Kualitas dan sistem pengawasan APBN ditingkatkan untuk menjamin pelaksanaan APBN yang transparan dan akuntabel

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2011

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

21 Universitas Indonesia

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015


Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang PENGANTAR

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2014

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEUANGAN I. VISI. Uraian Misi II.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2009

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

PENGANTAR. LAKIP sebagai pertanggung jawaban instansi Departemen Keuangan. Peran LAKIP secara internal dan eksternal

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Ikhtisar Eksekutif. vii

BAGAN ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GRAFIK DAN TABEL

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL/KEUANGAN DAN EKONOMI MAKRO TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

Ekonomi Bisnis dan Financial

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Laporan Kinerja KPPN Bandar Lampung 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

2.1 Rencana Strategis

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

FORMULIR 1 PENJELASAN UMUM RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

Independensi Integritas Profesionalisme

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB IV DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN. Bagian Pertama. Tugas dan Fungsi. Pasal 182

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

Buku Profil DJPK COVER DEPAN. Selayang Pandang DJPK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEUANGAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Keuangan. Kas.

Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2013

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH


PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

Independensi Integritas Profesionalisme

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

Pengantar Kualitas dan sistem pengawasan APBN ditingkatkan untuk menjamin pelaksanaan APBN yang transparan dan akuntabel Agus D.W. Martowardojo Menteri Keuangan i

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Keuangan merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Kementerian Keuangan pada Tahun Anggaran 2010. LAKIP Kementerian Keuangan Tahun 2010 merupakan LAKIP tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014. Penyusunan LAKIP Kementerian Keuangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.01/2010. LAKIP mempunyai beberapa fungsi, antara lain merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat di satu sisi, dan di sisi lain, LAKIP merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan. Selanjutnya sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, Kementerian Keuangan telah menerapkan metode Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat manajemen kinerja. Performance Kementerian Keuangan diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis (SS/DK) sebagaimana telah ditetapkan pada Peta Strategis Kementerian Keuangan tahun 2010 sebagai kontrak kinerja Kementerian Keuangan Tahun 2010. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Keuangan menetapkan visi: Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Selanjutnya dalam rangka mencapai visi di atas, Kementerian Keuangan menetapkan 4 (empat) misi, yaitu Misi Fiskal, Misi Kekayaan Negara, Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, dan Misi Penguatan Kelembagaan. Pelaksanaan dari keempat misi tersebut berpedoman pada RPJMN Tahun 2010-2014, Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan ii

dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010, dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010 yang didalamnya memuat Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2010. Misi tersebut selanjutnya dirinci dalam Rencana Strategik (Renstra) Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014 yang digunakan sebagai landasan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). RKT berfungsi sebagai rencana kerja operasional secara kuantitatif, yang pada intinya merupakan implementasi pelaksanaan tugas yang sangat strategis dalam bidang pengelolaan keuangan negara, mulai dari penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), melaksanakan APBN dengan menghimpun penerimaan dan menyalurkan dana APBN, dan akhirnya mempertanggungjawabkan melalui Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam situasi dan kondisi perekonomian yang sangat fluktuatif, serta tuntutan masyarakat yang sangat dinamis, tugas pengelolaan keuangan negara dirasakan semakin berat dan penuh tantangan. Walaupun demikian, dengan dimotivasi oleh visi dan misi yang telah ditetapkan aparatur Kementerian Keuangan telah berhasil mengatasinya, sehingga tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Penyusunan LAKIP Tahun 2010 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan transparan serta sekaligus sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi yang diamanatkan kepada Kementerian Keuangan. MENTERI KEUANGAN AGUS D.W. MARTOWARDOJO iii

Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Keuangan tahun 2010, disusun dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel, serta berorientasi pada hasil (outcome). LAKIP Kementerian Keuangan merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran strategis. Tujuan/sasaran strategis dalam LAKIP tersebut mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010. LAKIP Kementerian Keuangan tahun 2010 merupakan LAKIP tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2010-2014. LAKIP mempunyai fungsi sebagai alat kendali, alat penilai kinerja secara kuantitatif, dan perwujudan akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian menuju terwujudnya good governance yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggung jawabkan kepada pimpinan dan masyarakat. Selain itu, LAKIP juga merupakan salah satu alat untuk memacu peningkatan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat pada setiap unit di lingkungan Kementerian Keuangan. Visi Kementerian Keuangan adalah Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam mencapai visi tersebut Kementerian Keuangan sebagai lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara serta mengelola kekayaan negara dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan. Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Keuangan mempunyai empat misi yaitu (1) Misi Fiskal dengan kegiatan pengembangan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati dan bertanggungjawab (2) Misi Kekayaan Negara yaitu mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggung jawab; (3). Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dengan kegiatan mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global; dan (4). Misi Penguatan Kelembagaan yaitu (i) membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat : (ii) membangun dan mengembangkan iv

SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi dan bertanggung jawab; (iii).membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya. Dalam mencapai misi dan visi, Kementerian Keuangan menetapkan 6 tujuan strategis dalam periode 2010-2014 yaitu: (i) meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat (ii) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi fiskal; (iii) mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal; (iv) pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara; (v) mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan; dan (vi) membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Untuk menunjang pencapaian tujuan strategis tersebut disusunlah sasaran strategis Kementerian Keuangan yang pada hakekatnya merupakan pilarpilar reformasi birokrasi Kementerian Keuangan yang menyangkut penataan organisasi, penyempurnaan proses bisnis, pengembangan SDM, serta pengembangan informasi tehnologi. Sasaran strategis tersebut diemplementasikan dalam enam belas sasaran strategis, 6 sasaran diantaranya merupakan bagian dari stakeholder perspective. Penilaian terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pencapaian sasaran yang ditetapkan, diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU). Dalam tahun 2010 kondisi perekonomian dunia mulai membaik, namun masih terdapat risiko yang menghadang seperti belum pulihnya sektor keuangan beberapa Negara di kawasan Eropa, serta meningkatnya harga minyak dan komoditi pangan di pasar global. Kondisi ini akan mempengaruhi perekonomian domestik, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian kinerja yang telah ditetapkan. Meskipun demikian perekonomian nasional mampu tumbuh 6,1 persen, nilai tukar rupiah rata-rata sebesar Rp 9.087/US$, dan IHSG mencapai 3703,5 pada akhir tahun 2010. Dengan kondisi tersebut, nilai capaian sasaran strategis utama Kementerian Keuangan pada umumnya su- v

dah sesuai dengan yang direncanakan. Pencapaian IKU dari keenam sasaran utama tersebut adalah sebagai berikut (1) Pendapatan negara yang optimal nilai capainnya sebesar 102,53 persen; (2) Pelaksanaan belanja negara yang efisien nilai capaiannya 100 persen ; (3) Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal nilai capaiannya sebesar 99,47 persen; (4) Utilisasi Kekayaan Negara yang optimal nilai capaiannya 5.640,98 persen; (5) Pertanggung jawaban yang transparan dan akuntabel nilai capaiannya 133,3 persen; dan (6) Industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, tahan uji dan likuid nilai capaiannya rata-rata sebesar 94,89 persen. Sementara sasaran strategis lainnya yang bukan merupakan bagian dari stakeholder perspective adalah sasaran strategis transparansi dan kredibilitas pengelolaan keuangan negara; sasaran tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi; sasaran kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas; sasaran pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang efektif dan efisien; sasaran peningkatan edukasi masyarakat dan pelaku ekonomi; sasaran monitoring dan evaluasi kepatuhan dan penegakan hukum yang efektif; sasaran pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; sasaran pengembangan organisasi yang handal dan modern; sasaran pembangunan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terintegrasi; dan sasaran pengelolaan anggaran yang optimal. Nilai capaian sasaran strategis Pendapatan negara yang optimal sebesar 102,53 persen tersebut di atas, bersumber dari Penerimaan Bea Masuk sebesar 116,66%, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar 108,98 persen, dan Optimalisasi penerimaan perpajakan tahun 2010 sebesar 98,12%, Tingginya nilai capaian penerimaan Bea Masuk didukung oleh meningkatnya impor barang sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di dalam negeri dan melonjaknya harga minyak bumi, hasil tambang, dan CPO di pasar global, serta tingginya pendapatan penjualan dan sewa. Sedangkan belum tercapainya nilai sasaran optimalisasi penerimaan perpajakan antara lain disebabkan adanya penurunan tarif PPh Pasal 23 terutama terhadap sewa dan penggunaan harta, menurunnya penerimaan PPh Pasal 23 dari deviden, serta berkurangnya penerimaan fiskal sejalan dengan berlakunya ketentuan bebas fiskal bagi wajib pajak orang pribadi (WP OP) yang memiliki NPWP. Selain itu lebih tingginya pengembalian/restitusi pajak di atas rata-rata selama lima tahun terakhir, juga mengakibatkan penerimaan pajak sedikit lebih rendah dari sasaran yang ditetapkan. vi

Sasaran Strategis dua yaitu Pelaksanaan belanja negara yang efisien, antara lain diemplementasikan oleh IKU persentase ketepatan jumlah penyaluran dana transfer ke daerah dan IKU persentase ketepatan penyerapan DIPA K/L yang masing-masing nilai capaiannya sebesar 100 persen dan 98,81 persen. Belum tercapainya sasaran penyerapan DIPA antara lain dikarenakan terlambatnya pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada K/L, belum optimalnya koordinasi antara bagian perencanaan dengan bagian pelaksanaan anggaran pada K/L, terlambatnya penunjukkan pengelola keuangan (KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran) pada K/L, serta kurangnya pemahaman pengelola keuangan K/L mengenai proses pencairan APBN. Untuk mengoptimalkan tingkat penyerapan DIPA K/L secara tepat waktu, Kementerian Keuangan melakukan (i) optimalisasi sosialisasi berbagai ketentuan dan prosedur pelaksanaan anggaran baik kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Kementerian Negara/Lembaga atau satker, (ii) optimalisasi monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran dengan penerbitan SKPA kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk biaya pelaksanaan monitoring dan evaluasi di daerah, dan (iii) menerbitkan kebijakan dan peraturan yang mendukung percepatan penyerapan anggaran. Sasaran strategis selanjutnya adalah Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal diidentifikasikan pada 3 Indikator Kinerja Utama yaitu: Pemenuhan target pembiayaan melalui utang, Pemenuhan target penerimaan pembiayaan perbankan dalam negeri dari Rekening Dana Investasi, dan Jumlah penerimaan kembali (recovery) yang berasal dari pengeluaran APBN. Diantara ketiga IKU tersebut, indikator kinerja Jumlah penerimaan kembali (recovery) yang berasal dari pengeluaran APBN, nilai capaiannya merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 220,41 persen, disusul oleh IKU Pemenuhan target penerimaan pembiayaan perbankan dalam negeri dari Rekening Dana Investasi (RDI) sebesar 99,88 persen dan IKU Pemenuhan target pembiayaan melalui utang sebesar 99,47 persen. Sasaran Strategis empat yaitu Utilisasi kekayaan Negara yang optimal, dengan IKU Nilai kekayaan negara yang diutilisasi. Nilai capain IKU tersebut mencapai Rp 52.685,92 miliar atau 1.577 persen jauh lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar Rp3.340 miliar. Keberhasilan pencapaian target tersebut didukung oleh upaya-upaya penertiban barang milik negara melalui kegiatan inventarisasi dan penilaian Barang Milik Negara (BMN); penyelesaian permohonan penilaian atas kekayaan negara yang akan diutilisasi; dan vii

