi (RDPT) di Kabupaten Siak. Pertama, melalui faktor produksi tenaga kerja (TK) yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPT. Kedua, melalui subsektor pertanian tanaman pangan (PTP) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja

47 211 yang memberikan tambahan pendapatan persen terhadap pendapatan RDPT. Ketiga, melalui subsektor pertanian tanaman lain (PTL) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.60 persen terhadap pendapatan RDPT. Keempat, melalui subsektor perkebunan kelapa sawit rakyat (PKSR) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 9.70 persen terhadap pendapatan RDPT. Kelima, melalui subsektor konstruksi (KNTRK) kemudian menuju faktor produksi tenaga kerja yang memberikan tambahan pendapatan 4.10 persen terhadap pendapatan RDPT Simulasi Kebijakan Dampak Kebijakan Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan Sektoral Hasil analisis dampak kebijakan ekonomi terhadap pendapatan sektoral di Kabupaten Siak disajikan pada Tabel 36. Dampak stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan secara merata ke perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar di Kabupaten Siak (simulasi 1) paling tinggi terjadi pada industri pengolahan lainnya, diikuti perkebunan kelapa sawit rakyat, perkebunan kelapa perusahaan besar, dan hotel dan restoran. Hal ini mengindikasikan bahwa stimulus ekonomi kepada perkebunan kelapa sawit rakyat akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak lebih tinggi dibandingkan dengan stimulus ekonomi kepada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar. Hasil simulasi 2, dan 3, yakni dampak stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah masing-masing diberikan kepada perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar memperlihatkan hasil sebagai berikut. Stimulus ekonomi ini memberikan dampak total yang lebih besar

48 212 apabila stimulus ekonomi diberikan kepada perkebunan kelapa sawit rakyat dibandingkan dengan stimulus ekonomi kepada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar. Hasil simulasi ini mempertegas hasil simulasi 1 bahwa stimulus ekonomi kepada perkebunan kelapa sawit rakyat akan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak lebih tinggi dibandingkan dengan stimulus ekonomi kepada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar. Selanjutnya dengan membandingkan hasil simulasi 4 (stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan secara merata kepada industri pengolahan) dan 5 (stimulus ekonomi 1 miliar rupiah hanya kepada industri pengolahan kelapa sawit), dapat dinyatakan bahwa hasil simulasi 5 memberikan dampak total lebih besar daripada hasil simulasi 4. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan memberikan stimulus kepada industri pengolahan kelapa sawit akan menghasilkan total output yang lebih besar dibandingkan jika diberikan kepada berbagai sektor industri. Dampak stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan kepada industri pengolahan kelapa sawit paling tinggi terjadi pada industri kelapa sawit diikuti oleh industri pengolahan lainnya, pertanian tanaman pangan dan perdagangan jasa penunjang angkutan dan pergudangan. Hal ini mengindikasikan bahwa produk-produk kelapa sawit di Kabupaten Siak merupakan produk yang digunakan sebagai bahan baku pada industri pengolahan lainnya (selain industri pengolahan kelapa sawit). Produkproduk kelapa sawit seperti olein, sterein, dan lainnya digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong pada industri-industri pengolahan lainnya Dampak Kebijakan Peningkatan Ekspor, Investasi dan Pajak Terhadap Pendapatan Sektoral Hasil analisis dampak kebijakan ekonomi berupa peningkatan ekspor, investasi dan pajak terhadap pendapatan sektoral di Kabupaten Siak disajikan pada Tabel 37. Dari hasil simulasi 9 dan 10 diketahui bahwa peningkatan

