MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA
|
|
- Ivan Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA SEPTY SARI YUKANS 1, ZULKARDI 2, YUSUF HARTONO 3 1 Universitas Sriwijaya, septyukans@yahoo.com 2 Universitas Sriwijaya, zulkardi@yahoo.com 3 Universitas Sriwijaya, y.hartono@yahoo.com Abstrak Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah design study pada topik pembagian pecahan di kelas 5 sekolah dasar yang bertujuan untuk mengetahui strategi siswa dalam menyelesaikan soal pembagian pecahan tipe measurement division yang dikaitkan dengan kegiatan mengukur dan membagi-bagi pita. Siswa yang baru pertama kali belajar pembagian pecahan dan belum diperkenalkan dengan algoritma pembagian pecahan ternyata memiliki strategi-strategi baru untuk menyelesaikan soal pembagian pecahan yang diberikan. Kata Kunci: pembagian pecahan, measurement division, algoritma pembagian pecahan, PMRI, soal kontekstual 1. Pendahuluan Pembagian pecahan merupakan salah satu materi aritmatika yang sulit dipahami siswa sekolah dasar. Pembagian pecahan selalu disertai dengan sebuah algoritma pembagian, yang biasa digunakan siswa dengan cara mengalikan bilangan yang dibagi dengan bentuk kebalikan dari bilangan pembagi. Menurut Tirosh [1], salah satu kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pembagian pecahan adalah kesalahan penggunaan algoritma. Kesalahan tersebut muncul karena algoritma hanya dilihat sebagai sekumpulan langkah-langkah yang tidak bermakna bagi siswa. Siswa tidak mengetahui mengapa mereka harus membalik bentuk pecahan pembagi lalu mengalikannya dengan pecahan yang dibagi. Banyak sekali kesalahan siswa dalam menggunakan algoritma pembagian. Misalnya, siswa hanya membagi pembilang pada pecahan yang dibagi dengan pembilang pada pecahan pembagi, dan juga membagi kedua penyebutnya, atau mengalikan pecahan yang dibagi dengan pecahan pembagi tanpa mengubah pecahan pembagi ke dalam bentuk inverse-nya. Oleh karena itu, mengajarkan materi pembagian pecahan sebaiknya tidak semata-mata dengan memberikan siswa sekumpulan algoritma untuk diingat lalu digunakan, melainkan dengan memberikan siswa kesempatan untuk memahami dan menemukan sendiri strategi penyelesaian soal. Dengan demikian, siswa akan lebih mengingat strategi yang mereka temukan sendiri, sehingga kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soalsoal pembagian pecahan dapat dihindari. Di Indonesia, siswa sekolah dasar mulai belajar mengenal pecahan sejak kelas 3. Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, di kelas 4
2 sekolah dasar siswa telah belajar operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan pembilang yang sama. Kemudian di kelas 5 sekolah dasar, siswa belajar penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan pembilang berbeda, dan juga perkalian dan pembagian pecahan. Di beberapa sekolah dasar di Indonesia, kegiatan pembelajaran cenderung bersifat mekanistik, dimana siswa dituntut untuk mengingat dan menggunakan algoritma perkalian dan pembagian pecahan. Terlebih pada topik pembagian pecahan, siswa seringkali tidak diberi kesempatan untuk memahami berbagai masalah pembagian melibatkan pecahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, apalagi untuk bereksplorasi dan menemukan sendiri strategi penyelesaian masalah berkaitan dengan pembagian pecahan. Kurangnya kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk bereksplorasi dan bermain-main lebih banyak sambil menyelesaikan berbagai permasalahan yang diambil dari kehidupan sehari-hari mengakibatkan siswa hanya bisa mengerjakan soal pembagian pecahan dengan satu cara saja, sebagian besar menggunakan algoritma pembagian. Mengingat pentingnya memahami materi pembagian pecahan, siswa perlu berlatih soal-soal kontekstual yang dapat memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah design study di kelas 5 SD yang bertujuan untuk mengembangkan materi pembagian pecahan, khususnya tentang hubungan berkebalikan antara perkalian dan pembagian pecahan, serta mengamati perkembangan siswa dalam menemukan hubungan kedua operasi hitung tersebut. Dalam makalah ini, soal-soal kontekstual berkaitan dengan kegiatan pengukuran yang melibatkan aktivitas membagi dengan pecahan dikembangkan untuk kemudian diujikan kepada siswa. Tujuan dari pemberian soal kontekstual tersebut adalah untuk memotivasi siswa dalam menemukan berbagai strategi pemecahan masalah yang berkaitan dengan pembagian pecahan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Dua Tipe Pembagian Pecahan Seperti halnya pembagian pada bilangan bulat, pembagian pecahan juga terbagi menjadi dua tipe pembagian, yaitu measurement division, atau membagi dengan mengukur, dan partitive division, atau membagi dengan membuat beberapa partisi, seperti diungkapkan Zaleta [2]. Dalam pembagian tipe measurement division, total keseluruhan yang dibagi dan ukuran masing-masing bagian diberikan, sementara dalam pembagian tipe partitive division, total keseluruhan yang dibagi dan banyaknya bagian diberikan. Dalam tipe pembagian yang pertama, banyaknya bagian yang dibentuk ditanyakan dan dalam tipe pembagian kedua, ukuran masing-masing bagian ditanyakan. Perbedaan dua tipe pembagian tersebut dapat diilustrasikan dalam soal pembagian pada bilangan bulat sebagai berikut Pembagian tipe measurement division Dian memiliki 20 permen yang akan dibagikan kepada beberapa temannya.
3 Sebelum membagi-bagi permennya, Dian mengemas permen tersebut sehingga terlihat lebih menarik. Setiap 4 permen dibungkus ke dalam satu bungkus plastik kecil. Berapa banyak bungkusan plastik yang diperlukan Dian untuk membungkus semua permennya? Pembagian tipe partitive division Dian memiliki 20 permen yang akan dibagikan kepada beberapa temannya. Sebelum membagi-bagi permennya, Dian mengemas permen tersebut sehingga terlihat lebih menarik. Dian memiliki 5 bungkus plastik kecil, dan memasukkan semua permennya ke dalam bungkusan plastik tersebut, sehingga masing-masing bungkusan memiliki jumlah permen yang sama. Berapakah banyaknya permen dalam setiap bungkus plastik? Terlihat dalam soal pembagian yang pertama, jumlah permen total dan ukuran masing-masing bagian (banyaknya permen dalam masing-masing bungkusan) diketahui, sementara banyaknya bagian (banyaknya bungkusan plastik yang diperlukan) ditanyakan. Sedangkan dalam soal pembagian yang kedua, total dan banyaknya bagian diketahui, sementara ukuran masing-masing bagian ditanyakan. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang dua tipe pembagian tersebut menemukan bahwa dalam menyelesaikan dua tipe pembagian tersebut, siswa memiliki strategi yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikan soal pembagian yang pertama, siswa cenderung membuat beberapa grup berukuran ukuran bagian yang diketahui. Mereka mengelompokkan setiap 4 permen hingga seluruh permen habis dikelompokkan. Sedangkan untuk menyelesaikan soal pembagian yang kedua, siswa cenderung mendistribusikan seluruh total permen ke dalam bungkusan plastik yang tersedia satu-persatu hingga seluruh permen terbagi rata. Beberapa penelitian yang mengujikan soal-soal pembagian pecahan tipe measurement division juga menemukan kecenderungan siswa membuat grup-grup berukuran sama (ukuran bagian yang diketahui) hingga tercapai ukuran total yang dibagi. Kecenderungan ini memunculkan penggunaan strategi penjumlahan berulang untuk menyelesaikan soal tipe measurement division. Berbagai strategi penyelesaian masalah mungkin muncul saat siswa menyelesaikan soal-soal tersebut. Soal yang dapat memunculkan berbagai variasi strategi pemecahan masalah baik digunakan di awal kegiatan pembelajaran, dibandingkan dengan soal-soal yang lebih abstrak, karena siswa jadi lebih kreatif menemukan strategistrategi baru untuk menyelesaikan soal yang diberikan. 2.2 Pengembangan Soal-Soal Kontekstual untuk Pembagian Pecahan Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah design study pada topik pembagian pecahan di kelas 5 sekolah dasar. Soal-soal dan kegiatan pembelajaran di kelas didesain dengan memperhatikan beberapa ketentuan dalam Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI memiliki lima karakteristik yang membedakannya dengan berbagai pendekatan pembelajaran lainnya. Kelima karakteristik PMRI tersebut diadaptasi
4 dari lima tenets Realistic Mathematics Education (RME) yang dikembangkan di Belanda. Seperti terdapat dalam Zulkardi [3], kelima karakteristik tersebut adalah: (1) penggunaan konteks; (2) penggunaan model; (3) melibatkan produksi siswa; (4) adanya interaksi dalam pembelajaran; dan (5) adanya keterkaitan antar konsep. Dalam penelitian ini, soal pembagian pecahan tipe measurement division yang melibatkan kegiatan pengukuran dikembangkan. Tugas siswa adalah mencari banyaknya potongan pita yang dibentuk dari sebuah pita yang panjang total dan panjang masing-masing potongan pita diketahui. Siswa diperbolehkan menyelesaikan soal yang diberikan dengan menggunakan strategi mereka masingmasing. Siswa kelas 5 sekolah dasar yang pada saat diberikan soal belum pernah diajarkan algoritma pembagian pecahan di kelas ternyata memiliki berbagai macam strategi untuk menyelesaikan soal tersebut. Berikut ini adalah soal yang berjudul Suvenir untuk Hari Kartini yang diberikan kepada siswa kelas 5 sekolah dasar di awal kegiatan pembelajaran pembagian pecahan. Suvenir untuk Hari Kartini Masyarakat sekitar Pakjo sedang bekerja sama untuk mempersiapkan perayaan Hari Kartini yang akan diselenggarakan pada tanggal 21 April nanti. Mereka mempersiapkan beberapa suvenir untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang akan datang meramaikan perayaan Hari Kartini. Suvenir-suvenir tersebut terbuat dari beberapa pita warna-warni dengan panjang yang bervariasi. Tugas kalian adalah membantu panitia pelaksana perayaan Hari Kartini untuk menentukan berapa banyak potongan-potongan pita yang dapat dibuat dari beberapa pita yang panjangnya telah diketahui. Setelah menentukan berapa banyak potongan pita yang dapat dibuat, lengkapilah tabel yang ada di halaman selanjutnya, lalu ilustrasikan bagaimana kalian menemukan banyak potongan pitanya! Pita Merah Panjang potongan pita 1 meter meter 1 meter meter 1 meter meter 1 meter meter Pita Hijau Panjang potongan pita Banyaknya potongan pita Banyaknya potongan pita Ilustrasi Ilustrasi
5 Pita Orange Panjang potongan pita Banyaknya potongan pita Ilustrasi 3. Hasil Soal Suvenir untuk Hari Kartini tersebut diujikan kepada 26 siswa kelas 5 sekolah dasar di salah satu sekolah Islam negeri di Palembang. Ternyata ditemukan berbagai variasi jawaban siswa, dilihat dari strategi yang mereka gunakan untuk menjawab soal. 3.1 Mengukur dengan Menggunakan Objek yang Sebenarnya Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa difasilitasi dengan beberapa alat dan bahan yang mungkin dibutuhkan selama proses penyelesaian soal, seperti pita, gunting, alat ukur panjang (dalam centimeter), penggaris, dan marker. Beberapa siswa memilih menggunakan alat-alat yang diberikan untuk menyelesaikan soal. Mereka mengukur dan membagi-bagi pita yang sebenarnya. Siswa yang menggunakan pita mengonversi panjang pita dari meter menjadi centimeter terlebih dahulu. Pengetahuan tentang konversi satuan ini telah dipelajari siswa di kelas sebelumnya, sehingga sebagian siswa tidak mengalami kesulitan. Untuk menentukan banyaknya potongan pita yang dapat dibentuk dari 1 meter pita jika panjang masing-masing potongannya meter, sebelum mengukur pita dengan alat ukur, terjadi perdebatan antar siswa dalam grup. 3.2 Membagi dan Mengali dengan Bilangan Bulat Untuk menyelesaikan soal Suvenir untuk Hari Kartini, beberapa siswa mengonversi panjang yang diberikan dari meter menjadi centimeter. Mereka yang tidak memerlukan pita dan alat ukur panjang mampu menyelesaikan soal tersebut dengan mengali atau membagi dengan bilangan bulat. Setelah mengonversi
6 panjang total pita dan panjang tiap-tiap ukuran pita ke dalam centimeter, siswa mendapati bahwa mereka memiliki dua buah bilangan bulat (untuk beberapa pecahan dalam meter yang bila dikonversi ke dalam centimeter menghasilkan sebuah bilangan bulat). Siswa lalu membagikan panjang total pita yang telah dikonversi dengan panjang masing-masing pita yang telah dikonversi untuk menemukan banyaknya potongan pita yang dapat dibentuk. Cara lain, dengan perkalian siswa mencari sebuah bilangan bulat yang jika dikalikan dengan panjang satu potongan pita akan dengan tepat menghasilkan total panjang pita. 3.3 Memodelkan Beberapa siswa yang pada mulanya menggunakan pita dan alat ukur untuk menentukan banyak potongan pita merasa tidak praktis jika terus-menerus menggunakan kedua alat tersebut. Mereka membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan soal jika panjang total pita yang dibagi menjadi lebih panjang. Beberapa siswa lalu mengilustrasikan bagaimana mereka menentukan banyaknya potongan pita dengan permodelan, yakni dengan membuat gambar yang mewakili panjang total pita dan bagaimana mereka membagi-bagi pita tersebut ke dalam beberapa potongan yang ukurannya telah diberikan. Siswa cenderung membagi tiap meter pita pada gambar menjadi beberapa bagian sesuai dengan penyebut pecahan yang menyatakan panjang tiap-tiap potongannya. Seperti pada gambar, siswa akan menentukan banyaknya potongan pita sepanjang meter dari sebuah pita sepanjang 2 meter. Siswa membagi tiap meter pita pada gambar menjadi lima bagian, lalu mengarsir tiap 2 bagiannya untuk menyatakan panjang meter. Hingga seluruh 2-meter pita, siswa menemukan bahwa terdapat lima buah terbentuk. meter, yang berarti bahwa terdapat 5 buah potongan pita yang 3.4 Menggunakan Penjumlahan Berulang dan Perkalian Pecahan Strategi lain yang digunakan siswa dalam menyelesaikan soal Suvenir untuk Hari Kartini adalah dengan menggunakan penjumlahan berulang dan perkalian pecahan. Dalam menggunakan penjumlahan berulang, siswa menjumlahkan pecahan yang menyatakan panjang masing-masing potongan pita berulang kali sehingga didapat panjang keseluruhan pita. Seperti pada gambar di bawah ini, siswa menentukan banyaknya potongan pita sepanjang meter yang dibentuk dari 2 meter pita.
7 Siswa menyadari bahwa mereka menjumlahkan berulang kali sebanyak 6 kali untuk memperoleh hasil 2. Dengan demikian, siswa menyimpulkan bahwa mereka dapat juga menuliskan dengan cara lain yang lebih efisien, yakni dengan menggunakan perkalian pecahan. Dari soal pembagian pecahan Suvenir untuk Hari Kartini tersebut, berbagai strategi penyelesaian soal muncul. Soal yang diberikan juga dikemas sehingga siswa mampu memahami soal dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Soal tidak semata-mata diberikan sehingga hanya memungkinkan untuk diselesaikan dengan menggunakan algoritma pembagian pecahan, seperti soal-soal pembagian pecahan yang hanya melibatkan angka-angka. Jika diumpamakan dalam sebuah gunung es, kegiatan pembelajaran di Indonesia, khususnya pada materi pembagian pecahan, masih dominan melihat bagian gunung es yang muncul di permukaannya saja. Padahal sebenarnya masih terdapat bagian gunung yang besar sekali di bawah permukaan air laut. Dalam sebuah ilustrasi gunung es pada materi pembagian pecahan, jika algoritma pembagian pecahan diibaratkan sebagai bagian puncak dari gunung es yang terlihat di permukaan, maka beberapa strategi penyelesaian soal seperti yang ditemukan siswa dalam menyelesaikan soal Suvenir untuk Hari Kartini tersebut dapat diibaratkan sebagai bagian badan gunung es yang tidak terlihat di permukaan, yang sebenarnya berperan penting dalam menyokong gunung es tersebut.
8 Daftar Pustaka [1] Tirosh, Dina. Enhancing prospective teachers knowledge of children s conceptions: the case of division of fractions. Journal of Research in Mathematics Education Vol. 31, No. 1, 5 25, [2] Zaleta, C. Invented strategies for division of fractions. Proceedings of the 28 th annual meeting of the North American Chapter of the International Group for the Psychology of Mathematics Education. Mexico: Universidad Pedagogica National, [3] Zulkardi. Developing a rich learning environment on RME for student teachers in Indonesia. Retrieved January 27, 2012, from
BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi menurut Muhsetyo dkk, kenyataan di Sekolah Dasar. operasinya. Di samping itu, banyak pula guru Sekolah Dasar mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang dipelajari siswa di Sekolah Dasar (SD). Pembahasan materinya menitikberatkan pada pengerjaan (operasi)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tinjauan Pengukuran dalam Matematika di Sekolah Dasar. yang cukup dengan kegiatan pengukuran.
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengukuran Pembagian Pecahan 1. Tinjauan Pengukuran dalam Matematika di Sekolah Dasar Konsep-konsep dan keterampilan dalam pengukuran dari kurikulum matematika di Sekolah Dasar,
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013
InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol, No., Februari 0 PENDEKATAN ICEBERG DALAM PEMBELAJARAN PEMBAGIAN PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Oleh: Saleh Haji Program Pascasarjana
Lebih terperinciMELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :
MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran
Lebih terperinciPENINGKATAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PENINGKATAN PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Ratu Ilma Indra Putri Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sriwijaya Email: ratu.ilma@yahoo.com
Lebih terperinciBELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU
BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU Navel O. Mangelep Email : navelmangelep@gmail.com A. PENDAHULUAN Matematika sebagai cabang ilmu yang terstruktur dan terorganisir secara
Lebih terperinciBELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN
BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN Oleh: Talisadika Maifa (talisadika0926@gmail.com) International Master Program on Mathematics Education 2012 BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN Talisadika
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor persekutuan terbesar
Lebih terperinciRUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT. Ambarsari Kusuma Wardani
RUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT Ambarsari Kusuma Wardani A. PENDAHULUAN Pembelajaran nilai tempat sudah diperkenalkan kepada siswa sekolah dasar (SD) mulai dari kelas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MEQIP DI SUMATERA SELATAN. RATU ILMA INDRA PUTRI P. MATEMATIKA FKIP UNSRI ABSTRAK
IMPLEMENTASI MEQIP DI SUMATERA SELATAN RATU ILMA INDRA PUTRI ratu.ilma@yahoo.com P. MATEMATIKA FKIP UNSRI ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai implementasi salah satu program pemerintah yang
Lebih terperinciProsiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan
Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 DESIGN RESEARCH OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN BULAT POSITIF DENGAN PECAHAN BIASA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA
Lebih terperinciPENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK BERBASIS MEDIA BERKONTEKS LOKAL
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIK BERBASIS MEDIA BERKONTEKS LOKAL (PTK di Kelas II SD Muhammadiyah 16 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009) SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciMELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna
MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna (nikmatulhusna13@gmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang
Lebih terperinciMENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:
MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Geometri merupakan
Lebih terperinciDESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG
DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG Oleh : Dewi Hamidah Abstrak : Observasi ini bertujuan untuk menghasilkan
Lebih terperinciINTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI. Makalah dipresentasikan pada. Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka
INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PMRI Makalah dipresentasikan pada Pelatihan PMRI untuk Guru-Guru SD di Kecamatan Depok dalam rangka Pengabdian Pada Masyarakat Pada tanggal 14 15 Agustus 2009 di FMIPA
Lebih terperinciMENDESAIN SENDIRI SOAL KONTEKSTUAL MATEMATIKA *
MENDESAIN SENDIRI SOAL KONTEKSTUAL MATEMATIKA * Zulkardi 1 dan Ratu Ilma 2 1 Program Studi Pendidikan Matematika PPs Unsri Palembang E-mail: zulkardi@yahoo.com 2 Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkalian dan pembagian. Operasi aritmatika dalam pecahan tidak sesederhana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menguasai matematika maka diperlukan konsep dasar dari matematika itu sendiri yaitu aritmatika. Pada umumnya para siswa kurang memahami konsep operasi aritmatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan
Lebih terperinciMENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:
MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Geometri merupakan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)
PEMBELAJARAN PMRI Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang) Pendahuluan Kebanyakan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih bersifat konvensional,
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP. Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA PEMBELAJARAN PECAHAN DI SMP Di sampaikan pada Pelatihan Nasional PMRI Untuk GuruSMP Di LPP Yogyakarta Juli 2008 Oleh Dr. Marsigit Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA
Lebih terperinciISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011
MODEL BAHAN AJAR MATEMATIKA SMP BERBASIS REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAHIRAN MATEMATIKA Saleh Haji Program Studi Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP UNIB dr.saleh_haji@yahoo.com
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV
PENGEMBANGAN PROTOTIPE PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENDEKATAN PMRI DI KELAS IV Haniek Sri Pratini 1) Veronica Fitri Rianasari 2) Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Lebih terperinciDESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI
Desain Aturan Sinus... (Rika Firma Yenni,dkk) 97 DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI DESIGN OF SINUS AND COSINUS RULE BASED ON INDONESIAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION Rika Firma Yenni,
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI
MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI Carolin Olivia 1, Pinta Deniyanti 2, Meiliasari 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNJ 1 mariacarolineolivia@gmail.com,
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN. Disusun oleh :
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS PADA PEMBELAJARAN FAKTOR BILANGAN Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa 1. PENDAHULUAN Pembelajaran faktor bilangan di
Lebih terperinciDesain Pembelajaran Operasi Bilangan Rasional Menggunakan Pola Busana Di Kelas X SMK
JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 2, Desember 2012 Desain Pembelajaran Operasi Bilangan Rasional Menggunakan Pola Busana Di Kelas X SMK Intan
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Allen Marga Retta, M.Pd Universitas PGRI Palembang Email: allen_marga_retta@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciKONSEP SAMA DENGAN PADA PENJUMLAHAN DI SEKOLAH DASAR DAN PEMBELAJARANNYA Sugiman FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Kode Makalah PM-4 KONSEP SAMA DENGAN PADA PENJUMLAHAN DI SEKOLAH DASAR DAN PEMBELAJARANNYA Sugiman FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Ada dua ragam makna sama dengan pada penjumlahan secara kontekstual
Lebih terperinciP 30 PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL MELALUI PERMAINAN RODA DESIMAL
P 30 PENJUMLAHAN BILANGAN DESIMAL MELALUI PERMAINAN RODA DESIMAL Ekasatya Aldila Afriansyah 1 1 STKIP Garut 1 e_satya@yahoo.com Abstrak Berbagai penelitian terdahulu mendasari pelaksanaan penelitian ini.
Lebih terperinciMEMBANDINGKAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN FRACTION CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA
JURNAL GANTANG Vol. II, No. 1, Maret 2017 p-issn. 250-0671, e-issn. 2548-5547 Tersedia Online di: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index MEMBANDINGKAN BILANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN FRACTION CIRCLE
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) A. Pendahuluan Oleh: Atmini Dhoruri, MS Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu
Lebih terperinciPENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1. Oleh: Rahmah Johar 2
PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DAN RELEVANSINYA DENGAN KTSP 1 Oleh: Rahmah Johar 2 PENDAHULUAN Di dalam latar belakang dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci utama kemajuan bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan
Lebih terperinciKONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA. Navel O. Mangelep.
KONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA Email : Navelmangelep@gmail.com A. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika saat ini sudah cukup lama terbenam dalam pembelajaran matematika yang bagi banyak
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM PELATIHAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU MATEMATIKA SUMATERA SELATAN
EVALUASI PROGRAM PELATIHAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) BAGI GURU MATEMATIKA SUMATERA SELATAN Dr. Ratu Ilma Indra Putri, M.Si. FKIP UNSRI Jalan Raya Palembang Indralaya, KM 32 Ogan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I
KNM XVI 3-6 Juli 2012 UNPAD, Jatinangor IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I RATU ILMA INDRA PUTRI 1 1 FKIP Unsri, ratu.ilma@yahoo.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) Yuniawatika Yuniawatika.fip@um.ac.id Dosen KSDP FIP Universitas Negeri Malang Abstrak: Ketika mendengar matematika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada masa kini diseluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA
EFEKTIFITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR MATEMATIS SISWA Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, UPY email: sagita.laela@gmail.com
Lebih terperinciPENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR
PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR Rini Setianingsih Jurusan Matematika, FMIPA, Unesa ABSTRAK. Salah satu pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 9 tahun. Oleh karena itu setiap anak minimum dapat mengenyam pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan
Lebih terperinciFleksibilitas Matematik dalam Pendidikan Matematika Realistik Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
Fleksibilitas Matematik dalam Pendidikan Matematika Realistik Sugiman Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Abstrak Fleksibilitas matematik adalah faktor utama dalam belajar matematika maupun dalam memecahkan
Lebih terperinciMENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo
JPM IAIN Antasari Vol. 1 No. 1 Juli Desember 2013, pp. 1-8 MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4 Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo Abstrak PISA (Program International for Student Assessment)
Lebih terperinciDesain Pembelajaran Aturan Sinus dan Aturan Cosinus Berbasis PMRI untuk Mengetahui Strategi Siswa
JURNAL KREANO, ISSN : 2086-2334 Diterbitkan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 4 Nomor 1 Bulan Juni Tahun 2013 Desain Pembelajaran Aturan Sinus dan Aturan Cosinus Berbasis PMRI untuk Mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI ALAT PERAGA OPERASI BILANGAN BULAT BAGI GURU SEKOLAH DASAR (SD) SE-KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG
IMPLEMENTASI ALAT PERAGA OPERASI BILANGAN BULAT BAGI GURU SEKOLAH DASAR (SD) SE-KECAMATAN ILIR BARAT I PALEMBANG Ratu Ilma Indra Putri Abstract: The purpose of this activity is to increase the ability
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI 2. Proses Pembelajaran Matematika di kelas 5C di Sekolah Dasar Xaverius 1 Palembang dan SD IGM Palembang
LAPORAN OBSERVASI 2 Proses Pembelajaran Matematika di kelas 5C di Sekolah Dasar Xaverius 1 Palembang dan SD IGM Palembang Pendahuluan Hermina Disnawati International Master Program on Mathematics Education
Lebih terperinciMINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:
MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, operasi penjumlahan dan
Lebih terperinciPemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME. Oleh: Lailatul Muniroh
Pemahaman Konsep FPB Dengan Pendekatan RME Oleh: Lailatul Muniroh email: lail.mpd@gmail.com ABSTRAK Pembelajaran matematika dengan pendekatan RME memberi peluang pada siswa untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika yang menyenangkan merupakan salah satu cara terbaik untuk menghapus mitos yang berkembang dikalangan siswa bahwa matematika itu pelajaran yang
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 05 BIRUGO
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 05 BIRUGO Ghenny Aosi 1) 1) SDN 05 Birugo, Jln. Birugo Puhun, Birugo, Aur Birugo Tigo Baleh,
Lebih terperinciANALISIS KESULITAN SISWA KELAS IX DALAM MENGERJAKAN SOAL OPERASI BENTUK ALJABAR
ANALISIS KESULITAN SISWA KELAS IX DALAM MENGERJAKAN SOAL OPERASI BENTUK ALJABAR Hodiyanto Prodi Pendidikan Matematika, IKIP PGRI Pontianak, Jl. Ampera No 8 Pontianak e-mail: haudy_7878@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciUNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
TUGAS DASAR DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA (MEMBUAT RPP PENDEKATAN PMRI) Nama : Sicilia Firaisti (06111408020) Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Jurusan : MIPA Prodi : Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMateri Bilangan Bulat dan Pecahan untuk Siswa SMP/MTs dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
PROSIDING SNIPS 06 Materi Bilangan Bulat dan Pecahan untuk Siswa SMP/MTs dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik S. Maskar,a) dan A.N.M. Salman,b) ) Program Studi Magister Pengajaran Matematika,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SECARA TEMATIK DI KELAS I SD
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK SECARA TEMATIK DI KELAS I SD Rahmah Johar ) Abstrak Based on KTSP, Teaching and Learning in early class is held thematically, it means, some subjects are integrated in
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat persamaan dan perbedaan karakteristik antisipasi
Lebih terperinciLAPORAN PRA OBSERVASI
LAPORAN PRA OBSERVASI Oleh : Nikmatul Husna (nikmatulhusna13@gmail.com) Sri Rejeki (srirejeki345@rocketmail.com) A. Pendahuluan Proses belajar mengajar adalah serangkaian kegiatan antara guru dan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) dewasa ini masih banyak yang monoton. Monoton maksudnya selalu itu-itu saja atau tidak ada ragamnya (Tim,
Lebih terperinciKAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME
KAJIAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PADA TEORI BELAJAR DARI BRUNER, APOS, TERAPI GESTALT, DAN RME 1. Teori Belajar dari Bruner Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1988), terdapat empat dalil yang
Lebih terperinciPENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:
PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Uang adalah salah satu benda yang tidak dapat dipisahkan dalam
Lebih terperinciAnalisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010
Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010 P 32 Oleh : Nely Indra Meifiani Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PENDEKATAN REALISTICSMATHEMATICS EDUCATION (RME) SUBPOKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELASVII SMP Desi 43, Suharto 44, Dinawati T. 45
Lebih terperinciBAB I. Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika dan perkembangan teknologi serta informasi tidak dapat dipisahkan. Peranannya dalam berbagai disiplin ilmu dan pengembangan daya nalar manusia sangat mempengaruhi
Lebih terperinciKAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)
KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) Tri Hapsari Utami Abstract: This article discusses a design of mathematics learning at what
Lebih terperinciP 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR Yusuf Suryana 1, Oyon Haki Pranata 2, Ika Fitri Apriani 3 1,2,3 PGSD UPI Kampus
Lebih terperinciREPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy
Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR Janet Trineke Manoy Jurusan Matematika FMIPA Unesa
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN
H. Sufyani Prabawanto, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 7 PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bilangan pecahan yang dibagi menjadi dua kegiatan belajar,
Lebih terperinci1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai
1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai tempat. Menggunakan sistem desimal (dari kata decem, bahasa
Lebih terperinciPARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Dr. Supinah (Widyaiswara PPPPTK Matematika) A. PENDAHULUAN Orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar dengan tujuan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa, karena manusia diberikan akal dan pikiran. Jika manusia tidak memiliki akal dan pikiran maka dalam menjalani kehidupannya
Lebih terperinciPeningkatan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama 1)
Peningkatan Kemandirian Belajar Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif di Sekolah Menengah Pertama 1) Kms. Muhammad Amin Fauzi 2) Program Studi Pendidikan Matematika Unimed Medan Email : amin_fauzi29@yahoo.com
Lebih terperinciJurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 2 Desember 2005 EXPLORING MATHEMATICS SEBAGAI SUATU MODEL PEMBELAJARAN. Oleh:
ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 2 Desember 2005 EXPLORING MATHEMATICS SEBAGAI SUATU MODEL PEMBELAJARAN Oleh: Darhim Jurusan Pendidikan Matematika FPMIA Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciKata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sungguminasa melalui pembelajaran matematika melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun. Di Indonesia khususnya para
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELILING, LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KELILING, LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA Syutaridho FKIP Universitas Metro E-mail: s_ridho@yahoo.com Zulkardi FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan matematika adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) Oleh : Iis Holisin Dosen FKIP UMSurabaya ABSTRAK Objek yang ada dalam matermatika bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, tidak jarang guru maupun siswa
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP
PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP Rohati Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA FKIP univ. Jambi Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Km
Lebih terperinci2016 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Matematika merupakan salah satu dari mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Mata Pelajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran
Lebih terperinciMODEL FRACTION CIRCLE UNTUK MENDORONG PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN
Model Fraction Circle... (Renny,dkk) 1 MODEL FRACTION CIRCLE UNTUK MENDORONG PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN FRACTION CIRCLE MODEL FOR SUPPORTING STUDENTS MATHEMATICAL UNDERSTANDING
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK (PTK
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIK (PTK Pada Siswa Kelas VIII H Semester Genap MTs Negeri Surakarta II Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi
Lebih terperinciPENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA
Pendidikan Matematika Realistik... PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK SEBAGAI PENDEKATAN BELAJAR MATEMATIKA Siti Maslihah Abstrak Matematika sering dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit bagi siswa.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN PERKALIAN DENGAN AKTIVITAS PERMAINAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 43 AMPENAN
PEMBELAJARAN PERKALIAN DENGAN AKTIVITAS PERMAINAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 43 AMPENAN Desventri Etmy dan Habib Ratu Perwira Negara STMIK Bumigora Email: desventri@stmikbumigora.ac.id
Lebih terperinciI. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA
- 937 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SDLB TUNAGRAHITA KELAS : I 3.1 Mengenal bilangan asli sampai 10 dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitar rumah, sekolah, atau 3.2 Mengenal lambang bilangan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG
PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG Hariyati 1, Indaryanti 2, Zulkardi 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500.
LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500 Disusun oleh : Ambarsari Kusuma Wardani, Boni Fasius Hery dan Talisadika Maifa
Lebih terperinciDesain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"
Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar A. Pendahuluan Pinggang Pemesan Baju itu?" Ahmad wachidul kohar 1 Fanni Fatoni 2 Wisnu Siwi Satiti 3 IMPoME, Sriwijaya
Lebih terperinciJAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan
JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR Oleh Shahibul Ahyan A. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang bisa diterapkan dalam kehidupan seharihari. Matematika
Lebih terperinciPENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA
PENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA Ilham Minggi, Darwing Paduppai, dan Said Fachry Assagaf Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar Jalan Daeng Tata
Lebih terperinciAnalisis Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika yang Mendapatkan Model Aktivitas Investigasi Autentik Puji Lestari
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisis Kemampuan Representasi Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika yang Mendapatkan Model Aktivitas Investigasi Autentik Puji Lestari
Lebih terperinciPengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama
Pengembangan Student Worksheet Berbasis Matematika Realistik untuk Pembelajaran Matematika Secara Bilingual di Sekolah Menengah Pertama Atmini Dhoruri, R. Rosnawati, Ariyadi Wijaya Jurusan Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam standar kurikulum dan evaluasi matematika sekolah yang dikembangkan oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 1989, koneksi matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui kegiatan memecahkan masalah, siswa dapat menemukan aturan baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran matematika, kemampuan memecahkan masalah dianggap menjadi hal penting yang harus dilatihkan pendidik kepada para siswa. Melalui kegiatan memecahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan
Lebih terperinciAi Nani Nurhayati 2 Maulana 3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM PENANAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT 1 (Studi deskriptif di kelas IV SD Negeri Cipanas Kec. Tanjungkerta Kab. Sumedang) Ai Nani Nurhayati
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATERI LUAS PERMUKAAN BALOK DAN KUBUS DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
PEMBELAJARAN MATERI LUAS PERMUKAAN BALOK DAN KUBUS DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Dian Farhatin E-mail: df_hatin@gmail.co.id. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
Lebih terperinci