peningkatan kesadaran pengguna barang agar melaksanakan pengelolaan BMN sesuai dengan ketentuan. Sasaran strategis lima, pertanggung jawaban yang transparan dan akuntabel, diidentifikasikan pada Indikator Kinerja Utama Penyelesaian RUU pertanggungjawaban pelaksanaan APBN secara tepat waktu. Nilai capaian IKU tersebut sebesar 133,3 persen. Lebih tingginya nilai capaian ini dikarenakan penyelesaian RUU dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dapat diselesaikan sebelum waktu yang ditetapkan. Sasaran Strategis enam adalah Industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank yang stabil, tahan uji dan likuid. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 3 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: (i) Rata-rata persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian; (ii) Persentase Perusahaan asuransi dan reasuransi yang memenuhi persyaratan minimum RBC (Risk Based Capital); dan (iii) Persentase perusahaan pembiayaan yang memenuhi rasio permodalan. Adapun nilai capaian masing-masing indikator kinerja tersebut diatas adalah sebesar 88,8 persen, 105,4 persen, dan 100,9 persen. Rata-rata pertumbuhan nilai transaksi saham harian tahun 2010 mencapai Rp1.249,27 triliun, meningkat sebesar 28,10% dari total nilai transaksi saham sepanjang tahun 2009 sebesar Rp975,21 triliun. Meskipun demikian rata-rata pertumbuhannya masih belum sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, karena antara lain belum optimalnya pemenuhan standard internasional dalam produk regulasi industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank. Sasaran strategis lainnya yang bukan merupakan bagian dari stakeholder perspective adalah Sasaran strategis tujuh yaitu Transparansi dan kredibilitas pengelolaan keuangan negara, mempunyai beberapa Indikator Kinerja Utama yaitu: Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang yang handal; Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran; dan Jumlah LK K/L yang andal dengan opini audit yang baik. Ketiga IKU tersebut diatas nilai capaiannya sudah sesuai sasaran bahkan IKU ketersediaan informasi capaiannya mencapai 117,76 persen lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 5 persen. Sasaran strategis delapan, Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan pada satu Indikator Kinerja Utama, yaitu Indeks Kepuasan Pelanggan. Nilai capaian IKU tersebut sedikit lebih rendah viii

dari sasaran yang ditetapkan. Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan diupayakan melalui pembenahan kemampuan teknis SDM di bidang pelayanan, sikap petugas layanan yang kurang bersahabat, optimalisasi sosialisasi kebijakan baru, serta pembenahan pada pelayanan ekspor impor, fiskal, dan perpajakan. Sasaran Strategis sembilan, Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas mempunyai Indikator Kinerja Utama sebagai berikut: Tingkat akurasi proyeksi kebijakan fiskal; Tingkat akurasi exercise I-account Efektivitas kebijakan pendapatan negara; Persentase penyelesaian kajian sinkronisasi peraturan pusat dan daerah; dan Jumlah policy recommendation hasil pengawasan. Nilai capaian IKU pada umumnya sudah sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Masing-masing sasaran tersebut nilai capainnya berturutturut sebesar 105,7 persen, sebesar 109,6 persen, sebesar 100 persen, dan sebesar 102,6 persen. Sasaran Strategis sepuluh, Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang efektif dan efisien diidentifikasikan pada 6 Indikator Kinerja Utama, yaitu: Rata-rata persentase realisasi janji pelayanan quick win; Persentase tingkat akurasi perencanaan kas; Persentase ketepatan penyediaan dana untuk membiayai pengeluaran negara; Penyelesaian inventarisasi dan penilaian barang milik negara (jumlah satker); Persentase satker yang telah melakukan koreksi neraca; dan Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi. Pada umumnya nilai capaian IKU pada sasaran strategis ini sudah sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Sasaran Strategis sebelas, Peningkatan edukasi masyarakat dan pelaku ekonomi dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 2 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Efektivitas edukasi dan komunikasi rata-rata persentase realisasi sosialisasi terhadap rencana dan rata-rata persentase realisasi sosialisasi terhadap rencana pada umumnya nilai capaian IKU sudah sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Sasaran Strategis dua belas, Monitoring dan evaluasi kepatuhan dan penegakan hukum yang efektif dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 1 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Indeks kepatuhan dan penegakan hukum pada umumnya nilai capaian IKU sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. ix

