BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN"

Transkripsi

1 BAB VII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT NELAYAN DENGAN STRATEGI SOSIAL DAN STRATEGI EKONOMI NELAYAN 7.1. Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Sosial Hubungan Usia dengan Strategi Sosial Pada karakteristik individu terdapat tiga variabel yang diuji hubungannya dengan strategi sosial dan strategi ekonomi. Hubungan karakteristik usia responden dengan strategi sosial Crosstab chi-square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah usia yang berbeda mempengaruhi hubungan dengan strategi sosial. Strategi sosial dilihat dari frekuensi meminjam kepada patron pada saat tidak melaut, kepuasan pada patron, serta kualitas jaringan sosial. Untuk usia dibagi menjadi tiga yaitu muda (18-30 tahun), dewasa (31-50 tahun) dan tua (51 tahun keatas). Tabel 44. Hubungan Usia dengan Pinjaman Kepada Patron Pada Saat Tidak Melaut Pinjaman Pada Saat Tidak Melaut Umur Rendah Tinggi Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50 tahun) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,374 Berdasarkan Tabel 44 diketahui sebanyak 24 orang responden usia muda memiliki intensitas meminjam yang rendah, sementara lima orang responden usia dewasa muda memiliki intensitas meminjam yang tinggi. Dari Tabel juga terlihat sebanyak 21 orang responden usia dewasa memiliki intensitas meminjam yang rendah, sementara 11 orang responden usia dewasa menengah memiliki intensitas meminjam yang tinggi. Pada responden usia tua, empat orang responden memiliki intensitas meminjam yang rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS.17 for windows dengan model uji Cross Tab didapatkan hasil bahwa usia tidak berhubungan dengan intensitas pinjaman pada patron dengan nilai Approx.sig. 0,374 atau lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang

2 87 berarti tidak ada hubungan antara usia dengan intensitas pinjaman pada patron. Tabel 45. Hubungan Usia dengan Tingkat Kepuasan Terhadap Patron Interaksi dengan Patron Umur Tidak Puas Puas Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50 tahun) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,363 Berdasarkan Tabel 45 dapat diketahui hanya sebanyak sembilan orang responden yang merasa puas kepada patron, yaitu lima orang dari usia muda dan empat orang dari usia dewasa menengah. Sementara responden dari usia tua seluruhnya merasa tidak puas dengan interaksi dengan patron. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS.17 for windows dengan model uji Chi Square didapatkan hasil bahwa usia tidak berhubungan dengan kepuasan pada patron dengan nilai Approx.sig. 0,363 atau lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan kepuasan pada patron. Tabel 46. Hubungan Usia dengan Jaringan Sosial Jaringan Sosial Umur Rendah Tinggi Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50 tahun) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,00 Berdasarkan Tabel 46 dapat diketahui hanya terdapat satu orang responden dari usia tua yang memiliki jaringan sosial yang rendah. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,00 (lebih kecil dari 0,05) menandakan bahwa terdapat hubungan nyata antara usia dengan jaringan sosial. Responden dengan usia tua memiliki jaringan sosial yang tinggi jika dibandingkan

3 88 dengan responden usia muda dan dewasa. Berdasarkan uji hubungan terlihat bahwa semakin tua usia seseorang kualitas jaringan sosialnya juga semakin tinggi Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Strategi Sosial Hubungan karakteristik tingkat pendidikan responden dengan strategi sosial diuji menggunakan Crosstab Chi-square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda mempengaruhi hubungan dengan strategi sosial responden. Data hubungan tersebut secara ringkas tersaji dalam Tabel 47 hingga Tabel 49. Tabel 47. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Dengan Pinjaman Pada Patron Pada Saat Tidak Melaut Pinjaman pada Saat Tidak Melaut Pendidikan Rendah Tinggi Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,086 Berdasarkan Tabel 47 diketahui responden yang memiliki pinjaman pada saat tidak melaut kepada patron menyebar dan tidak terlihat kecenderungan rendah atau tinggi. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,086 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan intensitas meminjam pada patron. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS.17 for windows dengan model uji Cross Tab didapatkan hasil bahwa usia tidak berhubungan dengan intensitas pinjaman pada patron dengan nilai Approx.sig. 0,086 atau lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan intensitas pinjaman pada patron.

4 89 Tabel 48. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan Pada Patron Pendidikan Interaksi dengan Patron Tidak puas Puas Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,106 Berdasarkan Tabel 48 diketahui hanya sebanyak sembilan orang responden yang merasa puas terhadap patron, keseluruhan merupakan responden dengan tingkat pendidikan rendah. Meskipun demikian, terlihat bahwa seluruh responden memiliki kecenderungan tidak puas terhadap patron. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,106 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepuasan pada patron. Seluruh responden memiliki kecenderungan merasa tidak puas dengan interaksi pada patron. Tabel 49. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Jaringan Sosial Jaringan Sosial Pendidikan Rendah Tinggi Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,804 Berdasarkan Tabel 49 diketahui bahwa kualitas jaringan sosial yang dimiliki responden dengan tingkat pendidikan rendah dan sedang cenderung menyebar, tidak terdapat kecenderungan kualitas jaringan sosial yang rendah atau tinggi. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,804 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan jaringan sosial. Masyarakat nelayan di Kampung Bambu dari berbagai tingkatan pendidikan cenderung memiliki kualitas jaringan sosial yang tinggi.

