STUDI PERBANDINGAN ANTARA ALGORITMA BIVARIATE MARGINAL DISTRIBUTION DENGAN ALGORITMA GENETIKA

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Operator Crossover pada Permasalahan Permainan Puzzle

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

Prosiding Matematika ISSN:

PEMAMPATAN MATRIKS JARANG DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

Optimasi Metode Fuzzy Dengan Algoritma Genetika Pada Kontrol Motor Induksi

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

OPTIMASI PENDUGAAN PARAMETER DALAM ANALISIS STRESS DAN STRAIN TERHADAP MATERIAL MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

Lingkup Metode Optimasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

PENYELESAIAN KNAPSACK PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

MEMBANGUN TOOLBOX ALGORITMA EVOLUSI FUZZY UNTUK MATLAB

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

DINAMISASI PARAMETER ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POPULATION RESIZING ON FITNESS IMPROVEMENT FUZZY EVOLUTIONARY ALGORITHM (PROFIFEA)

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

Bab II Konsep Algoritma Genetik

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Zbigniew M., Genetic Alg. + Data Structures = Evolution Program, Springler-verlag.

Penerapan Algoritma Genetika Untuk Vehicle Routing Problem with Time Window (VRPTW) Pada Kasus Optimasi Distribusi Beras Bersubsidi

PENERAPAN ALGORITMA GENETIK UNTUK OPTIMASI DENGAN MENGUNAKAN PENYELEKStAN RODA ROULETTE

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN APLIKASI PENJADWALAN KULIAH SEMESTER I MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

IMPLEMENTASI ALGORITMA FUZZY EVOLUSI PADA PENJADWALAN PERKULIAHAN

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

OPTIMASI POLA PENYUSUNAN BARANG DALAM RUANG TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHMS

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana :

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA TEKNIK CYCLE CROSSOVER.

KONSEP ALGORITMA GENETIK BINER UNTUK OPTIMASI PERENCANAAN JADWAL KEGIATAN PERKULIAHAN

Genetic Algorithme. Perbedaan GA

PERANCANGAN APLIKASI PENJADWALAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

Analisis Komparasi Genetic Algorithm dan Firefly Algorithm pada Permasalahan Bin Packing Problem

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian Air Minum Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: UD.

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

PENENTUAN MATCHING MAKSIMUM PADA GRAPH BIPARTISI BERBOBOT DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

KNAPSACK PROBLEM DENGAN ALGORITMA GENETIKA

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari dan juga merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

ANALISIS PENGATURAN INDIVIDU CROSSOVER DAN MUTASI ALGORITMA GENETIKA STUDI KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 45 Edisi... Volume..., Bulan 20.. ISSN :

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

RANCANG BANGUN SISTEM PENENTUAN KOMPOSISI BAHAN PANGAN HARIAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

BAB III. Metode Penelitian

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE OPTIMUM OBJEK WISATA DI KABUPATEN PEMALANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA DEDI HARIYANTO

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANCE ATAS METODE ARITHMETIC CROSSOVER DALAM ALGORITMA GENETIKA

Analisis Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Pencarian Nilai Fungsi Maksimum Djunaedi Kosasih 1) Rinaldo 2)

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan sebagai pedoman perawatan adalah sebuah panduan sebagaimana

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK VISUALISASI DUA DIMENSI WELL PRODUCTION FORECASTING DENGAN GENETIC ALGORITHM

BAB II LANDASAN TEORI. Evolutionary Algorithm merupakan terminologi umum yang menjadi payung

Transkripsi:

STUDI PERBANDINN ANTARA ALGORITMA BIVARIATE MARGINAL DISTRIBUTION DENN ALGORITMA GENETIKA Chastine Fatichah, Imam Artha Kusuma, Yudhi Purwananto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email: chf@its-sby.edu; toshi_kusuma@yahoo.com; yudhi@its-sby.edu ABSTRAK: Bivariate Marginal Distribution Algorithm merupakan perkembangan lebih lanjut dari Estimation of Distribution Algorithm. Algoritma heuristik ini mengenalkan pendekatan baru dalam melakukan rekombinasi untuk membentuk individu baru, yaitu tidak menggunakan proses crossover dan mutasi seperti pada Genetic Algorithm. Bivariate Marginal Distribution Algorithm menggunakan keterkaitan pasangan variabel dalam melakukan rekombinasi untuk membentuk individu baru. Keterkaitan antar variabel tersebut ditemukan selama proses optimasi berlangsung. Aplikasi yang dibuat dalam penelitian ini ditujukan untuk membandingkan kinerja Genetic Algorithm sederhana persilangan satu titik dengan Bivariate Marginal Distribution Algorithm pada kasus Onemax, Fungsi De Jong F2, dan Traveling Salesman Problem. Dari uji coba yang dilakukan, didapat hasil bahwa kinerja dari kedua algoritma tersebut dipengaruhi oleh parameter masing-masing dan juga besar ukuran populasi yang digunakan. Untuk kasus Onemax dengan ukuran masalah yang kecil, Genetic Algorithm lebih unggul dalam hal jumlah iterasi yang lebih sedikit dan waktu yang lebih cepat untuk mendapat hasil optimal. Namun, Bivariate Marginal Distribution Algorithm lebih unggul dalam hal hasil optimasi pada kasus Onemax dengan ukuran masalah yang lebih besar. Untuk Fungsi De Jong F2, Genetic Algorithm lebih unggul dari Bivariate Marginal Distribution Algorithm utamanya dalam hal jumlah iterasi dan waktu. Sedangkan untuk kasus Traveling Salesman Problem, Bivariate Marginal Distribution Algorithm dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari Genetic Algorithm dalam hal hasil optimasi. Kata kunci: heuristic algorithm, estimation of distribution algorithm, bivariate marginal distribution algorithm, genetic algorithm. ABSTRACT: Bivariate Marginal Distribution Algorithm is extended from Estimation of Distribution Algorithm. This heuristic algorithm proposes the new approach for recombination of generate new individual that without crossover and mutation process such as genetic algorithm. Bivariate Marginal Distribution Algorithm uses connectivity variable the pair gene for recombination of generate new individual. Connectivity between variable is doing along optimization process. In this research, genetic algorithm performance with one point crossover is compared with Bivariate Marginal Distribution Algorithm performance in case Onemax, De Jong F2 function, and Traveling Salesman Problem. In this research, experimental results have shown performance the both algorithm is dependence of parameter respectively and also population size that used. For Onemax case with size small problem, Genetic Algorithm perform better with small number of iteration and more fast for get optimum result. However, Bivariate Marginal Distribution Algorithm perform better of result optimization for case Onemax with huge size problem. For De Jong F2 function, Genetic Algorithm perform better from Bivariate Marginal Distribution Algorithm of a number of iteration and time. For case Traveling Salesman Problem, Bivariate Marginal Distribution Algorithm have shown perform better from Genetic Algorithm of optimization result. Keywords: heuristic algorithm, estimation of distribution algorithm, bivariate marginal distribution algorithm, genetic algorithm. PENDAHULUAN Genetic Algorithm () bekerja dengan rangkaian populasi yang berukuran tetap. Dari populasi yang ada, kromosom yang lebih baik akan lebih dipilih dibandingkan dengan kromosom yang buruk. Rangkaian baru dihasilkan dengan menggunakan rekombinasi/penyilangan operator dan mutasi. Rekombinasi populasi menggabungkan informasi yang terkandung di dalam dua kromosom sedangkan mutasi melakukan gangguan pada rangkaian kromosom untuk menjaga keanekaragaman populasi dan mengenalkan informasi baru. Proses ini diketahui dapat menyebabkan gangguan pada kromosom yang menyebabkan algoritma ini berpenampilan buruk pada masalah yang membutuhkan hasil optimum. Hal ini akhirnya menuntun pada pendekatan baru dalam melakukan rekombinasi yang dinamakan Estimation of Distribution Algorithm (EDA). EDA pertama kali diperkenalkan dalam lingkup Evolutionary Computation oleh Muehlenbein dan Paab (6) []. 3

32 JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 Perkembangan dari EDA lebih lanjut adalah Univariate Marginal Distribution Algorithm (UMDA) (Muehlenbeim, 8), Population Based Incremental Learning (PBIL) (Baluja, ) dan Compact Genetic Algorithm (c) (Harik, 8). Ketiga algoritma tersebut memberikan hasil yang baik pada kromosom dengan dependensi yang rendah di antara variabel-variabelnya, tetapi tidak memberikan hasil yang baik untuk tingkat ketergantungan yang lebih tinggi. Untuk memecahkan masalah tersebut, diperkenalkanlah Bivariate Marginal Distribution Algorithm () (Pelikan dan Muehlenbeim, ) []. Hal yang menarik mengenai pendekatan baru dalam proses rekombinasi ini adalah apakah pendekatan baru tersebut benar-benar dapat menunjukkan nilai lebih dibanding. Untuk itu, perlu kiranya untuk membandingkan algoritma dengan pendekatan baru tersebut dengan. DASAR TEORI Bagian ini memberikan penjelasan mengenai Algoritma Genetika dan Algoritma Bivariate Marginal Distribution. Algoritma Genetika pertama kali dikembangkan oleh John Holland dari Universitas Michigan (). John Holland mengatakan bahwa setiap masalah yang berbentuk adaptasi (alami atau buatan) dapat diformulasikan dalam terminologi genetika. adalah simulasi dari proses evolusi Darwin dan operasi genetika atas kromosom. Pada algoritma ini, teknik pencarian dilakukan sekaligus atas sejumlah solusi yang mungkin yang dikenal dengan istilah populasi. Individu yang terdapat dalam satu populasi disebut dengan istilah kromosom. Kromosom ini merupakan suatu solusi yang masih berbentuk simbol. Populasi awal dibentuk secara acak, sedangkan populasi berikutnya merupakan hasil evolusi kromosom-kromosom melalui iterasi yang disebut dengan istilah generasi. Pada setiap generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut. Generasi berikutnya dikenal dengan istilah anak (offspring) yang terbentuk dari gabungan 2 kromosom generasi sekarang yang bertindak sebagai induk (parent) dengan menggunakan operator penyilangan (crossover). Selain operator penyilangan, suatu kromosom dapat juga dimodifikasi dengan menggunakan operator mutasi. Populasi generasi yang baru dibentuk dengan cara menyeleksi nilai fitness dari kromosom induk (parent) dan nilai fitness dari kromosom anak (offspring), serta menolak kromosom-kromosom yang lainnya sehingga ukuran populasi (jumlah kromosom dalam suatu populasi) adalah konstan. Setelah melalui beberapa generasi, maka algoritma ini akan konvergen ke kromosom terbaik. Algoritma Bivariate Marginal Distribution merupakan pengembangan dari UMDA. Algoritma ini menggunakan keterkaitan pasangan gen untuk mengembangkan UMDA yang sederhana. merupakan contoh khusus dari Algoritma Factorization Distribution (FDA) tapi tanpa adanya pengetahuan spesifik pada taraf awal. Pengetahuan tentang ketergantungan antar gen ditemukan selama proses optimasi itu sendiri. dimulai dengan pembentukan populasi awal secara acak dilanjutkan dengan pemilihan himpunan selected parents untuk kemudian dihitung nilai univariate dan bivariate marginal frequenciesnya. Dengan menggunakan nilai univariate dan bivariate marginal frequencies tersebut, tingkat ketergantungan antar gen atau posisi bit dihitung dengan menggunakan Pearson s chi-square statistics. Tahap selanjutnya adalah pembentukan dependency graph dengan menggunakan informasi ketergantungan antar gen yang telah didapat sebelumnya. Graph tersebut didefinisikan oleh 3 himpunan V, E, dan R, yaitu G = (V,E,R). V adalah himpunan dari vertex-vertex, E VxV adalah himpunan dari edgeedge, dan R adalah himpunan yang berisi satu vertex dari tiap komponen yang terkoneksi dari G. Dalam pembentukan dependency graph, graph tidak harus terhubung. Ini berarti bahwa graph tidak harus selalu berbentuk tree. Dependency graph selalu berbentuk acyclic. Generasi dari rangkaian baru tidak tergantung pada jumlah dari komponen terhubung dari dependency graph. Dari dependency graph yang terbentuk, dibentuklah susunan individu baru. Untuk setiap individu, nilai posisi yang terkandung di himpunan Root (R) dihasilkan oleh univariate marginal frequency. Lalu, jika terdapat posisi v yang belum dihasilkan dan terhubung pada beberapa posisi v (berdasarkan pada himpunan edge E), nilai posisi akan dibentuk menggunakan probabilitas kondisional untuk posisi v terhadap posisi v. Individu baru kemudian ditambahkan pada populasi lama dari tempat asal individu-individu tersebut dipilih sebelumnya. Mereka menggantikan beberapa yang lama, biasanya yang terburuk dari mereka,

Fatichah, Studi Perbandingan antara Algoritma Bivariate Marginal Distribution dengan Algoritma Genetika 33 sehingga jumlah individu-individu dalam populasi tetap konstan. Dari populasi baru, individu-individu dipilih kembali. Proses ini, dimulai dengan pemilihan individu yang lebih baik dan berakhir dengan penambahan individu-individu baru pada populasi lama, diulang sampai ditemukan kondisi terakhir (termination criteria). Termination criteria itu menyebabkan algoritma berhenti jika sudah menemukan hasil optimum atau keragaman populasi terlalu rendah. Nilai optimum biasanya tidak diketahui oleh para keturunannya. Inilah alasan mengapa kondisi kedua menjadi hal penting. Saat keragaman menjadi terlalu rendah, hampir semua individu dalam populasi adalah sama. Ini berarti bahwa tidak ada cukup informasi dalam populasi untuk membuat individu-individu baru yang cocok dengan masalah yang lebih baik daripada yang telah ditemukan. Masalah Optimasi Berikut ini penjelasan mengenai masalah optimasi yang digunakan dalam perbandingan kinerja dan. Fungsi Onemax Onemax merupakan fungsi linear sederhana dengan nilai semua bitnya adalah. Ini berarti nilai maksimal dari fungsi ini adalah jumlah dari seluruh bit. Persamaan: f onemax = i = n x i () di mana xi adalah nilai bit pada posisi ke-i pada rangkaian x dan n adalah jumlah bit. Fungsi DeJong F2 Fungsi De Jong F2 merupakan fungsi yang sering digunakan dalam uji coba algoritma optimasi pada masalah-masalah numerik. Nama fungsi ini diambil dari nama orang yang membuat fungsi tersebut yang juga seorang pengajar di University of Wisconsin USA. Fungsi: f(x,x 2 ) = (x 2 - x2 ) 2 + (- x ) 2 (2) dimana: 2,8 X 2,8 2,8 X2 2,8 Fungsi ini mempunyai dua parameter yaitu X dan X2 yang akan mencapai nilai minimal yaitu bila masing-masing parameter tersebut bernilai. Traveling Salesman Problem Traveling Salesman Problem (TSP) merupakan masalah optimasi yang sudah sering digunakan oleh para peneliti karena kesederhanaannya, pentingnya, serta hubungannya dengan masalah kombinatorial. Konsep TSP sangat sederhana, yaitu seorang salesman harus mengunjungi setiap kota tujuan hanya sekali dan kembali lagi ke kota asal. Dengan adanya jarak/beban biaya antar kota, salesman tersebut harus menempuh rute dengan jarak/beban biaya terkecil. HASIL UJI COBA Berikut ini penjelasan mengenai proses dan hasil uji coba yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan pada penyelesaian masalah optimasi. Skenario Uji Coba Kinerja dan dipengaruhi oleh parameter masing-masing. Untuk itu, sebelum membandingkan kinerja kedua algoritma tersebut, perlu juga diuji pengaruh parameter terhadap kinerja masing-masing algoritma. dan memiliki parameter yang berbeda. Parameter untuk adalah peluang crossover (Pc) dan peluang mutasi (Pm). Sedangkan parameter untuk adalah jumlah parents dan jumlah individu baru. Pengaruh besar populasi juga diuji pada masing-masing algoritma. Perbandingan dilakukan untuk ketiga contoh kasus yang ada dengan menggunakan parameter-parameter terbaik dari uji coba tersebut. Uji Coba Pengaruh Parameter pada Kasus Onemax Uji coba pertama dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu 2 dan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan iterasi maksimal. Hasil uji coba ini dapat dilihat pada Tabel. Uji coba kedua dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu dan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba ini dapat dilihat pada Tabel 2. Uji coba ketiga dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu, jumlah individu dalam populasi sebesar, dan iterasi maksimal 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan. Hasil uji coba ini dapat dilihat pada Tabel 3. Dari ketiga uji coba tersebut didapatkan parameter yang akan digunakan dalam perbandingan pada kasus Onemax, yaitu Pc % dan Pm %.

3 JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 Tabel. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata Penyelesaian, Jumlah Mencapai Generasi, Rata- Rata Mencapai Generasi Terbaik dan Total Mencapai Maksimal pada Kasus Onemax-2 dengan Pm Pc (%) Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 8 386 2 3,22,,8,,3,,8,66,8,8,,, 2 2 3 22 38 6 388,23,,,,8,,63,,63,2 2 2, 2 2, 6 228 2 2 3,22,,2,8,,6,62,2,63,62 3 2 2 2 2 2 8 3,,2,2,2,,62,63,62,63,63,,,,, 28 323 32,,2,,8,,63,63,66,6,63, 8, 8, 33 3 3 38 3,3,,,3,3,62,62,2,63,62 Tabel 2. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata Penyelesaian, Jumlah Mencapai Generasi, Rata-Rata Mencapai Generasi Terbaik dan Total Mencapai Maksimal pada Kasus Onemax- dengan Pc (%) Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3 63,3 63, 6,3 6, 6,6 23 2 8 82,33,,6,6, 3, 3,2 3, 3, 3,66 6, 6, 6 63, 6, 2 2 6 3 2,2,2,, 2, 3,6 3,62 3,68 3,2 3,3 2 62, 63, 6, 63, 63 226 22 2 2 8 2,28 2,33,3 2, 2, 3, 3,2 3,6 3,8 3,8 3 6, 62, 62, 6,8 62, 833 3 26 8 2,6,8,,,8 3,8 3, 3,83 3,86 3,2,2 6,6 6,3 6, 62 6 8 88 882 3,8,66,,,88 3,8 3,3 3,3 3,3 3,8,, 6, 6,3,8 2 6,6,,,83,8 3, 3,2 3,6 3,8, Pm Tabel 3. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata Penyelesaian, Jumlah Mencapai Generasi, Rata-Rata Mencapai Generasi Terbaik dan Total Mencapai Maksimal pada Kasus Onemax- dengan Pc (%) Pm Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3,6 8, 8, 8, 8, 3 8 2,3 2,23,83 2,2 2,6,3,,,6,2 8, 8, 8,8 8, 82 223 3 32 263 3 2,8 3, 3,3 3,3 2,8,6,68,2,8,8 2,8,8 8, 8,6 63 8 2 23 2,3 2,32 2,3 2,6 3,,8,8,8,,6 3 6,2 8, 8,6,3, 3 63 3 2,2 2,3, 2, 2,8,88,,6,,8, 6,, 8, 2 68 3 8,8,2 2,,8 2,2,,,,,,3,2, 8, 2 8 6 8 6,82 2,, 2, 2,,3,6,,,22 Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Kasus Onemax Uji coba pertama dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu 2, peluang crossover (Pc) sebesar %, dan peluang mutasi (Pm) sebesar %. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan iterasi maksimal. Hasil uji coba ini dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian Onemax-2 dengan Pop Hasil optimasi Jml Total 3, 2,8,622, 2,662,228, 388,836,26

