BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

KUESIONER PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

SKRIPSI. Oleh : BERNADETTA BR TARIGAN NIM

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo,

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

BAB III METODE PENELITIAN

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan dalam penelitian quasy experimental dengan. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

METODOLOGI PENELlTlAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental Semu (Quasi Experiment Design) yaitu desain. Rancangan yang dipilih adalah One Group Pretest-Postest

I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB III METODE PENELITLAN. A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen tanpa pembanding atau

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. pestisida. Pengunaan agrokimia diperkenalkan secara besar-besaran untuk

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA LANSIA DI KELURAHAN LOSUNG BATU

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan Separate Sample Pretest-Postest (Notoatmodjo, 2005). Pretest Intervensi Postest Kelompok Intervensi O1 X O2 Kelompok Kontrol O1 - O2 Keterangan : O1 : pretest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida X O2 : dilakukan penyuluhan yaitu tentang penyemprotan pestisida : postest tentang pengetahuan dan sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Waktu penelitian bulan November 2010 sampai bulan Februari tahun 2011. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang bekerja sebagai petani jeruk, sebanyak 134 kk.

3.3.2 Penentuan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Penggunaan teknik ini berdasarkan kepada pengetahuan tentang ciri-ciri tertentu yang telah didapat sebelumnya (Mardalis, 1995). Adapun ciri -ciri atau kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Merupakan petani jeruk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. 2. Melakukan kegiatan penyemprotan pestisida. 3. Bersedia menjadi sampel. 4. Berdasarkan efektifitas penyuluhan. Dari kriteria di atas di peroleh sampel sebanyak 40 kk. Sampel untuk kelompok intervensi 20 kk dan sampel untuk kelompok kontrol 20 kk. Menurut Gay dalam Hasan (2002), ukuran minimal sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian experimental adalah 15 sampel per kelompok. 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

3.5. Tahapan Penelitian Prosedur pengumpulan data pada kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi : 1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan November 2010 untuk mengetahui karakteristik responden yang akan dipilih sebagai responden. 2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan dan mengambil profil Desa Serdang di kantor kepala desa. 3. Pada bulan Januari 2011, sebelum penyuluhan dilakukan pre-test tentang pengetahuan dan sikap petani tentang penyemprotan pestisida dengan menggunakan kuesioner pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 4. Melakukan penyuluhan setelah pre-test pada kelompok intervensi dengan metode ceramah dan pembagian leaflet tentang penyemprotan pestisida yang telah dipersiapkan. 5. Setelah seminggu pre-test pada kelompok kontrol dilakukan post-test dan pada kelompok intervensi setelah penyuluhan langsung dilakukan post-test. 3.6. Defenisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penelitian dalam penelitian ini, maka penulis memberi batasan sebagai berikut: 1. Penyuluhan adalah penyampaian keterangan atau informasi melalui pertemuan langsung peneliti dengan petani jeruk.

2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit pada tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil petanian. 3. Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. 4. Penyemprotan pestisida adalah kegiatan mengaplikasikan pestisida dengan cara disemprot. 5. Kelompok intervensi adalah kelompok yang diberi perlakukan (penyuluhan pestisida). 6. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakukan (penyuluhan pestisida). 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden (petani jeruk) tentang cara menggunakan pestisida dan efek negatif dari penggunaan pestisida terhadap kesehatan. 8. Sikap adalah respon atau tanggapan petani terhadap pestisida dan efek negatif pestisida terhadap kesehatan. 3.7. Aspek Pengukuran Pengukuran pengetahuan dan sikap dilakukan berdasarkan perolehan skor nilai dari pertanyaan yang diajukan, dimana jika menjawab a diberi skor 0 dan jawaban b diberi skor 1. Skala pengukuran pengetahuan dan sikap didasarkan pada jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan:

1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai >75% dari seluruh skor yang ada. 2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 40%-75% dari seluruh skor yang ada. 3. Nilai kurang, apabila responden mendapat nilai <40% dari seluruh skor yang ada. 1. Pengetahuan Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran pengetahuan responden adalah: a. Tingkat pengetahuan baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15. b. Tingkat pengetahuan sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8 15. c. Tingkat pengetahuan kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < 8. 2. Sikap Jumlah pertanyaan 20 buah dengan total skor 20. Jadi kriteria pengukuran sikap responden adalah: a. Tingkat sikap baik jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor > 15. b. Tingkat sikap sedang jika responden mampu menjawab pertanyaan dengan total skor 8 15.

c. Tingkat sikap kurang jika responden menjawab pertanyaan dengan total skor < 8. 3.8. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing, memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan. 2. Koding, mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu. 3. Entri data 3.9. Analisis Data Data di analisis dengan menggunakan uji statistik yaitu Paired Sample T-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Penarikan kesimpulan yang dilakukan didasarkan pada taraf signifikansi p<0,05. Analisis hasil juga dilakukan dengan cara distribusi frekuensi, tabel dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis Daerah penelitian adalah Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo, Desa Serdang memiliki luas wilayah adalah 728 Ha, dimana Desa Serdang merupakan daerah pertanian dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pertumbuken Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barusjahe Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penampen 4.1.2. Data Demografi A. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe pada tahun 2010 sebanyak 862 jiwa. B. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang dapat dilihat pada table 4.1 berikut : Table 4.1. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase(50%) 1. Laki-laki 431 50,0 2. Perempuan 431 50,0 Jumlah 862 100 Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 431 jiwa (50 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 431 jiwa (50 %). C. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Table 4.2. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1. Petani 457 53,0 2. Wiraswasta 8 0.9 3. PNS 10 1.2 4. Tidak Bekerja 382 44.3 5. Lainnya 5 0.6 Jumlah 862 100 Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 457 jiwa (53,0%) dan penduduk yang paling sedikit adalah yang memiliki pekerjaan lainnya seperti supir atau pekerjaan tidak tetap ada sebanyak 5 orang (0,6%). D. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama 4.3 berikut: Distribusi penduduk Desa Serdang berdasarkan agama dapat dilihat pada table Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Agama Jumlah Persentase (%) 1. Protestan 509 59,0 2. Katolik 313 36,3 3. Islam 40 4,6 Jumlah 862 100 Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Serdang paling banyak adalah menganut agama Protestan sebanyak 509 jiwa (59 %) dan penduduk yang paling sedikit adalah menganut agama Islam yaitu sebanyak 40 jiwa (4,6 %). E. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Distribusi penduduk berdasarkan suku bangsa di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Suku Bangsa Jumlah Persentase (%) 1. Karo 848 98,4 2. Jawa 7 0,8 3. Batak 3 0,3 4. Nias 3 0,3 5. Mandailing 1 0,1 Jumlah 862 100 Sumber : Profil Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe memiliki 5 jenis suku yaitu suku Karo, Jawa, Batak, Nias, dan Mandailing. Penduduk yang paling banyak adalah suku Karo yaitu sebanyak 848 jiwa ( 98,4 %), sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah suku Mandailing sebanyak 1 jiwa (0,1 %). 4.2. Data Karakteristik Responden 4.2.1. Jenis Kelamin Responden Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jenis Kelamin Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % Laki-Laki 19 95,0 18 90 37 92,5 Perempuan 1 5,0 2 10 3 7,5 Jumlah 20 100 20 100 40 100 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden pada penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dari pada berjenis kelamin perempuan yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (95%) pada kelompok intervensi dan 18 orang (90%) pada kelompok kontrol. Sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 1 orang (5%) pada kelompok intervensi dan 2 orang (10%) pada kelompok kontrol. Untuk keseluruhan responden dari 40 responden terdiri dari 37 orang (92,5%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang (7,5%) jenis kelamin perempuan. 4.2.2. Umur Responden Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Umur Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % 20-29 3 15,0 3 15,0 6 15,0 30-39 8 40,0 6 30,0 14 35,0 40-49 7 35,0 9 45,0 16 40,0 50-59 1 5,0 2 10,0 3 7,5 60-69 1 5,0 - - 1 2,5 Jumlah 20 100 20 100 40 100 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kelompok intervensi ada pada kelompok umur 30-39 dengan jumlah 8 orang (40%) dan pada kelompok kontrol ada pada kelompok umur 40-49 dengan jumlah 9 orang

(45%). Sedangkan paling sedikit pada kelompok intervensi adalah pada kelompok umur 50-59 dan 60-69 dengan jumlah masing-masing 1 orang (5%) serta pada kelompok kontrol adalah pada kelompok umur 50-59 dengan jumlah 2 orang (10%). Untuk keseluruhan responden dari 40 responden paling banyak pada kelompok umur 40-49 dengan jumlah 16 orang (40%) dan yang paling sedikit pada kelompok umur 60-69 dengan jumlah 1 orang (2,5%). 4.2.3. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.7berikut : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Pendidikan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tamat SD 7 35,0 5 25,0 12 30,0 Tamat SLTP 5 25,0 7 35,0 12 30,0 Tamat SLTA 8 40,0 7 35,0 15 37,5 Tamat PT/Akademi - - 1 5,0 1 2,5 Jumlah 20 100 20 100 40 100 Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak memiliki tingkat pendidikan SLTA pada kelompok intervensi yaitu 8 orang (40%) dan pada kelompok kontrol dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yang masing-masing berjumlah 7 orang (35%). Sedangkan yang paling sedikit memiliki pendidikan SLTP sebanyak 5 orang (25%) pada kelompok intervensi dan pendidikan tamat PT/Akademi sebanyak 1 orang (5%) pada kelompok kontrol. Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak memiliki pendidikan SLTA yaitu sebanyak 15 orang (37,5%) dan paling sedikit memiliki pendidikan tamat PT/Akademi yaitu sebanyak 1 orang (2,5%).

4.2.4. Lamanya Bekerja Lamanya responden bekerja dalam hal penggunaan pestisida dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Lamanya Bekerja Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1-10 6 30 10 50 16 40,0 11-20 11 55 8 40 19 47,5 21-30 3 15 2 10 5 15,5 Jumlah 20 100 20 100 40 100 Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak pada kelompok intervensi sebanyak 11 orang (55%) dengan lama bekerja dalam hal penggunaan pestisida adalah dari 11 tahun sampai 20 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol responden yang terbanyak yaitu 10 orang (50%) dengan lama bekerja dalam hal penggunaan pestisida adalah dari 1 tahun sampai 10 tahun. Responden pada kelompok intervensi yang paling sedikit berjumlah 3 orang (15%) dan kelompok kontrol dengan jumlah 2 orang (10%) dengan lama bekerja dalam penggunaan pestisida dari 21 tahun sampai 30 tahun. Untuk keseluruhan responden yang terdiri dari 40 orang paling banyak yaitu sebanyak 19 orang (47,5%) dengan lama bekerja 11tahun sampai 20 tahun dan yang paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (15,5%) dengan lama bekerja 21 tahun sampai 30 tahun.

4.3. Analisa Data 4.3.1. Analisa Univariat 4.3.1.1. Pengetahuan Indikator pengetahuan diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut adalah distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan (Tabel 4.9): Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Sumber pestisida yang dapat digunakan Jawaban Benar 11 55 11 55 11 55 20 100 Jawaban Salah 9 45 9 45 9 45 0 0 2. Tempat penyimpanan pestisida Jawaban Benar 13 65 13 65 17 85 20 100 Jawaban Salah 7 35 7 35 3 15 0 0 3. Pestisida berbahaya jika diangkut bersama makanan Jawaban Benar 17 85 19 95 16 80 19 95 Jawaban Salah 3 15 1 5 4 20 1 5 4. APD (Alat Pelindung Diri) yang harus dipakai Jawaban Benar 20 100 20 100 17 85 20 100 Jawaban Salah 0 0 0 0 3 15 0 0 5. Waktu APD harus dipakai Jawaban Benar 12 60 12 55 13 65 20 100 Jawaban Salah 8 40 8 45 7 35 0 0 6. Pencampuran pestisida yang dianjurkan Jawaban Benar 15 75 15 75 14 70 20 100 Jawaban Salah 5 25 5 25 6 30 0 0 7. Tempat penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida Jawaban Benar 18 90 18 90 19 95 19 95 Jawaban Salah 2 10 2 10 1 5 1 5

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 8. Pencampuran pestisida dengan alat khusus Jawaban Benar 19 95 20 100 20 100 20 100 Jawaban Salah 1 5 0 0 0 0 0 0 9. Waktu untuk melakukan penyemprotan Jawaban Benar 9 45 14 70 11 55 20 100 Jawaban Salah 11 55 6 30 9 45 0 0 10. Apakah tanaman jeruk bisa keracunan Jawaban Benar 10 50 10 50 14 70 20 100 Jawaban Salah 10 50 10 50 6 30 0 0 11. Tujuan penyemprotan Jawaban Benar 6 30 6 30 11 55 20 100 Jawaban Salah 14 70 14 70 9 45 0 0 12. Sisa pencampuran pestisida harus dikubur Jawaban Benar 13 65 14 70 12 60 20 100 Jawaban Salah 7 35 6 30 8 40 0 0 13. Aktivitas yang seharusnya dilakukan setelah selesai penyemprotan Jawaban Benar 20 100 20 100 20 100 20 100 Jawaban Salah 0 0 0 0 0 0 0 0 14. Kondisi cuaca tidak dapat dilakukan penyemprotan Jawaban Benar 20 100 20 100 16 80 20 100 Jawaban Salah 0 0 0 0 4 20 0 0 15. Pakaian harus dicuci setelah penyemprotan Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100 Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0 16. Akibat pestisida terhadap kesehatan Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100 Jawaban Salah 2 5 1 5 1 5 0 0 17. Pestisida tertelan dapat menyebabkan keracunan Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100 Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 18. Keracunan pestisida dapat melalui kulit Jawaban Benar 16 80 19 95 18 90 20 100 Jawaban Salah 4 20 1 5 2 10 0 0 19. Keracunan pestisida dapat melalui mata Jawaban Benar 19 95 19 95 19 95 20 100 Jawaban Salah 1 5 1 5 1 5 0 0 20. Keracunan pestisida dapat melalui pernafasan Jawaban Benar 19 95 19 95 20 100 20 100 Jawaban Salah 1 5 1 5 0 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.9. di atas diketahui bahwa pada pertanyaan pertama tentang pestisida yang dapat digunakan yaitu pestisida yang terdaftar dan mendapat izin dari dinas pertanian, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sumber pestisida yang dapat digunakan. Pada pertanyaan kedua tentang pestisida harus disimpan di tempat khusus dengan wadah asli dan jauh dari jangkauan anak-anak, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan

responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tempat penyimpanan pestisida. Pada pertanyaan ketiga tentang pestisida berbahaya jika diangkut bersama makanan atau bahan makanan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 85% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 80% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pengangkutan pestisida berbahaya jika diangkut bersama bahan makanan. Pertanyaan keempat tentang alat pelindung diri yang harus dipakai saat penyemprotan berupa sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung kepala, sepatu boot dan pakaian kerja, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tetap 100%. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang alat pelindung diri yang harus dipakai. Pada pertanyaan kelima tentang alat pelindung diri harus dipakai saat mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 65% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang

alat pelindung diri harus dipakai saat mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan. Pada pertanyaan keenam tentang pencampuran pestisida harus sesuia dengan anjuran yang ada pada kemasan pestisida, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 70% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pencampuran pestisida harus sesuai dengan anjuran yang ada pada kemasan pestisida. Selanjutnya pada pertanyaan ketujuh tentang penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di ruang terbuka, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak berubah pada saat pretest dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Sedangkan pada pertanyaan kedelapan tentang pencampuran pestisida harus dengan alat khusus, responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar tetap 100%. Pada pertanyaan kesembilan tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam 08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 45% menjadi 70% dan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang

menjadi tahu tentang waktu penyemprotan sebaiknya pagi jam 08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB. Pada pertanyaan kesepuluh tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pretest dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 70% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tanaman jeruk bisa keracunan pestisida. Pada pertanyaan kesebelas tentang tujuan penyemprotan adalah mengendalikan serangan hama, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 55% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang tujuan penyemprotan. Pada pertanyaan kedua belas tentang sisa pencampuran pestisida setelah penyemprotan sebaiknya dikubur dibawah tanah sedalam 40cm, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 65% menjadi 70%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 60% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang sisa pencampuran pestisida harus dikubur.

Selanjutnya pada pertanyaan ketiga belas tentang setelah penyemprotan harus mandi, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Sedangkan pada pertanyaan keempat belas tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan matahari terik, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tetap 100%. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 80% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang penyemprotan tidak dapat dilakukan pada saat cuaca hujan dan matahari terik. Pada pertanyaan kelima belas tentang pakain sewaktu penyemprotan langsung dicuci selesai penyemprotan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pakaian langsung dicuci selesai penyemprotan. Pada pertanyaan keenam belas tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan pada manusia, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi

atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Pada pertanyaan ketujuh belas tentang pestisida tertelan dapat menyebabkan keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi tentang pestisida telan dapat menyebabkan keracunan. Selanjutnya pada pertanyaan ke delapan belas tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat kulit, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol meningkat dari 80% menjadi 95%. Sedangkan pada kelompok intervensi, responden yang menjawab benar meningkat dari 90% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok intervensi atau penambahan jumlah responden yang menjadi tahu tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat kulit. Pada pertanyaan kesembilan belas tentang pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Sedangkan pada kelompok intervensi responden yang menjawab benar meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan responden pada kelompok intervensi tentang pestisida terkena mata dapat menyebabkan keracunan. Sedangkan pada pertanyaan kedua puluh tentang pestisida dapat menyebabkan keracunan lewat pernafasan, responden yang menjawab benar pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan tidak terjadi perubahan pengetahuan responden. Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.1. dan gambar 4.2. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut : Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Sedangkan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada gambar 4.2. berikut :

Gambar 4.2. Grafik Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jika variabel pengetahuan responden di distribusikan berdasarkan kategori pengetahuan dapat di lihat pada tabel 4.10 berikut : Tabel 4.10. : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Pengetahuan Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Sedang 7 35 7 35 7 35 0 0 3. Baik 13 65 13 65 13 65 20 100 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100 4.3.1.1. Sikap Indikator sikap diukur dengan menggunakan 20 pertanyaan. Berikut merupakan distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan (tabel 4.11):

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Membaca petunjuk pemakaian sebelum menggunakan pestisida Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Pestisida yang digunakan harus memiliki ijin dari Dinas Pertanian Setuju 10 50 12 60 10 50 19 95 Tidak setuju 10 50 8 40 10 50 1 5 3. Pestisida harus disimpan di tempat khusus Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 4. Pestisida berbahaya diangkut bersama makanan Setuju 18 90 17 85 15 75 20 100 Tidak setuju 2 10 3 15 5 25 0 0 5. Pencampuran pestisida harus sesuai anjuran pada kemasan Setuju 15 75 14 70 10 50 20 100 Tidak setuju 5 25 6 30 10 50 0 0 6. Penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus ditempat terbuka Setuju 19 95 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 1 5 0 0 0 0 0 0 7. Anak-anak tidak diijinkan disekitar tempat penyemprotan Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 8. Dosis yang digunakan sesuai petunjuk pemakaian Setuju 13 65 13 65 13 65 20 100 Tidak setuju 7 35 7 35 7 35 0 0 9. Memakai alat pelindung diri (APD) ketika melakukan penyemprotan Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 10. Jenis alat pelindung diri ( APD) yang cocok adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan Setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 11. Pada saat menyemprot tidak makan dan minum Setuju 19 95 20 100 17 85 20 100 Tidak setuju 1 5 0 0 3 15 0 0 12. Menyemprot mengikuti arah angin Setuju 18 90 17 85 19 95 20 100 Tidak setuju 2 10 3 15 1 5 0 0 13. Menyemprot sebaiknya pada saat hujan Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 14. Menyemprot pada saat terik matahari Setuju 10 50 8 40 10 50 0 0 Tidak setuju 10 50 12 60 10 50 20 100 15. Menyemprot pada saat angin kencang Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0 Tidak setuju 20 100 20 100 20 100 20 100 16. Pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu Setuju 19 95 19 95 20 100 20 100 Tidak setuju 1 5 1 5 0 0 0 0 17. Setelah penyemprotan pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun Setuju 20 100 20 100 19 95 20 100 Tidak setuju 0 0 0 0 1 5 0 0 18. Pakaian saat penyemprotan tidak dipakai dalam pekerjaan selanjutnya Setuju 14 70 16 80 15 75 20 100 Tidak setuju 6 30 4 20 5 25 0 0

Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi No. Sikap Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 19. Pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan Setuju 19 95 19 95 17 85 20 100 Tidak setuju 1 5 1 5 3 15 0 0 20. Petani mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida Setuju 20 100 19 95 20 100 20 100 Tidak setuju 0 0 1 5 0 0 0 0 Berdasarkan tabel 4.11. di atas diketahui pada pernyataan pertama yang menyatakan agar membaca petunjuk pemakaian sebelum menggunakan pestisida, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan kedua yang menyatakan pestisida yang dapat digunakan harus pestisida yang terdaftar atau memiliki ijin dari dinas pertanian, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi 60% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 95%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik tentang sumber pestisida yang dapat digunakan. Pada pernyataan ketiga yang menyatakan pestisida harus ditempatkan di tempat khusus dan tidak mudah dijangkau anak-anak serta harus disimpan di wadah aslinya, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal

ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan keempat yang menyatakan pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap responden pada kelompok intervensi yang menjadi lebih baik tentang pestisida berbahaya jika diangkut bersama-sama dengan makanan atau bahan makanan. Pada pernyataan kelima yang menyatakan pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida, responden yang setuju pada kelompok kontrol menurun dari 75% menjadi 70% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang pencampuran satu jenis pestisida tidak dibenarkan jika tidak ada anjuran yang tertulis pada kemasan pestisida. Selanjutnya pada pernyataan keenam yang menyatakan penakaran, pengeceran atau pencampuran pestisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di luar ruangan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi sikap responden tidak berubah yaitu tetap 100% setuju. Sedangkan pada pernyataan ketujuh yang menyatakan anakanak tidak diijinkan berada di sekitar tempat penyemprotan pestisida, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan

(penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pada pernyataan kedelapan yang menyatakan dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test yaitu 65% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 65% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang dosis pestisida yang digunakan harus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Sedangkan pada pernyataan kesembilan yang menyatakan ketika melakukan penyemprotan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi perlakuan maupun kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberi perlakuan (penyuluhan) tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pernyataan kesepuluh yang menyatakan jenis alat pelindung diri yang cocok digunakan adalah masker, penutup kepala, dan penutup seluruh badan, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan kesebelas yang menyatakan pada saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 95% menjadi 100% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal

ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik tentang saat penyemprotan sebaiknya tidak makan, minum, dan merokok. Sedangkan pada pernyataan kedua belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 90% menjadi 85% tetapi pada kelompok intervensi meningkat dari 95% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan menjadi lebih baik tentang menyemprot sebaiknya mengikuti arah angin. Pada pernyataan ketiga belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat hujan, responden yang tidak setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Sedangkan pada pernyataan keempat belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat terik matahari, responden yang tidak setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 50% menjadi 60% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 50% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden menjadi lebih baik tentang menyemprot pada saat terik matahari. Selanjutnya pada pernyataan kelima belas yang menyatakan menyemprot sebaiknya pada saat angin kencang, responden yang menyatakan setuju baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Dan pada pernyataan keenam belas yang menyatakan pencampuran pestisida sebaiknya menggunakan kayu, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak

berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 95% dan pada kelompok intervensi tidak berubah pada saat pre-test dan post-test yaitu 100%. Hal ini menunjukkan tidak ada perubahan sikap responden. Pada pernyataan ketujuh belas yang menyatakan setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pretest dan post-test yaitu 100% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik sikapnya tentang setelah melakukan penyemprotan pencampuran pestisida sebaiknya mencuci tangan pakai sabun. Selanjutnya pada pernyataan kedelapan belas yang menyatakan pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol meningkat dari 70% menjadi 80% dan pada kelompok intervensi meningkat dari 75% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan paling tinggi pada kelompok intervensi, sikap responden yang menjadi lebih baik sikapnya tentang pakaian yang dipakai sewaktu penyemprotan tidak dapat dipakai di dalam pekerjaan lain. Selanjutnya pada pernyataan kesembilan belas yang menyatakan pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol tidak berubah saat pre-test dan post-test yaitu 95% tetapi responden yang menyatakan setuju pada kelompok intervensi meningkat dari 85% menjadi 100%. Hal ini menunjukkan perubahan sikap responden

pada kelompok intervensi setelah diberikan penyuluhan yang menjadi lebih baik tentang pengelolaan pestisida yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Sedangkan pada pernyataan kedua puluh yang menyatakan sebaiknya setiap petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida, responden yang menyatakan setuju pada kelompok kontrol menurun dari 100% menjadi 95% tetapi pada kelompok intervensi tidak berubah yaitu 100% setuju. Hal ini menunjukkan sikap responden tentang petani harus mengikuti penyuluhan penggunaan pestisida sudah baik. Bila distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan digambarkan maka dapat dilihat pada gambar 4.3. dan gambar 4.4. Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar 4.3. berikut: Gambar 4.3. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011

Distribusi frekuensi jawaban responden terhadap variabel sikap sebelum dan setelah penyuluhan pada kelompok intervensi dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut : Gambar 4.4. Grafik Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Jika variabel sikap responden di distribusikan berdasarkan kategori sikap dapat di lihat pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Sebelum dan sesudah Penyuluhan di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 No. Sikap Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi Pre-test Post-test Pre-test Post-test n % n % n % n % 1. Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Sedang 3 15 2 10 3 15 0 0 3. Baik 17 85 18 90 17 85 20 100 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100

4.3.2. Analisis Bivariat 4.3.2.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut : Tabel 4.13. Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Pengetahuan Sebelum 15,70 Sesudah 16,15 0,107 Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik paired sample t- test dapat dilihat pada tabel 4.13diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden pada pre-test sebesar 15,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi perlakuan diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebesar 16,15. Selain itu diperoleh nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap pengetahuan responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut : Tabel 4.14. Perbandingan pre-test dan post-test Pengetahuan Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Pengetahuan Sebelum 16,25 Sesudah 19,90 0,000

Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 4.14 diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 16,25 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,90. Selain itu, diperoleh nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. 4.3.2.1. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Hasil analisa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel 4.15. Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Kontrol di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Sikap Sebelum 17,70 Sesudah 17,95 0,287 Berdasarkan hasil analisisi dengan menggunakan uji statistik paired sample t- test dapat dilihat pada tabel 4.15 dimana diperoleh nilai rata-rata sikap responden pada pre-test sebesar 17,70 dan sesudah seminggu dilakukan post-test tanpa diberi perlakuan diperoleh nilai rata-rata sikap responden sebesar 17,95. Selain itu diperoleh nilai probabilitas (p=0,287), oleh karena p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Sedangkan hasil penelitian pengaruh penyuluhan pestisida terhadap sikap responden pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut :

Tabel 4.16. Perbandingan pre-test dan post-test Sikap Petani Jeruk Dalam Menyemprot Pestisida Pada Kelompok Intervensi di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Variabel Mean p Sikap Sebelum 17,25 Sesudah 19,95 0,000 Berdasarkan hasil analisa yang dapat dilihat pada tabel 4.16 diperoleh nilai rata-rata sikap responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 17,25 dan sesudah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 19,95. Selain itu, diperoleh nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap petani jeruk dalam menyemprot pestisida.

5.1. Karakteristik Responden BAB V PEMBAHASAN Petani jeruk di Desa Serdang yang melakukan penyemprotan pestisida tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja tetapi juga oleh sebagian perempuan yang menjadi kepala rumah tangga meskipun pada umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan umur responden berdasarkan hasil penelitian paling banyak adalah 40-49 tahun (40%), 30-39 tahun (35%), 20-29 tahun (15%), 50-59 tahun (7,5%), dan yang paling sedikit adalah umur 60-69 tahun (2,5%). Hal ini menunjukkan ada petani yang berusia lanjut mengaplikasikan pestisida. Usia lanjut merupakan usia yang rentan terhadap penyakit seperti keracunan pestisida. Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SLTA (37,5%) kemudian tamat SLTP (30%), tamat SD (30,%), dan yang paling sedikit tamat PT/Akademi (2,5%). Hal ini menunjukkan semua responden sudah bisa baca dan tulis yang merupakan faktor yang mendukung dalam meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) petani jeruk dalam menyemprot pestisida di Desa Serdang Kecamatan Barusjahe. Lamanya responden bekerja sebagai petani jeruk dan penyemprot pestisida paling banyak adalah 11 tahun sampai 20 tahun (47,5%), kemudian 1 tahun sampai 10 tahun (40%), dan yang paling sedikit 21 tahun sampai 30 tahun (15,5%). Dari hal ini dapat dilihat bahwa banyak petani menggunakan pestisida dalam jangka waktu yang lama. Hal ini karena dengan penggunaan pestisida, hama-hama yang merusak tumbuhan pertanian dapat diatasi sehingga petani terus menggunakan senyawa

petisida untuk menuntaskan hama-hama pertanian (Palar, 2008). Tetapi ini beresiko bagi kesehatan penggunanya. Menurut WHO 1986 dalam Afriyanto (2008) penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat menimbulkan keracunan kronik. 5.2. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sebelum Diberikan Penyuluhan Pengetahuan adalah salah satu dari bentuk perilaku, dimana pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendenganran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan petani jeruk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Petani jeruk yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pestisida dan penyemprotannya diharapkan akan memiliki tindakan yang baik juga dalam penyemprotan pestisida. Hal ini seperti dijelaskan Notoatmodjo (2003), bahwa pegetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden secara keseluruhan pengetahuan responden pada saat pre-test yang paling rendah adalah tentang tujuan penyemprotan yang dilakukan. Sebagian besar responden melakukan penyemprotan bertujuan mencegah hama datang, hal ini menunjukkan petani terusmenerus melakukan penyemprotan meskipun tidak ada serangan hama pada tanamannya. Selain mengakibatkan petani semakin sering terpapar pestisida hal ini

juga mengakibatkan resistensi hama pada pestisida. Dalam Djojosumarto (2004) dijelaskan bahwa penyemprotan dengan insektisida yang sama secara terus-menerus akan mengakibatkan jumlah individu yang resisten dalam suatu populasi serangga. Dengan demikian, dalam jangka lama hama yang tahan terhadap insektisida akan mendominasi populasi serangga tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida sebelum diberikan penyuluhan baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar sudah memiliki pengetahuan yang baik (65%) dan yang memiliki pengetahuan sedang (35%). Dengan nilai ra ta-rata pengetahuan pada kelompok kontrol adalah 15,7 dan nilai rata-rata pengetahuan pada kelompok intervensi adalah 16,25. Kasus keracunan pestisida dikalangan petani pada umumnya terjadi karena petani tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang akurat dan jujur tentang pestisida, resiko penggunaan, dan teknik aplikasi pestisida yang benar dan bijaksana (Djojosumarto, 2004). Hal ini menunjukkan sebelum dilakukan penyuluhan kedua kelompok responden mempunyai karakteristik pengetahuan tentang penyemprotan pestisida yang hampir sama. Ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2005) yang mengemukakan bahwa salah satu persyaratan penelitian eksperimen adalah mengusahakan kedua kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya perlakuan.

5.3. Pengetahuan Petani Jeruk Dalam menyemprot Pestisida Sesudah Diberikan Penyuluhan Pengukuran terhadap variabel pengetahuan kembali dilakukan setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi. Pengukuran dilakukan pada kedua kelompok baik kelompok intervensi mau pun kelompok kontrol. Dari hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan pada kelompok intervensi setelah mendapatkan penyuluhan, dapat diketahui bahwa pengetahuan sebelum diberikan penyuluhan sebesar 65% memiliki pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan meningkat menjadi 100% responden memiliki pengetahuan baik. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan (penyuluhan) didapat hasil bahwa tidak terjadi peningkatan pengetahuan antara pre-test dan posttest yaitu 65% memiliki pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan petani jeruk dalam menyemprot pestisida. Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata pengetahuan responden pada saat pre-test pada kelompok kontrol sebesar 15,7 dan pada saat post-test sebesar 16,15 dengan nilai probabilitas (p=0,107), maka dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan responden antara pre-test dan post-test. Sedangkan pada responden kelompok intervensi yaitu kelompok yang diberikan perlakuan (penyuluhan) diperoleh rata -rata pengetahuan sebelum penyuluhan ( pre-test) sebesar 16,25 dan sesudah diberikan penyuluhan ( post-test) meningkat menjadi 19,90. Selain itu, nilai probabilitas (p=0,000), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan