ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN



dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional IENACO ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Produktivitas Perawatan Mesin dengan Metode TPM (Total Productive Maintenance) Pada Mesin Mixing Section

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

BAB IV METODE PENELITIAN

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB 3 LANDASAN TEORI

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN OEE ( OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS)

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peragian yang ada di Brew house depart hingga proses packaging PT. MBI. produktivitas yang diinginkan perusahaan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

Analisis Efektivitas Mesin Batching Plant 1 dan Mesin Batching Plant 2 dengan Overall Equipment Effectiveness Pada PT. X

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

BAB II LANDASAN TEORI

PT. PP LONDON SUMATERA INDONESIA Tbk BAGERPANG POM SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

Analisis Efektivitas Mesin Stripping Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

BAB V ANALISIS HASIL

Sunaryo dan Eko Ardi Nugroho

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA TURNTABLE VIBRRATING COMPACTOR GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (Persero)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA PTPN II SEI SEMAYANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT X

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CARDING COTTON DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (Studi Kasus: PT. EASTERNTEX - PANDAAN)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA PROSES PACKAGING DI LINE 2 (STUDI KASUS PT. MULTI BINTANG INDONESIA.

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DALAM MEMINIMALISI SIX BIG LOSSES PADA MESIN PRODUKSI DUAL FILTERS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE BUS TRANS JOGJA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

Nama : Teguh Windarto NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr.Ir Rakhma Oktavina, MT

KEPEKAAN TERHADAP ADANYA LOSSES

JIEMS Journal of Industrial Engineering & Management Systems Vol. 9, No 1, February 2016

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

WASTE. If it doesn t add value, it s waste. - from Henry Ford s book: Today and Tomorrow, 1922 PEMBOROSAN

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PADA MESIN WELDING DENGAN PENERAPAN KONSEP TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (Studi kasus: PT Arthawenasakti Gemilang, Malang)

DI PT. DIRGANTARA INDONESIA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

HASBER F. H. SITANGGANG

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2016

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

I. PENDAHULUAN. penyebarannya terbanyak di pulau Jawa dan Sumatera, masing-masing 50% dan

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa sekarang

Industrial Management Analisis Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam Meminimalisir Six Big Losses Pada Mesin Produksi di UD.

PENGUKURAN NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USAHA PERBAIKAN PROSES MANUFAKTUR (Betrianis, et al.

Transkripsi:

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN Achmad Said, Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta joko_s@akprind.ac.id INTISARI Balai Yasa merupakan bengkel khusus pemeliharaan lokomotif diesel,kemudian berkembangan menjadi pemeliharaan mesin mesin perkakas guna mendukung pelaksanaan pemeliharaan lokomotif. Waktu perawatan mesin-mesin perkakas yang terlalu lama yang diperlukan untuk perbaikan, pengecekan dan penggantian komponen disebabkan karena mesin-mesin tersebut banyak yang sudah melebihi umur teknik, sehingga mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi tidak stabil. Konsep total productive maintenance merupakan salah satu cara perbaikan kinerja perusahaan untuk lebih stabil. Konsep total productive maintenance terdiri dari tiga komponen penting yaitu pendekatan total (total approach), upaya upaya produktif; (productive action) dan pemeliharaan (maintenance). Dari tiga komponen dapat dijelaskan dengan menggunakan metode overall equipment Effectiveness dan konsep autonomous maintenance. Dari hasil analisis dan pembahasan diperoleh penurunan OEE pada tahun 2006 ke 2007 yaitu 87,75% menjadi 74,58%, penurunan tersebut disebabakan nilai Availability yang rendah. Solusi untuk melakukan perbaikan dengan mengaktifkan konsep Total Productive Maintenance yang di dalamnya meliputi autonomous maintenance dan sistem penjadwalan perawatan. Kata Kunci : TPM, OEE, Kinerja Perusahaan dan autonomous maintenance PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor penting dari perusahaan. Pada prakteknya seringkali usaha perbaikan yang dilakukan hanyalah pemborosan, karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sesunguhnya. Hal ini terjadi karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor faktor yang menyebabkannya. Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat melakukan peningkatkan kinerja. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan konsep Total Productive Maintenance (TPM). Komponen TPM secara umum terdiri dari 3 bagian, yaitu total approach; productive action; dan maintenance. Konsep TPM dengan 3 komponen yang dimiliki dapat mengidentifikasi secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan kelebihan konsep ini, dan banyak diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan di dunia. Konsep TPM memiliki beberapa metode yang dapat di gunakan yaitu metode Overall Equipment Effectiveness atau di singkatan dengan OEE dan metode Autonomous Maintenance yang merupakan salah satu elemen penting dalam TPM. Balai Yasa merupakan bengkel khusus pemeliharaan lokomotif diesel, kemudian berkembangan menjadi penghasil komponen komponen perawatan dari lokomotif. Komponen komponen tersebut dihasilkan dari mesin-mesin perkakas yang terdiri dari mesin skraf, mesin bubut dan mesin frais, tetapi dalam penelitian ini hanya diteliti mesin bubut saja dikarenakan dalam proses produksinya mesin tersebut paling banyak berperan. Mesin perkakas menjadi salah satu komponen penting dalam melakukan pekerjaan, tetapi mesin mesin perkakas yang ada 70% sampai dengan 90% sudah melebihi umur teknik mesin sehingga menyebabkan waktu perawatan yang diperlukan menjadi lama. Waktu perawatan mesin tersebut meliputi waktu pengecekan mesin, waktu perbaikan komponen mesin serta waktu pengganti komponen-komponen mesin seperti penggantian pelumas. Penyebab lain adalah pelaksanaan perawatan mesin belum dilaksanakan dengan baik, sehingga sering terjadi kerusakan mesin dan berakibat menurunya hasil produksi dari mesin tersebut. Kerusakan mesin merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, karena akan menghambat jalannya proses produksi secara keseluruhan. Karena untuk melakukan pemeliharaan lokomotif kereta api harus dibantu dengan mesin mesin perkakas. Oleh karena itu dibutuhkan adanya penerapan konsep metode TPM (Total Productive Maintenance) dalam lingkungan 77