5 Hubungan Antara Besar Keluarga dengan Strategi Sosial Tujuan utama dalam menguji hubungan ini ialah untuk mengetahui apakah responden dengan jumlah besar keluarga yang berbeda berpengaruh terhadap strategi sosial. Uji ini menggunakan Crosstab chi-square. Data hubungan tersebut tersaji dalam Tabel 50. Tabel 50. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Pinjaman Pada Patron Pinjaman Pada Saat Tidak Melaut Jumlah Anggota Keluarga Rendah Tinggi keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,550 Berdasarkan Tabel 50 diketahui bahwa terdapat kecenderungan pinjaman yang rendah dari keseluruhan responden dengan besar keluarga kecil hingga besar. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,550 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak adanya hubungan antara besar keluarga dengan pinjaman pada patron. Tabel 51. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Kepuasan Pada Patron Interaksi dengan Patron Jumlah Anggota Keluarga Tidak puas Puas keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,271 Berdasarkan Tabel 51 diketahui hanya sebanyak sembilan orang responden dari keseluruhan sampel yang merasa puas terhadap patron (pedagang/bos) yaitu enam orang dari keluarga kecil dan tiga orang responden keluarga menengah. Sebanyak sembilan dari keseluruhan responden yang merasa puas, dan sisanya yang merasa tidak puas sebesar 56 responden dari keseluruhan responden.

6 91 Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,271 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan kepuasan pada patron. Responden dari berbagai besar keluarga cenderung merasa tidak puas terhadap patron. Tabel 52. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Jaringan Sosial jaringan sosial Jumlah Anggota Keluarga rendah tinggi keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,062 Berdasarkan Tabel 52 dapat terlihat bahwa semakin besar keluarga responden maka cenderung memiliki kualitas jaringan sosial yang semakin tinggi. Meskipun demikian, berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,052 (lebih besar dari 0,05) menandakan tidak adanya hubungan nyata antara besar keluarga dengan jaringan sosial. Masyarakat nelayan di Kampung Bambu memiliki jaringan sosial yang cenderung tinggi Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Ekonomi Hubungan Antara Usia dengan Strategi Ekonomi Uji hubungan ini dilakukan untuk mengetahui apakah tingkatan usia turut mempengaruhi strategi ekonomi responden. Uji ini menggunakan Crosstab chisquare. Tabel 53. Hubungan antara Usia dengan Diversifikasi Kerja Diversifikasi Kerja Rumahtangga Umur Ada Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,201

7 92 Berdasarkan Tabel 53 diketahui sebanyak 20 responden dari 29 responden usia muda, 28 responden dari 32 responden usia dewasa, dan tiga dari empat responden usia tua melakukan diversifikasi kerja rumahtangga. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,201 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan diversifikasi kerja. Responden dari berbagai tingkatan usia cenderung melakukan diversifikasi kerja rumahtangga sebagai strategi ekonomi. Tabel 54. Hubungan antara Usia dengan Pola Nafkah Ganda Pola Nafkah Ganda Umur Ada Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,751 Berdasarkan Tabel 54 diketahui bahwa sebanyak 24 orang responden dari dewasa muda tidak melakukan pola nafkah ganda, begitu pula 24 orang responden usia dewasa menengah dan tiga orang responden usia tua. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,751 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan pola nafkah ganda. Tabel 55. Hubungan antara Usia dengan Mobilitas Kerja Mobilitas kerja Umur Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: variabel konstan Berdasarkan Tabel 55 diketahui bahwa seluruh responden dari berbagai tingatan usia tidak ada yang melakukan mobilitas kerja (konstan), sehingga hubungan antara usia dengan mobilitas kerja tidak bisa diuji.

8 93 Tabel 56. Hubungan antara Usia dengan Berhutang Umur Tidak Berhutang Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,085 Ya Berdasarkan Tabel 56 diketahui responden yang memiliki kebiasaan berhutang antara lain 16 orang dari usia muda, 26 orang dari usia dewasa dan tiga orang dari usia tua. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,085 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kebiasaan berhutang. Tabel 57. Hubungan antara Usia dengan Kegiatan Ilegal Kegiatan Ilegal Umur Tidak Ya Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,547 Berdasarkan Tabel 57 dapat diketahui responden yang melakukan kegiatan ilegal hanya sebanyak empat orang, yaitu satu orang dari usia muda dan tiga orang lainnya dari usia dewasa. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,547 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan kegiatan ilegal. Seluruh responden dari berbagai tingkat usia cenderung tidak melakukan kegiatan ilegal sebagai strategi ekonomi mereka. Hubungan antara usia dengan strategi lainnya terlihat pada Tabel 58. Berdasarkan Tabel 58 diketahui sebanyak 10 orang responden dengan usia muda melakukan strategi lainnya, sementara dari usia menengah sebanyak 31 orang yang melakukan strategi lainnya.

9 94 Tabel 58. Hubungan antara Usia dengan strategi lainnya Umur Strategi Lainnya Muda (18-30 tahun) Dewasa (31-50 tahun) Tua (>50) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,00 Ada Dua dari empat orang yang berusia tua juga melakukan strategi lainnya. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,00 (lebih kecil dari 0,05) yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan strategi lainnya. Semakin tua usia responden cenderung melakukan strategistrategi lainnya untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan karena faktor usia berhubungan dengan pengalaman untuk melakukan strategi bertahan hidup Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Strategi Ekonomi Uji hubungan ini menggunakan Crosstab chi-square, adapun tujuan melakukan uji hubungan ini ialah untuk mengetahuai apakah tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap strategi ekonomi. Berikut merupakan data uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan diversifikasi kerja yang tersaji ringkas dalam Tabel 59. Tabel 59. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Diversifikasi Kerja Diversifikasi Kerja Rumahtangga Pendidikan Ada Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,052 Berdasarkan Tabel 59 diketahui sebanyak 50 orang responden yang pendidikan rendah melakukan diversifikasi kerja, sementara hanya terdapat satu responden yang berada dalam tingkat pendidikan sedang (tamat SMP) yang melakukan diversifikasi kerja. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,052 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak

10 95 adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan diversifikasi kerja. Uji hubungan di atas memperlihatkan bahwa seluruh responden dari berbagai tingkatan pendidikan cenderung melakukan diversifikasi kerja rumahtangga sebagai strategi ekonomi. Tabel 60. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pola Nafkah Ganda Pola Nafkah Ganda Pendidikan Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,353 Berdasarkan Tabel 60 probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,353 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pola nafkah ganda. Terdapat kecenderungan bahwa responden tidak melakukan pola nafkah ganda sebagai bentuk strategi ekonomi mereka. Tabel 61. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Mobilitas Kerja Mobilitas kerja Pendidikan Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: variabel konstan Berdasarkan Tabel 61 diketahui seluruh responden dari berbagai tingkat pendidikan tidak ada yang melakukan mobilitas kerja (variabel konstan), sehingga tidak dapat dicari hubungan antara tingkat pendidikan dan mobilitas kerja. Tabel 62. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kebiasaan Berhutang Berhutang Pendidikan Tidak Ya Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,675

11 96 Berdasarkan Tabel 62 diketahui responden yang memiliki kebiasaan berhutang adalah sebanyak 43 responden dari tingkat pendidikan rendah dan dua orang yang tamat SMP (tingkat pendidikan sedang). Sementara sisanya tidak memiliki kebiasaan berhutang. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,675 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kebiasaan berhutang. Tabel 63. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Kegiatan Ilegal Kegiatan Ilegal Pendidikan Tidak Ya Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,650 Berdasarkan Tabel 63 diketahui sebanyak 61 orang dari seluruh tingkatan pendidikan tidak melakukan kegiatan ilegal, dan hanya sebanyak empat orang dari responden yang berpendidikan rendah yang melakukan kegiatan ilegal. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,650 (lebih besar dari 0,05) yang menandakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kegiatan ilegal. Seluruh responden dari berbagai tingkatan pendidikan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan kegiatan ilegal. Tabel 64. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan strategi lainnya Strategi Lainnya Pendidikan Ada Rendah (Tidak Tamat/Tamat SD) Sedang (Tamat SMP/sederajat) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,263 Berdasarkan Tabel 64 diketahui bahwa yang melakukan strategi lain adalah sebesar 43 orang responden dari keseluruhan responden. Hanya terdapat dua orang responden dari tingkat pendidikan sedang yang tidak memiliki strategi lain

12 97 untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,421 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan strategi lainnya. Terdapat kecenderungan bahwa seluruh responden dari berbagai tingkatan pendidikan melakukan strategi lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Hubungan Antara Besar Keluarga dengan Strategi Ekonomi Tujuan dari uji hubungan ini ialah untuk mengetahui apakah besar keluarga yang berbeda dari responden mempengaruhi strategi ekonomi. Uji hubungan ini menggunakan Crosstab chi-square. Berikut disajikan data uji hubungan antara besar keluarga dengan diversifikasi kerja rumahtangga dalam Tabel 75. Tabel 65. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Diversifikasi Kerja Diversifikasi Kerja Rumahtangga Jumlah Anggota Keluarga Ada keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,181 Berdasarkan Tabel 65 diketahui sebanyak 11 orang responden keluarga kecil tidak melakukan diversifikasi kerja, sementara 26 orang responden keluarga kecil melakukan diversifikasi kerja. Responden keluarga menengah yang melakukan diversifikasi kerja sebanyak 16 orang dan hanya terdapat dua orang yang tidak melakukan diversifikasi kerja. Sementara hanya terdapat satu responden dari keluarga besar yang tidak melakukan diversifikasi kerja rumahtangga. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,181 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan diversifikasi kerja rumahtangga. Uji hubungan di atas memperlihatkan bahwa seluruh responden dari berbagai jumlah anggota keluarga cenderung melakukan diversifikasi kerja rumahtangga sebagai strategi ekonomi. Diversifikasi kerja rumahtangga dilakukan bahkan oleh anak-anak nelayan seperti mengupas kijing/kerang hijau.