Fatichah, Studi Perbandingan antara Algoritma Bivariate Marginal Distribution dengan Algoritma Genetika 3 Uji coba kedua dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu, peluang crossover (Pc) sebesar %, dan peluang mutasi (Pm) sebesar %. Uji coba dilakukan 2 kali dengan iterasi maksimal. Hasil uji coba pada Tabel. Tabel. Tabel Perbandingan Besar Populasi pada Penyelesaian Onemax- dengan Pop Hasil optimasi Jml Total 6,6 2,3 3,32 6, 3,6,26 2 66, 8,32,338 Uji Coba Pengaruh Parameter pada Kasus Onemax Uji coba pertama dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu 2 dan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata Penyelesaian, Jumlah Rata-Rata Penyelesaian, Konvergensi pada Kasus Onemax-2 dengan Jumlah Parents New Hasil Optimasi Jumlah Konvergensi Idv 2 3 2 3 2 3 2,,, 6 2,8 2,,,,8,6 63 36 62,,3,2 Uji coba kedua dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu dan jumlah individu dalam populasi sebesar 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata Penyelesaian, Jumlah Rata-Rata Penyelesaian, Konvergensi pada Kasus Onemax- dengan Jumlah Parents New Idv Hasil Optimasi Jumlah Konvergensi 2 3 2 3 2 3 2,, 3 33 2 2,3 26,2 22,2,, 2 83 3 2 6,,2 2 Dari uji coba ini didapatkan parameter yang akan digunakan dalam perbandingan pada kasus Onemax, yaitu jumlah parents 3 dan banyak individu baru 2. Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Kasus Onemax Uji coba pertama dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu 2, jumlah parents 3, dan jumlah individu baru 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian Onemax-2 dengan Pop Hasil optimasi Jumlah Total 2,6 638,6 3, 2,26, 6 2,83 Uji coba kedua dilakukan pada kasus Onemax dengan panjang individu, jumlah parents 3, dan jumlah individu baru 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian Onemax- dengan Pop Hasil optimasi Jumlah Total,8 3 3,328, 2 8,33 2, 33 26,8 Perbandingan Kinerja dan pada Kasus Onemax Dalam menyelesaikan kasus Onemax-2, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi, Pc = %, Pm = %, iterasi maksimal - besar populasi 3, jumlah parent = 3, dan jumlah individu baru = 2. Hasil perbandingan kinerja antara dan pada kasus Onemax-2 dapat dilihat pada Gambar sampai dengan Gambar 3 serta pada Tabel. Hasil Optimasi 2. 2. 8. 3 Gambar. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Kasus Onemax-2 antara dengan

36 JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 2 3 8 6 2 3 6 Gambar 2. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian Kasus Onemax-2 antara dengan Gambar. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian kasus Onemax- antara dengan (detik) yang diperlukan untuk mendapatkan generasi terbaik 3 2 3 total (detik) yang diperlukan untuk mendapatkan 2 6 6 total Gambar 3. Grafik Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax-2 antara dengan Tabel. Tabel Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax-2 antara dengan. Hasil Jml Algoritma optimasi Total, 388,836,26, 2,26 Dalam menyelesaikan kasus Onemax-, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi 2, Pc = %, Pm = %, iterasi maksimal 8 - besar populasi 2, jumlah parent = 3, dan jumlah individu baru = 2. Hasil perbandingan kinerja antara dan pada kasus Onemax- dapat dilihat pada Gambar sampai dengan Gambar 6 serta pada Tabel. Gambar 6. Grafik Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax- antara dengan Tabel. Tabel Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax- antara dengan Algoritma Hasil Jumlah optimasi Total 68, 3362 2, 28,2828, 33 26,8 Dalam menyelesaikan kasus Onemax-, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi 2, Pc = %, Pm = %, iterasi maksimal - besar populasi 2, jumlah parent = 3, jumlah individu baru = 2. Hasil perbandingan kinerja antara dan pada kasus Onemax- dapat dilihat pada Gambar sampai dengan Gambar serta pada Tabel 2. Hasil Optimasi 8 6 6 3 6 Hasil Optimasi 8 8 3 6 Gambar. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Kasus Onemax- antara dengan Gambar. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Kasus Onemax- antara dengan

Fatichah, Studi Perbandingan antara Algoritma Bivariate Marginal Distribution dengan Algoritma Genetika 3 3 6 Gambar 8. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian Kasus Onemax- antara dengan (detik) yang diperlukan untuk mendapatkan generasi terbaik 6 2 6 6 total Gambar. Grafik Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax- antara dengan Tabel 2. Tabel Perbandingan Penyelesaian Kasus Onemax- antara dengan Hasil optimasi Jumlah Total, 32,686,3, 2 8, Dari perbandingan di atas, dapat diketahui bahwa unggul dalam hal jumlah iterasi dan waktu proses pada kasus Onemax dengan ukuran kecil (Onemax- 2). Namun pada kasus Onemax dengan ukuran yang lebih besar (Onemax- dan Onemax-), menunjukkan keunggulan dalam hal kemampuan mencapai hasil yang lebih optimal dan jumlah iterasi yang lebih kecil pada kisaran waktu yang sama. Uji Coba Pengaruh Parameter pada Fungsi De Jong F2 Uji coba dilakukan pada fungsi De Jong F2 dengan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 3. Dari uji coba ini didapatkan parameter yang akan digunakan dalam perbandingan pada Fungsi De Jong F2, yaitu Pc % dan Pm 2%. Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Fungsi De Jong F2 Uji coba dilakukan pada fungsi De Jong F2 dengan peluang crossover (Pc) sebesar % dan peluang mutasi (Pm) sebesar 2%. Masingmasing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian Fungsi DeJong F2 dengan Pop Hasil Jumlah optimasi Total 3,3 3,63,6,2,36,32, 6,,382 Uji Coba Pengaruh Parameter pada Fungsi De Jong F2 Uji coba dilakukan pada fungsi De Jong F2 dengan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel. Tabel 3. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata, Jumlah, dan Total pada Penyelesaian Fungsi DeJong F2 dengan Pc (%) Pm Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3,3,,,, 88 2 68 8,,,6,,,26,26,,2,26 6 6 68 626 8,6,2,,,,32,3,3,3,38 2 66 62 6 6,3,,2,36,,2,3,3,3,3 3,, 83 3 328 63 3,3,2,23,,,3,32,3,32,32,6,8,,,6 2 332 388,3,33,22,26,2,3,3,3,33,33,,2,2,,36 2 2 66 282 2,8,,,,,32,33,33,3,3

38 JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 Tabel. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata, Jumlah, Konvergensi pada Penyelesaian Fungsi DeJong F2 dengan Jumlah Parents New Idv Hasil Optimasi Jumlah Konvergensi 2 3 2 3 2 3 2,3,3,23 628 6 23,8 26, 2,,3, 232 3,362 2, Dari uji coba ini didapatkan parameter yang akan digunakan dalam perbandingan pada Fungsi De Jong F2, yaitu jumlah parents 3 dan banyak individu baru 2. Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Fungsi De Jong F2 Uji coba dilakukan pada fungsi De Jong F2 dengan jumlah parents sebanyak 3 dan jumlah individu baru tiap iterasi sebanyak 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak 2 kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian Fungsi DeJong F2 dengan Pop Hasil optimasi Jumlah Total, 6,33, 8,2,2 6 26,8 Perbandingan Kinerja dan pada Fungsi De Jong F2 Dalam menyelesaikan Fungsi De Jong F2 ini, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi, Pc = %, Pm = 2%, iterasi maksimal 2 - besar populasi, jumlah parent = 3, dan jumlah individu baru = 2. Hasil perbandingan ini dapat dilihat pada Gambar sampai dengan Gambar 2 serta Tabel. Dari perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada pada Fungsi De Jong F2 utamanya dalam hal jumlah iterasi dan waktu proses. Hasil Optimasi.6...3.2. 3 6 Gambar. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Fungsi De Jong F2 antara dengan 2 3 6 Gambar. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian Fungsi De jong F2 antara dengan (detik) 6 2 3 6 total Gambar 2. Grafik Perbandingan Penyelesaian Fungsi De Jong F2 antara dengan Tabel. Tabel Perbandingan Penyelesaian Fungsi De Jong F2 antara dengan Hasil optimasi Jumlah Total, 6,,382,2 6 26,8

Fatichah, Studi Perbandingan antara Algoritma Bivariate Marginal Distribution dengan Algoritma Genetika 3 Tabel 8. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata, Jumlah,, Total pada Penyelesaian TSP-Rute dengan Pm Pc (%) Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3 8 822 63 6 8 2 32 2 36,3 6,28,68 6,,6,8,8,,, 6 883 8 83 6 26 3 3 6 8,,6 8,62 8, 8,6,2,,22,3,6 2 238 226 226 223 22 268 26 3 6 33,26,2,83,6,,33,,6,6, 3 38 2 2688 22 23 232 628 88 38,8 3,2,6 8,2 3,3,2,6,68,8 2, 3 2 2 22 28 6 3 6 36 2, 2,82, 2,86 2,,8,8,3,2 2,2 223 23 2683 2 2 86 3 32 28 3 3,2,8,86, 2,,83,8, 2 2,8 Tabel. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata, Jumlah,, Total pada Penyelesaian TSP-Rute 2 dengan Pc (%) Pm Hasil Optimasi Jumlah Total 2 3 2 3 2 3 2 3 3 33 68 6 3 88 6 236 2 8,8,3 8,2 6, 6,2,6,6,3,8,8 2 86 8 2 2 6 2 8, 8,63 8,6 8,6,,3,8,,33 2 238 28 2 22 2 38 26 338 38,82,2,62 6,8 8,,,3,2,3, 3 262 232 226 228 28 3 3 2 6 6,8 8,,6,8,,3,3,8,6,62 23 28 228 23 236 33 28 6,8 6,62,38,33,2,3,,,, 268 26 28 223 2382 6 8 38 23 3,8 2,8 2, 2,,3,,6,2,3,82 Uji Coba Pengaruh Parameter pada Kasus TSP Uji coba dilakukan pada kasus TSP-Rute dengan jumlah individu dalam populasi sebesar. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 8. Uji coba dilakukan pada kasus TSP-Rute 2 dengan jumlah individu dalam populasi sebesar 3. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel. Dari uji coba ini didapatkan parameter yang akan digunakan dalam perbandingan pada kasus TSP, yaitu Pc % dan Pm %. Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Kasus TSP Uji coba pertama dilakukan pada pada kasus TSP-Rute dengan peluang crossover (Pc) sebesar % dan peluang mutasi (Pm) sebesar %. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian TSP-Rute dengan. Pop Hasil Jumlah optimasi Total 6, 36,68,8 2 3,,23 2,682 3 8,2 22,88 32,8 Uji coba kedua dilakukan pada pada kasus TSP- Rute 2 dengan peluang crossover (Pc) sebesar % dan peluang mutasi (Pm) sebesar %. Masingmasing uji coba dilakukan sebanyak kali dengan iterasi maksimal 2. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian TSP-Rute 2 dengan Pop Hasil Jumlah optimasi Total 6, 2 6,28,8 2 2,,8 2,28 3,8 363 2,6 3,6

JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 Uji Coba Pengaruh Parameter pada Kasus TSP Uji coba pertama dilakukan pada pada kasus TSP-Rute dengan jumlah individu dalam populasi sebesar 3. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 22. Uji coba kedua dilakukan pada pada kasus TSP- Rute 2 dengan jumlah individu dalam populasi sebesar 3. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 23. Dari kedua uji coba ini didapatkan parameter yang akan digunakan pada kasus TSP, yaitu jumlah parents 3 dan banyak individu baru 2. Tabel 22. Tabel hasil optimasi rata-rata, jumlah iterasi, waktu konvergensi pada penyelesaian TSP-Rute dengan. Tabel 2. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian TSP-Rute 2 dengan Pop Hasil optimasi Jumlah Total 3 2,6 36,3 386, 66,8 Perbandingan Kinerja dan pada Kasus TSP Dalam menyelesaikan kasus TSP-Rute, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi 3, Pc = %, Pm = %, iterasi maksimal - besar populasi 3, jumlah parent = 3, dan jumlah individu baru = 2. Perbandingan kinerja dengan dalam TSP- Rute dapat dilihat pada Gambar 3 sampai dengan Gambar serta Tabel 26. Jumlah Parents New Idv Hasil Optimasi Jumlah Konvergensi 2 3 2 3 2 3 2,6 36 36 6 668 2 6,2 36,88 2,23,6 26,2 36 3 8,,, Tabel 23. Tabel Hasil Optimasi Rata-Rata, Jumlah, Konvergensi pada Penyelesaian TSP-Rute 2 dengan Hasil Optimasi 3 Jumlah Parents New Idv Hasil Optimasi Jumlah Konvergensi 2 3 2 3 2 3 2, 2,6 23, 3823 26 3,32 36,6 2,6 268,8 6 23, 36 28,6 6,88 8, Uji Coba Pengaruh Besar Populasi pada Kinerja dalam Kasus TSP Uji coba pertama dilakukan pada pada kasus TSP-Rute dengan jumlah parents sebanyak 3 dan jumlah individu baru tiap iterasi sebanyak 2. Masingmasing uji coba dilakukan sebanyak kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 2. Uji coba kedua dilakukan pada pada kasus TSP- Rute 2 dengan jumlah parents sebanyak 3 dan jumlah individu baru tiap iterasi sebanyak 2. Masing-masing uji coba dilakukan sebanyak kali. Hasil uji coba dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Pengaruh Besar Populasi pada Penyelesaian TSP-Rute dengan Pop Hasil optimasi Jumlah Total 28, 66,828 2 2, 228, 3 36, 683 36,86 Gambar 3. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Kasus TSP-Rute antara dengan Generasi Terbaik 8 6 2 3 Gambar. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian Kasus TSP-Rute antara dengan Tabel 26. Tabel Perbandingan Penyelesaian Kasus TSP-Rute antara dengan Algoritma Hasil optimasi Jumlah Total, 68,6,23 36, 683 36,86

Fatichah, Studi Perbandingan antara Algoritma Bivariate Marginal Distribution dengan Algoritma Genetika (detik) Mencapai Generasi Terbaik 2 3 total (detik) Mencapai Generasi Terbaik total Gambar. Grafik Perbandingan Penyelesaian Kasus TSP-Rute antara dengan Dalam menyelesaikan kasus TSP-Rute 2, parameter yang digunakan oleh masing-masing algoritma adalah: - besar populasi, Pc = %, Pm = %, iterasi maksimal 3 - besar populasi, jumlah parent = 3, dan jumlah individu baru = 2. Perbandingan kinerja dengan dalam TSP- Rute 2 dapat dilihat pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 8 serta Tabel 2. Dari perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam menyelesaikan kasus TSP, menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam hal hasil optimasi dan jumlah iterasi dalam kisaran waktu proses yang sama. Hasil Optimasi 3 2 3 Gambar 6. Grafik Perbandingan Hasil Optimasi Kasus TSP-Rute 2 antara dengan Generasi Terbaik 3 2 3 Gambar. Grafik Perbandingan Jumlah Penyelesaian Kasus TSP-Rute 2 antara dengan Gambar 8. Grafik Perbandingan Penyelesaian Kasus TSP-Rute 2 antara dengan Tabel 2. Tabel Perbandingan Penyelesaian Kasus TSP-Rute 2 antara dengan Algoritma Hasil Jumlah optimasi Total 386, 26 268, 628,2 386, 66,8 PENUTUP Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pengamatan selama proses perancangan, pembuatan sampai dengan uji coba Penelitian ini adalah sebagai berikut:. Parameter pada Algoritma Genetika () adalah peluang crossover (Pc) dan peluang mutasi (Pm), sedangkan parameter Algoritma Bivariate Marginal Distribution () adalah jumlah parents dan banyak individu baru. Berikut ini pengaruh parameter dan jumlah populasi pada masingmasing algoritma: - Secara umum, baik pada maupun, semakin besar populasi yang digunakan, hasil optimasi akan cenderung bertambah baik, namun waktu proses akan bertambah lama. cenderung membutuhkan populasi yang lebih besar dari (khususnya pada masalah dengan ukuran kecil) karena membutuhkan keragaman individu yang lebih besar untuk membentuk individu baru yang lebih baik sebelum populasi menjadi konvergen. - Untuk Algoritma Genetika: Makin besar nilai Pc dan nilai Pm, makin besar pula waktu total untuk mencapai iterasi maksimal. Nilai peluang mutasi (Pm) yang terlalu besar akan memberikan hasil yang buruk karena gangguan terhadap populasi menjadi terlalu besar. Nilai Pm yang cenderung memberikan hasil optimasi terbaik adalah sebesar % dan %.

2 JURNAL INFORMATIKA VOL., NO. 2, NOVEMBER 26: 3-2 - Untuk Algoritma Bivariate Marginal Distribution: Jumlah parents yang terlalu banyak akan membuat algoritma sulit untuk membuat individu baru yang baik. Jumlah parents yang memiliki kecenderungan untuk memberikan hasil yang baik adalah sebanyak 3. Jumlah individu baru yang dapat memberikan hasil yang baik adalah sebanyak 2. Jumlah individu baru yang banyak akan membuat populasi menjadi lebih cepat menjadi konvergen yang menyebabkan algoritma berhenti saat hasil yang didapatkan mungkin belum terlalu baik. 2. Untuk penyelesaian kasus Onemax dengan ukuran masalah yang tidak terlalu besar (ditunjukkan oleh percobaan Onemax-2), lebih unggul dalam hal jumlah iterasi yang lebih kecil dan waktu yang lebih cepat dibanding. Namun, untuk penyelesaian kasus Onemax dengan ukuran masalah yang cukup besar (ditunjukkan oleh percobaan Onemax-), lebih mampu memberikan hasil optimasi dan jumlah iterasi yang lebih baik dibanding dalam kisaran waktu proses yang sama. Parameter yang cocok untuk permasalahan Onemax adalah peluang crossover (Pc) % dan peluang mutasi (Pm) %, sedangkan parameter adalah jumlah parents 3 dan jumlah individu baru 2. 3. Untuk kasus Fungsi De Jong F2, menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding. Dalam hal hasil optimasi, cenderung selalu memberikan hasil yang lebih baik. Dalam hal jumlah iterasi dan waktu yang dibutuhkan, juga lebih unggul. Parameter yang cocok untuk permasalahan Onemax adalah peluang crossover (Pc) % dan peluang mutasi (Pm) 2%, sedangkan parameter adalah jumlah parents 3 dan jumlah individu baru 2.. Untuk kasus Traveling Salesman Problem, menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam hal hasil optimasi dan jumlah iterasi dalam kisaran waktu proses yang sama. Parameter yang cocok untuk permasalahan Onemax adalah peluang crossover (Pc) % dan peluang mutasi (Pm) %, sedangkan parameter adalah jumlah parents 3 dan jumlah individu baru 2.. Secara umum, untuk masalah dengan ukuran panjang individu yang kecil (pada penyelesaian kasus Onemax-2 dan Fungsi De Jong F2), lebih baik dari dalam hal jumlah iterasi dan waktu proses yang lebih cepat. Sedangkan untuk masalah dengan ukuran panjang individu yang besar (pada penyelesaian kasus Onemax- dan TSP), lebih unggul dalam hal hasil optimasi dan jumlah iterasi dalam kisaran waktu proses yang sama. DAFTAR PUSTAKA. Kumar, Paul Topon & Hitoshi, Iba. Linear and Combinatorial Optimizations by Estimation of Distribution Algorithms. th MPS symposium on Evolutionary Computation, IPSJ, Japan, 22. 2. Kusumadewi, Sri. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta, 23. 3. Michalewicz, Zbigniew. Genetic Algorithms + Data Structures = Evolution Programs, Third, Revised and Extended Edition. Springer-Verlag. Berlin,.. Pelikan, Martin & Muehlenbein, Heinz. The Bivariate Marginal Distribution Algorithm. Dept. of Mathematics, Slovak Technical University. Bratislava, Slovakia,.