perusahaan, sehingga diharapkan akan memunculkan keserasian dan keharmonisan antara pihak operator sebagai pelaksanaan produksi dengan pihak teknisi mesin dan pihak pihak perencana produksi serta pihak maintenance. Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana menganalisis Konsep Total Productive Maintenance untuk Memperbaiki Kinerja perusahaan? Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah : 1. Menghitung Overall Equipment Effectiveness pada mesin bubut dan membandingkan hasil dari OEE perusahaan dengan standar OEE world class. 2. Menganalisis keterkaitan antara konsep Autonomous Maintenance dengan metode overall Equipment Effectiveness, sehingga dapat melihat hubungan antara Autonomous Maintenance dengan Overall Equipment Effectiveness, yang pada akhirnya dapat diketahui seberapa pengaruhnya hubungan keduanya. 3. Menentukan solusi yang terbaik untuk memperbaiki kinerja perusahaan, guna dijadikan masukan bagi perusahaan untuk melakukan konsep total productive maintenance. TINJAUAN PUSTAKA Total Productive Maintenance Total Productive maintenance merupakan filosofi yang bertujuan memaksimalkan efekfektivitas dari fasilitas yang digunakan di dalam industri, yang tidak hanya dialamatkan pada perawatan saja tapi pada semua aspek dari operasi dan intstalasi dari fasilitas produksi termasuk juga didalamnya peningkatan kinerja dari orang orang yang bekerja dalam perusahaan itu. Komponen dari TPM secara umum terdiri dari atas 3 bagian, yaitu : 1. Total Approch : semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan menjaga semua fasilitas yang ada dalam pelasksanaaan TPM. 2. Productive Action : sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap kondisi dan operasi dari fasilitas produksi. 3. Maintenance : pelaksanaaan peawatan dan peningkatan efektivitas dari fasilitas dan kesatuan operasi produksi. Total productive maintenance memiliki visi sebagai sistem perawatan yang melihat peralatan dapat beoperasi 100% dalam waktu yang tersedia dengan produk 100 % bagus (Nakajima, 1988). Visi tersebut dapat diperoleh apabila perusahaan tersebut dapat melakukan implementasi total productive maintrenance yang benar, adapun langkah langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Implementasi awal 3. Tahap imlementasi TPM 4. Tahap Stabilisasi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari implementasi TPM. Overall Equipment Effectiveness Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan efektivitas peralatan secara keseluruhan untuk mengevaluasi seberapa capaian performance dan reliability peralatan. OEE juga digunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki produktivitas sebuah perusahaan uang pada akhirnya sebagai langkah pengambilan keputusan. Penyebab rendahnya nilai dari OEE antara lain karena kurang tindakan preventive, corrective maintenance, dan tingginya tingkat defect and speed. Pada mesin atau peralatan terdapat enam penyebab yang paling umum yang mengakibatkan turunnya efisiensi pada proses manufaktur yang disebut Six Big Losses yang terdiri Breakdown, Setup & adjustment, small stops, reduced Startup, dan production rejects. Formula untuk menentukan nilai OEE adalah : (Hansen, R.C, 2001) OEE = Availability performance Quality Dari formula diatas, dapat diuraikan formula indicator dari OEE: 78

