VI. ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG. 6.1 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas serta Obyek Wisata di TMR

dokumen-dokumen yang mirip
5. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

MODUL 3 ANALISIS FAKTOR

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga

PEGANGAN ASSLAB MODUL 8

PREFERENSI KELUARGA MUDA DALAM MEMILIH RUMAH TINGGAL DI SURABAYA BERDASARKAN ATRIBUT FISIK DAN INFRASTRUKTUR PERUMAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Batavia (kini Jakarta) dengan nama Planten en Dierentuin dan pertama kali

ANALISIS FAKTOR ANALISIS FAKTOR

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sesuai dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 50 kuesioner. Kuesioner pada

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA


Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.

BAB IV ANALISIS DATA. yang memotivasi konsumen untuk berolah raga arung jeram serta menguji

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Hal-Hal Tentang Analisis Faktor

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

IV. METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESENJANGAN KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG KEGIATAN PARIWISATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA BUKIT BANAMA DI KECAMATAN BUKIT BATU KOTA PALANGKA RAYA. Dedy Norsandi

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

a. SD c. SMA b. SMP d. Perguruan Tinggi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Café ini dikelola oleh Ibu Gaby dan memiliki konsep makanan dan minuman

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB V ANALISIS DATA PENELITIAN. responden. Data deskriptif ini nantinya dapat menggambarkan keadaan ataupun

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki peran penting dalam sistem transportasi setiap kota karena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM KRIAN ABSTRAK

Petunjuk Pengisian : Isilah/berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda pilih di bawah ini.

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

TINGKAT KEPUASAN DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN TERHADAP PELAYANAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS HASIL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung

STUDI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat kerja, tempat belanja, dan tempat hiburan (Shatnawi, 2010:42).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

KAJIAN MANAJEMEN SIRKULASI TERMINAL BUS ( Studi Kasus : Terminal Bus Tirtonadi Surakarta )

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

VI. ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG 6.1 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas serta Obyek Wisata di TMR Taman Margasatwa Ragunan merupakan salah satu tempat wisata favorit yang ada di Indonesia khususnya bagi warga Jabodetabek. Koleksi satwa dan flora yang ada di TMR menjadi daya tarik wisata utama. Pengunjung masih dapat melihat koleksi beragam satwa mulai dari asli Indonesia, berasal dari luar negeri, dan satwa langka yang dilindungi karena terancam punah. Umumnya satwa-satwa yang menempati TMR satwa yang tinggal di habitat beriklim tropis. Selain koleksi satwa yang dimiliki, TMR jg memiliki banyak koleksi flora dengan pepohonan yang rimbun dimana hal ini membuat TMR menjadi salah satu hutan kota yang ada di Jakarta sehingga udara masih bersih dan suasana nyaman dapat dpengunjung rasakan di TMR. Selain koleksi satwa dan flora yang menjadi daya tarik utama pengunjung, sarana dan prasarana serta pelayanan dari pihak pengelola juga menjadi daya tarik penunjang kegiatan wisata TMR. Pemahaman tentang persepsi pengunjung terhadap obyek wisata TMR sangatlah penting, dengan pemahaman ini pengelola dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan pengunjung dalam menikmati kegiatan wisata di TMR. Hal ini dapat membantu pengelola dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pengunjung. Kepuasan pengunjung atas pelayanan yang baik dan daya tarik wisata dapat menjadi ketertarikan untuk kembali berkunjung dan menjadi sarana promosi TMR kepada pengunjung lain. Hasil penilaian pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas serta obyek wisata di TMR terdaftar pada Tabel 25. Responden pengunjung yang diwawancarai 67

berjumlah 100 orang memberikan persespsi yang berbeda-beda namun hanya presentase terbesar yang mewakili sebagai mayoritas persepsi pengunjung TMR. Tabel 25. Persepsi Pengunjung terhadap terhadap Lokasi dan Fasilitas serta Obyek Wisata di TMR Presentase (%) No Keterangan Sangat Sangat Buruk Sedang Baik Buruk Baik 1. WC Umum 3 16 52 27 2 Sedang 2. Tempat Sampah 1 10 38 46 5 Baik 3. Tempat Ibadah 0 4 42 50 4 Baik 4. Tempat Duduk 2 19 41 33 5 Sedang Mayoritas Persepsi 5. Kios Makanan 0 10 51 39 0 Sedang dan Minuman 6. Telekomunikasi 10 19 36 35 0 Sedang 7. Tempat Parkir 0 8 35 56 1 Baik 8. Shelter/Pos 0 7 47 44 2 Sedang 9. Toko Cenderamata 0 5 49 44 2 Sedang 10. Penyewa Peralatan/Jasa 0 3 47 48 2 Baik 11. Papan Informasi 2 10 28 48 12 Baik 12. Panorama Alam 0 5 30 46 19 Baik 13. Aksesibilitas 0 3 27 64 6 Baik 14. Keamanan 0 12 36 48 4 Baik 15. Penerimaan pengunjung 0 12 45 40 3 Sedang (keramahan petugas) 16. Pengelolaan Obyek Wisata 1 12 47 39 1 Sedang 17. Kebersihan 4 18 40 36 2 Sedang 18. Kondisi satwa 1 14 35 47 3 Baik 19. Kondisi Kandang 2 26 32 39 1 Baik 20. Keberadaan Jumlah Pedagang Sumber: Data Primer, 2012 3 14 48 34 1 Sedang Penilaian responden terhadap WC umum termasuk dalam kategori sedang. Hal yang dilihat adalah kebersihannya dan jumlah WC umum yang tersedia. Berdasarkan wawancara dengan responden jumlah WC umum yang tersedia masih kurang dengan area TMR yang cukup luas sehingga untuk menemukan WC satu dengan lainnya cukup berjauhan jaraknya. Untuk itu lah perlu adanya penambahan WC umum disetiap titik yang menjadi pusat keramaian apabila belum tersedia WC umum. Pada penilaian terhadap atas tempat sampah yang berada di TMR responden menempatkan dalam kategori baik. Kondisi ini harus dipertahankan dan lebih baik lagi ditingkatkan. Tempat sampah yang tersedia sudah cukup 68

