BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung masih banyak terkait dengan hasil-hasil kelautan. Fakta

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PATRON KLIEN PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

POLA HUBUNGAN KERJ A ANTAR LAPISAN MASYARAKAT NELAYAN DALAM ASPEK PRODUKSI PENANGKAPAN IKAN

BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

KESIMPULAN DAN SARAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Usaha Perikanan Tangkap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan agenda nasional yang terus dikaji secara konsisten

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya (Horton & Hunt, 1999: 36). Perpindahan kelas tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

POLA HUBUNGAN PATRON- KLIEN PADA KOMUNITAS NELAYAN DI KELURAHAN MALABRO KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi dan komunikasi antara yang satu dengan yang lainnya. Walaupun manusia itu sebagai mahluk individu, tetapi dalam kehidupannya, manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, oleh karena itu harus berhubungan dengan banyak kalangan. Hubungan sosial dalam kehidupan manusia sangatlah dibutuhkan karena manusia yang dikatakan sehat itu selalu melakukan kontak sosial dimanapun ia berada. Beberapa individu membentuk sebuah kelompok dimana mereka saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga terbentuklah kelompok besar yang dinamakan masyarakat. Suatu masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah akan memiliki sebuah hubungan di mana antara masyarakat yang satu dengan lainnya mempunyai pengaruh juga satu sama lain. Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 31) mengemukakan bahwa, Di dalam kehidupan sosial sendiri terdapat gejala-gejala sosial berupa hubungan sosial, karena hubungan sosial tersebut terbentuklah kelompok sosial, pelapisan sosial, lembaga sosial, interaksi sosial, perubahan sosial, pengelompokan sosial, dinamika sosial budaya dan gejala-gejala sosial lainnya. Adanya perbedaan masyarakat ini mempengaruhi kepada pola hubungan antar lapisan tersebut dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Hubungan-hubungan tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Pola hubungan ini seimbang apabila satu pihak tidak merasa dirugikan oleh pihak lainnya. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak hubungan kerja yang kurang seimbang dimana salah satu pihak masih tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga mereka masing-masing.

2 Sudah menjadi suatu mitos yang berkembang ditengah-tengah masyarakat bahwa Indonesia memiliki kekayaan laut yang berlimpah, baik sumber hayatinya maupun non hayatinya, walaupun mitos seperti itu perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Terlepas dari mitos tersebut, Syarief (2001, ed-25) mengemukakan bahwa, "kenyataannya Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayahnya adalah laut, namun sangatlah ironis sejak 32 tahun yang lalu kebijakan pembangunan perikanan tidak pernah mendapat perhatian yang serius dari pemerintah". Pada umumnya buruh nelayan tidak pernah terlepas dari jeratan dan ekploitasi juragan yang dipercayainya, karena kehidupan buruh sangat tergantung dengan adanya pinjaman dan fasilitas yang diberikan oleh juragan, dan juragan pun memanfaatkan hal tersebut sebagai jaminan dan kontrak kerja untuk mengikat buruh. Dalam hidup keseharian, buruh dan juragan juga tidak terlepas dari hubungan sosial yang terjalin karena intensitas komunikasi setiap harinya. Hubungan patron klien yang terjadi pada masyarakat nelayan ini merupakan bentuk paling sering terjadi di Indonesia. Nelayan seringkali menjadi golongan yang terpinggirkan dan tidak menjadi prioritas pemerintah. Mereka adalah kaum yang terdesak pada keadaan, karena hanya punya kemampuan untuk melaut dan tidak punya pilihan lain dalam bekerja. Buruh nelayan bekerja pada seorang juragan itu agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sistem yang terjadi pada mereka ini ternyata bukan hanya relasi ekonomi saja, akan tetapi ada relasi sosial yang terjadi. Para juragan pun rela meminjamkan uang besar saat ada anggota keluarga dari buruh nelayan yang sakit atau butuh uang lebih. Pada akhirnya sistem patron klien ini sudah menjadi relasi yang sangat mendarah daging dan sulit untuk dilepaskan. Kabupaten Subang sebagai salah satu kabupaten di kawasan Utara Provinsi Jawa Barat. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2012), budidaya ikan laut pada produksi perikanan air laut dan tambak tahun 2012 mencapai 37.078,64 ton dimana potensi tambak mencapai

3 18.754,64 ton yang tersebar di Kecamatan Sukasari, Pusakanagara, Legonkulon dan Blanakan. Sedangkan untuk ikan tangkapan, potensi sumber daya ikan laut hasil tangkapan (non budidaya) di Kabupaten Subang pada tahun 2012 mencapai 18.324 ton. Sarana usaha yang digunakan adalah perahu layar, motor tempel dan kapal dengan alat tangkap berupa pancing, jaring (gill net), purse seine, dan payang. Pada tabel 1.1 tergambar Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang Tahun 2012. Tabel 1.1 Produksi Sub Sektor Perikanan Laut menurut Jenis dan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Di Kab. Subang Tahun 2012 Kecamatan Produksi (Ton) Nilai Produksi (Rp 000) A. Kec. Blanakan Cilamaya Girang 301,81 3.994.062,03 Rawameneng 855,13 11.316.509,07 Blanakan 7.293,80 96.523.165,58 Muara 1.559,37 20.635.987,14 Tanjungtiga 402,42 5.325.416,03 B. Kec. Legon Kulon Pangarengan 1.408,46 18.638.956,12 Mayangan 2.842,07 37.610.750,74 C. Kec. Pusakanagara Patimban 3.660,97 48.927.259,80 Kabupaten Subang 18.324,03 242.972.106,50 Sumber : Subang Dalam Angka Tahun 2012 (Tersedia di: http://www.subang.go.id/potensi_perikanan.php) 17 Juni 2014 pukul 12.00 WIB. Kecamatan Blanakan merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Subang. Berdasarkan tabel produksi sub sektor perikanan laut di atas, Kecamatan Blanakan adalah kecamatan yang paling banyak produksi perikanannya dan satu kecamatan yang akan dijadikan lokasi penelitian. Desa Blanakan menjadi salah satu desa yang menyumbang produksi ikannya paling besar. Jika dilihat berdasarkan tabel tersebut, produksi ikan yang didapatkan oleh desa Blanakan itu

4 seharusnya dapat menopang juga kesejahteraan sosial dan ekonomi para nelayannya. Namun pada kenyataannya, masih banyak para nelayan yang memiliki kesejahteraan sosial-ekonomi yang cukup rendah. Kebijakan pembangunan kelautan, selama ini, cenderung lebih mengarah kepada kebijakan produktivitas dengan memaksimalkan hasil eksploitasi sumber daya laut tanpa ada kebijakan memadai yang mengendalikannya. Syarief (2001, ed-25) mengemukakan dalam jurnalnya yang berjudul Pembangunan Kelautan dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir bahwa terdapat dampak dari kebijakan tersebut telah mengakibatkan beberapa kecenderungan yang tidak menguntungkan dalam aspek kehidupan, seperti: a) Aspek Ekologi, overfishing penggunaan sarana dan prasarana penangkapan ikan telah cenderung merusa b) k ekologi laut dan pantai (trawl, bom, potas, pukat harimau, dll) akibatnya menyempitnya wilayah dan sumber daya tangkapan, sehingga sering menimbulkan konflik secara terbuka baik bersifat vertikal dan horizontal (antara sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat sekitar dan antara nelayan dengan pemerintah). c) Aspek Sosial Ekonomi, akibat kesenjangan penggunaan teknologi antara pengusaha besar dan nelayan tradisional telah menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan bagi nelayan tradisional. Akibat dari kesenjangan tersebut menyebabkan sebagian besar nelayan tradisional mengubah profesinya menjadi buruh nelayan pada pengusaha perikanan besar. d) Aspek Sosio Kultural, dengan adanya kesenjangan dan kemiskinan tersebut menyebabkan ketergantungan antara masyarakat nelayan kecil/ tradisional terhadap pemodal besar/modern, antara nelayan dan pedagang, antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini menimbulkan penguatan terhadap adanya komunitas juragan dan buruh nelayan. Berdasarkan pemaparan diatas, disebutkan dalam aspek sosio kultural adanya kesenjangan yang menyebabkan ketergantungan antara nelayan kecil terhadap pemodal besar yang didasarkan pada hubungan kerja. Salah satu hubungan kerja tersebut adalah hubungan patron klien. Hubungan patron klien ini di Indonesia khususnya sering disebut dengan hubungan juragan dan buruh. Dalam masyarakat nelayan pun terjadi hubungan antara juragan dengan nelayan buruh. Juragan merupakan orang yang memiliki status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi, lebih

5 baik dibandingkan dengan para nelayan dan nelayan buruh. Perbedaan tingkat sosial ekonomi inilah yang akan menjadi inti dalam penelitian ini. Di dalam kehidupan kaum nelayan, mereka yang memiliki ratusan kapal penangkap ikan dan dikerjakan oleh ratusan pegawainya sering disebut sebagai "juragan". Dirinya memang jarang atau tidak pernah melaut. Sang juragan ini cukup mengelola manajemen dan menunggu setoran atau hasil tangkapan para nelayan yang melaut. Posisi juragan dalam kehidupan masyarakat nelayan umum nya "turun temurun", walau bisa saja dari seorang buruh nelayan bisa naik stratifikasinya karena adanya kegigihan, keuletan, kepiawaian seorang pandega, maka dirinya pun bisa saja naik status menjadi "asisten Juragan". Di desa Blanakan, terdapat tiga klasifikasi juragan. Yang pertama adalah juragan besar. Juragan besar ini memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 22 m dan lebar 8 m. Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) dalam satu kapal antara 10-21 orang. Lama melaut 15 hari sampai satu bulan. Kedua, juragan sedang. Juragan sedang memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 8 m dan lebar 4 m. Jumlah ABK dalam satu kapal antara empat sampai enam orang. Lama melaut tiga sampai enam hari. Ketiga, juragan kecil. Juragan kecil memiliki ukuran kapal rata-rata panjang 6 m dan lebar 2,5 m. Jumlah ABK dalam satu kapal antara dua sampai tiga orang. Patron atau disebut juragan dalam masyarakat nelayan, memiliki kapal yang membutuhkan jasa beberapa orang untuk mengelola kapalnya agar bisa melaut. Klien atau disebut Anak Buah Kapal (ABK), membutuhkan pekerjaan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, baik juragan maupun ABK saling membutuhkan satu dengan lainnya. Dari hubungan yang terjalin antara keduanya akan terbentuk sebuah pola. Penelitian terdahulu oleh Ningsih (2011) yang melakukan penelitian tentang ikatan Patron Klien yang berjudul Pengaruh Ikatan Patron-Klien Terhadap Perilaku Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan (Kasus: Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten). Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

6 Nelayan bukan merupakan suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok yang saling berinteraksi atau mempunyai hubungan sosial yang terpola dan dapat disebut sebagai pengorganisasian sosial. Pola-pola dalam pengorganisasian sosial itu disebut struktur sosial. Menurut Satria (2002), ciri umum struktur sosial dalam masyarakat nelayan adalah kuatnya ikatan patron-klien. Kuatnya ikatan patron-klien tersebut merupakan konsekuensi dari sifat kegiatan penangkapan ikan yang penuh dengan resiko dan ketidakpastian. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya karena patron-klien merupakan institusi jaminan sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena hingga saat ini nelayan belum menemukan alternatif institusi yang mampu menjamin kepentingan sosial ekonomi mereka. Keadaan tersebut tampak tidak lepas dari struktur sosial masyarakat nelayan dan upaya-upaya pemerintah yang dapat dilakukan untuk pembangunan perikanan dan masyarakat nelayan. Di dalam masyarakat nelayan, terdapat pola-pola pengorganisasian sosial yang disebut dengan struktur sosial. Ciri umum struktur sosial pada masyarakat nelayan ialah kuatnya ikatan patron dan klien. Bagi nelayan, menjalin ikatan dengan patron merupakan langkah yang penting untuk menjaga kelangsungan kegiatannya karena patron-klien merupakan institusi jaminan sosial-ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul "Hubungan Patron Klien Pada Masyarakat Nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang". Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan, terutama tentang bagaimana pola hubungan antar lapisan masyarakat nelayan yang ada berdasarkan atas pertimbangan nilai ekonomi, dan hubungan patron klien dalam proses pendapatan hasil yang diterima oleh kedua belah pihak. B. Identifikasi Penelitian Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalah yang akan dikaji adalah bagaimana hubungan Patron- Klien pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. C. Rumusan Masalah Penelitian

7 Sedangkan secara khusus masalah-masalah penelitian yang akan dikaji adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang ada di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang? 2. Bagaimana pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan Anak Buah Kapal (ABK) pada masyarakat nelayan di desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang? 3. Bagaimana tingkat ketergantungan pada hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang? 4. Bagaimana pembagian pendapatan pada hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Kabupaten Subang? 5. Faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang? 6. Bagaimana dampak hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang dalam hal tingkat kesejahteraan, pendidikan dan mobilitas sosial masyarakatnya? D. Tujuan Penelitian 1. Secara Umum Di dalam penelitian ini, tujuan secara umum dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui hubungan Patron-Klien pada masyarakat nelayan Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menguraikan pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK yang terjadi pada masyarakat nelayan Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. 2. Secara Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 a. Mengetahui keadaan sosial-ekonomi masyarakat nelayan yang ada di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. b. Mengetahui pola hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. c. Mengetahui tingkat ketergantungan hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. d. Mengetahui pembagian pendapatan pada hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. e. Mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan Patron- Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. f. Mengetahui dampak yang timbul dari hubungan Patron-Klien antara juragan dengan ABK pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.dalam hal tingkat kesejahteraan, pendidikan dan mobilitas sosial masyarakatnya. E. Manfaat Penelitian Secara umum, diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat kepada kalangan akademisi khususnya mahasiswa, masyarakat umum dan juga pemerintah agar bisa semakin memperhatikan kesejahteraan para masyarakat nelayan. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pada bidang sosial terutama pada bidang Sosiologi b. Dijadikan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan masalah yang sama, walaupun tempatnya berbeda, sehingga hasilnya dapat lebih luas dan mendalam.

9 Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalam tataran teoritis bagi pengembangan keilmuan. Selain itu, setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan Pendidikan Sosiologi dalam hal hubungan patron-klien pada masyarakat nelayan dimana dalam hubungan tersebut diurakan bagaimana kehidupan sosial-ekonomi masyarakat nelayan, kemudian kita juga bisa mengetahui bagaimana pola hubungannya, bagaimana tingkat ketergantungan pada hubungan Patron-Klien yang terjadi, bagaimana pembagian pendapatan pada kedua belah pihak, faktorfaktor apa sajakah yang melanggengkan hubungan Patron-Klien yang terjadi dan apa dampak yang timbul dari hubungan Patron-Klien pada masyarakatnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Bagi kalangan akademisi, khususnya mahasiswa dapat memperkaya pengetahuan mengenai hubungan patron-klien pada masyarakat nelayan. b. Bagi masyarakat umum, dapat menambah wawasan mengenai struktur sosial masyarakat nelayan dan mengetahui realitas mengenai patron-klien yang ada. c. Bagi pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan, dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang bisa meningkatkan kesejahteraan para nelayan. F. Struktur Organisasi Skripsi Susunan yang terdapat dalam skripsi yang berjudul Hubungan Patron-Klien pada masyarakat nelayan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang meliputi lima bab, yaitu: 1. BAB I Pendahuluan Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang berisi: a. Latar belakang penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik untuk meneliti masalah penelitian.

10 b. Identifikasi masalah, berisi rumusan masalah secara umum. c. Rumusan masalah yang diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan peneliti yang akan dikaji lebih dalam. d. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilakukan. e. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya dilihat dari salah satu atau beberapa aspek, misalnya manfaat teoritis dan manfaat praktis. f. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulis dalam menyusun skripsi. 2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan dan memposisikan masingmasing kedudukan penelitian yang dikaji dan dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. Selain itu dikemukakan secara jelas mengenai sumber-sumber yang digunakan seperti buku-buku rujukan utama yang relevan dengan masalah yang dikaji peneliti. 3. BAB III Metode Penelitian Dalam metode penelitian, dijelaskan mengenai langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terkait dengan penulisan skripsi ini. Dimana dalam metode penelitian ini mencakup lokasi, subjek penelitian, instrumen penelitian hingga pengumpulan data untuk mempermudah dalam analisis data yang diperoleh. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Di BAB IV ini dipaparkan mengenai pembahasan dan hasil penelitian yang telah diteliti oleh peneliti. Dimana dalam hasil penelitian berupa informasi dan

11 data-data yang telah diperoleh di lapangan. Pada bab ini berisi tentang jawaban dari seluruh pertanyaan-pertanyaan yang ada di rumusan masalah. 5. BAB V Simpulan dan Rekomendasi Simpulan, merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi. Dimana dalam bab ini penulis menguraikan simpulan dari penelitian atau pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini selain simpulan terdapat juga rekomendasi atau saran-saran yang diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.