Loadingtime downtime Availability = 100% Loadingtime Theoriticalcycletime Performance= 100% Runtime Amnountproduced Goods _ units Quality = 100% Total _ units OEE memiliki standar world class untuk semua indikator sebagai berikut : (Vorne, 2005 dalam Andika, S, 2007) 1. Availability Rate 90% atau lebih 2. Performance Rate 95% atau lebih 3. Quality Rate 99% atau lebih 4. OEE 85% atau lebih Untuk meningkatkan nilai OEE sehingga sampai taraf standar maka seluruh penyebab turunnya efisiensi pada proses manufaktur harus dihapuskan. Table berikut ini menggambarkan kondisi yang mungkin untuk meningkatkan nilai OEE. Tabel 1. Goal kondisi six big losses untuk meningkatkan nilai OEE Type of losses Goal Breakdown Losses 0 Setup and Adjusment Minimize Speed Losses 0 Idling and Minor Stoppages Losses 0 Quality Defect and Rework Losses 0 Starup Losses Minimize (Sumber :Dal,B,Tugwell,P. & Greatbanks,R.,2000) Autonomous Maintenance Autonomous maintenance merupakan elemen yang terpenting dalam total productive maintenance yang menjelaskan bagaimana sebuah operator tidak hanya menjalankan kegiatan produksi, tetapi juga dilibatkan dalam kegiatan perawatan sederhana, dengan demikian gejala kerusakan dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga kerusakan dapat dicegah secara total. Autonomous maintenance memiliki 7 langkah untuk meningkatkan produktivitas adalah sebagai berikut: 1. Mengembalikan peralatan seperti asal 2. Menghapuskan penyebab penyebab kekotoran 3. Improve equipment accessibility 4. Initial maintenance standards 5. Autonomous inspection 6. General inspection and general process inspectiion 7. Organize and workplace Maintenance Menurut Benyamin S Blanchard (1995), Perawatan (maintenance) merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan output sesuai dengan yang dikehendaki. Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi, dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka lebih intensif. Pada dasarnya terdapat dua prinsip utama sistem perawatan : (Suharto, 1991) 1. menekan (memperpendek) periode kerusakan (break down period) sampai batasan minimum dengan mempertimbangan aspek ekonomis. 2. menghindari kerusakan (break down ) yang tidak terencana atau kerusakan tiba tiba. Dalam sistem perawatan terdapat 2 kegiatan yang berkaitan dengan tindakan perawatan, yaitu: 1. Perawatan yang bersifat preventif (Preventive Maintenance) Perawatan ini dimaksudkan untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu menjadi rusak. 79

2. Perawatan yang bersifat korektif (Corrective Maintenance) Perawatan korektif ini dimaksudkan untuk memperbaiki perawatan yang rusak. Perawatan korektif dapat juga didefinisikan perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya perawatan preventif maupun telah dilakukan perawatan preventif tapi sampai pada waktu tertentu fasilitas dan peralatan tersebut rusak. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Produksi dan Jam Kerja Mesin Bubut Bulan Hasil Produksi Waktu Kerja Loading Time Down Time Jam Kerja Efektif (unit) (jam) (jam) (jam) (jam) Januari 64 168.5 144.5 4 140.5 Februari 59 151 129 0 129 Maret 68 176.75 152.25 0 152.25 April 58 151 127 0 127 Mei 5 177.25 152.25 140 12.25 Juni 63 168 143.5 0 143.5 Juli 59 159.75 136.75 6 130.75 Agustus 64 177.25 152.25 12 140.25 September 44 159.25 135.75 40 95.75 Oktober 66 168.5 144.5 0 144.5 November 63 168.5 144.5 6 138.5 Desember 62 159.25 135.75 0 135.75 Jumlah 675 1985 1698 208 1490 (sumber : Balai Yasa) Tabel 3. Utilitas Mesin Bubut Bulan Jumlah Produksi Jam Kerja Efektif Down Time Defect Product TCT Hari Kerja Efektif (unit) (jam) (jami) (jam) jam/unit (hari) Januari 64 140.5 4 0 2.17 22 Februari 59 129 0 0 2.17 20 Maret 68 152.25 0 0 2.17 22 April 58 127 0 0 2.17 22 Mei 5 12.25 140 0 2.17 23 Juni 63 143.5 0 0 2.17 22 Juli 59 130.75 6 0 2.17 21 Agustus 64 140.25 12 0 2.17 23 September 44 95.75 40 0 2.17 21 Oktober 66 144.5 0 0 2.17 22 November 63 138.5 6 0 2.17 22 Desember 62 135.75 0 0 2.17 21 Jumlah 675 1490 208 0 2.17 261 (sumber : Balai Yasa) Setelah seluruh data seperti jumlah produksi, loading time, down time, defect product, dan theoretical cycle time untuk mesin bubut. Data tersebut yang pada akhir digunakan untuk mencari nilai OEE. Tabel 4. Hasil OEE Mesin Bubut Bulan AV (%) PR (%) QR (%) OEE (%) Januari 97.23 98.85 100 96.11 Februari 100.00 99.25 100 99.25 80

Maret 100.00 96.92 100 96.92 April 100.00 99.10 100 99.10 Mei 8.05 88.57 100 7.13 Juni 100.00 95.27 100 95.27 Juli 95.61 97.92 100 93.62 Agustus 92.12 99.02 100 91.22 September 70.53 99.72 100 70.34 Bulan AV (%) PR (%) QR (%) OEE (%) Oktober 100.00 99.11 100 99.11 November 95.85 98.71 100 94.61 Desember 100.00 99.11 100 99.11 Jumlah 87.75 98.31 100 86.26 (sumber: data perhitungan) Dari hasil perhituingan di atas dapat dilihat kinerja perusahaan mengalami penurunaan dari tahun 2006 ke tahun 2007. Penurunaan tersebut terjadi disebabkan meningkatnya waktu downtime, terlihat pada penghitungan Overall Equipment Effectiveness. keseluruhan hasil pengolahan data dapat dianalisis bahwa: Hasil selama 261 hari kerja efektif tingkat Availability sebesar 90.58 %, untuk Performance sebesar 98.48 % dan Quality 100 % sedangkan OEE tahunan mencapai 89.20 %. Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa waktu downtime sangat tidak ada sehingga mengerjaan lini produksi hampir tercapai target yang diinginkan perusahaan. KESIMPULAN 1. Dari hasil analisis dan pembahasan mesin bubut pada tahun 2006 dan 2007 mengalami penurunan nilai OEE perusahaan dari 87,75 % menjadi 74,58 %, penurunannya di bawah standar OEE world class. Penurunan tersebut disebabkan nilai Availability yang rendah. 2. Keterkaitan antara Autonomous Maintenance dengan Overall Equipment Effectiveness adalah pada perawatan dini yang dilakukan operator terhadap mesin, agar mesin tersebut bisa berfungsi dengan baik. Dengan kata lain autonomous maintenance merupakan langkah awal yang diharuskan oleh operator dengan cara melakukan pengecekan mesin sebelum mesin tersebut dioperasikan, sehingga dapat mengurangi six big losses dari mesin. DAFTAR PUSTAKA Andika, S., 2007, Analisis Kerugian Kerja Mesin dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness, Skripsi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND, Yogyakarta. Benjamin S. Blanchard, 1995, Maintainability : A key to Effective Serviceability And Maintenance Management, A Willey Interscience Publication New York. Dal, B., Tugewell, P. and Greatbanks, R.,2000, Overall Equipment Effectiveness as a Measure of Operational Improvement : A Practical Analiysis, International Journal of Operationa & Production Managemen, Vol 20, MCB University Press, Mancheste. Hansen, R.C., 2001, Overall Equipment Effectiveness : Powerful Production/Maintenance Tool for Incrased Profits, First Edition, Industrial Press Inc., New York Kaplan dan Norton, 1996, The Balanced Scorecard : Translating Strategi into Action, Havard business School Press, Boston Nakajima, S., 1988, TPM Development Program, Productivity Press inc, Cambridge. Suharto, 1991, Manajemen Perawatan Mesin, Rineka Cipta, Anggota IKAPI, Jakarta 81