13 98 Tabel 66. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Pola Nafkah Ganda Jumlah Anggota Keluarga Pola Nafkah Ganda keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,041 Ada Berdasarkan Tabel 66 diketahui sebanyak 31 orang responden dari keluarga kecil tidak melakukan pola nafkah ganda, dan hanya enam orang responden dari keluarga kecil yang melakukan pola nafkah ganda. Sementara sebanyak 15 orang responden dari keluarga menengah tidak melakukan pola nafkah ganda, dan hanya tiga orang responden dari keluarga menengah yang melakukan pola nafkah ganda. Pada responden keluarga besar, terbagi tepat menjadi lima responden yang tidak melakukan pola nafkah ganda dan lima responden yang melakukan pola nafkah ganda. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,041 (lebih kecil dari 0,05) yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah besar keluarga dengan pola nafkah ganda. Berdasarkan uji hubungan di atas terlihat bahwa responden dengan jumlah besar keluarga lebih dari tujuh orang cenderung memiliki pola nafkah ganda untuk menghidupi keluarganya sebagai salah satu strategi ekonomi. Kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar cenderung memiliki pekerjaan sampingan lain selain menjadi nelayan, seperti menjual bambu untuk membuat bagang. Sementara hubungan antara besar keluarga dengan mobilitas kerja dapat terlihat pada Tabel 67. Tabel 67. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Mobilitas Kerja Mobilitas kerja Jumlah Anggota Keluarga keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: variabel konstan

14 99 Berdasarkan Tabel 67 diketahui bahwa tidak terdapat responden dengan jumlah anggota kecil, menengah dan besar yang melakukan mobilitas kerja pada saat baratan atau masa kritis. Sehingga tidak dapat dicari hubungan antara besar keluarga dengan mobilitas kerja sebab variabel tersebut konstan. Tabel 68. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Kebiasaan Berhutang Berhutang Jumlah Anggota Keluarga Tidak Ya keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,622 Berdasarkan Tabel 68 diketahui sebanyak 13 orang responden keluarga kecil tidak memiliki kebiasaan berhutang, sisanya sebanyak 24 orang responden keluarga kecil memiliki kebiasaan berhutang. Kemudian sebanyak lima orang responden keluarga menengah tidak memiliki kebiasaan berhutang, sisanya sebanyak 13 orang responden keluarga menengah memiliki kebiasaan berhutang. Sementara sebanyak dua orang responden keluarga besar tidak memiliki kebiasaan berhutang dan sisanya sebanyak delapan orang responden keluarga besar memiliki kebiasaan berhutang. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,622 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak adanya hubungan antara jumlah besar keluarga dengan kebiasaan berhutang. Berdasarkan Tabel 69 diketahui dari keseluruhan keluarga hanya sebanyak empat orang responden yang melakukan kegiatan ilegal, yaitu dua orang dari keluarga kecil, satu orang dari keluarga menengah dan satu orang dari keluarga besar. Tabel 69. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Kegiatan Ilegal Kegiatan Ilegal Jumlah Anggota Keluarga Tidak Ya keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,859

15 100 Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,859 (lebih besar dari 0,05) menandakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan kegiatan ilegal. Uji hubungan di atas mengatakan bahwa antara jumlah anggota keluarga dengan kegiatan ilegal tidak memiliki hubungan yang nyata. Baik golongan keluarga kecil, menengah, maupun besar cenderung memiliki hasil yang sama yaitu tidak melakukan kegiatan ilegal. Tabel 70. Hubungan antara Besar Keluarga dengan Strategi Lainnya Strategi Lainnya Jumlah Anggota Keluarga Ada keluarga kecil (1-4 orang) keluarga menengah (5-6 orang) keluarga besar (>7 orang) Keterangan: nilai Approx. Sig. 0,049 Berdasarkan Tabel 70 diketahui sebanyak 17 orang responden dari keluarga kecil tidak memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis, sementara 20 orang responden dari keluarga kecil memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis. Sebanyak empat orang responden dari keluarga menengah tidak memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis, sementara 14 orang responden dari keluarga menengah memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis. Dapat dilihat pula hanya satu orang responden dari keluarga besar yang tidak memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis, sementara sisanya yaitu sebesar sembilan orang responden dari keluarga besar memiliki strategi lain untuk mengatasi masa kritis. Berdasarkan probabilitasnya didapatkan nilai Approx. Sig. sebesar 0,049 (lebih kecil dari 0,05) menandakan bahwa terdapat hubungan antara besar jumlah anggota keluarga dengan strategi lainnya. Uji hubungan di atas menyatakan bahwa antara jumlah anggota keluarga dengan strategi lainnya memiliki hubungan yang nyata. Semakin besar keluarga yang artinya semakin besar jumlah anggota keluarga cenderung memiliki strategi lain untuk bertahan hidup menghadapi masa kritis. Hal tersebut dapat dikarenakan

16 101 karena jumlah anggota keluarga yang besar berarti kepala keluarga harus memiliki strategi lain agar dapat menghidupi anggota keluarganya, sehingga digunakan strategi-strategi lainnya seperti menggadaikan barang-barang atau perhiasan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari Hubungan Karakteristik Nelayan Alat Tangkap Statis dan Dinamis dengan Strategi Hidup Nelayan Dari pembahasan di atas diperoleh keterangan bahwa terdapat berbagai jenis alat tangkap yang berbeda yang digunakan nelayan. Secara umum alat-alat tangkap tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu alat tangkap statis dan alat tangkap dinamis. Nelayan dengan alat tangkap statis didefinisikan sebagai kepemilikan alat tangkap yang tidak bergerak atau dapat dimanfaatkan sewaktuwaktu karena sifatnya yang menetap di laut. Nelayan dengan alat tangkap statis antara lain adalah nelayan bagang, sero, dan budidaya. Sementara nelayan dengan alat tangkap dinamis didefinisikan sebagai kepemilikan nelayan terhadap alat tangkap yang sifatnya tidak menetap di laut, melainkan memerlukan persiapan dalam penggunaannya sehingga tidak dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu. Nelayan dengan alat tangkap dinamis antara lain adalah nelayan tembak, jaring serta kuli nelayan. Uji hubungan dilakukan dengan mengakumulasikan jumlah responden nelayan bagang, sero, budidaya, dan bagang-budidaya sebagai nelayan dengan alat tangkap statis, serta mengakumulasikan jumlah responden nelayan tembak, jaring, dan kuli nelayan sebagai nelayan dengan alat tangkap dinamis. Kemudian dilakukan uji hubungan dengan tabulasi silang seperti yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya. Setelah uji hubungan dianalisis menggunakan tabulasi silang pada SPSS 17, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik nelayan dengan alat tangkap statis maupun alat tangkap dinamis, dengan strategi hidup nelayan.

17 Mobilitas Sosial dan Stratifikasi Sosial Nelayan Sebelum dan Sesudah Pencemaran Selain menyebabkan turunnya limbah industri, berdirinya perusahaanperusahaan industri di Jakarta juga menyebabkan tiga belas anak sungai yang bermuara di Teluk Jakarta menjadi tidak terawat akibat banyaknya pendatang yang bekerja di perusahaan tersebut yang tinggal di daerah aliran sungai dan turut menyumbang terjadinya pencemaran. Pencemaran yang terjadi teluk Jakarta khususnya akibat turunnya limbah industri ke laut telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial masyarakat nelayan, yang antara lain terlihat dengan berubahnya pelapisan sosial. Perubahan pelapisan sosial terjadi karena pencemaran akibat limbah telah menekan angka penghasilan nelayan yang sebelumnya merupakan pemasok utama ikan warga Jakarta. Berkembangnya pekerjaan lain seperti tengkulak atau pedagang ikan menyebabkan terjadinya mobilitas sosial di kalangan nelayan tradisional. Untuk menganalisis pola mobilitas sosial nelayan di Kampung Bambu, terlebih dahulu akan disajikan perubahan stratifikasi sosial sebelum dan sesudah pencemaran yang telah diukur menggunakan metode reputasional. Dengan menggunakan metode ini responden diminta menilai status pekerjaan dengan cara menempatkannya pada skala tertentu. Daftar jenis pekerjaan dieroleh dari focus group discussion bersama warga Kampung Bambu yang kemudian disusun dalam skala prestise pekerjaan yang memperlihatkan peringkat prestise pekerjaan tertentu dalam struktur kelas komunitas. Dalam penelitian ini digunakan skala 1-6 untuk mengukur prestise pekerjaan dengan menyusunnya dalam enam lapisan: bawah-bawah (1), bawahatas (2), menengah-bawah (3), menengah-atas (4), atas-bawah (5), dan atas-atas (6). (Satria, 2001). Dengan metode demikian diketahui pola stratifikasi yang dibayangkan responden nelayan tradisional seperti dijelaskan dalam matriks berikut.

18 103 Tabel 71. Stratifikasi Sosial Masyarakat Nelayan Sebelum Pencemaran dalam Pandangan Nelayan (Reputasional) Atas-Atas Atas-Bawah Menengah-Atas Menengah-Bawah Bawah-Atas Lapisan Bawah-Bawah Jenis Pekerjaan 1. Dokter Klinik 2. Pemilik Perahu 3. Lurah 1. Nelayan Jaring 2. Nelayan Bagang 3. Nelayan Sero 4. Nelayan Tembak 5. Wiraswasta 6. Guru formal 7. Ketua RW 8. Ketua Koperasi 9. Guru Mengaji 10. Pegawai Pegadaian 1. Nelayan Budidaya 2. TKI/TKW 3. Pemilik Warung 4. Pegawai Kelurahan 5. Karyawan Supermarket 6. Pedagang pasar ikan 7. Ketua RT 8. Satpam 9. Pegawai TPI 1. Kuli Nelayan 2. Sopir Angkot 3. Becak 4. Kenek angkot 5. Tukang Ojek 6. Tukang sayur 7.Pedagang Pasar Tradisional 8. Pedagang Keliling 1. Pengupas Kijing 2. Kuli bangunan 1. Buruh cuci Berdasarkan Tabel 71, persepsi stratifikasi responden menunjukkan bahwa lapisan elit atas-atas sebelum pencemaran terdiri dari dokter klinik, pemilik perahu dan lurah. Pemilik perahu menempati posisi atas-atas karena kepemilikannya atas alat produksi. Sementara sebelum pencemaran nelayan menempatkan diri mereka di lapisan atas-bawah. Hal ini mengindikasikan bagaimana nelayan merasa sebelum terjadi pencemaran mereka jauh lebih

19 104 sejahtera dibandingkan sekarang. Sebelum pencemaran, nelayan juga menempatkan ketua RW, ketua koperasi, guru mengaji, pegawai pegadaian, dan wiraswasta setara dengan mereka di lapisan atas-bawah, nelayan juga menempatkan diri mereka lebih tinggi dari pegawai kelurahan yang hanya di lapisan menengah atas. Di lapisan menengah atas nelayan menempatkan nelayan budidaya/ternak. Hal ini dikarenakan saat itu nelayan budidaya belum terlalu banyak dibandingkan nelayang jaring, bagang, dan sero. Di lapisan menengah bawah nelayan menempatkan kuli nelayan setara dengan sopir angkot, becak, pedagang tradisional. Hal ini mengindikasikan bahwa bahkan kuli nelayan pun saat sebelum pencemaran hidupnya tergolong sejahtera. Sementara dalam pandangan nelayan, yang menempati lapisan bawah-atas adalah kuli bangunan dan pengupas kijing, serta lapisan bawah-bawah saat itu adalah buruh cuci. Berdasarkan stratifikasi ini terlihat bagaimana sebelum pencemaran pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan yang sangat mereka banggakan dan mampu menjamin kelangsungan hidup mereka. Perbedaan kesejahteraan hidup antar lapisan sebelum pencemaran tidak terlihat signifikan. Nelayan mengaku alasan menempatkan diri mereka di lapisan atas karena saat itu sangat mudah menangkap ikan dibandingkan sekarang, meskipun demikian pemilikan mereka terhadap alat-alat kekayaan yang lengkap dan berkualitas hampir sama dengan lapisan menengah maupun bawah. Nelayan mengaku meskipun berada dalam lapisan yang sama dengan lurah atau pemilik perahu, kondisi rumah serta kepemilikan alat transportasi mereka tidak sama dengan lurah atau pemilik perahu. Nelayan hanya merasa saat itu (sebelum pencemaran) mereka sangat sejahtera, terlepas dari kepemilikan barang-barang ataupun kondisi rumah.

20 105 Tabel 72. Stratifikasi Sosial Masyarakat Nelayan Sesudah Pencemaran dalam Pandangan Nelayan (Reputasional) Atas-Atas Atas-Bawah Menengah-Atas Menengah-Bawah Bawah-Atas Bawah-Bawah Lapisan Jenis Pekerjaan 1. Dokter Klinik 2. Lurah 1. Pedagang (Tengkulak) 2. Wiraswasta 3. Guru formal 4. Pemilik Perahu 5. Ketua RW 6. Ketua Koperasi 7. Guru Mengaji 8. Pegawai Pegadaian 1. TKI/TKW 2. Guru tidak formal 3. Konter pulsa 4. Pemilik Warung 5. Pegawai Kelurahan 6. Karyawan Supermarket 7. Pedagang pasar ikan 8. Pemilik warnet 9. Ketua RT 10. Satpam 1. Sopir Angkot 2. Becak 3. Kuli bangunan 4. Kenek angkot 5. Pegawai KBN 6. Pegawai TPI 7. Tukang Ojek 8. Tukang sayur 9. Pedagang Pasar Tradisional 10. Pedagang Keliling 1. Nelayan Jaring 2. Nelayan Bagang 3. Nelayan Sero 4. Nelayan Tembak 5. Nelayan Budidaya 1. Kuli Nelayan 2. Buruh cuci 3. Pengupas Kijing Berdasarkan Tabel 72, persepsi stratifikasi responden menunjukkan bahwa lapisan elit atas-atas setelah pencemaran terdiri dari dokter klinik dan lurah. Pemilik perahu bergeser turun menempati posisi atas-bawah akibat penghasilan yang semakin berkurang setelah pencemaran. Bahkan secara drastis nelayan

21 106 menempatkan diri mereka turun hingga ke lapisan bawah-atas, hal ini mengindikasikan bagaimana nelayan merasa mereka mengalami keadaan yang sangat berlawanan dibandingkan dengan saat sebelum terjadi pencemaran. Setelah pencemaran muncullah pedagang atau tengkulak yang dipersepsikan oleh nelayan menempati posisi atas-bawah, setara dengan ketua RW, ketua koperasi, guru mengaji, pegawai pegadaian, dan wiraswasta. Hal ini memperlihatkan posisi nelayan yang turun hingga ke lapisan bawah-atas sangat kontradiktif dengan pekerjaan pedagang/tengkulak yang baru muncul setelah pencemaran namun menempati posisi atas-bawah. Di lapisan menengah bawah nelayan menempatkan pegawai TPI yang turun dari lapisan menengah atas menjadi lapisan menengah bawah, serta di lapisan bawah dihuni oleh pekerjaan yang berhubungan dengan laut. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan produksi laut setelah pencemaran dipersepsikan oleh nelayan mengalami penurunan (social sinking) setelah terjadi pencemaran, kecuali pada pekerjaan tengkulak yang baru muncul setelah terjadi pencemaran. Apabila sebelum pencemaran nelayan menempatkan posisi sosial mereka lebih tinggi dari pada supir angkot dan kuli bangunan, saat ini mereka merasa pekerjaan sebagai supir angkot atau kuli bangunan jauh lebih baik daripada nelayan karena pekerjaan tersebut memiliki penghasilan yang tetap. 10% 85 % 1 % 5% 60% 39% Sebelum pencemaran Sesudah pencemaran Gambar 4. Pola Mobilitas Nelayan Sebelum dan Sesudah Pencemaran

22 107 Gambar 4 menunjukkan pola mobilitas yang terjadi dalam kurun waktu sebelum pencemaran (periode 90-an) dan sesudah pencemaran (periode 2000). Menurut hasil diskusi kelompok terarah bersama para nelayan diperoleh informasi bahwa pada pekerjaan nelayan terjadi mobilitas vertikal ke bawah, dari lapisan atas-bawah ke lapisan bawah-atas dan bawah-bawah. Nelayan yang pada periode sebelum pencemaran menempati posisi atas-bawah secara drastis mengalami mobilitas vertikal ke posisi bawah-atas sebesar 60 persen dari keseluruhan nelayan, sementara 39 persen turun ke posisi bawah-bawah, yaitu mereka yang tadinya memiliki alat produksi terpaksa harus menjual alat produksi mereka dan menjadi buruh nelayan. Pemilik kapal yang pada periode sebelum pencemaran menempati posisi atas-atas juga mengalami mobilitas vertikal ke posisi atasbawah sebesar satu persen. Penurunan status ini disebabkan semata oleh laut yang semakin tercemar sehingga mengurangi debit ikan yang secara langsung akan berpengaruh pada kelangsungan distribusi pendapatan nelayan dan kondisi ekonomi rumahtangga keluarga. Sebelum terjadi pencemaran, pada saat musim baratan nelayan masih bisa mendapatkan ikan seperti pari, rajungan, udang, baronang, layur dan bawal di bibir pantai serta bisa tetap dijual. Namun sekarang, nelayan tidak mendapatkan hasil sama sekali ketika musim baratan, sehingga mereka lebih memilih menganggur dan menunggu angin timur. Walaupun pekerjaan sebagai nelayan telah terbukti mengalami social sinking setelah terjadi pencemaran, tetapi nelayan tidak berminat untuk mengganti pekerjaan mereka dari laut ke darat karena mereka memiliki anggapan bahwa nelayan itu merdeka, tidak ada aturan yang mengikat mereka seperti jam kerja, sepulangnya dari laut mereka bebas mau melakukan apa saja dan merekalah yang mengatur kehidupan mereka sendiri.

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pencemaran pesisir merupakan dampak negatif dari zat atau energi yang masuk baik secara langsung maupun tidak langsung pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK 6.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Kepedulian, dan Ekuitas Merek

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem

Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL 66 BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL Bab ini akan membahas tentang hubungan antara karakteristik responden dengan representasi sosial melalui hasil uji statistika.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91 vi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.4 Kegunaan Penelitian... 3 BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua nelayan yang seluruh atau sebagian besar aktivitasnya melakukan usaha penangkapan ikan demersal di Kecamatan Wangi-Wangi

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Morissan (2012), penelitian deskriptif merupakan pengamatan yang bersifat ilmiah serta dilakukan secara hatihati

Lebih terperinci

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki

Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sebanyak 17.504 pulau dengan wilayah laut seluas 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN 4.1. Potensi Umum 4.1.1. Sekilas Tentang Desa Muara Desa Muara adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, provinsi Banten.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Data dikumpulkan untuk meneliti suatu fenomena dalam satu kurun waktu tertentu (Umar 2006).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Mobilitas Sosial Mobilitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara etimologis

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 29 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan survei melalui instrumen kuesioner untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN

BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA merupakan salah satu program unggulan PT. Astra Internasional Tbk. dalam mengembangkan masyarakat. Program pembinaan UMKM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 241 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan (1) Karakteristik nelayan di lokasi penelitian secara spesifik dicirikan dengan: (a) karakteristik individu: pendidikan rendah, nelayan pendatang, motivasi intrinsik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun

DAFTAR TABEL. 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun 2013...... 3 2. Sebaran jumlah koperasi di Provinsi Lampung berdasarkan status keaktifan per kabupaten/kota,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT NELAYAN DI DAERAH PENCEMARAN PESISIR

STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT NELAYAN DI DAERAH PENCEMARAN PESISIR STRATEGI BERTAHAN HIDUP MASYARAKAT NELAYAN DI DAERAH PENCEMARAN PESISIR Studi Kasus Nelayan Kampung Bambu, Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara KARUNIA WISDANINGTYAS I34062694 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Otonomi Daerah yang diamanatkan melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang termaktub pada pasal 117, yang berbunyi : "Ibukota Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Dampak Pembangunan Kuala Namu Terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar Bandara

LAMPIRAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Dampak Pembangunan Kuala Namu Terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar Bandara LAMPIRAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Dampak Pembangunan Kuala Namu Terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Sekitar Bandara Kepada : Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Warga Desa Beringin, Deli Serdang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan lingkungan yang melimpah. Indonesia juga terkenal sebagai negara maritim dan merupakan

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemiskinan Nelayan Masyarakat yang berada di kawasan pesisir menghadapi berbagai permasalahan yang menyebabkan kemiskinan. Pada umumnya mereka menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan

BAB I PENDAHULUAN. pantai tersebut, Indonesia memiliki wilayah pesisir yang sangat luas dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan tidak kurang dari 17 ribu buah pulau dan 81 ribu km panjang pantai. Dengan panjang pantai tersebut,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.. ABSTRACT... i ii iii iv vi xi xiv xvi xviii

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA ADIREJA WETAN. Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Desa Adireja Wetan

BAB II KONDISI DESA ADIREJA WETAN. Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Desa Adireja Wetan 23 BAB II KONDISI DESA ADIREJA WETAN A. Keadaan Umum Desa Adireja Wetan Desa Adireja Wetan merupakan salah satu dari 16 desa yang ada di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah. Desa

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN Setelah melakukan pengambilan data dengan wawancara kepada responden, selanjutnya dilakukan tahapan pengolahan data. Dari data 180 responden yang diwawancara, terdapat 6 responden

Lebih terperinci

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO Setya Prihatiningtyas Dosen Program Studi Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN. berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat. Letaknya antara Lintang II. KEADAAN UMUM DAERAH PENELIITIAN Kabupaten Brebes terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Profil Responden 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin pasien diketahui tidak ada perbedaan jumlah yang besar antara

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, petani dan nelayan selalu lebih miskin dibandingkan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan yang tinggal di pedesaan merupakan penyumbang terbesar jumlah penduduk miskin di Indonesia. Pada umumnya, petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

P R O F I L DESA DANUREJO

P R O F I L DESA DANUREJO P R O F I L DESA DANUREJO PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG KECAMATAN MERTOYUDAN DESA DANUREJO ALAMAT :DANUREJO MERTOYUDAN MAGELANG TELP (0293) 325590 Website : danurejomty.wordpress.com Email : desadanurejo@yahoo.co.id

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan BAB 4 METODOLOGI 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan untuk melihat suatu gambaran fenomena kesehatan masyarakat pada satu titik point waktu tertentu.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah yang memiliki luas perairan laut cukup besar menjadikan hasil komoditi laut sebagai salah satu andalan dalam pendapatan asli

Lebih terperinci

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi

III. METODA KAJIAN. Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi III. METODA KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Kajian Lokasi yang menjadi obyek kajian tugas akhir ini adalah PT. Libe Bumi Abadi dengan lokasi Jl. Langgar Raya No. 7 RT. 12, Rw. 05 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN 102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS Pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis dalam penelitian ini meliputi fungsi komunikasi, promosi dan riset yang dilakukan oleh responden dengan menggunakan

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis Kepulauan Seribu merupakan satu-satunya kabupaten yang terdapat di DKI Jakarta. Perubahan status kawasan Kecamatan Kepulauan Seribu yang terletak di Kotamadya

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1 1. Pemilik faktor produksi modal akan memperoleh... SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1 sewa upah laba bunga Pemilik faktor produksi 1. Alam mendapatkan Sewa 2. Tenaga kerja

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI

BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI BAB II GAMBARAN UMUM PEKERJA ANAK DI KOTA TANJUNGBALAI Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di Pantai Timur Sumatera Utara, secara geografis Kota Tanjung Balai berada pada 2 58 00

Lebih terperinci