PRODUKSI ENZIM AMILASE

dokumen-dokumen yang mirip
KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

PRODUKSI ENZIM MANANASE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel tanah di Pulau Gili Meno, Lombok Utara

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

LAMPIRAN 0,5 M 0,75 M 1 M 30 0,6120 % 1,4688 % 5,0490 % 45 2,2185 % 4,7838 % 2,9197 % 60 1,1016 % 0,7344 % 3,3666 %

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

1 atm selama 15 menit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

3 Metodologi Percobaan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI AMILASE DARI BIJI DURIAN (DURIO

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

4 Hasil dan Pembahasan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

1. Filtrat enzim mananase didapatkan dari hasil produksi kapang Eupenisilium javanicum pada substrat bungkil kelapa 3%. 2. Pereaksi yang digunakan ada

3 Metode Penelitian Alat

THE EXAMINATIONS OF LIQUIFICATION CONDITIONS IN THE PRODUCTION OF GLUCOSE SYRUP FROM SAGO STARCH (Metroxylon sp.)

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan THP

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

1. Isolasi dan seleksi bakteri selulolitik menggunakan Media CMC (carboxymethyl cellulose) Pembuatan kurva tumbuh dan kurva aktivitas selulase.

PRODUKSI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS AMILASE Burkholderia cepacia TERHADAP SUBSTRAT YANG BERBEDA

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

Bab III Bahan dan Metode

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROB DAN POTENSINYA PRODUKSI ENZIM AMILASE KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

PRODUKSI ENZIM AMILASE Pendahuluan Amilase merupakan enzim yang penting dalam bidang pangan dan bioteknologi. Amilase merupakan enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis pati menjadi gula gula sederhana. Amilase mengubah karbohidrat yang merupakan polisakarida menjadi maltosa (alfa dan beta) ataupun glukosa (gluko amilase). Amilase dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti tanaman, binatang dan mikroorganisme. saat ini sejumlah enzim amilase telah diproduksi secara komersial. Penggunaan mikroba dianggap lebih prosepektif karena mudah tumbuh, cepat menghasilkan dan kondisi lingkungan dapat dikendalikan (wordpress.com, 2010). Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon. Contoh contoh sumber karbon molase, tepung jagung, tepung tapioka, dan sebagainya. Dalam produksi enzim amilase dengan menggunakan mikroba, pengendalian terhadap faktor lingkungan adalah sangat penting karena dalam produksinya, mikroba dipengaruhi berbagai hal, seperti suhu dan lama inkubasi, ph awal, jumlah inokulum dan faktor yang berpengaruh lainnya yang dapat diperoleh melalui eksperimen. Jenis mikroba juga berpengaruh terhadap jumalh enzim yang dihasilkan. Oleh karena itu untuk menghasilkan produk enzim amilase dengan kualitas dan kuantitas yang memuaskan perlu dilakukan optimasi kondisi dan karakterisasi dari bakteri yang digunakan. Dalam percobaan praktikum kali ini digunakan dua jenis bakteri sebagai penghasil enzim amilase yaitu Bacillus subtilis dan Bacillus sp. sumber karbon yang digunakan adalah pati tapioka dengan konsentrasi 1% (b/v). tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri mana yang dapat menghasilkan aktivitas enzim amilase lebih baik. Bahan dan Metode Bahan yang digunakan adalah biakan bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus sp. umur 24 jam dalam larutan kaldu nutrient yang ditambahkan 1% pati tapioka yang kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu 4 C. diperoleh supernatant yang kemudian disebut dengan ekstrak enzim kasar (EEK) Reagen DNS dibuat dengan cara menimbang 5 g NaOH, 91 g Kalium Natrium Tartrat, 5 g Na 2 SO 3 dan DNS (dinitro salisilic acid) 5 g dan dilarutkan ke dalam air sampai dengan volume 500 ml. Campuran dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Larutan yang sudah jadi disimpan dalam botol gelap dan suhu rendah (Bernfeld, 1955). Substrat dibuat dengan melarutkan 1 gram soluble starch (Merck) ke dalam 100 ml air. Aduk dan panaskan larutan hingga kelihatan jernih dan bercampur. 1

Larutan standar maltosa dibuat dengan melarutkan 50 mg maltosa dalam 50 ml buffer HCl. Larutan tersebut kemudian diencerkan sehingga diperoleh stok standar dengan konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan stok tersebut dilakukan seri pengenceran sehingga diperoleh konsentrasi larutan standar maltosa 0 ppm, 100 ppm; 200 ppm; 300 ppm; 400 ppm; 500 ppm; 600 ppm. 1 ml larutan stok standar maltosa ditambah dengan 3 ml DNS, kemudian campuran larutan tersebut di inkubasi pada water bath dengan suhu 40 C selama 15 menit. Larutan didinginkan lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Dengan regresi linear, dari hasil absorbansi dan konsentrasi maltose, maka akan didapatkan persamaan matematik untuk standar maltosa, yang akan digunakan dalam pengukuran kadar enzim. Pengukuran aktivitas enzim. Pengukuran sampel dilakukan dengan cara melarutkan 1,0 ml ekstrak enzim kasar, baik Bacillus subtilis dan Bacillus sp., ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 1,0 ml substrat soluble starch lalu divortex. Kemudian di inkubasi pada water bath dengan suhu 40 C selama 15 menit. Setelah di inkubasi, larutan ditambahkan 3,0 ml DNS, lalu di vortex, kemudian dipanaskan dengan air mendidih, pada suhu 100 C selama 10 menit. Larutan didinginkan, lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Pengukuran kontrol dilakukan dengan menambahkan 1,0 ml substrat soluble starch dan 3,0 ml larutan DNS, kemudian di inkubasi dalam water bath dengan suhu 40 C selama 15 menit. Setelah di inkubasi, larutan ditambahkan 1,0 ml ekstrak enzim kasar, lalu di vortex, kemudian dipanaskan dengan air mendidih, pada suhu 100 C selama 10 menit. Pengukuran blanko dilakukan dengan penambahan 1,0 ml ekstrak enzim kasar pada 3,0 ml DNS dan 1,0 ml H2O steril. Larutan di vortex, lalu di inkubasi dalam water bath dengan suhu 40 C selama 15 menit. Kemudian larutan dipanaskan pada air mendidih pada suhu 100 C selama 15 menit. Larutan didinginkan lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm. Dengan persamaan matematik dari kurva standar maltosa, maka akan didapatkan kadar enzim yang terkandung dalam masing masing larutan. Dari kadar maltose yang diperoleh dari sampel, maka dapat dicari aktivitas dari enzim amylase dengan menggunakan rumus: Aktivitas α Amilase (U/ml): [maltosa] x Fp/BM x V x t, dimana [maltosa]: konsentrasi/kadar maltose (ppm), Fp: faktor pengenceran (5x dan 10x), BM: bobot molekul maltose (360.31 dalton), V: volume enzim yang digunakan (1 ml), t: waktu inkubasi (15 menit). Satu unit enzim amilase adalah jumlah enzim yang diperlukan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 umol gula tereduksi (maltosa) per menit pada suhu 40 C. Tujuan digunakan kontrol adalah untuk mengkoreksi kadar maltosa dimana diasumsikan telah terdapat maltosa pada larutan substrat, mungkin karena pengaruh pemanasan ketika melarutkan substrat atau sebab lainnya, sebelum ditambahkan enzim sehingga kadar maltosa sampel yang diberi enzim terkoreksi dengan kadar maltosa kontrol tanpa pengaruh enzim. 2

Hasil dan Pembahasan Hasil Pada pemeriksaan aktivitas enzim dilakukan pengukuran kadar maltosa untuk pembuatan kurva standar dengan menggunakan soluble starch sebagai substrat. Dari pengukuran secara spektrofotometri diperoleh data sebagai berikut. Tabel 1. Nilai absorbansi standar maltosa ppm absorbansi 0.0 0 100 0.111 200 0.226 300 0.332 400 0.445 500 0.561 600 0.649 Gambar 1. Kurva standar maltosa Dari gambar 1. Diperoleh persamaan matematis x = (y + 0.007)/0.001 dimana x adalah konsentrasi maltosa dan y merupakan nilai absorbansi dari maltosa pada panjang gelombang 550 nm. Dari persamaan ini, maka diperoleh data sebagai berikut. Tabel 2. Nilai absorbansi dari sampel, kontrol dan blanko serta nilai unit aktivitas enzim dari ekstrak enzim kasar α amilase pada substrat soluble starchpada Bacillus subtilis dan Bacillus sp. Strain Fp s k B s b k b Xs Xk U/ml Bacillus subtilis 5 0.785 0.716 0 0.785 0.716 788 719 0.064 10 0.220 0.192 0 0.220 0.192 222 195 0.051 Bacillus sp. 5 0.718 0.769 0 0.718 0.769 720 772 0 10 0.222 0.263 0 0.222 0.263 224 265 0 Dimana Fp adalah faktor pengenceran, s adalah nilai absorbansi dari sampel, k adalah kontrol, b adalah blanko, s b adalah nilai absorbansi sampel dikurangi blanko, k b adalah nilai absorbansi kontrol dikurangi blanko sedangkan Xs dan Xk dan Xb adalah nilai dari konsentrasi maltosa dalam ppm yang diperoleh dengan 3

