BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Pengukuran dalam Matematika di Sekolah Dasar. yang cukup dengan kegiatan pengukuran.

dokumen-dokumen yang mirip
MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi menurut Muhsetyo dkk, kenyataan di Sekolah Dasar. operasinya. Di samping itu, banyak pula guru Sekolah Dasar mengalami

Perkalian & Pembagian Pecahan

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 5 SD XAVERIUS 1 PALEMBANG Sabtu, 8 Oktober 2011

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

BAB I PENDAHULUAN. memformulasikan dan merealisasikan ide- ide mereka.

KONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA. Navel O. Mangelep.

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA

Skala dan Alat Analisa Data

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

134 Ayo Belajar Matematika Kelas IV

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Nilai Tempat Bilangan s.d Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN. Sri Rejeki

Berikut adalah macam besaran pokok, beserta satuannya dibedakan dengan satuan MKS atau CGS :

1. Soal tidak serupa PISA : Latihan 1.3 uraian no. 2 hal. 35

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Jarak, Waktu, dan Kecepatan Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pemakai buku ini sangat kami harapkan untuk penyempurnaan bahan ajar ini. Cisarua, Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

(Eksperimen pada siswa kelas V11 semester ganjil SMP N 2 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:

Termometri dan Kalorimetri

P 49 Kesalahan Siswa SMP Dalam Melakukan Operasi Aritmatika Pada Pecahan

Mengenal Bilangan Bulat

Mengenal Bilangan Bulat

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Instrumen. Tugas individu. Memberikan contoh bilangan bulat.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S, M.Kom

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

JURNAL ILMIAH MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA Volume 1 Nomor 2 (2015)

MENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting, karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BESARAN DAN SATUAN Pengertian Besaran Jumlah. Besaran Pokok

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2

MODUL I. Buku Siswa MEMAHAMI BILANGAN PECAHAN DAN JENIS-JENISNYA. Untuk Kelas 1 SMP/MTs. Oleh Marsigit

Keliling dan Luas. Keliling dan luas. Luas bangun datar. Mengenal kembali bangun persegi Menghitung luas persegi dan persegi panjang

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMALB TUNARUNGU

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PECAHAN CAMPURAN KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Bab 3. Persamaan Garis Lurus. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.

REPRESENTASI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MODEL CANGKIR DAN UBIN PADA SISWA KELAS VII SLTP. Ahmad Nasriadi 1.

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 6. SUHU & PEMUAIANLATIHAN SOAL BAB 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATEMATIKA 1 Untuk SMP/MTs Kelas VII

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB AUTIS

PEMBINAAN OLIMPIADE FISIKA SMP PROPINSI JAWA BARAT

PEMECAHAN MASALAH PADA SOAL CERITA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN. subjek penelitian dalam pembelajaran matematika dan (b) temuan lain. Uraian

PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008

BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

Bahan Ajar untuk Guru Kelas 5 Persen

Satya Mardi Ayuningrum 1, Rubono Setiawan 2. Pendidikan Matematika, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA

CONTOH MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Jenis Data Berdasar sumbernya : Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. Lamongan, yang dipilih secara acak. Subjek yang dipilih adalah 6 siswa. Subjek

Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 7 PEMBELAJARAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG

Menghitung Kelipatan Sambil Menabung. (Observasi Pada Kelas IV A SD Negeri 21 Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB AUTIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan.

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Bab 4 Pemecahan Masalah Matematika

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 05 BIRUGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P 32 MODEL DISAIN DIDAKTIS PEMBAGIAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik

BALOK PECAHAN. ,,, dan seterusnya. Berikut contoh balok pecahan

Transkripsi:

