PENERAPAN MODIFIED IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM PENINGKATAN MUTU LAYANAN FAMILY SPA X

dokumen-dokumen yang mirip
Perbaikan Mutu Pelayanan di Food Market X Dengan Menggunakan Metode Modified Importance Performance Analysis

ANALISIS KINERJA BANK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU LAYANAN MENGGUNAKAN METODE MIPA ( MODIFIED IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS)

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS KUALITAS PELAYANAN MENGGUNAKAN MODIFIED IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS

Peningkatkan Kualitas Layanan 4G LTE Telkomsel Berdasarkan Servqual dan Quality Function Deployment yang Terintegrasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Usulan Perbaikan Mutu Layanan Pada Aya Travel menggunakan Metode SERVQUAL dan Importance Performance Analysis

Journal Industrial Servicess Vol. 3 No. 1a Oktober 2017

PENGUKURAN KEPUASAN DAN KETIDAKPUASAN PELANGGAN UNIT BISNIS

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN TATA USAHA BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA

STEFANUS YULIANTO E FAKULTAS TEKNIK INDUTRI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG INTISARI

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN JASA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI (STUDI DI PERPUSTAKAAN X )

PENGUKURAN KEPUASAN PELANGGAN COMLABS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH ATAS KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS PADA BANK SWASTA DI RIAU) Fenny Trisnawati & Lukman

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (STUDI PADA STIE TOTALWIN SEMARANG)

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PENGUNJUNG BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN BANK X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA LAYANAN: STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI DAN BANK BCA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI POTENSI PERBAIKAN ORGANISASI JASA DENGAN MODIFIED IPA DAN PENDEKATAN FUZZY

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Djum di Wijilan Yogyakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kepuasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Peningkatan Kinerja Pelayanan Jasa pada Bengkel Mobil. Dengan Metode Servqual dan Quality Function Deployment. Rahmat Adi Seputro

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP PELAYANAN PSMA ON-LINE PADA UNIVERSITAS GUNADARMA

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini tentunya

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanannya agar mampu bertahan dan bersaing dengan perusahaan

BAB V ANALISA HASIL. serta pekerjaan. Berikut merupakan uraian dari beberapa karakteristik tersebut Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan yang merupakan salah satu industri

PENENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT KUALITAS PELAYANAN SEBAGAI SKALA PRIORITAS PERBAIKAN PADA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI DI JAKARTA. P.H. Saragi.

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

EVALUASI MODEL PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN PENDEKATAN SERVPERF SIX SIGMA (Studi Kasus: Kantor Bersama Samsat Manyar Surabaya Timur)

Penentuan Strategi Manajemen terhadap Hasil Pemetaan Preferensi Pasar dan Posisi Jasa Travel Surabaya-Malang (Studi Kasus di Perusahaan Jasa Travel)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah Hotel Bintang Griyawisata Jakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN ADMINISTRASI PADA KANTOR LAYANAN ADMINISTRASI POLITEKNIK UBAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

BAB III METODE PENELITIAN

USULAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DI STASIUN PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI II BANDUNG MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL *

UPAYA PENINGKATAN PENJUALAN DENGAN PENDEKATAN METODE SEVICE QUALITY DAN FOCUS GROUP DISCUSSION PADA KAFE HOUSE OF PADMANING SURABAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

PRIMA NAOMI. Kata kunci : Kepuasan Pelanggan, jasa pelayanan kesehatan, performance importance analysis

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pelanggannya. Sebaliknya jika produsen tidak dapat memberikan kepuasan

USULAN PENINGKATAN KUALITAS JASA PELAYANAN PESERTA TASPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY *

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

INTEGRASI METODE SERVQUAL DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATAN PELAYANAN JASA DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SURABAYA

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TENTANG KUALITAS LAYANAN CALL CENTER PT GARUDA INDONESIA

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN DENGAN INTEGRASI SERVICE QUALITY

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Keyword : Service, Improvement Design, Servqual, Importance Performance Analysis (IPA) and Quality Function Deployment (QFD)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN DENGAN INTEGRASI METODE SERVQUAL DAN KANO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN BUSWAY TRANSJAKARTA

ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY *

DAFTAR ISI. iv v viii xiii xv xvi

USULAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN JASA PADA BENGKEL HONDA AHMAD YANI DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMPORTANCE PERFORMANCE MATRIX *

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang

Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan Jasa dengan Menggunakan Metode Service Quality di Baraya Travel Bandung *

BAB I PENDAHULUAN. Industri restoran memang dapat dikatakan tidak pernah sepi, meskipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri saat ini mengalami peningkatan yang cukup

Usulan Perbaikan Kualitas Pelayanan Minimarket Intimart Dengan Menggunakan Metode Importance Performance Matrix *

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KEPADA PELANGGAN DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SERVQUAL

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Simposium Nasional Teknologi Terapan(SNTT)2 2014

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENILAI TINGKAT KEPUASAN NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA UNIT GENTENG BANYUWANGI. Rinawati Anwar Rudi Kusubagio

JSIKA Vol. 5, No. 8, Tahun 2016 ISSN X

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS JASA BERDASARKAN PERSEPSI PENGUNJUNG (Studi Kasus di UPT Perpustakaan Universitas Diponegoro)

Peningkatan Kualitas Layanan General Affair Menggunakan Metode ServQual dan QFD pada PT. Meratus Line

EFEKTIVITAS PEMBELIAN BUKU MATERI POKOK (MODUL) UT MELALUI TOKO BUKU ONLINE (TBO) ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN

ANALISIS DAN USULAN STRATEGI PEMASARAN (Studi Kasus: Glosis Restoran Bandung)

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN RESTORAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE DINESERV DAN SERVQUAL

PENGUKURAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DAN KUALITAS PELAYANAN SWALAYAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

*Herlin Dwi Kartikasari **Abadyo Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY SERVQUAL, KUADRAN IPA, DAN INDEKS PGCV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENGUKURAN KUALITAS LAYANAN DI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (UKI)

Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan Rawat Inap Menggunakan Metoda Service Quality (Servqual) *

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Transkripsi:

PENERAPAN MODIFIED IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DALAM PENINGKATAN MUTU LAYANAN FAMILY SPA X Hotna Marina Sitorus dan Cathrine Santosa Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email: nina@unpar.ac.id atau ninasitorus@gmail.com ABSTRAK Menjamurnya bisnis spa keluarga di kota Bandung membuat setiap pengelola spa harus secara kontinu meningkatkan mutu layanan yang diberikan. Jika pelanggan tidak puas dengan mutu layanan yang diterima, mereka dengan mudah akan berpindah ke tempat spa yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu layanan Spa X berdasarkan Modified Importance Performance Analysis (Modified IPA). Metode ini merupakan pengembangan dari Importance Performance Analysis (IPA), dimana Modified IPA mengidentifikasi prioritas perbaikan dengan menggunakan informasi mengenai kepentingan atribut, performansi penyedia jasa dan performansi kompetitor. Berdasarkan Critical Incident Technique, penelitian ini mengidentifikasi 19 atribut layanan spa keluarga. Selain itu diidentifikasi pula bahwa kompetitor Spa X adalah Spa Y. Berdasarkan peta Modified IPA didapati 2 atribut masuk dalam kategori Keep Up the Good Work (Kuadran I) dan 2 buah atribut kategori False Security (Kuadran II). Tiga buah atribut masuk dalam kategori Red Alert (kuadran III), sedangkan 12 atribut lainnya termasuk dalam kategori Vulnerability (kuadran IV). Perbaikan yang diusulkan di antaranya adalah pembuatan standar prosedur pelayanan pengunjung pasca treatment, penyediaan tempat sampah di ruang tunggu serta jam dinding dan aromaterapi di ruang treatment, penambahan treatment bergaya Bali dan pemberian pelatihan rutin bagi terapis. Sebagian besar usulan diterima oleh pihak manajemen Spa X. Kata kunci: Mutu layanan, Modified Importance Performance Analysis, spa keluarga. PENDAHULUAN Salah satu industri jasa yang kini mengalami perkembangan pesat di kota Bandung adalah jasa spa keluarga (family spa). Spa keluarga merupakan kategori bisnis jasa yang memberikan layanan utama berupa pijat tubuh dan pijat refleksi bagi para pelanggannya. Bisnis ini memiliki interaksi yang tinggi antara penyedia layanan dan pelanggan, yang membuat peran mutu layanan menjadi sangat penting sebagai kunci kesuksesan agar dapat bertahan dalam persaingan. Menjamurnya bisnis spa keluarga di kota Bandung membuat setiap pengelola spa harus secara kontinu meningkatkan mutu layanan yang diberikan. Jika pelanggan tidak puas dengan mutu layanan yang diberikan, mereka dengan mudah akan berpindah ke tempat spa yang lain. Hal ini membuat informasi mengenai mutu layanan suatu tempat spa, relatif dibandingkan kompetitornya, menjadi semakin penting. Family Spa X (selanjutnya disebut Spa X) adalah salah satu spa keluarga yang berada di kota Bandung. Bertempat di lokasi yang strategis dengan harga yang kompetitif, Spa X masih saja belum dapat mencapai target pelanggan yang mereka harapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu layanan Spa X berdasarkan Modified Importance Performance Analysis (Modified IPA). Metode ini merupakan pengembangan dari Importance Performance Analysis (IPA), yang mengidentifikasi prioritas perbaikan dengan memetakan tingkat kepentingan dan tingkat performansi atribut layanan dari penyedia jasa. Modified IPA menggunakan informasi yang sama, akan tetapi tidak hanya dari penyedia jasa yang bersangkutan melainkan juga dari kompetitornya. Informasi mengenai mutu layanan Spa X relatif terhadap kompetitornya akan digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan. KERANGKA TEORITIS Menurut Zeithaml dan Bitner (2003), mutu layanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Mutu layanan dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu: persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan oleh pelanggan (expected service). Apabila jasa yang diterima sesuai atau melebihi harapan pelanggan, maka mutu layanan dipersepsikan baik, begitu pula sebaliknya. Banyak model telah dikembangkan untuk mengukur mutu layanan pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Beberapa model pengukuran mutu layanan yang populer digunakan di antaranya adalah Importance Performance Analysis (Martilla & James, 1977), SERVQUAL (Parasuraman et al., 1985), SERVPERF (Cronin & Taylor, 1992), Zone of Tolerance (Johnston, 1995) dan Modified Importance Performance Analysis (Yavas & Shemwell, 2001). Modified Importance Performance Analysis berkembang dari konsep dasar Importance Performance Analysis (IPA) yang dikemukakan Martilla dan James (1977). Konsep ini mengevaluasi mutu layanan dengan menggunakan penilaian konsumen terhadap performansi layanan dan tingkat 1

kepentingan setiap atribut layanan. Kedua nilai ini kemudian dipetakan dalam peta IPA, dengan tingkat performansi sebagai sumbu X dan tingkat kepentingan sebagai sumbu Y. Peta IPA dibagi menjadi 4 kuadran yang mewakili 4 strategi yang berbeda: 1. Kuadran A Concentrate Here yang masuk dalam kuadran ini adalah atribut yang memiliki tingkat performansi di bawah rata-rata (rendah), sementara tingkat kepentingannya tinggi. Fokus perhatian perbaikan harus diberikan pada atribut dalam kuadran ini. 2. Kuadran B Keep up the good work Kuadran ini berisi atribut dengan tingkat performansi tinggi dan tingkat kepentingan yang juga tinggi. Strategi yang direkomendasikan adalah mempertahankan sistem yang sudah berjalan saat ini. 3. Kuadran C Low Priority pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting oleh konsumen, namun performansinya dipersepsikan rendah. Perbaikan dalam kuadran ini tidak terlalu diprioritaskan. 4. Kuadran D Possible Overkill pada kuadran ini memiliki performansi yang dinilai tinggi, namun sebenarnya konsumen tidak menganggap atribut ini cukup penting. Sumber daya yang dikeluarkan untuk atribut ini disarankan untuk dialihkan ke atribut lain yang lebih membutuhkan. Modified IPA menawarkan konsep yang sedikit berbeda dibandingkan IPA, dimana selain menggunakan informasi mengenai performansi dari perusahaan sendiri, digunakan pula informasi mengenai performansi perusahaan kompetitor. Kedua nilai ini akan menghasilkan nilai performansi relatif, yang menunjukkan bagaimana performansi relatif suatu perusahaan dibandingkan dengan kompetitornya. Informasi mengenai performansi relatif ini menjadi semakin penting dalam tingkat persaingan yang ketat, karena pada dasarnya konsumen akan membandingkan antara layanan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan dengan perusahaan yang lain. Jika konsumen merasa layanan yang diterima dari suatu perusahaan lebih baik dibandingkan dengan yang lain, maka ia cenderung akan berpindah ke layanan yang lebih baik. Modified IPA merupakan analisis kompetitif yang mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan relatif terhadap kompetitornya (Yavas & Shemwell, 2001). Performansi relatif ini diukur dengan Indeks Performansi Relatif (IPR), yaitu selisih antara performansi perusahaan dengan performansi kompetitor, yang dikalikan dengan tingkat kepentingan. Indeks Performansi Relatif dihitung menggunakan persamaan berikut: I ij = M ij * (F ij C ij )...(1) dimana I ij adalah indeks performansi relatif menurut responden-j untuk atribut-i, M ij adalah tingkat kepentingan menurut responden-j untuk atribut-i, F ij merupakan persepsi responden-j terhadap performansi perusahaan pada atribut-i, dan C ij merupakan persepsi responden-j terhadap performansi kompetitor pada atribut-i. Sama halnya dengan IPA, Modified IPA menganalisis mutu layanan menggunakan peta Modified IPA, seperti tampak pada Gambar 1. Sama halnya dengan peta IPA, nilai performansi perusahaan akan menjadi sumbu X, sementara yang menjadi sumbu Y adalah nilai IPR. Setiap kuadran dalam peta Modified IPA mewakili 4 strategi yang berbeda (Yavas & Shemwell, 2001): 1. Kuadran I - Keep up the Good Work / Competitive edge Kuadran ini berisi atribut dengan nilai performansi perusahaan yang tinggi dan indeks performansi relatif yang tinggi pula. -atribut pada kuadran ini harus dipertahankan agar dapat memperkuat daya saing. 2. Kuadran II - False Security / Opportunity Alert yang berada dalam kuadran ini memiliki performansi relatif tinggi namun performansi perusahaan rendah. Peningkatan performansi sendiri akan memindahkan atribut dari kuadran ini ke kuadran I, namun jika performansi relatif menurun, posisi atribut akan berpindah ke kuadran III. 3. Kuadran III - Red Alert / Competitive Disadvantage Kuadran ini memuat atribut-atribut memiliki performansi yang rendah, baik performansi perusahaan maupun performansi relatif. yang berada pada kuadran ini berada pada kondisi yang sangat berbahaya sehingga perlu dilakukan tindakan dengan segera untuk memperbaiki atribut-atribut pelayanan yang berada di kuadran ini. 4. Kuadran IV - Vulnerability / Competitive Watch Kuadran ini memuat atribut-atribut dimana performansi perusahaan tinggi, namun performansi relatif rendah. Indeks performansi relatif rendah muncul akibat adanya gap nilai antara perusahaan dengan perusahaan kompetitor, sehingga diperlukan penentuan program-program yang ditujukan untuk mengurangi gap tersebut. 2

High Relative Performance Index II False Security / Opportunity Alert III Red Alert / Competitive Disadvantage Keep up the Good Work / Competitive Edge IV Vulnerability / Competitive Watch I Low Own Performance High Gambar 1 Peta Modified IPA (Yavas & Shemwell, 2001) METODOLOGI PENELITIAN Tahapan yang dilalui dalam penelitian ini dapat diuraikan dalam langkah-langkah berikut: 1. Identifikasi atribut layanan dan kompetitor utama spa keluarga X Pada langkah ini dilakukan identifikasi atribut layanan spa keluarga menggunakan Critical Incident Technique (CIT). Selain itu pada langkah ini dilakukan pula identifikasi kompetitor utama dari Spa X. 2. Penyusunan instrumen penelitian Pada langkah ini disusun instrumen penelitian yaitu kuesioner, yang ditujukan untuk mengukur tingkat kepentingan atribut layanan, performansi Spa X dan performansi Spa Y. 3. Penyebaran kuesioner Pada tahap ini dilakukan penentuan sampel dan penyebaran kuesioner yang telah disusun. 4. Pengujian reliabilitas dan validitas kuesioner Sebelum diolah dan dianalisis lebih lanjut, dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas terhadap instrumen yang digunakan. 5. Pemetaan mutu layanan berdasarkan Modified IPA Mutu layanan spa X dipetakan sesuai peta Modified IPA, dimana yang menjadi sumbu X adalah nilai performansi Spa X dan sumbu Y adalah nilai Indeks Performansi Relatif (IPR). Nilai IPR diperoleh dengan mengkalikan nilai performansi atribut dengan nilai selisih antara performansi spa X dan spa Y. 6. Analisis dan usulan Hasil pemetaaan layanan spa X kemudian dianalisis dan berdasarkan analisis tersebut dilakukan perumusan usulan perbaikan. HASIL DAN BAHASAN Identifikasi atribut layanan spa keluarga dilakukan dengan mempelajari hal-hal yang menentukan kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Hal ini dilakukan dengan menggunakan Critical Incident Technique (CIT), sebuah metode yang secara prosedural mengumpulkan, menganalisis isi, dan mengklasifikasikan perilaku manusia (Gremler, 2004). Dibandingkan proses identifikasi yang menghasilkan atribut mutu layanan yang abstrak dan umum, klasifikasi yang dihasilkan CIT dapat mengidentifikasi atribut yang menjadi sumber penyebab kepuasan ataupun ketidakpuasan konsumen (Bitner et al., 1990). Proses CIT dalam mengidentifikasi mutu layanan spa keluarga dilakukan dengan mewawancarai 49 responden pengguna jasa spa keluarga. Dari hasil pengumpulan data, analisis isi dan klasifikasi insiden, diperoleh 19 atribut seperti tampak pada Tabel 1. Dari hasil wawancara juga diidentifikasi kompetitor utama spa X yaitu spa Y. Spa Y merupakan spa keluarga keluarga berkonsep Balinese Massage pertama di Kota Bandung dan berdiri pada tahun 2008. Spa Y ini memiliki 34 kamar untuk layanan spa dan 10 kursi untuk layanan pijat refleksi. Spa X yang berdiri tahun 2010 memiliki kapasitas yang kurang lebih sama, yaitu 35 kamar spa dan 26 kursi untuk pijat refleksi. Tabel 1 Layanan Spa Keluarga No A1 A2 A3 A4 A5 Kebersihan tempat spa Penampilan interior ruangan Penampilan eksterior bangunan spa Penampilan/kerapihan karyawan Variasi treatment yang ditawarkan (lanjut) 3

Tabel 1 Layanan Spa Keluarga (lanjutan) No A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 Kenyamanan ruang treatment Kenyamanan ruang tunggu Kondisi area parkir Kondisi toilet Keahlian terapis Durasi layanan sesuai dengan yang dijanjikan Kemampuan karyawan memberikan layanan yang konsisten Reputasi tempat spa Keramahan dan kesopanan karyawan Jaminan keamanan barang Kemampuan karyawan dalam menjelaskan treatment Kesigapan karyawan dalam memenuhi permintaan konsumen Perhatian karyawan terhadap konsumen Layanan tambahan spa (makanan/minuman) Penyusunan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan atribut yang telah diidentifikasi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang bertujuan untuk mengukur 3 hal yaitu tingkat kepentingan atribut layanan spa keluarga di mata responden, tingkat performansi spa X dan tingkat performansi spa Y. Kuesioner menggunakan sistem penilaian (rating) dengan pilihan jawaban yang tersedia dalam 5 skala Likert. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap orang yang pernah menggunakan layanan spa keluarga baik di Spa X maupun spa Y, dan familiar terhadap keduanya. Kuesioner diberikan langsung pada responden potensial dengan mendatangi lokasi Spa Y dan beberapa pusat perbelanjaan di kota Bandung. Proses ini dilakukan selama 2 minggu dan menghasilkan 100 orang responden. Sebelum diolah dan dianalisis lebih lanjut, dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas terhadap instrumen yang digunakan. Dari hasil pengujian yang dilakukan dipastikan bahwa kuesioner yang digunakan reliabel dan valid. Rekapitulasi nilai rata-rata kepentingan, rata-rata performansi Spa X dan Y, serta rata-rata IPR untuk setiap atribut dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai IPR diperoleh menggunakan Persamaan 1. Tabel 2 Rekapitulasi Nilai Modified IPA Tingkat Kepentingan Performansi Spa X Performansi Spa Y Indeks Performansi Relatif A1 4,88 3,73 4,24-2,50 A2 4,59 3,78 4,12-1,55 A3 4,56 3,92 3,92-0,01 A4 4,45 4,00 4,22-0,95 A5 4,28 3,82 4,00-0,86 A6 4,75 3,77 3,76 0,14 A7 4,69 2,66 3,49-3,87 A8 4,54 4,24 4,16 0,53 A9 4,73 3,41 3,25 0,72 A10 4,84 4,07 4,39-1,54 A11 4,89 4,12 4,33-1,06 A12 4,80 3,85 4,07-0,99 A13 4,57 4,13 4,35-1,00 A14 4,81 3,76 2,93 4,23 A15 4,81 3,91 4,29-1,80 A16 4,70 3,97 4,21-1,04 4

Tabel 2 Rekapitulasi Nilai Modified IPA (lanjutan) (lanjut) Tingkat Kepentingan Performansi Spa X Performansi Spa Y Indeks Performansi Relatif A17 4,86 4,07 4,26-0,93 A18 4,81 4,03 4,23-0,89 A19 4,57 2,46 4,21-8,04 4,69 3,77 4,02-1,13 Metode Modified IPA menganalisis lebih detil dalam menentukan atribut yang perlu dijadikan prioritas perbaikan melalui Peta Modified IPA. Peta Modified IPA dibuat dengan memanfaatkan nilai rata-rata performansi Spa X dan rata-rata IPR, masing-masing menjadi nilai sumbu X dan sumbu Y. Area performansi Spa X dibagi dua dengan garis potong X= 3,77, dimana nilai ini merupakan nilai rata-rata keseluruhan performansi Spa X. Area IPR dibagi dua dengan garis potong Y=0, dimana nilai ini merupakan nilai tengah IPR. Kedua garis potong ini menghasilkan peta Modified IPA yang terbagi dalam 4 kuadran. Nilai untuk seluruh atribut kemudian diplot pada peta ini, seperti tampak pada Gambar 2 berikut ini. Gambar 2 Peta Modified IPA Spa X Berdasarkan peta Modified IPA yang telah dibuat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Kuadran I - Keep up the Good Work / Competitive edge Dua atribut yang dinilai memiliki performansi yang baik dan unggul dibandingkan Spa Y adalah kenyamanan ruang treatment (A6) dan kondisi area parkir (A8). Oleh karena itu Spa X disarankan mempertahankan sistem yang sudah ada terkait dua atribut ini untuk dapat mempertahankan keunggulan kompetitif yang ada. 2. Kuadran II - False Security / Opportunity Alert yang termasuk dalam kuadran ini adalah kondisi toilet (A9) dan keramahan dan kesopanan karyawan (A14). Kedua atribut ini dinilai memiliki performansi yang unggul dibanding kompetitor meski sesungguhnya performansi Spa X sendiri dinilai rendah. Dengan kata lain, meski performansi Spa X rendah, responden memandang performansi Spa Y lebih rendah lagi. Dalam jangka pendek kedua atribut ini tidak diprioritaskan untuk diperbaiki, namun dalam jangka panjang Spa X perlu melakukan upaya perbaikan agar keunggulan kompetitif dapat semakin tinggi. 3. Kuadran III - Red Alert / Competitive Disadvantage Kuadran ini mutlak perlu menjadi fokus utama dalam melakukan perbaikan, karena memuat atribut-atribut yang memiliki performansi yang rendah, baik performansi perusahaan maupun performansi relatif. yang berada pada kuadran ini adalah kebersihan tempat spa (A1), kenyamanan ruang tunggu (A7) dan layanan tambahan spa (A19). 4. Kuadran IV - Vulnerability / Competitive Watch Mayoritas atribut berada pada kuadran ini, dimana meskipun atribut-atribut tersebut memiki performansi yang baik, responden menilai performansi kompetitor tetap lebih unggul. Dengan kata lain performansi Spa X untuk atribut-atribut tersebut tinggi, namun daya saing Spa X rendah. 5

Untuk dapat meningkatkan daya saingnya, Spa X perlu meningkatkan performansi 12 atribut dalam kuadran ini, yaitu penampilan interior ruangan (A2), penampilan eksterior bangunan spa (A3), penampilan/kerapihan karyawan (A4), variasi treatment yang ditawarkan (A5), keahlian terapis (A10), durasi layanan sesuai dengan yang dijanjikan (A11), kemampuan karyawan memberikan layanan yang konsisten (A12), reputasi tempat spa (A13), jaminan keamanan barang (A15), kemampuan karyawan dalam menjelaskan treatment (A16), kesigapan karyawan dalam memenuhi permintaan konsumen (A17) dan perhatian karyawan terhadap konsumen (A19). Usulan perbaikan dirancang untuk 15 atribut yang terdapat pada Kuadran III dan Kuadran IV, dengan prioritas utama pada atribut Kuadran III. Usulan perbaikan disusun dengan mempelajari kondisi aktual Spa X saat ini melalui observasi langsung, wawancara dengan pihak manajemen dan para karyawan. Dari proses ini dihasilkan usulan-usulan perbaikan seperti tampak pada Tabel 3. Setiap usulan yang dibuat juga diajukan kepada pihak manajemen Spa X. Seluruh usulan diterima dan akan dilaksanakan oleh Spa X, kecuali penambahan air mancur di luar ruang pijat dan pemberian seragam yang cukup bagi para karyawan, dengan alasan kendala biaya. Tabel 3 Usulan Perbaikan untuk Spa X Kuadran No. Usulan Perbaikan III IV A1 A7 A19 A2 A3 A4 A5 A10 A11 A12 A13 A16 A17 A18 Kebersihan tempat spa Kenyamanan ruang tunggu Layanan tambahan spa (makanan/minuman) Penampilan interior ruangan Penampilan eksterior bangunan spa Penampilan/kerapihan karyawan Variasi treatment yang ditawarkan Keahlian terapis Durasi layanan sesuai dengan yang dijanjikan Kemampuan karyawan memberikan layanan yang konsisten Reputasi tempat spa Kemampuan karyawan dalam menjelaskan treatment Kesigapan karyawan dalam memenuhi permintaan konsumen Perhatian karyawan terhadap konsumen Pembuatan SOP membersihkan toilet, SOP membersihkan ruang pijat, dan SOP membersihkan ruang tunggu Penempelan himbauan Penambahan fasilitas (majalah, AC) Pembersihan berkala Pengadaan tempat sampah Pembuatan SOP memesan makanan yang dijual Pembuatan SOP seusai treatment Variasi minuman yang disediakan Penambahan air mancur di luar ruang pijat Penyalaan aromaterapi Pemugaran secara berkala Perawatan secara berkala Pemberian seragam yang cukup Pengarahan penggunaan aksesoris yang tidak berlebihan Fokus produk bergaya Bali Penambahan treatment gaya Bali Pemberian penghargaan employee of the month dan bonus karyawan terbaik Pengadaan pelatihan yang lebih sering Pemberitahuan kapan mulai dan berakhirnya layanan Pemasangan jam dinding di ruangan Pengadaan briefing setiap awal minggu Pemberian jeda waktu istirahat untuk terapis Penerimaan reservasi melalui telepon Peningkatan apa yang telah ada Pengadaan rapat bulanan tentang keluhan konsumen Pengarahan dan pembagian informasi secara merata Sharing informasi Pembuatan daftar setiap ada keluhan dari konsumen Pengadaan briefing setiap awal minggu Pengarahan yang diberikan oleh manajemen setiap pagi Penyediaan lembar dan kotak saran Penerimaan Pihak Spa X x x 6

KESIMPULAN Berdasarkan pengukuran mutu layanan yang dilakukan, performansi Spa X secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata 3,77 dari skala 5, yang dapat dikategorikan sebagai cukup baik. Secara keseluruhan performansi Spa X masih di bawah performansi kompetitornya, dimana nilai ratarata performansi Spa Y adalah sebesar 4,02 atau masuk dalam kategori baik. Berdasarkan nilai IPR, Spa X unggul pada 4 atribut yaitu kondisi toilet, kondisi area parkir, kenyamanan ruang treatment dan keramahan dan kesopanan karyawan. Meski unggul pada 4 atribut, Spa X relatif lemah dibanding kompetitornya pada 15 atribut lainnya. Tingkat kepentingan yang cukup tinggi untuk ke-15 atribut ini membuat kondisi mutu layanan Spa X menjadi semakin kritis. Berdasarkan peta Modified IPA, Spa X memiliki keunggulan kompetitif pada 2 atribut yaitu kenyamanan ruang treatment dan kondisi area parkir. Spa X perlu mempertahankan mutu layanannya saat ini untuk kedua atribut tersebut. Fokus utama harus diberikan pada atribut kebersihan tempat spa, kenyamanan ruang tunggu dan layanan tambahan spa. Ketiga atribut ini dikategorikan dalam kondisi kritis, dimana mutu layanan Spa X dinilai rendah dan juga lebih buruk dibandingkan dengan Spa Y. Usulan perbaikan yang diberikan untuk ketiga atribut ini antara lain adalah pembuatan SOP membersihkan toilet, ruang treatment dan ruang tunggu, penambahan fasilitas (majalah dan pemasangan pendingin udara), pembersihan berkala, penambahan tempat sampah di ruang tunggu dan penambahan variasi minuman yang disediakan untuk pelanggan pasca treatment. Spa X juga perlu melakukan perbaikan pada 15 atribut yang ada pada kuadran IV peta Modified IPA, dimana kuadran ini memuat banyak atribut layanan yang dianggap sangat penting oleh para responden. Usulan yang diberikan antara lain adalah penggunaan aromaterapi dalam ruang treatment, perawatan berkala bangunan tempat spa, pengarahan penampilan karyawan, penambahan frekuensi pelatihan terapis, penambahan treatment bergaya Bali dan sebagainya. Seluruh usulan yang diberikan diterima oleh pihak manajemen Spa X, kecuali penambahan air mancur di luar ruang terapi dan pemberian seragam yang cukup. Konsep Modified IPA belum mempertimbangkan kondisi bahwa mutu layanan tidak selalu berbanding lurus dengan kepuasan konsumen. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan konsep KANO terutama untuk menentukan prioritas perbaikan pada Kuadran IV. Pemahaman mengenai hubungan mutu layanan dengan kepuasan pada atribut-atribut dalam kuadran tersebut dapat membantu Spa X dalam menentukan strategi perbaikan yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Bitner, Mary Jo, Bernard H. Booms and Mary S. Tetreault. 1990. The service encounter: diagnosing favorable and unfavorable incidents. Journal of Marketing. 54 (Jan 1990): 71-84. Cronin, J. J., and S. S. Taylor. 1992. Measuring service quality: a reexamination and extension. Journal of Marketing, 56 (3): 55-68. Gremler, Dwayne D. 2004. The critical incident technique in service research. Journal of Service Research. 7/1 (Aug 2004): 65-89. Johnston, R. 1995. "The zone of tolerance: Exploring the relationship between service transactions and satisfaction with the overall service". International Journal of Service Industry Management. 6 (2): 46-61. Kotler, Philip. 2006. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control, New Jersey: Prentice-Hall. Martilla, John A. and John C James. 1977. Importance-performance analysis. Journal of Marketing (pre-1986). 41 (Jan 1977): 77-79. Parasuraman, A, V.A. Zeithaml and Leonard L. Berry. 1985. A conceptual model of service quality and its implications for future research. Journal of Marketing (pre-1986). (Fall 1985): 41-50. Tjiptono, Fandy dan Chandra Gregorius. 2005. Service Quality and Satisfaction. Yogyakarta: Andi. Yavas, Ugur and Donald J. Shemwell. 2001. Modified importance-performance analysis: an application to hospitals. International Journal of Health Care Quality Assurance. 14 (3): 104-110. Zeithaml, V and M.J. Bitner 2003. Services Marketing. United States of America: McGraw Hill. Zeithaml, V. A., A. Parasuraman and Leonard L. Berry. 1990. Delivering Quality Service: Balancing Customer Perception & Expectations. New York: The Free Press. 7