49 213 ekspor sebesar 10% pada industri perkebunan kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan kelapa sawit sama sama berdampak positif pada pendapatan sektoral di Kabupaten Siak. Dampak dari kenaikan ekspor sebesar 10% pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar (simulasi 9) paling tinggi terjadi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit itu sendiri, dan diikuti berbagai sektor jasa, perkebunan kelapa sawit rakyat, real estate dan jasa hotel serta restoran. Sedangkan peningkatan ekspor sebesar 10 persen pada industri kelapa sawit (simulasi 10) yang selain berdampak pada industri pengolahan kelapa sawit itu sendiri, kemudian diikuti oleh kelapa sawit rakyat, dan pertanian tanaman pangan Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya ekspor industri kelapa sawit ternyata juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sektor lainnya di Kabupaten Siak. Dari hasil simulasi 11, 12, dan 13 diketahui bahwa peningkatan investasi masing masing sebesar 10 persen pada perkebunan kelapa sawit rakyat, kelapa sawit perusahaan besar dan industri pengolahan sawit mempunyai dampak yang positif terhadap pendapatan sektoral Kabupaten Siak. Dampak yang terjadi pada pendapatan sektor sektor lainnya masih relatif kecil, hal ini karena nilai investasi yang selama ini ditanamkan memang masih relatif kecil. Dampak dari kenaikan investasi sebesar 10 persen (simulasi 11) pada perkebunan kelapa sawit rakyat paling tinggi terjadi susektor tanaman pangan, peternakan, perikanan dan berbagai sub sektor jasa. Sedangkan kenaikan investasi sebesar 10 persen pada kelapa sawit perusahaan besar (simulasi 12) paling tinggi terjadi pada berbagai sektor jasa, perikanan dan tanaman pangan. Peningkatan investasi sebesar 10 persen pada industri kelapa sawit (simulasi 13) berdampak pada peningkatan pendapatan di subsektor kelapa sawit rakyat, berbagai sektor jasa dan pertanian tanaman pangan Hal ini mengindikasikan bahwa meningkatnya investasi pada baik perkebunan kelapa sawit rakyat, kelapa sawit perusahaan besar dan industri

50 214 kelapa sawit ternyata juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sektor lainnya di Kabupaten Siak. Dari hasil simulasi 14 dapat diketahui bahwa kenaikan pajak sebesar 3 persen pada industri kelapa sawit ternyata juga ikut berdampak negatif terhadap pendapatan sektor sektor lainnya, khususnya subsektor kelapa sawit rakyat dan tanaman pangan di Kabupaten Siak. Oleh karena itu penerapan kebijakan kenaikan pajak, sebagaimana pula penerapan kenaikan potongan ekspor (PE) seperti yang sekarang ini diberlakukan, seyogyanya memang dihindari. Penerapan kebijakan kenaikan PE disarankan hanya bersifat sementara, ketika terjadi peningkatan harga dunia sedemikian rupa yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi pasokan bagi industri lokal berbahan baku utama hasil industri kelapa sawit Dampak Kebijakan Transfer dan Redistribusi Pendapatan Selanjutnya hasil simulasi 6, 7, dan 8 (Tabel 36) mempertegas bahwa dalam rangka untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Siak, maka kebijakan-kebijakan yang bersifat temporer dalam bentuk pemberian biaya langsung tunai kepada masyarakat miskin dan kebijakan redistribusi pendapatan dapat dilakukan. Hanya saja pada simulasi 8 terjadi dampak negatif pada sektor hotel dan restoran, transportasi dan jasa perorangan. Sebagai catatan kebijakan seperti ini tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang karena dapat memberikan efek ketergantungan masyarakat yang tinggi kepada pemerintah.