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengukuran Pembagian Pecahan 1. Tinjauan Pengukuran dalam Matematika di Sekolah Dasar Konsep-konsep dan keterampilan dalam pengukuran dari kurikulum matematika di Sekolah Dasar, semuanya berkaitan dengan membandingkan apa yang diukur dengan apa yang menjadi satuan ukuran standar. 10 Kunci untuk mengembangkan keterampilan dalam pengukuran adalah pengalaman yang cukup dengan kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik panjang, kapasitas, volume, luas, sudut, berat (massa), dan suhu. 11 Setiap unit yang digunakan untuk mengukur memiliki sifat yang sama sebagaimana benda yang akan diukur. Misalnya tongkat meteran memiliki sifat panjang dan digunakan untuk mengukur panjang, tinggi dan jarak. Satu sentimeter persegi mempunyai sifat dua dimensi yang digunakan untuk mengukur luas daerah. Setiap benda diukur dengan menerapkan suatu unit ukuran sekali atau lebih pada benda tersebut. Jika tongkat meteran digunakan untuk mengukur panjang suatu gedung perpustakaan, jumlah 10 Pujiati, Pengukuran. (Yogyakarta: Disampaikan pada diklat instruktur/pengembang matematika SD jenjang lanjut, 2004), h. 1 11 Nur Fadlillah, 2010, http Pengukuran_NurFadlillah's Blog.htm. Diakses tgl 15 Juli 2013 11

12 banyak kali diterapkan sepanjang sisi gedung perpustakaan tersebut, menentukan ukuran panjang gedung tersebut. Panjang gedung perpustakaan diukur dengan menggunakan satuan meter, tetapi satuan ini tidak sesuai jika digunakan untuk mengukur panjang kaki ayam. Oleh karena itu diperlukan satuan ukuran panjang yang lain. 2. Dua Jenis Proses Pengukuran Pengukuran dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Proses menentukan ukuran panjang dan kapasitas adalah langsung, yaitu dengan cara menerapkan unit (satuan) secara langsung pada benda yang sedang diukur. Misalnya ingin menghitung kuantitas sari buah tomat yang dibuat dari 50 buah tomat, dapat menggunakan satuan ukur cangkir. Caranya dengan mengisikan dan mengosongkan cangkir dan menghitung cangkir yang berisi penuh sampai semua sari buah tomat dituangkan. Berat (massa), suhu dan waktu tidak dapat diukur secara langsung. Mereka memerlukan pengukuran yang secara tidak langsung menerjemahkan sifat yang dapat diukur ke dalam bilangan. Suatu termometer memiliki sejumlah skala, misalnya derajat Celcius dan derajat Fahrenheit. Termometer tersebut berisi cairan yang bisa naik atau turun. Naik apabila suhu udara menjadi lebih panas dan turun apabila suhu menjadi lebih dingin. Suhu pada suatu waktu ditentukan secara tidak langsung dengan membaca bilangan yang tercantum di skala yang terdapat di sepanjang termometer tersebut.

13 3. Model Pengukuran (Measurement) dalam Pembagian Pecahan Kelebihan menggunakan model pengukuran dalam memecahkan masalah pembagian pecahan adalah terbentuknya strategi-strategi baru. Contoh penelitian oleh Septy Sari Yukans, Zulkardi dan Yusuf Hartono. 12 Strategi yang dibentuk siswa antara lain: 1. Mengukur dengan menggunakan objek yang sebenarnya. Siswa memilih menggunakan alat-alat yang diberikan untuk memecahkan masalah seperti: gunting, pita, alat ukur panjang (dalam sentimeter), penggaris, dan marker. Mereka mengukur dan membagi-bagi pita yang sebenarnya. Siswa yang menggunakan pita mengonversi panjang pita dari meter menjadi centimeter terlebih dahulu. Pengetahuan tentang konversi satuan ini telah dipelajari siswa di kelas sebelumnya, sehingga sebagian siswa tidak mengalami kesulitan. 2. Membagi dan Mengali dengan Bilangan Bulat Untuk memecahkan masalah, siswa mengonversi panjang yang diberikan dari meter menjadi sentimeter. Mereka yang tidak memerlukan pita dan alat ukur panjang mampu menyelesaikan dengan mengali atau membagi dengan bilangan bulat. Setelah mengonversi panjang total pita dan panjang tiap-tiap ukuran pita ke dalam centimeter, siswa mendapati bahwa mereka memiliki dua buah bilangan bulat (untuk beberapa 12 Septy Sari Yukans, Zulkardi dan Yusuf Hartono, Opcit, h. 5-7

14 pecahan dalam meter yang bila dikonversi ke dalam centimeter menghasilkan sebuah bilangan bulat). Siswa lalu membagikan panjang total pita yang telah dikonversi dengan panjang masing-masing pita yang telah dikonversi untuk menemukan banyaknya potongan pita yang dapat dibentuk. Cara lain, dengan perkalian siswa mencari sebuah bilangan bulat yang jika dikalikan dengan panjang satu potongan pita akan dengan tepat menghasilkan total panjang pita. 3. Memodelkan Beberapa siswa yang pada mulanya menggunakan pita dan alat ukur untuk menentukan banyak potongan pita merasa tidak praktis jika terusmenerus menggunakan kedua alat tersebut. Mereka membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan soal jika panjang total pita yang dibagi menjadi lebih panjang. Beberapa siswa lalu mengilustrasikan bagaimana mereka menentukan banyaknya potongan pita dengan permodelan, yakni dengan membuat gambar yang mewakili panjang total pita dan bagaimana mereka membagi-bagi pita tersebut ke dalam beberapa potongan yang ukurannya telah diberikan.

15 Sebagai Contoh: Berapakah 2 meter pita jika dibagi? Panjang 2 meter Siswa cenderung membagi tiap meter pita pada gambar menjadi beberapa bagian sesuai dengan penyebut pecahan yang menyatakan panjang tiap-tiap potongannya. Seperti pada gambar di atas, siswa akan menentukan banyaknya potongan pita sepanjang meter dari sebuah pita sepanjang 2 meter. Siswa membagi tiap meter pita pada gambar menjadi lima bagian, lalu mengarsir tiap 2 bagiannya untuk menyatakan panjang meter. Hingga seluruh 2 meter pita, siswa menemukan bahwa terdapat lima buah meter, yang berarti bahwa terdapat 5 buah potongan pita yang terbentuk. 4. Menggunakan Penjumlahan Berulang dan Perkalian Pecahan Strategi lain yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah pembagian pecahan adalah dengan menggunakan penjumlahan berulang dan perkalian pecahan. Dalam menggunakan penjumlahan berulang, siswa menjumlahkan pecahan yang menyatakan panjang masing-masing potongan pita berulang kali sehingga didapat panjang keseluruhan pita.

16 Seperti pada contoh di bawah ini, siswa menentukan banyaknya potongan pita sepanjang meter yang dibentuk dari 2 meter pita. 2 meter pita dibagi? = = 2 Atau 6 = = 2 Siswa menyadari bahwa mereka menjumlahkan berulang kali sebanyak 6 kali untuk memperoleh hasil 2. Dengan demikian, siswa menyimpulkan bahwa mereka dapat juga menuliskan dengan cara lain yang lebih efisien, yakni dengan menggunakan perkalian pecahan. B. Relevansi Model Pengukuran (Measurement) dan Konteks Luas Persegi Panjang Pembelajaran matematika saat ini sudah cukup lama terbenam dalam pembelajaran matematika yang membuat anak terasa asing, formal, dan hanya bermain angka atau simbol yang sulit dan serba tak berarti. Bahkan tidak sedikit yang merasa ketakutan untuk menghadapi pelajaran matematika. Begitu pula dalam pembelajaran pembagian pecahan. Para guru di sekolah cenderung langsung memberikan algoritma dan bagaimana menggunakan algoritma tersebut, untuk memecahkan masalah

17 pembagian pecahan. 13 Sehingga siswa tidak mengetahui makna dari simbolsimbol algoritma yang mereka gunakan. Hal ini membuat pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan karena hanya diajarkan dengan cara mekanistik yang berfokus pada guru. Kenyataannya, pembelajaran yang berfokus pada guru lebih banyak dijumpai. Siswa cenderung menjadi pasif dengan hanya menerima penjelasan dari guru tanpa aktif mengkonstruksi pemahamannya sendiri. 14 Sehingga sudah saatnya pembelajaran matematika, khususnya pada pembelajaran pembagian pecahan dikemas dalam pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang tepat dalam menanamkan konsep pembagian pecahan dengan cara yang menyenangkan adalah model pengukuran (measurement). Siswa dapat pengembangkan strateginya masing-masing. Selanjutnya dikembangkan dengan model konteks luas persegi panjang. Dengan menggunakan kedua model tersebut diharapkan pembelajaran materi pembagian pecahan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pembagian pecahan. 13 Navel O. Mangelep, Konteks Membagi Roti dalam Mempelajari Luas Segitiga. (Sriwijaya: Sriwijaya University, 2011), h. 1 14 Mujib, Perbandingan antara Proses Pembelajaran Matematika dan Strategi Menyelesaikan Masalah tentang Pecahan oleh Siswa Sekolah Dasar di Sekolah yang Mengimplementasikan PMRI dan yang Tidak Mengimplementasikan PMRI, 2010. Dalam Elisabet Ayunika Permata Sari, Pengembangan Hipotesis Trayektori Pembelajaran Untuk Konsep Pecahan. (Yogyakarta: Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, 2011), h. 2

18 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan relevansi antara pengukuran (measurement) dan konteks luas persegi panjang adalah model yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah pembagian pecahan. C. Strategi Siswa dalam Memecahkan Masalah Pembagian Pecahan Melalui Konteks Luas Persegi Panjang Para guru diharapkan lebih kreatif dalam merancang strategi pembelajaran yang bervariasi, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran bisa tercapai secara optimal. Tetapi dalam penelitian ini siswalah yang diharapkan menemukan sendiri strategi pemecahan masalah berkaitan dengan pembagian pecahan melalui konteks luas persegi panjang. Jaehoon Yim merupakan pencetus konteks luas persegi panjang. Ia menyatakan bahwa konteks luas persegi panjang adalah model untuk menemukan panjang jika luas dan lebarnya diketahui. Strategi siswa dalam memecahkan masalah pembagian pecahan melalui konteks luas persegi panjang adalah suatu langkah yang digunakan siswa dalam mengembangkan strateginya. Pemecahan masalah dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah dari pemecahan masalah polya. Polya menyatakan bahwa pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai

19 suatu tujuan yang tidak begitu mudah dapat segera dicapai. Menurut Polya tahapan memecahkan masalah dibagi menjadi 4 tahap penting, yaitu: 15 1. Memahami adalah menemukan dengan tepat arti dari masalah yang dihadapi, menghimpun informasi yang relevan dan memisahkan informasi yang tidak relevan, dan menyatakan kembali masalah dalam bentuk yang operasional. 2. Menyusun rencana penyelesaian Menyusun prosedur penyelesaian, dan mencari pola atau aturan. Siswa mengungkapkan dengan lancar dan detail. 3. Melaksanakan rencana penyelesaian Menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian. 4. Mengevaluasi hasil Menganalisis dan memeriksa kembali jawaban yang telah dibuat. Mengoreksi jawaban dengan membaca kembali keterangan yang dirasa penting dan menghitung dengan operasi kebalikan. Dalam konteks luas persegi panjang yang diteliti oleh Jaehoon Yim siswa berhasil mengembangkan tiga strategi berikut: 16 15 Polya, How To Solve It, A New Aspect Of Mathematical Method, 1957. Dalam Sailatul Ilmiyah dan Masriyah, Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Gaya, (Surabaya : UNESA), h. 3 16 Joehoon Yim, Opcit, h. 110

20 1. Membuat lebar sama dengan 1 Ada dua cara dalam membuat lebar sama dengan 1, yaitu: mengecilkan kemudian memperluas dan perluas kemudian menyusut. Tugas yang diberikan adalah: Berapakah panjang persegi panjang jika luasnya m 2 dan lebarnya m? a. Mengecilkan kemudian memperluas Langkah-langkah memecahkannya: (1) Menggambar sebuah persegi panjang dengan luas dan lebar, misalkan pada (Gambar. 1); (2) Membagi persegi panjang yang luas dan lebar tersebut menjadi empat bagian yang sama, karena lebarnya adalah sehingga persegi panjang dibagi dengan empat disusun secara horizontal seperti (Gambar. 2); (3) Persegi panjang sudah menjadi empat persegi panjang kecil. Lebar persegi panjang kecil dapat diketahui dengan 4 =, luas persegi panjang juga harus dibagi dengan empat, sehingga luasnya adala 4 = (Gambar. 2); (4) Lebar dari persegi panjang kecil sudah diketahui adalah, sedangkan persegi panjang pada gambar 2 hanya terdiri dari empat persegi panjang kecil, untuk memenuhi, ditambah satu persegi panjang kecil, sehingga menjadi lima persegi panjang kecil (Gambar. 3). Lebar persegi panjang yang tepat adalah 5 = 1, dan luasnya adalah 5 =

21 (Gambar. 4). Rumus Luas persegi panjang = panjang lebar. Bila dimasukkan ke dalam rumus = panjang 1. Panjangnya adalah =. Jadi, panjang persegi panjang sama dengan luas dari persegi panjang itu sendiri yaitu m. m 2 m Gambar. 1 Gambar. 2 m 2 1 m Gambar. 3 Gambar. 4 b. Perluas kemudian menyusut Dalam strategi ini langkah-langkanya adalah: (1) Persegi panjang asli (dengan luas dan lebar ) digandakan empat kali, karena lebar dari persegi panjang adalah, sehingga diperluas dan disusum secara horizontal seperti (Gambar. 1), lebar menjadi x 5 = 4 dan luasnya juga dikalikan dengan lima hasilnya: x 5 = ; (2) Lebarnya kemudian menyusut dari 4-1

22 sehingga memperoleh persegi panjang dengan luas 4 = (Gambar. 2). Luas persegi panjang = panjang lebar. Sehingga = panjang 1. Panjang = =. 4 4 1 Gambar. 1 Gambar. 2 2. Membuat luas yang sama dengan 1 Tugas yang diberikan adalah: Berapakah panjang persegi panjang jika luas m 2 dan lebar m? Langkah- langkah dalam memecahkannya adalah: (1) Membuat persegi panjang yang luasnya m 2 dan lebar m (Gambar. 1); (2) Membuat persegi panjang dengan luas dan dilekatkan ke salah satu sisi persegi panjang asli untuk membuat persegi panjang dengan luas 1 (Gambar. 2); (3) Karena panjang dari tiga persegi panjang semua sama, rasio luas mereka adalah sama dengan lebarnya. Rasio luas persegi panjang yang dipasang dengan yang ada pada persegi panjang asli adalah. Maka, lebar persegi panjang yang ditempelkan adalah x = ; dan (4) Lebar persegi panjang dengan luas 1

23 pada gambar. 2 adalah + =. Luas persegi panjang = panjang lebar. Sehingga 1 = p, panjang persegi panjang =. Jadi, panjangnya adalah kebalikan dari lebar =. m m m m 2 m 2 m 2 Gambar. 1 Gambar. 2 3. Mengubah luas dan lebar ke bilangan asli Langkah-langkahnya adalah: (1) Persegi panjang dengan luas dan lebar diperluas tujuh kali horizontal, sehingga luas tersebut merupakan bilangan asli x 7 = 2, namun lebar masih pecahan: x 7 = (Gambar. 1); (2) Persegi panjang baru diperluas empat kali horizontal untuk membuat lebar bilangan asli: x 4 = 21. Luas persegi panjang baru menjadi 2 x 4 = 8 (Gambar. 2); (3) Persegi panjang dibagi menjadi delapan persegi panjang disusun secara vertikal, untuk membuat luas 1 dan lebarnya 21 (Gambar. 3); (4) Panjangnya persegi panjang adalah.

24 21 2 2 2 2 Gambar. 1 Gambar. 2 8 21 = Gambar. 3 Dari ketiga strategi yang di kembangkan siswa yaitu: Pertama, membuat lebar sama dengan 1. Siswa memilih menggunakan perluasan dan penyusutan/mengecilkan. Cara 1: mengecilkan kemudian memperluas. Siswa memulai langkahnya dengan mengecilkan persegi panjang dulu sesuai pembilang dari lebar yang ada disoal. Setelah itu siswa harus memahami pecahan pada bangun persegi panjang, apabila luas persegi panjang, berarti bangun persegi panjang harus terdiri dari 5 persegi panjang, jika baru ada 4 persegi panjang, siswa harus menambahkan satu persegi panjang lagi. Jika bangunnya Cuma ada 3, siswa harus menambahkan dua persegi panjang lagi, dan seterusnya. Kemudian lebar persegi panjang menjadi 1 m. Cara 2: perluas

25 kemudian menyusut. Siswa memperluas persegi panjang sesuai pembilang dari lebar pada soal. Kemudian menyusutkan luasnya menjadi 1 m. Kedua, Membuat luas yang sama dengan 1. Siswa harus menempelkan/menambahkan persegi panjang baru, disamping persegi panjang yang sudah diketahui. Jika luasnya ditambah, lebarnya juga harus ditambahkan, mengikuti luas dari persegi panjang tersebut. Ketiga, Mengubah luas dan lebar ke bilangan asli. Siswa harus merubah luas dan lebar menjadi bilangan asli. Jika lebarnya sudah menjadi bilangan asli, tapi luasnya belum. Harus dioperasikan lagi sampai menjadi bilangan asli keduanya, yaitu lebar dan luasnya.