banyak namun keberadaannya hanya terdapat di sepanjang pinggir jalan alangkah baiknya jumlah tempat sampah ditambah dengan meletakkannya di tengah-tengah taman yang biasa pengujung beristirahat sehingga memudahkan pengunjung membuang sampah pada tempatnya. Penilaian terhadap tempat ibadah dalam hal ini kondisi dan keadaan serta ketersediaan masjid dan musholla. Persepsi yang diberikan oleh pengunjung masjid dan musholla dalam kategori baik. Mengingat di TMR hanya memiliki satu masjid dan satu musholla yang letaknya berjauhan, beberapa responden menginginkan ditambahnya musholla agar mereka dapat beribadah dengan mudah tidak perlu jauh-jauh untuk menjangkaunya. Fasilitas tempat duduk yang tersedia menurut penilaian responden adalah dalam kategori sedang. Tempat duduk di TMR sudah cukup banyak jumlahnya, namun nampaknya perlu ada perawatan dan perbaikan dimana ada beberapa tempat duduk yang terbuat dari semen ditemukan ada yang rusak dan banyak coretan. Selain itu untuk tempat duduk yang terbuat dari besi ada beberapa yang berkarat sehingga perlu ada pengecetan kembali. Penilaian responden terhadap kios makanan dan minuman dalam kategori sedang. Penilaian terhadap kios makanan dan minuman terletak pada aspek bagaimana tata letaknya, kebersihan, dan jumlahnya. Menurut mereka jumlah kios makanan dan minuman sudah cukup banyak namun dari beberapa responden mengeluh dari harga yang relatif mahal. Fasilitas telekomunikasi yang tersedia di TMR berupa telepon umum. Penilaian responden terhadap fasilitas tersebut pada kategori sedang. Telepon umum berada di dekat dengan pusat informasi TMR. Menurut beberapa 69

responden dan kondisi di lapangan jumlah telepon umum sudah cukup banyak. Hal ini mengingat pengunjung dewasa ini sudah jarang menggunakan fasilitas telepon umum hal ini disebabkan pengunjung rata-rata telah memiliki handphone. Namun, penggunaan telepon umum yang jarang menyebabkan beberapa unit telepon umum ada yang rusak sehingga perlu ada perawatan dan pemeliharaan secara berkala pada fasilitas telekomunikasi ini. Sebagian besar responden menilai baik untuk tempat parkir yang disediakan TMR. Tempat parkir yang diesdiakan ada di setiap pintu masuk. Tempat parkir terluas ada di pintu utara sebagai pintu masuk utama TMR. Tempat parkir yang tersedia mampu menampung Ribuan kendaraan pengunjung yang terdiri dari motor, mobil, dan bus. Namun, pada hari minggu dan libur hari besar nasional tempat parkir tidak mampu menampung semua kendaraan pengunjung akibat kunjungan yang melonjak tinggi. Hal ini mengakibatkan pengelola mengizinkan kendaraan mini bus boleh masuk ke dalam TMR sebagai alternatif tempat parkir. Beberapa responden mengeluhkan kenyamanannya yang berkurang karena areal dalam TMR dijadikan tempat parkir. Namun beberapa responden lainnya memaklumi kondisi tersebut. Pihak pengelola sendiri bukan tanpa upaya mengatasi krisis lahan parkir pada saat kunjungan yang melonjak tinggi, pengelola telah sedikit membuka lahan untuk parkir di tempat parkir utama pintu utara dan telah membuat lahan parkir di pintu selatan. Pada persepsi terhadap shelter atau pos, sebagian besar responden menilai dalam kategori sedang. Kondisi dilapangan shelter atau pos memang cukup baik, baik dari segi kebersihan, kelayakan, maupun jumlahnya. Shelter atau pos 70