51 215 Tabel 36. Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Pendapatan Sektor-Sektor Ekonomi di Kabupaten Siak Tahun 2003 Keterangan: S 1: Stimulus ekonomi 1 miliar didistribusi merata pada sub sektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan besar S 2: Stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah. S 3: Stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar sebesar 1 miliar rupiah. S 4: Stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan lainnya 1 miliar rupiah didistribusikan merata ke seluruh sektor industri pengolahan S 5: Stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan kelapa sawit sebesar 1 miliar rupiah. S 6: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga pedesaan golongan rendah. S 7: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga perkotaan golongan rendah. S 8: Redistribusi pendapatan rumahtangga kota dan desa golongan atas ke rumahtangga kota dan desa golongan bawah masing-masing 1 miliar

52 216 Tabel 37. Dampak Peningkatan Ekspor, Investasi dan Penurunan Pajak Terhadap Pendapatan Sektor Sektor Ekonomi di Kabupaten Siak Keterangan: Simulasi 9 : Ekspor industri perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Simulasi 10: Ekspor industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen Simulasi 11: Investasi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat naik 10 persen Simulasi 12: Investasi pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Simulasi 13: Investasi pada industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen Simulasi 14: Pajak industri pengolahan kelapa sawit naik 3 persen

53 Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Distribusi Pendapatan Hasil analisis dampak kebijakan stimulus ekonomi terhadap distribusi pendapatan rumahtangga disajikan pada Tabel 38. Berdasarkan simulasi 1, stimulus ekonomi sebesar 1 miliar rupiah yang didistribusikan secara merata pada perkebunan kelapa sawit rakyat dan perkebunan kelapa sawit perusahaan besar cenderung bias ke rumahtangga pengusahatani. Hasil analisis simulasi 2, 3, 4 dan 5 mirip dengan simulasi 1, stimulus ekonomi juga memberikan dampak yang relatif bias ke rumahtangga pengusaha tani dan rumahtangga golongan rendah di kota. Walaupun cenderung bias ke rumahtangga kota golongan rendah, hasil stimulus ekonomi ini memberikan dampak positif yang besar kepada seluruh kelompok rumahtanga. Jika dilihat hasil simulasi 6 dan 7, menunjukkan kebijakan transfer pendapatan memberikan dampak yang besar terhadap rumahtangga yang memperoleh langsung transfer pendapatan tersebut. Selanjutnya hasil simulasi 8 mempertegas bahwa kebijakan redistribusi pendapatan mampu mempercepat terwujudnya distribusi pendapatan yang merata. Hanya saja kebijakan ini memberikan dampak yang negatif pada golongan rumah tangga berpendapatan tinggi baik di desa maupun di kota. Sedangkan hasil analisis dampak kebijakan ekonomi kenaikan ekspor, investasi dan pajak terhadap distribusi pendapatan rumahtangga disajikan pada Tabel 39. Hasil analisis simulasi 9 dan 10 mengindikasikan bahwa kenaikan ekspor sebesar 10 persen pada kelapa sawit perusahaan besar dan industri kelapa sawit memberikan dampak yang relatif bias ke rumahtangga buruh tani dan pengusaha tani. Walaupun demikian secara keseluruhan kebijakan kenaikan

54 218 ekspor ini memberikan dampak positif yang besar kepada seluruh kelompok rumahtanga dengan besaran yang relatif merata. Hal yang sama juga terjadi pada simulasi 11,12, dan 13. Peningkatan investasi sebesar 10 persen baik pada perkebunan kelapa sawit rakyat, kelapa sawit perkebunan besar, dan industri kelapa sawit ternyata memberikan dampak yang relatif bias ke rumahtangga buruh tani dan pengusaha tani serta dampak positif yang besar kepada seluruh kelompok rumahtanga dengan besaran yang relatif merata. Adapun penerapan kebijakan kenaikan pajak sebesar 3 persen pada industri kelapa sawit (simulasi 14) terbukti memberikan dampak yang negatif secara merata pada pendapatan berbagai kelompok rumah tangga di Kabupaten Siak.

55 219 Tabel 38. Dampak Kebijakan Ekonomi Terhadap Pendapatan Rumahtangga di Kabuapten Siak Tahun 2003 Keterangan: S 1: Stimulus ekonomi 1 miliar didistribusi merata pada sub sektor perkebunan kelapa sawit rakyat dan kelapa sawit perusahaan besar S 2: Stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 1 miliar rupiah. S 3: Stimulus ekonomi pada sektor perkebunan kelapa sawit perkebunan besar sebesar 1 miliar rupiah. S 4: Stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan lainnya 1 miliar rupiah didistribusikan merata ke seluruh sektor industri pengolahan S 5: Stimulus ekonomi pada sektor industri pengolahan kelapa sawit sebesar 1 miliar rupiah. S 6: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga pedesaan golongan rendah. S 7: Transfer pendapatan sebesar 1 miliar rupiah ke rumahtangga perkotaan golongan rendah. S 8: Redistribusi pendapatan rumahtangga kota dan desa golongan atas ke rumahtangga kota dan desa golongan bawah masing-masing 1 miliar

56 220 Tabel 39. Dampak Peningkatan Ekspor, Investasi dan Penurunan Pajak Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Siak Keterangan: Simulasi 9 : Ekspor industri perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Simulasi 10: Ekspor industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen Simulasi 11: Investasi pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat naik 10 persen Simulasi 12: Investasi pada perkebunan kelapa sawit perusahaan besar naik 10 persen Simulasi 13: Investasi pada industri pengolahan kelapa sawit naik 10 persen Simulasi 14: Pajak industri pengolahan kelapa sawit naik 3 persen

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL 7.. Analisis Multiplier Output Dalam melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan output, sektor produksi selalu membutuhkan input, baik input primer

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan 138 BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA 6.1. Infrastruktur dan Kinerja perekonomian Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN 6.1. Dampak Kenaikan Investasi Sektor Pertambangan di Bagian ini akan menganalisis dampak dari peningkatan investasi pada

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, dilakukan beberapa macam analisis, yaitu analisis angka pengganda, analisis keterkaitan antar sektor, dan analisis dampak pengeluaran pemerintah terhadap

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1 PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN 7.1. Peranan Langsung Sektor Pupuk Terhadap Nilai Tambah Dalam kerangka dasar SNSE 2008, nilai tambah perekonomian dibagi atas tiga bagian

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI 157 VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI Salah satu kelebihan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) adalah mampu menjelaskan dengan lengkap tiga aktivitas distribusi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 38/08/14/Th.XIV, 2 Agustus 2013 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan II Tahun 2013 mencapai 2,68 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan II tahun 2013, yang diukur dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran IV. METODOLOGI Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) melalui APBN akan meningkatkan output sektor industri disebabkan adanya efisiensi/

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 64/11/61/Th. XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III-2014 TUMBUH 4,45 PERSEN Besaran Produk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 26/05/61/Th. XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I-2012 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 6,0 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Peran Sektor Agroindustri Dalam Meningkatkan Output, Nilai Tambah,Tenaga Kerja dan Modal Dari analisis pengganda SNSE dapat diketahui peran

Lebih terperinci

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL 7.1. Neraca Pariwisata Jumlah penerimaan devisa melalui wisman maupun pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri tergantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06/05/33/Th.III, 15 Mei 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2009 PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN I TH 2009 TUMBUH 5,5 PERSEN PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%). No. 29/5/63/Th.XIX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -215 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 215 TUMBUH -4,78 PERSEN Perekonomian Kalimantan selatan pada triwulan I-215

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier (VM ), household induced income multiplier (HM), firm income multiplier (FM), other

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th.XIV, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2016 TUMBUH 5,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN II-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 27/05/72/Thn XV, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen. No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.II, 17 Nopember 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2008 TUMBUH 1,1 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 No. 06/05/62/Th.VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2012 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2012 dibanding Triwulan yang sama tahun 2011 (year on year) mengalami sebesar 6,26

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVI, 6 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 5,79 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN IX. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN Simulasi kebijakan merupakan salah satu cara yang lazim dilakukan untuk mengambil suatu kebijakan umum (public policy). Dalam penelitian ini, dilakukan berberapa skenario

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci