\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR
|
|
- Yuliani Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 \MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Epon Nur aeni L dan Dindin Abdul Muiz Lidinillah PGSD UPI Kampus Tasikmalaya eponalamsyah@yahoo.com, dindin_a_muiz@upi.edu ABSTRAK: Artikel ini menyajikan hasil penelitian pengembangan model desain didaktis pengurangan bilangan pecahan. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya hambatan belajar (learning obstacle) siswa tentang konsep pengurangan bilangan pecahan di sekolah dasar. Banyak siswa masih keliru mengenai cara mengurangkan bilangan pecahan, khususnya mengurangkan bilangan pecahan berpenyebut tidak sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap learning obstacle pengurangan bilangan pecahan melalui studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa kelas V dan kelas VI di SDN Cilangkap 2. Setelah studi pendahuluan dilaksanakan, kemudian disusunlah bahan ajar pengurangan pecahan dalam pembelajaran matematika yang diujicobakan pada siswa kelas V SDN Perumnas 2 Cisalak Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) yang melibatkan dosen, mahasiswa, guru dan siswa sekolah dasar di wilayah Kota Tasikmalaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui instrumen tes berupa soal, observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya atau trianggulasi. Hasil penelitian ini adalah menghasilkan suatu desain didaktis alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika sekolah dasar terkait konsep pengurangan bilangan pecahan. Kata kunci: desain didaktis, pengurangan bilangan pecahan, learning obstacle Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks karena mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran yaitu guru, siswa dan bahan ajar. Dalam sistem pembelajaran, faktor guru terutama di Indonesia masih menjadi sumber pembelajaran yang memiliki peran sentral. Menurut Dunkin (Wadifah 2011:4) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu (1) pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka; (2) pengalamanpengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru; serta (3) segala sesuatu yang berhubungan dengan karakter yang dimiliki guru. Guru memiliki tanggung jawab dalam menggunakan metode, media dan bahan ajar yang televan dengan tujuan pembelajaran. Guru harus mempersiapkan suatu perencanaan pembelajaran (desain pembelajaran) yang matang agar kegiatan pembelajaran berjalan secara sistematis. Pada kenyataannya, suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum dilengkapi dengan strategi alternatif untuk mengantisipasi permasalahan belajar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung sehingga tidak berfungsi untuk mengembangkan pembelajaran. Padahal salah satu kedudukan perencanaan pembelajaran yang dikemukakan Reigeluth (Sukirman, 2006:39) adalah instructional development, bahwa perencanaan pembelajaran berfungsi untuk memberikan gambaran bentuk 537
2 Nur aeni dan Lidinillah, Model Desain Didaktis, 538 atau model pengembangan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam hal ini, Guru membuat suatu pengembangan dalam merencanakan pembelajaran untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan respon siswa yang terjadi selama proses pembelajaran atau keragaman lintasan belajar (Hypothetical Learning Trajectory atau HLT). Hal tersebut oleh Suryadi (2010:4) dinamakan Antisipasi Didaktik Pedagogik (ADP) yang... pada hakekatnya merupakan sintesis hasil pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran. Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang terkait. Pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran (Novarina dan Nuryani, 2011:3). Hal senada dikemukakan oleh Muhsetyo, dkk (2004:3.32) bahwa: kenyataan di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan untuk mengajarkan pecahan dan bilangan rasional. Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan. Pembelajaran mekanistik berdampak pada ketidakbermaknaan proses belajar siswa karena matematika disajikan terpisah dari konteks sehingga konsep matematika yang diterima akan cepat dilupakan oleh siswa dan siswa pun akan sulit menerapkan konsep tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, ditemukan beberapa learning obstacle atau kesulitan belajar siswa dalam memahami pecahan khususnya dalam konsep pengurangan pecahan. Salah satu learning obstacle tersebut adalah sebagai berikut: Gambar 1 Learning obstacle pengurangan pecahan Learning obstacle pada gambar 1 tersebut terkait dengan pemahaman prosedural operasi pengurangan pecahan. Dalam mengerjakan operasi pengurangan pecahan secara mekanistik, siswa kurang memahami proseduralnya. Proses pengerjaan pengurangan pecahan pada gambar 1 adalah siswa mengurangkan pecahan tersebut dengan cara menemukan selisih pembilang dan untuk menyamakan penyebutnya siswa malah mengambil penyebut yang terbesar dari kedua pecahan tersebut, seperti pada soal nomor 2a yaitu sebagai, beberapa siswa menjawab berikut: =. Siswa tersebut mengurangkan pembilang dengan pembilang dan membandingkan penyebut yang paling besar. Ada juga beberapa siswa yang menyamakan penyebut dengan menggu-
3 539, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 nakan KPK seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 2 Learning obstacle pengurangan pecahan Dari kedua bilangan penyebut yang terdapat pada soal (a,b,c,d) membuktikan bahwa beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menentukan pecahan senilai. Siswa hanya mengingat samakan penyebut lalu kurangkan untuk mengoperasikan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama tanpa memperhatikan pecahan senilai dari kedua bilangan pecahan yang dikurangkan tersebut. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan oleh para guru karena secara empirik mereka selalu menggunakan cara yang sama dari waktu ke waktu (Muhsetyo, dkk., 2004:3.32). Dengan demikian, perlu adanya suatu proses perencanaan pembelajaran (Desain Didaktis) yang merupakan langkah awal sebelum adanya pembelajaran, untuk mengatasi hambatan belajar yang muncul pada proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu mengarahkan siswa pada pembentukan pemahaman yang utuh baik secara prosedural (know how) maupun secara konseptual (know why). Untuk mendukung perencanaan dan proses pembelajaran diperlukan suatu bahan ajar yang mampu mendorong aktivitas siswa baik hand-on activity maupun mind-on activity. Artikel ini akan menyajikan hasil penelitian pengembangan model desain didaktis pengurangan pecahan di kelas V. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Perumnas 2 Kota Tasikmalaya. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu mengkaji kesulitan belajar siswa dalam konsep operasi pengurangan pecahan sehingga menjadi suatu dasar untuk merancang suatu desain didaktis dan bahan ajar agar dapat mengantisipasi kesulitan belajar tersebut serta dapat mengembangkan kemampuan matematika siswa. Pendekatan penelitian yang dilakukan mengacu pada rangkaian aktivitas dalam kerangka berpikir metapedadidaktik meliputi sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran. Tiga rangkaian aktivitas tersebut dapat diformulasikan sebagai langkah-langkah untuk menghasilkan situasi didaktis baru, yang dinamakan Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Desaign Research. Menurut Suryadi (2010), Penelitian Disain Didaktis atau Didactical Desaign Research pada dasrnya terdiri dari tiga tahapan/langkah yaitu : (1)Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran (prospective analysis) yang wujudnya berupa Disain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis restrosfektif (restrospective analysis) yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik. Dari ketiga tahapan ini akan diperoleh Desain Didaktis Empirik yang tidak tertutup kemungkinan untuk terus disempurnakan
4 Nur aeni dan Lidinillah, Model Desain Didaktis, 540 melalui tiga tahapan Didactical Design Research. Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya atau trianggulasi. Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang sedang diamati, dalam hal ini peneliti berperan sebagai guru yang dapat mengamati bagaimana hubungan guru-murid dalam pembelajaran, bagaimana proses belajar murid dalam konsep operasi pengurangan pecahan, dan sebagainya. Wawancara mendalam dapat dilakukan bersamaan dengan observasi partisipatif yang telah dikemukakan tadi. Ketika proses pembelajaran guru sekaligus peneliti dapat mewawancarai siswa yang akan diambil datanya. Juga peneliti dapat melakukan studi dokumentasi seperti mengumpulkan respon atau jawaban siswa mengenai konsep operasi pengurangan pecahan. Jadi, penelitian kualitatif ini menggunakan teknik trianggulasi yakni menggabungkan ketiga teknik pengumpulan data tersebut. Adapun tahapan yang peneliti lakukan antara lain: 1. Menentukan bahasan matematika yang akan dijadikan objek penelitian; 2. Menganalisis materi; 3. Membuat instrumen awal dengan tujuan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa pada materi tersebut; 4. Mengujikan instrumen yang telah dibuat di beberapa jenjang ditambahkan dengan wawancara pada beberapa responden; 5. Menganalisis hasil pengujian dan wawancara; 6. Membuat kesimpulan mengenai kesulitan belajar berdasarkan pengujian; 7. Menyusun desain didaktik awal; 8. Melakukan pengujian terhadap desain didaktik awal yang sudah dibuat; 9. Menganalisis hasil pengujian; 10. Mengembangkan bahan ajar dalam bentuk buku ajar 11. Menyusun laporan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang akan disajikan dintaranya mencakup learning obstacle pengurangan pecahan, desain didaktis awal, implementasi desain, desain didaktis revisi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelumnya dapat diketahui learning obstacle pada konsep operasi pengurangan pecahan pada siswa sekolah dasar sebagai berikut: 1. Learning obstacle terkait pemahaman prosedural operasi pengurangan pecahan (tipe 1) 2. Learning obstacle terkait pemahaman konteks dalam soal cerita (tipe 2) 3. Learning obstacle terkait konteks pemodelan (tipe 3) Learning obstacle tipe 1 Learning obstacle tipe 1 yang muncul yakni terkait pemahaman prosedural operasi pengurangan pecahan. Dalam mengerjakan operasi pengurangan pecahan secara mekanistik, siswa kurang memahami proseduralnya. Hambatan belajar yang sering terjadi di kalangan siswa SD adalah siswa nampak kesulitan menyamakan penyebut. apalagi jika siswa menyelesaikan soal yang berhubungan dengan konsep perkalian dan pembagian yang memang pada dasarnya konsep ini belum terkuasai dengan benar. Berikut ini adalah sajian beberapa contoh hambatan belajar siswa pada konsep pengurangan pecahan:
5 541, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 obstacle) dalam menyelsaikan soal pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Learning obstacle tipe 2 Learning obstacle tipe 2 yang muncul pada konsep operasi pengurangan pecahan yakni terkait konteks dalam soal cerita. Siswa tidak mampu mengoperasikan pengurangan pecahan dengan benar. Hal ini terkait dengan konsep perkalian dan pembagian yang kurang dikuasai oleh siswa. Hambatan belajar siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 3 Learning obstacle tipe 1 Pada soal nomor 2a yaitu, beberapa siswa menjawab seperti berikut ini: =. Siswa tersebut mengurangkan pembilang dengan pembilang dan membandingkan penyebut yang paling besar. Ada juga siswa yang menyamakan penyebut dengan menggunakan KPK dari kedua bilangan penyebut tersebut tetapi cara menentukan nilai pembilangnya kurang tepat sehingga dapat dibuktikan bahwa beberapa siswa memang kesulitan dalam menentukan pecahan senilai. Dalam operasi pengurangan pecahan, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki oleh siswa adalah harus menguasai konsep nilai pecahan. Kemampuan penguasaan pecahan senilai lebih ditekankan terutama dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Apabila konsep pecahan senilai belum terkuasai oleh siswa, maka siswa akan mengalami hambatan beajar (learning Gambar 4 Learning tipe 2 Beberapa siswa masih kurang tepat dalam menjawab soal tersebut yakni dengan menjawab - = dengan cara mengurangkan pembilang dengan pembilang dan menggunakan penyebut yang bilangannya lebih kecil dari kedua bilangan penyebut. Bahkan ada juga jawaban lain yakni - = - =. Meskipun beberapa siswa mampu menyamakan penyebut tetapi siswa kurang tepat dalam menentukan pembilang. Sehingga kemampuan prasyarat dalam menentukan pecahan senilai sangatlah penting. Learning obstacle tipe 3 Learning obstacle tipe 3 yakni terkait pemodelan pada konsep operasi pengurangan pecahan. Siswa nampak
6 Nur aeni dan Lidinillah, Model Desain Didaktis, 542 kebingungan dalam mengerkakan soal nomor 4 untuk mengurangkan 1 - gambar daerah lingkaran berikut: pada Gambar 5 Learning obstacle tipe 3 Berdasarkan jawaban siswa tersebut menyatakan bahwa siswa kurang mendapatkan pembelajaran realistik sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal di atas siswa mengalami keterbatasan dalam mengerjakannya karena konsep yang sudah diterima tidak mampu bertahan lama dalam memori mereka. Untuk mengatasi beberapa learning obstacle di atas, maka didesainlah suatu desain didaktis. Urutan desain didaktis yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: Prospective Analysis Jika mengacu pada kurikulum Tahun 2006 matematika Sekolah Dasar, maka konsep operasi pengurangan bilangan pecahan terdapat di kelas V (lima) semester 2 dengan Standar Kompetensi (SK) menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)nya adalah menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Berdasarkan SK dan KD tersebut, indikator yang dapat disusun untuk desain didaktis pada penelitian ini adalah: 1. Memahami makna pengurangan pecahan; 2. Memahami dan mampu melakukan pemodelan pengurangan pecahan. 3. Memahami prosedural operasi pengurangan pecahan; 4. Memahami pengurangan pecahan dalam konteks soal cerita; Berdasarkan beberapa indikator yang telah disusun, maka tujuan pembelajaran untuk mengatasi learning obstacle pada konsep operasi pengurangan pecahan kelas V (lima) Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: 1. melalui kegiatan manipulatif benda konkret siswa mampu memahami konsep makna pengurangan pecahan secara teliti; 2. melalui penemuan pola dan latihan soal siswa mampu memahami prosedural operasi pengurangan pecahan secara tepat; 3. melalui membaca intensif dan latihan soal siswa mampu memahami pengurangan pecahan dalam konteks soal cerita; Tujuan pembelajaran tersebut dirancang untuk dua kali pembelajaran masing-masing 2 x 35 menit. Tujuan pembelajaran tersebut dirancang untuk mengatasi learning obstacle yang muncul pada konsep operasi pengurangan pecahan berdasarkan studi pendahuluan yang selanjutnya disusun bahan ajar berdasarkan tujuan-tujuan tersebut untuk dimplementasikan. Experiment 1) Menanamkan konsep makna pengurangan pecahan berpenyebut sama Sebelum siswa belajar tentang operasi pengurangan pecahan, terlebih dahulu siswa harus memahami dengan baik makna pecahan itu sendiri. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengingat kembali dalam menentukan nilai pecahan berdasar gambar berikut:
7 543, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 Setelah aku gunting bagian sisa kertas itu? bagian,berapa digunting bagian Gambar 6 media pembelajaran pengurangan pecahan Langkah selanjutnya guru melakukan praktik dengan mengambil dua bagian warna hijau pada Gambar 5 (daerah persegipanjang). Melalui kegiatan tersebut perlahan demi perlahan siswa mulai dikenalkan tentang konsep operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama. Pada kegiatan 1 dalam mengurangkan pecahan, setiap siswa diberi kertas yang berbentuk lingkaran untuk membuktikan konsep operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama. Siswa diberi kesempatan untuk menggunting satu bagian daerah lingkaran dari 4 bagian daerah lingkaran. Melalui praktik ini, siswa memahami operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama dengan baik. Berikut adalah sajian bahan ajar konsep operasi pengurangan pecahan berpenyebut sama:... +/ -... =... Pada akhir kegiatan, siswa diarahkan untuk membentuk pola umum (kesimpulan) yang memberlakukan bahwa: Berdasarkan pola umum di atas, melalui tanya jawab bersama guru, siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan bahwa cara mengurangkan pecahan berpenyebut sama adalah penyebutnya tetap sedangkan pembilangnya dijumlahkan. Hasil tes siswa menunjukkan bahwa melalui peragaan benda konkret, siswa mampu memahami dan menjawab dengan benar soal pengurangan pecahan berpenyebut sama.
8 Nur aeni dan Lidinillah, Model Desain Didaktis, 544 Contoh hasil tes siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 7 Hasil jawaban siswa no 1. 2) Meningkatkan pemahaman konteks soal cerita Siswa harus dapat menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam konteks soal cerita, yang sangat berkaitan dengan permasalahan yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga langkah selanjutnya dapat diarahkan untuk memahami pengurangan pecahan dalam bentuk soal cerita: Di dalam bak mandi terdapat air sebanyak untuk mandi bagian. Air itu digunakan bagian. Berapa bagian air yang ada di dalam bak mandi sekarang? Dalam hal ini, melalui bimbingan guru siswa dibiasakan untuk membaca intensif sehingga paham terhadap konteks soal cerita. Guru berperan dalam menegaskan masalah yang dapat dilakukan dengan cara membacakan soal cerita tersebut dengan intonasi yang benar. 3) Menanamkan kemampuan pemodelan pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama Agar siswa lebih memahami konsep ini, maka guru harus menanamkan konsep pemodelan pengurangan berpenyebut tidak sama. Pada awal pembelajaran, guru menampilkan alat peraga yang terdiri dari beberapa pecahan senilai. Hal ini disajikan untuk mengingatkan siswa tentang pecahan senilai yang merupakan materi prasyarat dalam mempelajari pengurangan pecahan khususnya pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Langkah selanjutnya, guru menyajikan soal cerita untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan bimbingan guru, siswa mencoba membuktikan konsep pengurangan pecahan dengan menggunakan kertas lipat. Sajian bahan ajar yang ditampilkan adalah sebagai berikut: Langkah 1 Ambil 2 kertas yang mempunyai panjang sama, dan warna berbeda. Kertas pertama bentuklah menjadi pecahan dengan cara melipat menjadi 2 bagian yang sama, diberi garis pada lipatannya, dan kemudian 1 bagian diberi warna. Selanjutnya kertas kedua dilipat menjadi 3 bagian sama, diberi garis pada setiap lipatan dan 1 bagian diberi warna untuk menggambarkan nilai pecahan. Langkah 2 Setelah masing-masing pecahan terbentuk, maka gabungkan bagian-bagian yang diarsir dengan cara kertas kedua dilipat dan hanya diperlihatkan pecahan -an saja, kemudian tempelkan pada kertas pertama seperti berikut ini. Langkah 3 Lipatlah sisa atau bagian yang tidak diarsir ke belakang dan ke depan dengan ukuran sama dengan sisa yang telah ada,
9 545, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 baik untuk kertas pertama maupun kertas ke dua. Lipatan diteruskan sampai semua kertas terlipat habis dengan ukuran yang sama. Maka akan terlihat lipatan-lipatan yang menunjukkan penyebut persekutuan seperti berikut ini. Dilipat ke belakang Dilipat ke depan dengan ukuran sama dengan sisa, Langkah 4 dst Bukalah lipatan-lipatan dari 2 kertas yang ada. Maka akan terlihat bahwa pecahan menjadi dan pecahan yang menjadi. Dari kegiatan ini siswa mendapat pengalaman 2 pecahan menjadi sama penyebutnya dan hasil dari penjumlahan dapat ditemukan. Ketika siswa melakukan praktik tersebut dengan menggunakan kertas lipat, mereka nampak terlihat merasa kesulitan ketika harus melipat kertas menjadi beberapa bagian yang berukuran sama, khususnya melipat kertas menjadi tiga bagian yang berukuran sama. Karena hal ini telah diprediksi sebelumnya, maka guru hanya cukup membimbing mereka saja sehingga pada akhirnya mereka memahami konsep operasi pengurangan pecahan dengan menggunakan benda konkret, khususnya pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama. Di bawah ini adalah hasil tes siswa yang menunjukkan bahwa siswa memahami konsep pengurangan pecahan: Langkah 5 Lipatlah kertas pertama sebanyak lipatan kertas ke dua yang diarsir. Maka akan terlihat hasilnya seperti gambar di bawah ini:
10 Nur aeni dan Lidinillah, Model Desain Didaktis, 546 kemudian dilanjutkan di kelas V. Walaupun di kelas IV sudah ditanamkan konsep pengurangan berpenyebut sama, tetapi di kelas V pembelajaran diulang kembali dan mempelajari pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Bahan ajar yang dikembangkan telah mempertimbangkan urutan materi pengurangan pecahan. Namun ada hal yang perlu diperbaiki berkaitan dengan proses pemodelan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan operasi pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama. Gambar 12 contoh hasil jawaban siswa soal pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran realistik siswa lebih mampu memahami konsep pengurangan pecahan, khususnya dalam pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama sehingga siswa mampu menyimpulkan pembelajaran dengan benar. Restrospective analysis Pembelajaran operasi pengurangan pecahan merupakah operasi pecahan yang pertama dikenalkan kepada siswa di kelas IV, akan tetapi pembelajaran tersebut PENUTUPAN Kesimpulan Artikel ini telah menyajikan bagian dari hasil penelitian model desain didaktis konsep pengurangan pecahan yang dapat diimplementasikan untuk siswa kelas IV dan kelas V SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain didaktis ini dapat dipandang untuk memperkaya variasi pembelajaran. Tidak menutup kemungkinan bagi peneliti lain untuk lebih mengembangkan desain didaktis yang telah disusun pada penelitian ini. Oleh karena itu, di dunia ini tidak ada desain didaktis yang sempurna, yang ada hanyalah desain didaktis yang memerlukan pengembangan demi perbaikan di masa yang akandatang, yang dapat mengantisipasi munculnya hambatan belajar (learning obstacle) siswa. DAFTAR RUJUKAN Muhsetyo, Gatot, dkk. (2004). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Novarina, Eka., Sri Nuryani, Eka. (2011). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia(PMRI) (Sub-bab Membandingkan Pecahan pada Kelas III SD Negeri Purwo-rejoTahun Pelajaran 2010/ 2011). Makalah pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
11 547, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Sukirman, Dadang, dkk. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS. Suryadi, Didi. (2005). Disertasi Pengggunaan Pendekatan Pembelajaran tidak langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan tidak Langsugn dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi. Bandung: Tidak Diterbitkan. Wadifah. (2011). Desain Didaktik Konsep Luas Daerah Segitiga Pada Pembelajaran Matematika SMP. [Online]. Tersedia: pload/s_mtk_ _chapter1.pd f [15 September 2011]
P 32 MODEL DISAIN DIDAKTIS PEMBAGIAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
P 32 MODEL DISAIN DIDAKTIS PEMBAGIAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Epon Nur aeni 1, Dindin Abdul Muiz Lidinillah 2, Ayi Sakinatussa adah 3 1,2,3 PGSD
Lebih terperinciP 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR
P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR Yusuf Suryana 1, Oyon Haki Pranata 2, Ika Fitri Apriani 3 1,2,3 PGSD UPI Kampus
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR
DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR Aji Setiaji Hj. Epon Nur aeni L Rosarina Giyartini UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH JAJARGENJANG PADA PEMBELARAN MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR Lukman Nurdin Hj. Epon Nur aeni L.
DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH JAJARGENJANG PADA PEMBELARAN MATEMATIKA KELAS IV SEKOLAH DASAR Lukman Nurdin Hj. Epon Nur aeni L. Yusuf Suryana PGSD UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciDesain Bahan Ajar Mengubah Bentuk Pecahan Berbasis Pemodelan Matematika untuk Siswa SD
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Desain Bahan Ajar Mengubah Bentuk Pecahan Berbasis Pemodelan Matematika untuk Siswa SD M-36 Dindin Abdul Muiz Lidinillah 1, Hj. Epon Nur aeni 2, Ika
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS BAHAN AJAR KONEKSI MATEMATIKA PADA KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM. Ihsan Ariatna Dindin Abdul Muiz Lidinillah Hj.
DESAIN DIDAKTIS BAHAN AJAR KONEKSI MATEMATIKA PADA KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM Ihsan Ariatna Dindin Abdul Muiz Lidinillah Hj. Hodidjah Program S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciDesain Didaktis Konsep Mengukur Sudut di Kelas V Sekolah Dasar
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Desain Didaktis Konsep Mengukur Sudut di Kelas V Sekolah Dasar Hj. Epon Nur aeni L 1, Rijal Muharram 2 Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain research. Plomp (dalam Lidinillah, 2012, hlm. 4) mengemukakan bahwa design research adalah : Suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif berupa Penelitian Disain Didaktis (Didactical Design Research). Menurut
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Supremum Journal of Mathematics Education (SJME) Vol.1, No.2, Juli 2017, pp. 79-87 e-issn: 2548-8163 p-issn: 2549-3639 79 DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pengurangan Bilangan Pecahan 2.1.1 Pengertian Pecahan Menurut Sugiarto, (2006:36), pecahan adalah suatu bilangan cacah yang digunakan untuk menyatakan banyaknya anggota
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG KELAS III SEKOLAH DASAR
DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG KELAS III SEKOLAH DASAR Siti Noviati Zahroh Dindin Abdul Muiz Lidinillah Penulis Penanggung Jawab Hj. Ade Rokhayati Penulis Penanggung Jawab
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY
DESAIN DIDAKTIS KONSEP VOLUME LIMAS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP BERDASARKAN LEARNING TRAJECTORY Siti Sarah Didi Suryadi Siti Fatimah Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK PARAGRAF DENGAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DI SEKOLAH DASAR
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK PARAGRAF DENGAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DI SEKOLAH DASAR Denovi Luthfiyani, Aan Kusdiana, Seni Apriliya Program S1 PGSD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang sangat besar peranannya dalam perkembangan teknologi dan juga memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Mulai dari
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Lebih terperinci2 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Degeng (Uno, 2010: 3) Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dapat dipahami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perencanaan merupakan hal yang penting bagi seseorang yang akan melaksanakan suatu kegiatan. Perencanaan dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geometri merupakan salah satu cabang dari matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A.
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian desain didaktis (Didactical Design Research) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Suryadi & Tatang,
Lebih terperinci2015 DESAIN DIDAKTIS KONSEP ASAS BLACK DAN PERPINDAHAN KALOR BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR SISWA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS KELAS X
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi merupakan era dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, dampak dari pesatnya perkembangan IPTEK tersebut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research).
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
203 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian, diperoleh beberapa temuan pokok hasil penelitian sebagai berikut. 1. Learning obstacles
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Untuk mengimbangi kemajuan bangsa yang semakin pesat, pendidikan harus berkembang
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO
ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan walaupun dia telah mengeluarkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk belajar. Pemahaman yang didapatkannya tetap
Lebih terperinciKata kunci: desain pembelajaran, konstruktivisme, learning obstacle, gaya magnet.
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME TENTANG GAYA MAGNET DI SEKOLAH DASAR Hilda Mardiana; Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd.; Drs. H. Rd. Setiawan Leo, M.Pd. PROGRAM S1 PGSD UPI TASIKMALAYA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk merumuskan suatu desain didaktis yang didasarkan pada karakteristik hambatan belajar (learning obstacles)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian DDR (didactical Design Research) ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dan tahap implementasi. Tahap pengambilan data
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SUBTEMA GAYA DAN GERAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA SUBTEMA GAYA DAN GERAK Iir Iryanti, Rustono W.S, Asep Saepulrohman Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Pembelajaran 1. Didactical Design Research (DDR) Penelitian ini dilakukan peneliti untuk merancang desain pembelajaran beradasarkan analisis learning obstacleyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi menurut Muhsetyo dkk, kenyataan di Sekolah Dasar. operasinya. Di samping itu, banyak pula guru Sekolah Dasar mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang dipelajari siswa di Sekolah Dasar (SD). Pembahasan materinya menitikberatkan pada pengerjaan (operasi)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Preliminary Design (Desain Permulaan) Pada tahap desain permulaan ini telah terkumpul data yang diperoleh melalui wawancara dengan guru, wawancara dengan siswa
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning
Lebih terperinci2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Angka 1 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
Lebih terperinciKESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN. bukan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak
KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN A. PENDAHULUAN Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya
Lebih terperinciBALOK PECAHAN. ,,, dan seterusnya. Berikut contoh balok pecahan
BALOK PECAHAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti siswa di sekolah. Siswa sering menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit. Banyak faktor yang menyebabkan siswa
Lebih terperinciPengembangan Desain Didaktis Materi Pecahan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Volume 11 No 2, Oktober 2015, pp 127-136 Pengembangan Desain Didaktis Materi Pecahan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jaky Jerson Palpialy dan Elah Nurlaelah
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS MATERI BALOK DAN KUBUS SISWA KELAS IV SD
DESAIN DIDAKTIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS MATERI BALOK DAN KUBUS SISWA KELAS IV SD Epon Nur aeni L Muhammad Rijal Wahid Muharram Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya Jl. Dadaha No. 18,
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS
DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS Tri Aprianti Fauzia Dadang Juandi Tia Purniati Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciKata kunci: didactical design, learning obstacle, spatial thinking, jaring-jaring kubus dan balok, pembelajaran matematika
DESAIN DIDAKTIS BERBASIS KEMAMPUAN SPATIAL THINKING PADA KONSEP JARING-JARING KUBUS DAN BALOK Hj. Epon Nur aeni L 1, Muhammad Rijal Wahid Muharram 2 1,2 PGSD, UPI Kampus Tasikmalaya nuraeni@upi.edu Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hudojo (2001, hlm. 45) menyatakan bahwa matematika merupakan pengembang cara berpikir sehingga sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Desain Didaktis Luas Daerah Lingkaran Pada Pembelajaran Matematika SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalaman belajar yang diperoleh siswa di kelas merupakan hasil dari serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan yang dilakukan guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan mata pelajaran yang dinilai sangat penting dan diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Semua orang dalam hidupnya tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, guru harus mampu menciptakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Untuk mempermudah dalam proses penelitian, maka diperlukan pemilihan metode yang sesuai sehingga tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi
v DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
20 BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab ini terdiri dari tahap- tahap yang dilakukan dalam penelitian. Tahap- tahap itu antara lain adalah desain penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis berdasarkan kepada penemuan learning obstacle yang dialami siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Lebih terperinciIndonesian Journal of Primary Education
Vol 1 No 1 (2017) 80-86 Indonesian Journal of Primary Education Risa Zakiatul Hasanah 1, Rustono W.S 2, Dindin Abdul Muiz Lidinillah 3 Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya risa.zakiatul.h@student.upi.edu,
Lebih terperinciDesain Didaktis Bahan Ajar Matematika SMP Berbasis Learning Obstacle dan Learning Trajectory
JRPM, 2017, 2(1), 69-80 JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA http://jrpm.uinsby.ac.id Desain Didaktis Bahan Ajar Matematika SMP Berbasis Learning Obstacle dan Learning Trajectory Endang Dedy 1, Encum
Lebih terperinciMENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP
MENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP Faulina Fanisyah 1, Sugiatno 2, Nurmaningsih 3 1,2,3 Program Magister Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Nurhasnah, Rizal, dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Agnesa, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengelola pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak (30-40 siswa) bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sampai saat ini, pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk merumuskan atau menyusun suatu desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sample Sumber Data 1. Lokasi Penelitian Penelitian DDR (Didactical Design Research), dilaksanakan di sekolah dasar yang berada di wilayah gugus V UPTD Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk menyusun bahan ajar pada konsep persamaan linear satu variabel yang dapat memfasilitasi siswa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya
Lebih terperinciANALISIS LEARNING OBSTACLES KONSEP GEOMETRI PADA MAHASISWA SEMESTER 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOSEN SEKOLAH DASAR
ANALISIS LEARNING OBSTACLES KONSEP GEOMETRI PADA MAHASISWA SEMESTER 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOSEN SEKOLAH DASAR Een Unaenah Universitas Muhammadiyah Tangerang, Indonesia een_unaenah@ymail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat diawal, diperlukan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu desain didaktis
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian desain yang termasuk kedalam penelitian kualitatif. Penelitian desain adalah penelitian yang menempatkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian PTK Penerapan DDR Penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian PTK (action research) yang menerapkan Didactical Desaign Research (DDR) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan potensi siswa. Hal ini memberi arti bahwa siswa mempunyai hak untuk mengembangkan potensinya melalui adanya
Lebih terperinciPENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN DAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MEMBUAT RINGKASAN CERITA
PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PECAHAN DAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MEMBUAT RINGKASAN CERITA MARIANIS Guru SD Negeri 001 Teluk Beringin Kecamatan Gunung Toar marianis.telukberingin@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dhias Mei Artanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di sekolah dasar wilayah gugus 2 UPTD Pendidikan Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui peragaan kepada siswa dengan membagi sebatang kapur menjadi 2 bagian, sang Guru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika tidak pernah terlepas dari istilah bilangan, salah satu klasifikasi bilangan adalah bilangan pecahan. Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari
Lebih terperinci2016 DESAIN DIDAKTIS KONSEP GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
2 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah yang mejadi dasar peneilitian, rumusan masalah, tujuna penelitian, dan manfaat penelitian yang dapat dikembangkan pada penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dengan mengenalkan subjek, memberi satu dua contoh, lalu menanyakan satu
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan disiplin ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Pesatnya
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah
Lebih terperinciMENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:
MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Bangun datar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dini Asri Kusnia Dewi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satu upaya
Lebih terperinciPenulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji, S.Pd, M.Si. Ilustrator: Anang Heni Tarmoko
PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SD MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji,
Lebih terperinciDIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KEPENDIDIKAN
ISSN 2087-3581 DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KEPENDIDIKAN Margaretha B. Roeroe 1 ABSTRACT Teachers thinking process occur in three phases ie before learning, in learning
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) terdapat banyak mata pelajaran salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Dari mata pelajaran tersebut maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang. Pendidikan juga
Lebih terperinciDESAIN DIDAKTIS DENGAN SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN ALJABAR DI SMP
DESAIN DIDAKTIS DENGAN SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN ALJABAR DI SMP Yuliani Pratiwi, Sugiatno, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT BERDASARKAN MISKONSEPSI SISWA
PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT BERDASARKAN MISKONSEPSI SISWA Desy Andini, Karlimah, Momoh Halimah PGSD UPI Kampus Tasikmalaya desy.andini@student.upi.edu Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sebab dengan metode kualitatif, fenomena-fenomena yang lebih kompleks akan terungkap
Lebih terperinciSD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016)
1. Perhatikan gambar berikut! SD kelas 4 - MATEMATIKA PECAHAN (K13 REVISI 2016)UJI KOMPETENSI PECAHAN (K13 REVISI 2016) Berdasarkan gambar berikut, nilai pecahan yang dapat menunjukkan bagian yang diarsir
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR)
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS GURU DAN CALON GURU MATEMATIKA MENGGUNAKAN DIDACTICAL DESIGN RESEARCH (DDR) Kartinah Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang tina.math507@gmail.com
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga Sekolah Dasar UPTD Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya, yaitu Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Lebih terperinciTABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI)
Lampiran B.4 TABEL SITUASI DIDAKTIS, PREDIKSI RESPON SISWA DAN ANTISIPASINYA (LESSON DESIGN REVISI) Materi : Volume Limas Kelas : VIII Semester : II Waktu : 2 x 80 menit Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat
Lebih terperinciPenelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan Karakter Bangsa
Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk Pembentukan Karakter Bangsa Oleh : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Karakter bangsa yang menjadi tujuan pendidikan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam perkembangan
Lebih terperinciMELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :
MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DESAIN DIDAKTIS PENALARAN SPASIAL DAN PENALARAN KUANTITIF DALAM MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI SMP
PENGEMBANGAN DESAIN DIDAKTIS PENALARAN SPASIAL DAN PENALARAN KUANTITIF DALAM MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ERNAWATI NIM F2181151021 PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. SDN $ Tamanwinangun
Lebih terperinci2015 DESAIN DIDAKTIS UNTUK MENGATASI LEARNING OBSTACLE TOPIK PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar matematika harus bermakna. Sebagaimana yang dikatakan oleh Piaget (dalam Kieran, 1979) setiap pengetahuan baru yang akan dipelajari harus ditemukan
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang wajib diberikan dalam pendidikan dasar dan menengah. Seperti yang terdapat dalam UU no 20 tahun 2003 Pasal
Lebih terperinciMINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:
MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh: Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, operasi penjumlahan dan
Lebih terperinciI. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATEMATIKA SMPLB AUTIS
- 1859 - I. KOMPETENSI INTI DAN MATEMATIKA SMPLB AUTIS KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian desain (design research). Menurut Gravemeijer (Hasanah, 2012), design research also
Lebih terperinci