PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

KESIMPULAN DAN SARAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

VI. ANALISIS DAMPAK INVESTASI, EKSPOR DAN SIMULASI KEBIJAKAN SEKTOR PERTAMBANGAN


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN ANGKA PENGGANDA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI

1) Ketua Program Magister dan Doktor PS. Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

BAB VI ANALISIS MULTIPLIER & DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA. Investasi infrastruktur transportasi di Provinsi Jawa Barat diharapkan

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

VII. PERANAN DAN DAMPAK KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DALAM PEREKONOMIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis angka pengganda (multiplier) meliputi value added multiplier

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 3 METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Statistik KATA PENGANTAR

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

PROSIDING ISSN: M-15 SEKTOR EKONOMI DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (ANALISA SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI)

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

Statistik KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP KEMISKINAN

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

IV. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERANAN AGROINDUSTRI PERDESAAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. DAMPAK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERHADAP KINERJA EKONOMI, PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN TINGKAT KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

III. METODE PENELITIAN

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

KODEFIKASI RPI 25. Penguatan Tata Kelola Industri dan Perdagangan Hasil Hutan

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

VII. DAMPAK REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI. satu bagian dari triple track strategy yang dijalankan oleh pemerintah saat ini

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

1.1 Latar Belakang Hasalah

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D


1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

Transkripsi:

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN Sri Hery Susilowati 1 ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional dan pendapatan rumah tangga pertanian. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui tahapan transmisi pengaruh yang dipancarkan dari sektor agroindustri menuju sektor lainnya, tenaga kerja dan rumah tangga. Analisis menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). Sektor agroindustri didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan non makanan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian primer. Namun pengembangan sektor agroindustri belum mampu meningkatkan pendapatan golongan rumah tangga buruh tani dan petani sebaik pendapatan yang diterima oleh rumah tangga non pertanian. Pengaruh langsung terbesar dari pengembangan agroindustri makanan akan diterimakan ke tenaga kerja pertanian, sedangkan pengaruh langsung terbesar dari pengembangan agroindustri non makanan diterimakan ke tenaga kerja non pertanian. Namun dengan memperhitungkan pengaruh tidak langsung dari masing-masing agroindustri makanan dan non makanan, dampak pengembangan sektor agroindutri akan lebih besar di terima oleh tenaga kerja dan rumah tangga non pertanian dari pada tenaga kerja dan rumah tangga pertanian. Kata Kunci: Agroindustri, Sistem Neraca Sosial Ekonomi Pertanian, Efek Pengganda I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Proses industrialisasi telah mengakibatkan perubahan peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia, yang ditunjukkan melalui penurunan proporsi output sektor pertanian terhadap output nasional. Pangsa sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional telah turun dari sekitar 47.6 persen pada tahun 1970 menjadi hanya 15.4 persen pada tahun 2004. Sebaliknya pangsa sektor non pertanian meningkat dari sekitar 52.4 persen menjadi 84.6 persen. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pun mengalami serupa. Selama periode 1982-2004 penyerapan tenaga kerja sektor pertanian secara konsisten terus mengalami penurunan, yaitu dari 54.7 persen menjadi 19.8 persen (BPS, 2005). Menurunnya peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional juga dapat dilihat dari menurunnya pangsa sektor pertanian dalam struktur ekspor 1 Staf Peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

2 Indonesia. Pangsa ekspor sektor pertanian pada tahun 1970 masing sebesar 66 persen, pada tahun 1980 turun menjadi hanya 13.6 persen sementara ekspor sektor industri naik dari sekitar 4 persen pada tahun 1980 menjadi sekitar 42 persen pada tahun 1990. Pangsa ekspor sektor industri semakin meningkat mencapai rata-rata 69.4 persen pada tahun 2004 sementara pangsa ekspor sektor pertanian hanya 3.4 persen (BPS, 2005). Penurunan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional tersebut merupakan konsekuensi logis dari suatu transformasi perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Namun penurunan peran tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat sumberdaya nasional adalah di sektor pertanian dan sumber penghidupan sebagian besar rumah tangga saat ini masih bergantung di sektor pertanian. Dari sisi pertumbuhan, proses industrialisasi tersebut telah berhasil meningkatkan pertumbuhan nasional mencapai sekitar 7 persen per tahun. Namun di sisi lain juga menimbulkan berbagai permasalahan, diantaranya: (a) meningkatnya konversi lahan pertanian produktif sehingga proporsi petani gurem (luas garapan < 0,50 ha) meningkat menjadi 13,7 juta KK pada tahun 2003, (b) persentase penduduk miskin yang masih cukup tinggi, sekitar 16.7 persen pada tahun 2004 dimana sekitar 65 persen berada di sektor pertanian dan perdesaan, (c) kesenjangan produktivitas sektor pertanian masih cukup tinggi, sekitar 33 % dari produktivitas nasional. Berdasarkan argumentasi di atas, industrialisasi pertanian, melalui pengembangan sektor agroindustri, dapat dipandang sebagai transisi yang paling tepat dalam menjembatani proses transformasi ekonomi di Indonesia. Peran sektor pertanian dalam PDB dengan demikian tidak dilihat dari produk primer yang dihasilkan saja, melainkan harus dikaitkan dengan industri pengolahan dan pemasaran yang diciptakan dan perannya dalam menarik dan mendorong pembangunan khususnya di perdesaan. Bersama-sama dengan sektor pertanian primer, sektor agroindustri akan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah terbukti pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan dengan cepat mengalami pemulihan. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Rangarajan, 1982; Haggblade et al., 1991). Hal ini berimplikasi melalui pengembangan sektor agroindustri, akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang

3 semakin menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas. Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian besar berada di sektor pertanian. 1.2. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan, tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional, khususnya dalam menciptakan output, nilai tambah, penyerapan tenaga kerja serta perannya dalam mendorong peningkatan pendapatan sektor-sektor lainnya. 2. Menganalisis peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga, khususnya rumah tangga pertanian dan perdesaan. 3. Menganalisis transmisi pengaruh dari sektor agroindustri ke sektor lainnya serta ke rumah tangga pertanian dan perdesaan. II. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Metode Analisis Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model SNSE atau SAM (Social Accounting Matrix Model), yaitu model yang dapat untuk menjelaskan keterkaitan aspekaspek ekonomi dan sosial secara terpadu. Pengganda neraca SNSE dapat menunjukkan perubahan pendapatan yang terjadi pada variabel endogen tertentu apabila ada injeksi atau stimulus ekonomi pada neraca eksogen (Bautista et al., 1999). Pengganda neraca SNSE dapat ditulis dalam persamaan matriks sebagai: T = M a X... (1) dimana M a = (I A) -1 disebut sebagai matriks pengganda neraca (accounting multiplier) dan (I A) -1 disebut sebagai matriks kebalikan Leontief. Model tersebut menjelaskan bahwa pendapatan neraca endogen (yaitu neraca faktor produksi, neraca institusi dan neraca sektor produksi) yang dinyatakan dalam notasi T, akan berubah sebesar M a unit akibat adanya perubahan neraca eksogen, dinyatakan dalam notasi X sebesar satu unit. Besarnya M a ditentukan oleh besaran koefisien multiplier pada matriks (I A) -1. Analisis pengganda neraca dapat memperlihatkan keterkaitan sektor-sektor ekonomi dan informasi mengenai pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja masyarakat.

4 Pengganda neraca M a dapat didekomposisi menjadi beberapa komponen. Pyatt dan Round (1985) dalam Daryanto (2000) melakukan dekomposisi pengganda neraca M a ke dalam beberapa komponen. Dekomposisi dilakukan untuk melihat proses perubahan neraca endogen akibat dari perubahan neraca eksogen. Terdapat tiga komponen hasil dekomposisi matriks neraca pengganda M a yang dirumuskan dalam bentuk aditif sebagai berikut: M a = I + (M a.1 I) + (M a.2 I) M a.1 + (M a.3 I) M a.2 M a.1... (2) dimana: I = (injeksi awal) M a 1 I = pengganda transfer (M a2 I) M a1 = pengganda open loop (M a3 I) M a2 M a1 = pengganda close loop Bentuk pertama dari persamaan (2) adalah matriks Identitas (I) yang menggambarkan dampak awal injeksi neraca eksogen terhadap neraca endogen. Bentuk kedua, ketiga dan keempat adalah matriks hasil dekomposisi matriks pengganda neraca, yaitu: (a) pengganda transfer, (b) pengganda open loop, dan (c) pengganda cloose loop. Makna ekonomi dari komponen pengganda neraca tersebut sebagi berikut. Pengganda transfer menunjukkan dampak yang terjadi di dalam suatu neraca dimana stimulus ekonomi awal diberikan. Misalnya stimulus ekonomi awal diberikan terhadap neraca sektor produksi, maka pengganda transfer akan bekerja pada neraca sektor produksi atau akan menimbulkan dampak bagi dirinya sendiri (own effect). Pengganda open loop menunjukkan dampak yang terjadi terhadap neraca lain sebagai akibat adanya stimulus ekonomi awal yang diberikan pada neraca tertentu atau akan menimbulkan dampak silang (cross effect). Misalnya stimulus ekonomi awal yang diberikan kepada neraca sektor produksi menyebabkan kenaikan output sektor produksi yang selanjutnya kenaikan output tersebut akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja sehingga berakibat pada kenaikan pendapatan tenaga kerja. Sementara kebutuhan terhadap tenaga kerja dipenuhi oleh rumah tangga. Hal ini berarti, dengan adanya stimulus ekonomi terhadap neraca sektor produksi akan memberikan dampak pendapatan bagi tenaga kerja dan institusi rumah tangga. Sedangkan pengganda close loop menunjukkan pengaruh stimulus dari suatu neraca yang dipancarkan ke neraca lain kemudian kembali pada neraca semula. 2.2. Jenis dan Sumber Data Data utama yang digunakan adalah data SNSE (Sistem Neraca Sosial Ekonomi) atau SAM (Social Accounting Matrix). SNSE diterbitkan setiap 5 tahun sekali. Dalam penelitian ini digunakan Neraca SNSE terbaru yang telah dipublikasikan oleh oleh Badan

5 Pusat Statistik (BPS), yaitu neraca SNSE tahun 2003, merupakan updating dari neraca SNSE tahun 2000. Sedangkan neraca SNSE 2005 sampai kajian ini ditulis belum dipublikasikan oleh BPS. Selain menggunakan neraca SNSE, penelitian ini juga menggunakan data-data pendukung, antara lain Tabel Input-Output, Statistik Industri serta data-data lain yang relevan. Data pendukung dipergunakan untuk melakukan disagregasi sektor agroindustri ke agroindustri makanan dan non makanan. Sebagian besar data yang digunakan bersumber dari BPS. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Peran Sektor Agroindustri Dalam Perekonomian Nasional Analisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah tenaga kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam satu titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai proxy penyerapan tenaga kerja nasional, sementara peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan sektor lain dapat diproksi melalui pengganda keterkaitan sektor, khususnya keterkaitan ke belakang. Makna dari nilai pengganda sektor agroindustri adalah sebagai berikut. Apabila diberikan stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah ke sektor agroindustri, akan meningkatkan total output, nilai tambah tenaga kerja ataupun penerimaan sektor lain secara nasional sebesar masing-masing nilai penggandanya dengan satuan yang sama. Tabel 1 menyajikan nilai pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan pengganda keterkaitan sektor. Sektor yang dianalisis difokuskan pada sektor agroindustri makanan dan non makanan dan sektor pertanian primer. Hasil analisis menunjukkan sektor agroindustri non makanan memiliki nilai penganda output lebih tinggi dibandingkan agroindustri makanan dan sektor pertanian primer. Demikian pula perannya dalam meningkatkan PDB nasional melalui nilai tambah yang dihasilkan serta pendapatan sektor-sektor lain yang ditunjukkan melalui pengganda keterkaitan sektor. Untuk pengganda nilai tambah, besaran pengganda nilai tambah agroindustri makanan sebesar 2.41. Dengan apabila permintaan akhir agroindustri makanan meningkat 1 milyar rupiah, maka PDB nasional secara agregat diperkirakan akan meningkat sebesar 2.41 milyar rupiah. Nilai tersebut berasal dari penerimaan tenaga kerja 1.61 milyar rupiah selebihnya dari penerimaan modal. Namun

6 sebaliknya, dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor agroindustri makanan memiliki peran lebih besar dibandingkan agroindustri non makanan. Peran sektor pertanian primer sendiri dalam meningkatkan pertumbuhan output maupun penyerapan tenaga kerja lebih rendah dibandingkan dengan sektor agroindustri. Hasil analisis ini membuktikan bahwa pengembangan sektor agroindustri akan meningkatkan kinerja sektor pertanian secara umum, yaitu akan menghasilkan peningkatan output, PDB serta penyerapan tenaga kerja nasional serta mendorong peningkatan pendapatan sektor-sektor lain lebih besar dibandingkan dengan pengembangan sektor pertanian primer. Tabel 1. Pengganda Output dan Tenaga Kerja Menurut Sektor SEKTOR Output Nilai tambah Tenaga kerja Keterkaitan Sektor Pertanian Primer Pertanian tan pangan 6.05 2.86 2.06 4.65 Peternakan dan hasilnya 6.74 2.67 1.72 5.29 Perikanan 1.63 0.33 0.19 0.58 Kehutanan & perburuan 4.98 2.11 1.23 3.95 Pertanian tan. Lainnya 6.34 2.79 1.87 5.12 Agroindustri Makanan Ind mak sektor Peternakan 6.09 2.31 1.53 5.05 Ind mak sektor Tan pangan 6.24 2.41 1.58 5.10 Ind mak sektor Perikanan 6.34 2.39 1.55 5.25 Ind mak sektor Perkebunan 5.96 2.24 1.46 4.36 Industri minuman 6.22 2.47 1.67 5.19 Industri rokok 6.34 2.64 1.85 5.32 Agroindustri Non Makanan Industri kapuk 6.57 2.38 1.44 5.57 Ind kulit samakan, olahan 6.66 2.50 1.42 5.65 Ind kayu lapis, barang dr kayu, bambu dan rotan 7.02 2.69 1.56 5.89 Ind bubur kertas 6.78 2.47 1.41 5.72 Ind karet remah & asap 6.67 2.83 1.85 5.60 Agroindustri makanan 6.20 2.41 1.61 5.05 Agroindustri non makanan 6.74 2.57 1.53 5.69 Pertanian Primer 5.15 2.15 1.41 3.92 3. 2. Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga Petani Berbeda dengan nilai pengganda output, nilai tambah maupun tenaga kerja yang selalu lebih besar dari satu, pengganda pendapatan rumah tangga menghasilkan nilai lebih kecil dari satu (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan produksi sektor agroindustri akan menghasilkan dampak terhadap peningkatan pendapatan sektor

7 produksi maupun tenaga kerja lebih besar dibandingkan pengaruh yang ditransmisikan ke rumah tangga. Dengan mengelompokkan rumah tangga ke dalam 6 golongan rumah tangga nilai pengganda pendapatan rumah tangga berkisar 0.1 sampai 0.9. Sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan secara umum menghasilkan pengganda pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan sektor pertanian primer. Dengan demikian pengembangan sektor agroindustri akan menghasilkan peningkatan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan pengembangan yang dilakukan ke sektor lain. Tabel 2. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga SEKTOR Buruh Tani Petani Kecil Petani Luas NP Rendah Desa NP Atas Desa NP Rendah Kota NP Atas Kota Pertanian Primer Pertanian Tanaman angan 0.26 0.38 0.33 0.61 0.26 0.74 0.29 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.22 0.28 0.25 0.55 0.22 0.80 0.31 Perikanan 0.03 0.03 0.03 0.06 0.02 0.10 0.04 Kehutanan dan Perburuan 0.16 0.18 0.17 0.43 0.16 0.67 0.26 Pertanian Tanaman Lainnya 0.23 0.32 0.28 0.59 0.24 0.79 0.31 Agroindustri Makanan Ind mak sektor peternakan 0.18 0.22 0.20 0.48 0.18 0.74 0.28 Ind mak sektor tan pangan 0.18 0.22 0.21 0.50 0.19 0.77 0.29 Ind mak sektor perikanan 0.18 0.23 0.21 0.50 0.19 0.75 0.29 Ind mak sektor perkebunan 0.17 0.21 0.20 0.47 0.18 0.71 0.27 Industri minuman 0.18 0.22 0.20 0.52 0.19 0.82 0.31 Industri rokok 0.18 0.20 0.19 0.56 0.19 0.94 0.35 Agroindustri Non Makanan Industri Kapuk 0.16 0.17 0.17 0.48 0.17 0.84 0.31 Industri kulit samakan dan olahan 0.16 0.18 0.18 0.49 0.17 0.86 0.32 Industri kayu lapis, bambu & rotan 0.18 0.19 0.19 0.53 0.19 0.94 0.35 Industri bubur kertas 0.16 0.18 0.18 0.49 0.17 0.86 0.32 Industri karet remah, karet asap 0.18 0.20 0.19 0.57 0.19 1.05 0.39 Agroindustri Makanan 0.18 0.22 0.20 0.50 0.19 0.79 0.30 Agroindustri non Makanan 0.17 0.19 0.18 0.51 0.18 0.91 0.34 Sektor Primer 0.18 0.24 0.21 0.45 0.18 0.62 0.24 Catatan: NP Rendah Desa = Non Pertanian golongan rendah di desa; NP Atas Desa = Non Pertanian golongan atas di desa; NP Rendah Kota = Non Pertanian golongan rendah di kota; NP Atas Kota = Non Pertanian golongan atas di kota. Namun bagi rumah tangga petani maupun buruh tani, berdasarkan nilai pengganda pendapatan, pertanian primer tetap merupakan sektor yang paling berperan dalam meningkatkan pendapatan mereka, meskipun perbedaan nilai pengganda antara sektor sektor

8 pertanian primer dan agroindustri tidak terlampau besar. Dengan demikian pengembangan agroindustri dewasa ini belum mampu menghasilkan peningkatan pendapatan secara nyata bagi rumah tangga petani dan buruh tani. Jika diberikan stimulus ekonomi di sektor agroindustri, maka pendapatan terbesar akan diterima oleh rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di kota dan di desa, misalnya para pedagang, buruh angkut serta rumah tangga pekerja jasa golongan rendah lain. Sedangkan rumah tangga buruh tani dan petani adalah golongan yang justru memperoleh pendapatan terkecil. Hal ini berimplikasi bahwa pengembangan sektor agroindustri lebih banyak melibatkan tenaga kerja di sektor non pertanian dengan pelaku terutama rumah tangga golongan rendah dibandingkan rumah tangga buruh tani dan petani yang berperan dalam penyediaan bahan baku industri. Fenomena di lapang yang mendukung hasil analisis di atas adalah pengembangan agroindustri yang bersifat vertikal oleh perusahaan agroindustri sehingga peran petani dan buruh tani sekitar dalam penyediaan bahan baku relatif kecil. Pada umumnya alasan perusahaan melakukan pengembangan vertikal adalah terkait dengan jaminan kualitas dan kontinyuitas pasokan bahan baku industri. Dengan demikian manfaat pengembangan agroindustri kurang mengalir ke rumah tangga petani dan buruh tani. Hasil senada untuk sektor pertanian primer. Nilai pengganda pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani lebih kecil dibandingkan pengganda pendapatan rumah tangga non pertanian, terutama rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Artinya pengembangan sektor pertanian primer, seperti halnya sektor agroindustri, lebih banyak menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga non pertanian daripada rumah tangga petani dan buruh tani Lebih lanjut, meskipun peran sektor agroindustri dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani lebih kecil dibandingkan sektor pertanian primer, namun apabila dibedakan antara sektor agroindustri makanan dan non makanan, pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan peningkatan pendapatan buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan pengembangan sektor agroindustri non makanan. Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non pertanian, pengembangan sektor agroindustri non makanan akan berdampak meningkatkan pendapatan lebih besar dibandingkan pengembangan sektor agroindustri makanan. Hal ini berimplikasi bahwa pengembangan sektor agroindustri makanan lebih banyak berorientasi di sektor pertanian dan perdesaan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar kepada petani dan buruh tani dibandingkan agroindustri non makanan, sementara agroindustri non makanan lebih banyak berorientasi di

9 sektor non pertanian dan di kota sehingga manfaat yang dihasilkan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga non pertanian di kota. Bagi pemilik modal, yang dalam analisis ini diwakili oleh rumah tangga golongan atas, pengembangan sektor agroindustri akan berdampak lebih besar dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan atas di kota dibandingkan rumah tangga golongan atas di desa. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap pengembangan sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal dari ataupun rumah tangga golongan atas di kota dibandingkan pemilik modal dan rumah tangga golongan atas di desa. Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan sector pertanian dan agroindustri di Indonesia belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Manfaat pengembangan sektor pertanian primer dan agroindustri belum sampai secara maksimal ke rumah tangga pertanian. Buruh tani menerima manfaat paling kecil dibandingkan kelompok rumah tangga lain, dan rumah tangga golongan atas di kota menerima pendapatan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga golongan atas di pedesaan maupun petani dan buruh tani. 3.3. Tahapan Transmisi Pengaruh yang Dipancarkan dari Sektor Agroindustri ke Rumah Tangga Petani Nilai-nilai pengganda yang telah diuraikan pada dasarnya mencerminkan pengaruh total akibat perubahan neraca eksogen terhadap neraca endogen. Pengaruh tersebut sebetulnya melalui beberapa tahapan sehingga nilai pengganda dapat didekomposisi menjadi beberapa komponen. Dekomposisi dilakukan untuk melihat proses perubahan neraca endogen akibat dari perubahan neraca eksogen. sebagai berikut. Dekomposisi pengganda agroindustri makanan dan non makanan diuraikan 3.1. Agroindustri Makanan Hasil analisis dekomposisi pada industri makanan secara umum menunjukkan pola yang sama, yaitu sektor pertanian primer tanaman pangan menerima pengaruh langsung (ditunjukkan melalui pengganda open loop) terbesar dibandingkan sektor pertanian primer lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara industri makanan dengan sektor pertanian primer tanaman pangan lebih erat dibandingkan dengan sektor pertanian primer lainnya. Sebagai konsekuensi lebih lanjut dari hal tersebut, tenaga kerja pertanian di desa akan menerima pengaruh langsung paling besar dengan adanya peningkatan output sektor

10 tanaman pangan. Namun karena industri makanan sebagian besar berada di perkotaan dan melibatkan banyak aktivitas non pertanian, seperti pengangkutan, pengemasan dan sebagainya, maka pengaruh secara tidak langsung (ditunjukkan melalui pengganda close loop) terhadap pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota justru lebih besar, sehingga pengaruh total (ditunjukkan melalui koefisien pengganda total) terbesar adalah pada tenaga kerja non pertanian. Dampak lebih lanjut dari peningkatan pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota tersebut adalah peningkatan pendapatan rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota yang lebih besar daripada pendapatan yang diterima rumah tangga buruh tani dan petani. Dekomposisi pengganda industri makanan sektor tanaman pangan yang ditampilkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa stimulus ekonomi yang diberikan ke industri makanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar rupiah (melalui peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi maupun ekspor) akan menghasilkan peningkatan output industri makanan sektor tanaman pangan itu sendiri sebesar 1.01 milyar rupiah. Selain menghasilkan peningkatan output pada industri itu sendiri, secara langsung juga akan menghasilkan peningkatan output bagi sektor-sektor lain dengan total peningkatan sebesar 2.12 milyar rupiah. Dalam hal ini sektor pertanian tanaman pangan sebagai pemasok bahan baku memperoleh peningkatan output sebesar 0.26 milyar rupiah. Angka tersebut merupakan angka terbesar diantara sektor pertanian primer lainnya. Dengan memperhitungkan pengganda close loop (pengaruh setelah stimulus ekonomi melalui neraca lain dan kembali ke neraca semula), stimulus ekonomi ke neraca industri makanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar akan menghasilkan pengaruh total peningkatan pendapatan sektor pertanian tanaman pangan sebesar 0.53 milyar rupiah, dimana 0.27 milyar merupakan pengaruh dari pengganda close loop. Pembahasan terhadap sektor-sektor lain yang juga memperoleh pendapatan difokuskan kepada industri ringan dan industri berat serta restoran dan perhotelan karena ketiga sektor tersebut dipandang memiliki kaitan yang erat dengan agroindustri. Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor tanaman pangan sebesar 1 milyar rupiah secara langsung (melalui pengganda transfer) akan menghasilkan output sektor industri ringan dan berat masing-masing sebesar 0.04 milyar rupiah dan 0.05 milyar rupiah. Sedangkan sektor restoran dan perhotelan yang diharapkan banyak terkait dengan penggunaan output industri makanan, hanya menerima output sebesar 0.004 milyar rupiah. Namun kontribusi pengganda close loop dalam meningkatkan output ketiga sektor tersebut jauh lebih besar sehingga total pengaruh yang diterima ketiga sektor tersebut (yang ditunjukkan melalui

11 pengganda total) masing-masing sebesar 0.49 milyar rupiah dan 0.47 milyar rupiah masingmasing untuk industri ringan dan industri berat serta 0.21 milyar rupiah untuk restoran dan perhotelan. Tabel 3. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Tanaman Pangan Stimulus awal Industri makanan sektor tanaman pangan Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain Stimulus Transfer Open Close Total awal loop loop TK pertanian di desa 0 0.24 0.26 0.50 TK pertanian di kota 0 0.03 0.04 0.08 TK non pertanian di desa 0 0.11 0.21 0.32 TK non pertanian di kota 0 0.18 0.51 0.69 RT buruh tani 0 0.07 0.11 0.18 RT petani kecil 0 0.09 0.13 0.22 RT petani luas 0 0.08 0.13 0.21 RT non pert. gol rendah di desa 0 0.18 0.32 0.50 RT non pert. gol atas di desa 0 0.07 0.12 0.19 RT non pert. gol rendah di kota 0 0.21 0.56 0.77 RT non pert. gol atas di kota 0 0.08 0.21 0.29 Pertanian tan pangan 0.26 0 0.27 0.53 Peternakan dan hasilnya 0.04 0 0.16 0.20 Perikanan 0.16 0 0.23 0.39 Kehutanan dan perburuan 0.00 0 0.02 0.03 Pertanian tanaman lain 0.12 0 0.10 0.22 Ind mak sektor tan pangan 1 1.01 0 0.12 2.14 Industri ringan & lainnya 0.04 0 0.47 0.51 Industri berat 0.05 0 0.44 0.49 Restoran dan perhotelan 0.004 0 0.21 0.22 Total sektor produksi 2.12 0 4.12 6.24 Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor tanaman pangan juga menghasilkan pengaruh silang atau peningkatan pendapatan bagi neraca lain yaitu neraca tenaga kerja dan rumah tangga yang dicerminkan melalui nilai pengganda open loop. Stimulus ekonomi 1 milyar rupiah ke industri makanan sektor tanaman pangan akan menghasilkan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa terbesar dibandingkan tenaga kerja lain, yaitu sebesar 0.24 milyar rupiah. Nilai tersebut merupakan angka terbesar untuk pengganda open loop neraca tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa dampak secara langsung peningkatan output industri makanan sektor tanaman pangan terhadap tenaga kerja betul-betul dinikmati oleh tenaga kerja pertanian. Namun dengan memperhitungkan pengganda close loop, pengaruh total pendapatan tenaga kerja terbesar bukan lagi untuk tenaga kerja pertanian di desa melainkan untuk tenaga kerja non pertanian di kota dengan total nilai pengganda sebesar 0.69. Hal ini

12 dimungkinkan mengingat lokasi industri sebagian besar berada di perkotaan dan dalam proses produksi melibatkan banyak tenaga kerja non pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah pendapatan yang diperoleh rumah tangga golongan rendah di kota juga menunjukkan angka tertinggi dengan total pendapatan sebesar 0.77 milyar rupiah. Angka tersebut ditunjukkan melalui besaran pengganda total dimana kontribusi pengganda open loop sebesar 0.21 dan pengganda close loop sebesar 0.56. 3.2. Agroindustri Non Makanan Secara umum hasil analisis dekomposisi pengganda agroindustri non makanan juga menunjukkan pola yang hampir sama, yaitu stimulus ekonomi yang ditujukan ke agroindustri non makanan, selain akan menghasilkan pengaruh langsung (melalui pengganda transfer) ke industri itu sendiri juga menghasilkan pengaruh ke sektor lain. Sektor produksi yang menerima pengaruh paling besar adalah industri berat dan industri ringan lainnya. Sedangkan untuk sektor pertanian primer, meskipun pengaruh secara langsung yang diterima relatif kecil, namun menunjukkan pola sesuai dengan yang diharapkan, yaitu pengaruh terbesar diterima oleh subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor pertanian tanaman lainnya sebagai pemasok bahan baku bagi agroindustri non makanan. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa agroindustri non makanan memiliki keterkaitan yang lebih kuat dengan sektor industri ringan (sebagai industri hilir) dan industri berat (industri mesin dan peralatan lain yang digunakan untuk proses produksi) dibandingkan dengan sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku. Pola yang sama seperti di atas terkecuali untuk agroindustri kulit samakan dan olahan, karena subsektor peternakan dan subsektor kehutanan dan perburuan sebagai pemasok bahan baku, justru menerima pengaruh langsung terkecil. Hal ini diduga karena penggunaan bahan baku dan bahan antara industri kulit lebih banyak berasal dari impor sehingga pengaruh langsung terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku relatif kecil. Meskipun secara umum stimulus ekonomi ke agroindustri non makanan tersebut menghasilkan pengaruh langsung terbesar kepada subsektor terkait pemasok bahan baku, namun bukan berarti pengaruh total yang diterima oleh subsektor tersebut juga menunjukkan angka terbesar. Sebab apabila dilihat pengaruh tidak langsung (melalui pengganda close loop), pengaruh terbesar justru diterima oleh subsektor tanaman pangan Hal ini bisa terjadi karena industri non makanan melibatkan aktivitas tenaga kerja (sebagai faktor produksi) maupun institusi rumah tangga yang banyak terkait dengan subsektor tanaman pangan.

13 Selanjutnya dilihat dari pengaruh total, (yang ditunjukkan melalui koefisien pengganda total) stimulus ekonomi ke agroindustri non makanan, pengaruh terbesar akan diterima oleh tenaga kerja non pertanian di kota. Demikian pula pengaruh langsung terbesar melalui pengganda open loop mengarah ke tenaga kerja non pertanian di kota. Dengan koefisien pengganda total pada tenaga kerja non pertanian di kota yang menunjukkan nilai terbesar, konsekuensi lebih lanjut adalah pengganda total rumah tangga non pertanian (terutama golongan rendah) di kota juga terbesar. Dengan kata lain rumah tangga yang paling banyak menerima peningkatan pendapatan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Sementara rumah tangga buruh tani dan petani justru menerima pendapatan yang terkecil, baik melalui pengganda silang (open loop) maupun pengganda tidak langsung (close loop). Tabel 4 menyajikan dekomposisi pengganda industri kapuk Stimulus ekonomi ke industri kapuk akan menghasilkan pengaruh langsung kepada industri kapuk yang dicerminkan melalui pengganda trnsfer sebesar 1.00 dan pengganda close loop sebesar 0.0007. Besaran pengganda close loop tersebut lebih kecil dibandingkan dengan pengganda yang sama pada sektor lain. Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan peningkatan output pada sektor-sektor lain secara langsung melalui pengganda transfer. Industri berat memiliki pengganda transfer paling besar dibandingkan sektor lain, kemudian diikuti oleh industri ringan. Sedangkan sektor pertanian primer mempunyai pengganda transfer lebih kecil. Hal ini berarti peningkatan output pada industri kapuk menghasilkan dampak peningkatan output yang lebih besar bagi industri berat dan industri ringan (industri hilir pengguna bahan baku kapuk) dibandingkan dengan dampak terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku. Dampak yang lebih besar bagi industri berat menunjukkan industri kapuk bersifat padat modal yang dicerminkan melalui penggunaan mesin-mesin yang termasuk dalam industri berat. Dengan demikian peningkatan output industri kapuk akan mendorong peningkatan output industri berat. Hal yang sama bagi industri ringan, yang menunjukkan bahwa industri kapuk erat kaitannya dengan industri ringan yang menggunakan kapuk sebagai bahan baku industri. Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan dampak silang yang ditunjukkan melalui pengganda open loop terhadap faktor produksi tenaga kerja non pertanian di kota yang paling besar. Artinya peningkatan produksi industri kapuk akan banyak melibatkan tenaga kerja non pertanian di kota. Hal yang sama untuk pengganda close loop.

14 Tabel 4. Dekomposisi Pengganda Industri Kapuk Stimulus awal Industri kapuk Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain Stimulus Transfer Open Close Total awal loop loop TK pertanian di desa 0 0.04 0.26 0.30 TK pertanian di kota 0 0.01 0.04 0.05 TK non pertanian di desa 0 0.12 0.21 0.34 TK non pertanian di kota 0 0.24 0.51 0.76 RT buruh tani 0 0.05 0.11 0.16 RT petani kecil 0 0.04 0.13 0.17 RT petani luas 0 0.05 0.12 0.17 RT non pert. gol rendah di desa 0 0.16 0.32 0.48 RT non pert. gol atas di desa 0 0.05 0.12 0.17 RT non pert. gol rendah di kota 0 0.28 0.56 0.84 RT non pert. gol atas di kota 0 0.10 0.21 0.31 Pertanian tan pangan 0.02 0 0.27 0.28 Peternakan dan hasilnya 0.01 0 0.15 0.16 Perikanan 0.07 0 0.23 0.30 Kehutanan dan perburuan 0.04 0 0.02 0.07 Pertanian tanaman lain 0.06 0 0.10 0.16 Industri kapuk 1 1.00 0 0.00 2.00 Industri ringan & lainnya 0.19 0 0.46 0.65 Industri berat 0.21 0 0.44 0.65 Perdagangan, pergudangan 0.12 0 0.10 0.22 Total sektor produksi 2.35 0 4.11 6.57 Dengan hasil tersebut maka rumah tangga yang paling banyak menerima pendapatan adalah rumah tangga non pertanian (terutama golongan rendah) di kota yang ditunjukkan melalui pengganda open loop sebesar 0.24 dan pengganda close loop sebesar 0.51. Sedangkan rumah tangga buruh tani dan petani merupakan golongan rumah tangga yang memperoleh dampak peningkatan pendapatan yang paling kecil. Pengaruh langsung langsung yang diterima hanya sebesar 0.05 dan 0.04 selebihnya berasal dari pengaruh tidak langsung. IV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 4.1. Kesimpulan 1. Sektor agroindustri dewasa ini memiliki peran yang lebih besar dalam meningkatkan output, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor pertanian primer meskipun tidak menunjukkan perbedaan yang begitu besar. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, agroindustri makanan memiliki peran yang lebih tinggi dibandingkan agroindustri non makanan. Sebaliknya dalam hal peningkatan output dan nilai tambah, agroindustri non makanan memiliki peran yang lebih besar.

15 2. Meskipun sektor agroindustri memiliki peran yang besar dalam meningkatkan perekonomian nasional, namun pengembangan agroindustri belum mampu meningkatkan pendapatan golongan rumah tangga buruh tani dan petani. Manfaat pengembangan agroindustri lebih banyak mengalir ke rumah tangga non pertanian di kota, sebaliknya buruh tani dan petani menerima pendapatan terkecil. 3. Pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan peningkatan pendapatan bagi golongan rumah tangga buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan pengembangan sektor agroindustri non makanan. Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non pertanian, pengembangan sektor agroindustri non makanan akan berdampak lebih besar dalam meningkatkan pendapatan mereka. 4. Pengembangan sektor agroindustri makanan akan menghasilkan pengaruh langsung terbesar dipancarkan ke tenaga kerja pertanian di desa. Namun pengaruh tidak langsung yang dipancarkan ke tenaga kerja non pertanian di kota jauh lebih besar sehingga dampak pengembangan sektor agroindustri makanan secara total lebih besar diterima oleh rumah tangga non pertanian di kota. Sektor produksi yang menerima pengaruh terbesar dengan adanya pengembangan agroindustri makanan adalah sektor pertanian primer tanaman pangan. 5. Pengembangan sektor agroindustri non makanan akan menghasilkan pengaruh terbesar, baik pengaruh langsung maupun tidak langsung, ke tenaga kerja non pertanian di kota. Dengan demikian dampak pengembangan agroindustri non makanan akan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga non pertanian di kota. Pengaruh pengembangan agroindustri non makanan akan lebih mengarah ke industri ringan dan industri berat daripada ke sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku. 4.2. Implikasi Kebijakan 1. Agar proses industrialisasi di Indonesia sesuai dengan konsep pembangunan industri yang berbasis pertanian, maka pembangunan industri perlu diarahkan pada pengembangan agroindustri. Namun pembangunan sektor agroindustri perlu dilakukan secara simultan dengan pembangunan sektor pertanian primer sehingga kinerja sektor pertanian primer dapat memenuhi tuntutan bagi pengembangan sektor agroindustri di Indonesia. 2. Agar pengembangan agroindustri disamping dapat meningkatkan perekonomian nasional juga meningkatkan pendapatan rumah tangga buruh tani maupun petani, maka pemerintah perlu memfokuskan kebijakan yang dapat meningkatkan produktivitas sektor

16 pertanian primer dan mendorong pengembangan sektor agroindustri, khususnya sektor agroindustri berskala kecil dan menengah. 3. Dari sisi rumah tangga petani, agar rumah tangga petani dan buruh tani dapat mengambil mafaat secara maksimal dari pengembangan sektor pertanian maupun sektor agroindustri sehingga pendapatan mereka dapat ditingkatkan, pemerintah perlu meningkatkan ketrampilan maupun pendidikan, serta meningkatkan akses informasi dan akses modal bagi golongan rumah tangga buruh tani dan petani. DAFTAR PUSTAKA BPS, 2005. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bautista, R.M., S. Robinson and M. El-Said. 1999. Alternative Industrial Development Path for Indonesia: SAM and CGE Analysis. TMD Discussion Paper No. 42. International Food Policy Research Institute (IFPRI), Washington D.C. Daryanto, A. 2000. Social Accounting Matrix Model for Development Analysis. Mimbar Sosek, 14(3): 23-43. Haggblade, S., S.J. Hamer and P.B.R. Hazell. 1991. Modelling Agricultural Growth Multipliers. American Journal of Agricultural Economics, 73 (2): 361-374. Pyatt, G. and J. Round. 1985. Social Accounting Matrices: A Basis for Planning. The World Bank, Washington D.C. Rangarajan, C. 1982. Agricultural Growth and Industrial Performance in India. IFPRI. Research Report 33. Washington D.C.

17