Sasaran Strategis tiga belas adalah Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 3 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatannya; Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat; dan Rasio jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja Kementerian Keuangan, Nilai capaian IKU masing-masing sebesar 113,2 persen, 121 persen, dan 100 persen. Sasaran Strategis empat belas, Pengembangan organisasi yang handal dan modern. Dalam sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 3 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Persentase penyelesaian penataan/modernisasi organisasi; Persentase penyelesaian SOP, dan Persentase unit eselon I yang memiliki profil risiko, dengan nilai pencapaian IKU masing-masing sebesar 97,5 persen,100 persen dan sebesar 100 persen. Sasaran Strategis lima belas adalah Pembangunan sistem TIK yang terintegrasi. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 2 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Jumlah kebijakan di bidang TIK dan Pencapaian SLA index yang nilai capaian IKU masingmasing sebesar 125 persen dan 103,76 persen. Sasaran Strategis terakhir adalah Pengelolaan anggaran yang optimal. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Keuangan mengidentifikasikan 1 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu Persentase penyerapan DIPA. Nilai capaian IKU sasaran tersebut sebesar 98,92 persen, sedikit lebih rendah dari yang direncanakan. Hal ini antara lain disebabkan pengesahan atas pertanggungjawaban pengeluaran belanja melalui dana uang persediaaan/tambahan uang persediaan belum selesai prosesnya di KPPN, kegagalan lelang/tidak terdapat vendor yang memenuhi kualifikasi dan keterlamabatan/ketidaktepatan K/L terkait dalam pemberian pelayanan konsultansi/ penetapan harga. Disadari bahwa pencapaian sasaran strategis tahun 2010 ini belum semua sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu Kementerian Keuangan senantiasa berupaya dan bekerja keras, serta menyempurnakan kebijakan yang ada untuk mengoptimalkan pencapaian sasaran strategis, sehingga di masa yang akan datang diharapkan capaian semua sasaran strategis dapat lebih optimal. x

Daftar Isi Pengantar i C. Penetapan/Perjanjian Kinerja 36 Ringkasan Eksekutif iv Bab III Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan 43 Daftar Isi xi A. Capaian IKU 46 Daftar Tabel xii B. Evaluasi dan Analisis Kinerja 48 Daftar Grafik xv C Akuntabilitas Keuangan 175 Bab I Pendahuluan 1 BAB IV Penutup 178 A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 4 C. Mandat dan Peran Strategis 9 D. Sistematika Laporan 13 Bab II Rencana Strategis dan Penetapan/Perjanjian Kinerja 14 A. Alur Pikir 15 B. Rencana Strategis 16 Visi 16 Misi 16 Tujuan 17 Sasaran Strategis 18 Program 25 B.1. Roadmap Kementerian Keuangan 2010-2014 33 xi

Daftar Tabel Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Golongan Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Jabatan Kinerja Penerimaan Pajak Direktorat Jenderal Pajak Periode s.d. 31 Desember 2010 6 6 7 50 Tabel 5 Kinerja Penerimaan Pajak Tahun 2006 2010 54 Tabel 6 Tax Ratio Beberapa Negara Tahun 2007-2008 57 Tabel 7 Tabel Perbandingan Target Penerimaan (APBN-P) 59 Tabel 8 Tabel 9 Realisasi Penerimaan Bea Masuk, Cukai, dan Bea Keluar (s.d. 31 Desember 2010) Realisasi Penerimaan Bea Masuk, Cukai, dan Bea Keluar (tahun 2009 dan 2010) 62 63 Tabel 10 Tabel Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2010 63 Tabel 11 Mekanisme Pola Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah 66 Tabel 12 Perkembangan Jumlah Daerah dan Besaran Transfer Tahun 2005 s/d 2010 70 Tabel 13 Perkembangan Alokasi DBH per Komponen Tahun 2006 s/d 2010 71 Tabel 14 Penyaluran DBH Pajak Tahun 2010 73 Tabel 15 Penyaluran DBH SDA Tahun 2010 74 Tabel 16 Perpres Alokasi DAU dan Permenkeu Dana Penyeimbang Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2006 2010 75 Tabel 17 Penyaluran DAU Tahun 2010 76 Tabel 18 Perkembangan Jumlah bidang-bidang DAK 2006 s/d 2010 77 Tabel 19 Penyaluran DAK Tahun 2010 78 xii

Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 20 Penyaluran Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 79 Tabel 21 Realisasi Transfer ke Daerah s.d. 31 Desember 2010 80 Tabel 22 Sumber, Target, dan Realisasi Pinjaman Program Tahun 2010 85 Tabel 23 Target dan Realisasi SBN Tahun 2010 87 Tabel 24 Tabel Rincian Realisasi IKU 96 Tabel 25 Tabel Realisasi Utilisasi Kekayaan Negara 97 Tabel 26 Tabel 27 Tabel Perkembangan Indeks Saham Di Beberapa Bursa Utama Di Asia Pasifik Tabel Perkembangan Indeks Saham Di Beberapa Bursa Utama di Asia Pasifik 101 105 Tabel 28 Realisasi Pembayaran Utang antara TA 2005-2010 109 Tabel 29 Tabel Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Tahun 2008 dan 2009 113 Tabel 30 Tabel Indikator Pelanggan terhadap Layanan Kementerian Keuangan 116 Tabel 31 Jumlah Perda yang Dievaluasi Tahun 2008-2010 121 Tabel 32 Pencapaian Janji Layanan Kepabeanan dan Cukai Tahun 2010 127 Tabel 33 Tabel 34 Persentase SP2D yang Diselesaikan Secara Tepat Waktu per-triwulan pada Tahun 2010 Persentase Ketepatan Penyediaan Dana untuk Pembiayaan Pengeluaran Negara Tahun 2010 130 136 Tabel 35 Realisasi Satker yang Selesai Diinventarisir dan Dinilai Wajar 139 Tabel 36 Evektivitas Edukasi dan Komunikasi Kepabeanan dan Cukai 142 Tabel 37 Jumlah Wajib Pajak yang Terdaftar Tahun 2005 s.d 2010 152 Tabel 38 Kinerja Pemeriksaan Perpajakan Tahun 2010 152 xiii

Tabel Judul Tabel Halaman Tabel 39 Kasus Tindak Pidana Kepabeanan Tahun 2010 155 Tabel 40 Data Kegiatan Pengawasan 156 Tabel 41 Data Kegiatan Penindakan 157 Tabel 42 Data Jumlah Kasus 158 Tabel 43 Penindakan NPP berdasarkan Jenis Barang 158 Tabel 44 Penindakan NPP berdasarkan Kantor Bea dan Cukai 159 Tabel 45 Penetapan dan Penyampaian APBD TA 2007-2010 (persen) 162 Tabel 46 Daftar Daerah yang Dikenakan Sanksi 163 Tabel 47 Jumlah Pegawai yang Dijatuhi Hukuman Disiplin Sedang dan Berat 165 Tabel 48 Rasio Jam Pelatihan Pegawai terhadap Jam Kerja pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 166 Tabel 49 Realisasi Peraturan/Keputusan tentang penataan Organisasi 170 Tabel 50 Perbandingan Realisasi Penyerapan DIPA Tahun 2009 dan Tahun 2010 174 Tabel 51 Realisasi Anggaran Keuangan tahun 2010 175 xiv

Daftar Grafik Grafik Judul Grafik Halaman Grafik 1 Grafik Perhitungan Tax Ratio Indonesia (tiga model) Tahun 2005-2010 58 Grafik 2 Grafik Penyelesaian SOP Layanan Unggulan 134 Grafik 3 Grafik Penyelesaian Inventarisasi dan Penilaian Barang Milik Negara 138 Grafik 4 Grafik Penyampaian APBD 2010 Prov/Kab/Kota Se-Indonesia 163 Grafik 5 Grafik Komposisi Belanja per Jenis Belanja 177 xv

Bab I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang Di dalam setiap aspek kehidupan, apalagi kehidupan bernegara yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat (RPJMN 2010-2014) diperlukan berbagai sumber daya. Salah satu sumber daya yang menjadi darah setiap organisasi adalah sumber daya keuangan (dana). Namun disadari bahwa sumber daya keuangan ini, sebagaimana sumber daya yang lain yang bersifat ekonomis, ketersediannya sangat terbatas. Oleh karena itu, sumber daya yang terbatas ini perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar baik perolehan maupun penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang baik dan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Kementerian Keuangan berdasarkan Perpres Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta tugas dan fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, mempunyai tugas yang sangat strategis, yaitu melaksanakan tugas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara tersebut, Kementerian Keuangan dituntut untuk melaksanakannya dengan prudent, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien. Kementerian Keuangan melaksanakan tugas pengelolaan keuangan dan kekayan negara Dalam rangka melaksanakan tugas yang sangat strategis dan dengan caracara yang baik tersebut, Kementerian Keuangan menetapkan visi: Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Kemudian, untuk mencapai visi di atas, telah ditetapkan misi, rencana strategis, tujuan, dan sasaran serta rencana kerja yang terukur dan dilaksanakan setiap tahun. Selanjutnya, sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, pelaksanaan rencana kerja tersebut harus dipertanggungjawabkan setiap tahun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Kementerian Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2010, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi tersebut. Visi Kementerian Keuangan : menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan 2

Di samping itu, LAKIP ini juga dimaksudkan sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan menuju terwujudnya good governance, wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Kementerian Keuangan. 3

B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dalam melaksanakan peran strategis seperti diuraikan diatas, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Kementerian Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Keuangan mempunyai fungsi: (a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan dan kekayaan negara; (b) pengelolaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan; (c) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan; (d) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Keuangan di daerah; (e) pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan (f) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan dibantu oleh unit unit eselon I dan staf ahli sebagai berikut: 1. Wakil Menteri Keuangan; 2. Sekretariat Jenderal; 3. Direktorat Jenderal Anggaran; 4. Direktorat Jenderal Pajak; 5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 6. Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 7. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 8. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; 9. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang; 10. Inspektorat Jenderal; 11. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; 4

12. Badan Kebijakan Fiskal; 13. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan; 14. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara; 15. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara; 16. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional; 17. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal; 18. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi; 19. Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan; 20. Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai; 21. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan; 22. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik; dan 23. Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai. Selain itu, untuk mendukung tugas dan fungsi Kementerian Keuangan telah dibentuk Pusat Investasi Pemerintah dan Sekretariat Pengadilan Pajak. Dalam menjalankan tugasnya, Kementerian Keuangan didukung oleh 62.300 orang pegawai dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, keuangan, bisnis, hukum, teknis, administrasi, dan lainnya. Komposisi pegawai Kementerian Keuangan dapat dilihat dari tingkat pendidikan, golongan dan jabatan sebagai berikut: 5

Tabel 1. Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai 1. Strata 3 (S-3) 73 orang 2. Strata 2 (S-2) 5.794 orang 3. Strata 1 (S-1) dan Diploma IV (D IV) 19.530 orang 4. Diploma III (D III) 11.598 orang 5. Diploma II (D II), Diploma I (D I), dan SMA 23.674 orang 6. SMP 1.125 orang 7. Sekolah Dasar 506 orang Jumlah 62.300 orang Tabel 2. Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Golongan No. Golongan Jumlah Pegawai 1. Golongan I/a 51 orang 2. Golongan I/b 147 orang 3. Golongan I/c 54 orang 4. Golongan I/d 82 orang 5. Golongan II/a 4.059 orang 6. Golongan II/b 6.139 orang 7. Golongan II/c 506 orang 8. Golongan II/d 6.448 orang 6

Tabel 2. Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Golongan No. Golongan Jumlah Pegawai 9. Golongan III/a 11.255 orang 10. Golongan III/b 11.432 orang 11. Golongan III/c 6.018 orang 12. Golongan III/d 5.259 orang 13. Golongan IV/a 1.293 orang 14. Golongan IV/b 643 orang 15. Golongan IV/c 113 orang 16. Golongan IV/d 74 orang 17. Golongan IV/e 8 orang Jumlah 62.300 orang Tabel 3. Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Jabatan No. Jabatan Jumlah Pegawai 1. Eselon I 10 orang 2. Eselon II 209 orang 3. Eselon III 1.462 orang 4. Eselon IV 7.719 orang 5. Eselon V 157 orang 7

Tabel 3. Komposisi Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan Berdasarkan Jabatan No. Jabatan Jumlah Pegawai 6. Pegawai fungsional dan korlak 6.196 orang 7. Pelaksana 45.626 orang 8. Dipekerjakan dan diperbantukan 921 orang Jumlah 62.300 orang 8

C. Mandat dan Peran Strategis Kementerian Keuangan mempunyai peran yang strategis yaitu pengelola keuangan dan kekayaan negara. Sebagaimana diamatkan dalam UU nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara memberi kuasa kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan Pendelegasian kewenangan presiden kepada para menteri negara Presiden Chief Financial Officer (CFO) Bendahara Umum Negara Chief Operational Officer (COO) Pengguna Anggaran/Barang Menteri Keuangan Menteri Teknis Dalam rangka melaksanakan kekuasaan sebagai pengelola fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: 1. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro 2. menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN 3. 4. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang 5. melaksanakan fungsi bendahara umum negara 9

6. melaksanakan fungsi bendahara umum negara 7. 8. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban APBN melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan Undang-Undang Sebagaimana diketahui bahwa APBN yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun melalui Undang-Undang. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara, yang berpedoman pada rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dalam hal anggaran diperkirakan mengalami defisit, ditetapkanlah sumbersumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Sebaliknya, apabila anggaran diperkirakan surplus maka Menteri Keuangan mengajukan rencana penggunaan surplus kepada DPR. Dalam mengemban tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara ditengah kondisi perekonomian global yang mulai membaik, Kementerian Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Berbagai kebijakan telah ditempuh untuk mewujudkan tercapainya tema RKP 2010 yaitu Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat. Dalam rangka mewujudkan pemulihan perekonomian nasional, Menteri Keuangan sebagai wakil pemerintah dan pengelolan kebijakan fiskal telah memberikan insentif perpajakan yaitu: (i) penurunan tarif PPh Badan dari 28 persen menjadi 25 persen; (ii) penurunan tarif PPh Badan sebesar 5 persen dari tarif normal bagi perusahaan masuk bursa (go publik); serta (iii) pemberian subsidi pajak dalam bentuk pajak yang ditanggung pemerintah (DTP) yakni PPN DTP, PPh DTP, dan bea masuk DTP. Melalui kebijakankebijakan tersebut dunia usaha, sektor perdagangan dan industri diharapkan kembali pulih. Sementara itu dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, kebijakan alokasi belanja negara diarahkan untuk mempertahankan alokasi anggaran pendidikan sebesar 20 persen sesuai yang diamanatkan dalam UUD 1945, melanjutkan reformasi birokrasi, melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar untuk mendukung pembangunan, memperbaiki kesejahteraan rakyat dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui Bantuan Operasional sekolah (BOS), Jamkesnas, dan Program Keluarga Harapan (PKH). Selain itu pemberian subsidi diarahkan pada subsidi pertanian secara terpadu, sub- Tema RKT 2010 adalah Pemulihan Perekonomian Nasional dan Pemeliharaan kesejahteraan Rakyat 10

sidi pangan yang tepat sasaran dan bermanfaat baik Rumah Tangga Sasaran (RTS). Dengan dukungan berbagai kebijakan tersebut serta mulai pulihnya perekonomian global, maka ekspor dan investasi kembali meningkat, sehingga pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh 6,1 persen dalam tahun 2010. Selain itu, melalui alokasi belanja subsidi benih unggul, pupuk, pasar murah, dan alokasi belanja untuk ketahanan pangan dan bencana alam, Kementerian Keuangan bersama instansi terkait telah mampu mengurangi tekanan inflasi menjadi 6.69 persen ditengah-tengah melonjaknya harga minyak bumi dan komoditas pangan di pasar global serta terjadinya bencana alam di beberapa daerah penghasil bahan pangan di Indonesia. Dalam tahun 2010, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.016,5 triliun yang meliputi penerimaan dalam negeri sebesar Rp1.013,7 trliun dan hibah sebesar Rp2,9 triliun. Sementara belanja negara sebesar Rp1.056,5 triliun, sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi sebesar Rp39,99 triliun atau 0,6 persen terhadap PDB. Pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.016,5 tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp715,5 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp269,4 triliun, dan hibah sebesar Rp2,9 triliun. Sementara belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp781,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp344.6 triliun. Selanjutnya untuk menutup defisit APBN 2010 sebesar Rp39,99 triliun, diupayakan melalui pembiayaan dalam negeri sebesar Rp95,01 triliun dan pembiayaan luar negeri netto sebesar minus Rp0,16 triliun. Dengan demikian dalam APBN 2010 terjadi kelebihan pembiayaan sebesar Rp 47,5 triliun. Realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.016,5 triliun. Sementara belanja negara sebesar Rp1.056,5 triliun. Sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi sebesar Rp39,99 Membaiknya indikator ekonomi makro Indonesia dan kinerja APBN tahun 2010 telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 2.534,4 pada akhir tahun 2009 menjadi 3.703,5, meningkatnya peringkat rating dari Ba3 menjadi Ba2, serta menurunnya yield Surat Utang Negara (SUN) dari 10,06 persen menjadi 7,60 persen pada akhir tahun 2010. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara, serta APBN tersebut didukung oleh pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan. Visi Kementerian Keuangan adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang dipercaya dan akuntabel untuk mewujudkan indonesia yang sejahtera, demokratis, dan 11

berkeadilan. Untuk mewujudkan visi tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) misi, yaitu: (1) misi fiskal, (2) misi kekayaan negara, (3) misi pasar modal dan lembaga keuangan, dan (4) misi penguatan kelembagaan. 12

D. Sistematika Laporan Sistematika penyajian LAKIP Kementerian Keuangan Tahun 2010 adalah sebagai berikut: Ikhtisar Eksekutif, yang menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. Bab I. Pendahuluan, yang menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, mandat dan peran srategis instansi Kementerian Keuangan, serta sistematika laporan. Lakip Kemenkeu 2010: Ikhtisar Eksekutif Bab I. Pendahuluan Bab II. Rencana Strategis dan Penetapan/ Perjanjian Kinerja Bab III. Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan Bab IV. Penutup Bab II. Rencana Strategis dan Penetapan/Perjanjian Kinerja, yang menguraikan tentang rencana strategis dan penetapan kinerja Kementerian Keuangan Tahun 2010. Bab III. Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian sasaran strategis Kementerian Keuangan tahun 2010. Bab IV. Penutup, yang menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang. 13

Bab II Rencana Strategis dan Penetapan/ Perjanjian Kinerja 14

A. Alur Pikir Landasan Undang-undang No 25 Tahun 2004 Paket Undang-undang Bidang Keuangan Negara (UU No.17, UU No.1 dan UU No.15 Tahun 2004) RPJMN 2010-2014 APBN Tahun Anggaran 2010 Tugas Kementerian Keuangan Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara Visi Faktor Kunci Penentu Keberhasilan Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Umpan Balik Lakip Umpan Balik 15

B. Rencana Strategis Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan koordinatif serta disusun mengikuti alur pikir sebagaimana bagan di atas. Kementerian Keuangan bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dengan demikian Kementerian Keuangan menjadi pengelola keuangan negara dan sekaligus pengelola kekayaan negara. Dalam era globalisasi saat ini Kementerian Keuangan dituntut berpandangan jauh ke depan, serta berupaya meningkatkan kualitas agar lebih profesional dan mampu mencapai tingkat kesetaraan di pasar global. Berkaitan dengan itu, setiap aparatur Kementerian Keuangan didorong untuk lebih meningkatkan integritas dan kredibilitasnya sehingga dipercaya dan dibanggakan masyarakat serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung tercapainya masyarakat adil dan makmur. Visi Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Keuangan mempunyai visi sebagai berikut : Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan Pengertian pengelola keuangan dan kekayaan negara dalam visi tersebut bermakna bahwa Kementerian Keuangan adalah lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun dan mengalokasikan keuangan negara dan mengelola kekayaan negara. Dipercaya berarti semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Akuntabel artinya pengelolaan keuangan dan kekayaan negara yang mengacu pada praktek terbaik internasional yang berlandaskan asas profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan Misi Dalam rangka pencapaian visi, Kementerian Keuangan menetapkan 4 (empat) misi, yaitu: 1. Misi Fiskal, adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent), dan bertanggung jawab. 16

2. Misi Kekayaan Negara, adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggungjawab. 3. Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, adalah mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. 4. Misi Penguatan Kelembagaan, adalah a. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat; b. Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, berintegritas tinggi, dan bertanggungjawab; c. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya. Tujuan Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan Kementerian Keuangan untuk periode 2010-2014 dikelompokkan ke dalam 6 tema pokok sebagai berikut: 1. Tujuan dalam tema pendapatan negara adalah meningkatkan dan mengamankan pendapatan negara dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan keadilan masyarakat 2. Tujuan dalam tema belanja negara adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan belanja negara untuk mendukung penyelenggaraan tugas K/L dan pelaksanaan desentralisasi fiskal; 3. Tujuan dalam tema pembiayaan APBN adalah mewujudkan kapasitas pembiayaan yang mampu memberikan daya dukung bagi kesinambungan fiskal; 4. Tujuan dalam tema perbendaharaan negara adalah pengelolaan perbendaharaan negara yang profesional dan akuntabel serta mengedepankan kepuasan stakeholders atas kinerja perbendaharaan negara; Tujuan Kemenkeu dikelompokkan ke dalam 6 tema pokok 17

5. Tujuan dalam tema kekayaan negara adalah mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal serta menjadikan nilai kekayaan negara sebagai acuan dalam berbagai keperluan; 6. Tujuan dalam tema pasar modal dan lembaga keuangan non bank adalah membangun otoritas pasar modal dan lembaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan penjabaran dari tujuan yang secara terukur akan dicapai secara nyata. Sasaran Kementerian Keuangan untuk tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Sasaran Strategis dalam Tema Pendapatan Negara adalah: a. Tingkat pendapatan yang optimal Tingkat pendapatan yang optimal adalah tingkat pencapaian penerimaan dalam negeri yang sesuai dengan target sebagaimana tercantum dalam APBN atau APBN-P. b. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dan citra yang meningkat yang didukung oleh tingkat pelayanan yang handal. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi diukur berdasarkan hasil survey kepuasan stakeholder oleh lembaga independen. Hasil survey yang positif akan meningkatkan citra Kementerian Keuangan di mata stakeholder. c. Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai yang tinggi Tingkat kepatuhan wajib pajak, kepabeanan, dan cukai terhadap peraturan perundang-undangan yang pada akhirnya menunjukkan potensi pendapatan pajak, kepabeanan dan cukai. 2. Sasaran Strategis dalam Tema Belanja Negara adalah: a. Alokasi belanja negara yang tepat sasaran, tepat waktu, efektif, efisien dan akuntabel. 1) Alokasi belanja negara yang tepat sasaran adalah alokasi anggaran yang dapat mencapai kinerja program dan kegiatan kementerian negara/lembaga yang telah ditetapkan dalam APBN. 18

2) Alokasi belanja negara yang tepat waktu adalah pengesahan DIPA yang dapat diselesaikan sesuai jadwal yang ditetapkan. 3) Alokasi belanja negara yang efisien adalah penuangan anggaran pada DIPA yang dapat digunakan untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan. 4) Alokasi belanja negara yang akuntabel adalah alokasi belanja negara yang proporsional sesuai dengan prioritas rencana kerja pemerintah dan dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaannya. b. Tata kelola yang yang tertib transparan, dan akuntabel dalam pelaksanaan belanja negara. 1) Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan belanja Negara sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 2) Tata kelola yang transparan dan akuntabel adalah pengelolaan belanja Negara yang dilakukan secara terbuka sehingga proses pengelolaannya dapat diketahui oleh stakeholder dan dapat dipertanggungjawabkan. c. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Perimbangan Keuangan adalah pelaksanaan kebijakan hubungan keuangan pusat dan daerah yang dapat menjamin keseimbangan keuangan terkait dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan kewenangan yang dimiliki oleh pusat maupun daerah sesuai dengan norma dan standar yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. d. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundangundangan, transparan, kredibel, akuntabel, dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 1) Tata kelola yang tertib adalah pengelolaan transfer ke daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Transparan adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat diakses oleh seluruh stakeholder. 3) Akuntabel adalah pelaksanaan kebijakan transfer ke daerah dapat dipertanggungjawabkan. 19

3. Sasaran Strategis dalam Tema Pembiayaan APBN adalah: a. Terpenuhinya pembiayaan APBN melalui utang secara tepat waktu, cukup, dan efisien. Memenuhi target pembiayaan APBN melalui utang yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri, dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman, dengan mempertimbangkan biaya dan risiko untuk mendukung kesinambungan fiskal. b. Terciptanya kepercayaan para pemangku kepentingan (investor, kreditor, dan pelaku pasar lainnya) terhadap pengelolaan utang yang transparan, akuntabel, dan kredibel. Tersedianya informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dan akurat, dan terjaganya kredibilitas pengelolaan utang dengan melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. c. Terciptanya struktur portofolio utang yang optimal. Mengoptimalkan struktur jatuh tempo SBN dengan memperhatikan jenis, tingkat bunga, dan tenor, serta kondisi pasar keuangan. d. Terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid. Mengembangkan pasar SBN dengan menyediakan alternaitif instrument SBN yang variatif, serta meningkatkan sebaran investor. 4. Sasaran Strategis dalam Tema Perbendaharaan Negara adalah: a. Efisiensi dan akurasi pelaksanaan belanja negara. Penyaluran belanja negara untuk mendukung pencapaian sasaran yang ditetapkan secara akurat dan tepat waktu berarti pelaksanaan penyaluran belanja dilakukan sesuai dengan norma waktu yang ditetapkan. 20

b. Optimalisasi pengelolaan kas. Optimalisasi pengelolaan kas negara meliputi dalam hal perencanaan kas, pengendalian kas dan pemanfaatan idle kas, yang dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup. Optimalisasi pengelolaan kas negara adalah dalam rangka mewujudkan efisiensi pengelolaan kas dengan mengedepankan prinsip meminimumkan biaya dan memaksimalkan manfaat bila terjadi kekurangan kas (cash mismatch) atau pemanfaatan kelebihan kas (idle cash). c. Optimalisasi tingkat pengembalian dana di bidang investasi dan pembiayaan lainnya. Salah satu bagian dari pengembalian dana dibidang investasi dan pembiayaan lainnya adalah pengembalian penerusan pinjaman. Dana penerusan pinjaman tersebut harus dioptimalkan pengembalian dan penyetorannya kembali ke APBN sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pengembalian dana tersebut mempunyai kontribusi dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri dan penerimaan defisit APBN. d. Peningkatan pelayanan masyarakat melalui penyempurnaan pengelolaan BLU. Melalui penyempurnaan regulasi terkait dengan pengelolaan BLU, peningkatan penilaian kinerja satker BLU serta pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan satker yang menerapkan Pengelolaan Keuangan BLU akan dapat melaksanakan fungsinya secara lebih efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari kinerja keuangan pada satker BLU, sehingga selanjutnya akan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanannya kepada masyarakat. 21