memasukkan nilai s b dan k b ke dalam persamaan x = (y + 0.007)/0.001, sedangkan U/ml adalah unit aktivitas enzim dimana nilainya diperoleh dengan mengubahnya menjadi satuan unit per ml dengan BM maltosa sebesar 360.31 dan waktu inkubasi adalah 15 menit. Selain itu diukur pula konsentrasi protein terlarut pada ekstrak enzim kasar dengan menggunakan larutan bovine serum albumin sebagai standar untuk pengukuran protein terlarut. Data yang diperoleh (laporan minggu lalu) adalah sebagai berikut: untuk biakan Bacillus subtilis diperoleh rata rata kadar protein adalah 0.063 mg/ml larutan EEK atau 63 ppm, sedangkan untuk biakan Bacillus sp., rata rata kadar proteinnya adalah 0.074 mg/ml atau 74 ppm larutan EEK. Dari pengukuran nilai aktivitas enzim dan protein terlarut, maka dapat diperoleh nilai aktivitas enzim spesifik dari masing masing biakan. Akan tetapi, untuk biakan Bacillus sp. karena tidak mempunyai aktivitas maka aktivitas spesifiknya tidak dapat dihitung. Dengan membagi rata rata nilai aktivitas enzim dari pengenceran 5 dan 10 x dan kadar protein terlarut, maka diperoleh aktivitas enzim spesifik untuk biakan Bacillus subtilis adalah 0.91 U/mg protein. Pembahasan Enzim amilase dapat dihasilkan oleh berbagai mikroba dimana salah satunya adalah bakteri dari jenis Bacillus. Pada percobaan praktikum kali ini, untuk memproduksi enzim amilase digunakan pati tapioka sebagai substrat. Penggunaan substrat bertujuan untuk dapat menginduksi bakteri untuk menghasilkan enzim amilase. Karena substrat diperlukan dalam proses produksi enzim, maka enzim amilase yang diproduksi dari bakteri jenis Bacillus dapat dikatakan sebagai inducible enzyme. Dalam praktikum kali ini, dua jenis bakteri yaitu Bacillus subtilis dan Bacillus sp. digunakan dalam produksi enzim amilase dimana Bacillus subtilis dapat menghasilkan enzim amilase apabila dilihat dari aktivitas enzimnya, sedangkan Bacillus sp. tidak. Tidak dihasilkannya enzim amilase dari biakan Bacillus sp. dapat dipengaruhi beberapa hal, diantaranya suhu dan lama inkubasi dan substrat yang digunakan. Pada umumnya enzim amilase secara optimum dihasilkan di titik tertentu pada fase logaritmik dari kurva pertumbuhan mikroba, akan tetapi ada mikroba tertentu dimana fase logaritmiknya lebih panjang sehingga enzim amilase tidak diproduksi karena titik tersebut belum tercapai sehingga lama inkubasi erpengaruh dalam hal ini. Adapun suhu dapat berpengaruh karena ada beberapa bakteri yang bersifat thermophilic yaitu bakteri yang lebih optimum dalam produksi enzim amilase dalm kondisi suhu yang lebih tinggi. Untuk lebih mengetahui karakter Bacillus sp. maka diperlukan percobaan lanjutan seperti pangaruh lamanya inkubasi, sampel ekstrak enzim kasar diambil pada selang waktu waktu tertentu sehingga dapat diketahui beapa lama bakteri tersebut mulai memproduksi enzim amilase dan dapat diketahui juga waktu 4

optimum produksi. Selain itu dapat dilakukan inkubasi pada suhu suhu tertentu sehingga diperoleh pada suhu berapa enzim tersebut optimum memperoduksi enzim amilase. Aktivitas enzim spesifik yang diperoleh dari jenis Bacillus subtilis adalah sebesar 0.91 U/mg protein dari larutan EEK, nilai ini sangat kecil apabila dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Dheeran dkk yaitu 14.5 U/mg, Marlida dkk yaitu 86 U/mg dan Chakraborty dkk yaitu 11.5 U/mg. hal ini dapat dikarenakan belum ditentukannya waktu optimum, suhu, dan kondisi yang dapat meningkatkan hasil enzim dalam pemanenan ekstrak enzim kasar seperti penambahan vitamin dan suplemen untuk bakteri. Apabila telah dilakukan optimasi dan produksi enzim yang dihasilkan meningkat sampai pada level tertentu, protein terlarut yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim spesifik dapat dikurangi dengan cara pemurnian enzim yaitu bisa dengan dialysis, kromatografi penukar ion atau dengan ultra filtrasi sehingga aktivitas enzim spesifik dari produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan. Kesimpulan 1. Bacillus subtilis menghasilkan aktivitas enzim spesifik sebesar o.91 U/mg protein dengan menggunakan substrat soluble starch. 2. Bacillus sp.tidak menghasilkan aktivitas enzim pada percobaan ini. Daftar Pustaka 1. http://ptp2007.wordpress.com/2008/05/15/amilase/. diunduh pada tanggal 8 April 2010 2. Bernfeld P. 1955. Amylases α and β: Methods in Enzymology I. New York: Academic Pr. 3. Dheeran, P., Kumar, S., Jaiswal JY., Adhikari, DK. 2009. Characterization of hyperthermostable α amylase. from Geobacillus sp. IIPTN. Appl Microbiol Biotechnol 4. Marlida, Y., Saari, N., Radu, S., Abu Bakar, F. 2000. Production of an amylase degrading raw starch by Gibberella pulicaris. Biotechnology Letters 22: 95 97 5. Chakraborty, K., Biiattacharyya, B.K., Sen, S.K. 2000. Purification and Characterization of a Thermostable α Amylase from Bacillus stearothermophilus. Folia Microbiol 45 (3). 207 210 5