dibangun diatas trotoar. sendiri berfungsi sebagai tempat duduk untuk pengunjung istirahat sejenak dan tempat berteduh jika hujan turun. Sebagian besar responden memberikan persepsi terhadap toko cenderamata dalam kategori sedang. Mereka menilai kondisi toko-toko yang menjual cenderamata khas TMR cukup baik, jumlahnya cukup banyak. Penjualan produknya beragam, menarik mulai dari kaos bermotif khas TMR, mug, pin, gantungan kunci, dan lai-lain. Penilaian sebagian besar responden terhadap penyewa peralatan atau jasa di TMR yaitu baik. Penjual jasa di TMR beragam ada yang berprofesi sebagai tukang foto, penyewa tikar, dan sepeda. Untuk penyewaan sepeda baru muncul di TMR tetapi ini bukan bagian dari unit usaha milik pengelola TMR melainkan milik pihak luar. Tarif sewa sepeda berkisar Rp 7.500-15.000 per jam. Untuk sepeda dengan satu jok seharga Rp 7.500/jam sedangkan sepeda dengan dua jok dan dua kayuh seharga Rp 10.000/jam. Penilaian responden terhadap papan informasi yaitu baik. Papan informasi yang tersedia berupa denah lokasi TMR, petunjuk arah, dan papan informasi mengenai taksonomi satwa penghuni kandang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung bahwa papan informasi sudah baik, namun ada beberapa papan taksonomi satwa yang terpasang berbeda dengan satwa yang ada di dalam kandang tersebut sehingga perlu ada kecermatan dan pembaharuan mengenai informasi satwa-satwa. Untuk papan petunjuk arah diharapakan ada di setiap tikungan dan perbaikan bila ada tulisan yang sudah mulai kurang jelas. Hal ini guna menghindari pengunjung yang tersesat. 71

Panorama alam yang ada di TMR menjadikan salah satu daya tarik bagi pengunjung. Persepsi yang diberikan pengunjung terhadap panorama alam TMR adalah baik. Panorama alam yang disajikan berupa kawasan hutan kota dengan rimbunnya pepohonan besar yang sudah ada sebelum TMR didirikan ditambah danau buatan menjadikan panorama alam TMR menjadi lebih menarik. Penilaian baik yang diberikan oleh responden diharapkan dapat dipertahankan dan ditingkatkan lagi dengan cara menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi tanggung jawab kita bersama pada umumnya dan khususnya pihak TMR selaku pengelola. Menurut pengunjung reoboisasi perlu dilakukan jika terdapat pohonpohon berusia tua yang telah mati dan areal lahan kosong yang masih sedikit pepohonan. Penilaian responden terhadap aksesibilitas menuju TMR berada dalam kategori baik. Aksesibiltas menuju TMR tergolong mudah karena infrastruktur jalan yang bagus serta keberadaan terminal Ragunan dan Shelter Bus Transjakarta sehingga pengunjung dapat dengan mudah menggunakan transportasi umum yang tersedia menuju TMR. Arus lalu lintas menuju TMR saat pagi hingga sore hari pada hari biasa tergolong lancar, namun saat hari minggu atau libur lebaran atau hari besar nasional di luar bulan puasa arus lalu lintas menuju TMR padat sekali karena kunjungan wisatawan dan jumlah kendaraan yang melonjak tinggi dari hari biasa. Kondisi ruas jalan menuju TMR yang hanya dua lajur setiap arahnya ikut berperan mengakibatkan kemacetan. Dalam mengatasi kemacetan pengelola TMR dibantu polisi lalu lintas mengurai kemacetan. Berdasarkan persepsi responden keamanan di TMR termasuk dalam kategori baik. Kondisi ini harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan seperti 72

menambah pos satpam di beberapa titik tertentu, menambah armada dan intensitas patroli keamanan, dan memasang kamera CCTV selain di ATM dan di tempat penting lainnya. Menurut responden keamanan harus diperketat karena maraknya keberadaan pengamenserta pedagang asongan dan mainan yang berkeliaran sehingga menggangu kenyamanan pengunjung. Selain itu petugas keamanan perlu lebih memperhatikan keberadaan sepasang muda mudi yang duduk berduan di tempat yang sepi guna menghindari perbuatan yang melanggar norma kesopanan dan kesusilaan. Penilaian responden terhadap penerimaan pengunjung termasuk dalam kategori sedang. Menurut mereka petugas TMR cukup ramah dalam melayani pengunjung ketika bertanya sesuatu tentang TMR ataupun meminta bantuan di pusat informasi. Namun, pengunjung merasa petugas loket masuk kurang murah senyum. Keramahan petugas TMR diharapkan dapat ditingkatkan dalam melayani pengunjung sehingga akan menambah kesan citra postif yang baik selama wisatawan berkunjung di TMR. Pengelolaan obyek wisata di TMR menurut penilaian responden berada dalam kategori sedang. Kondisi ini perlu ditingkatkan lagi oleh pihak pengelola TMR. Menurut responden pengelolaan obyek wisatanya sudah cukup baik, mulai dari sarana dan prasarana serta pelayanannya. Namun, perlu ada perbaikan pada salah satu fasilitas umum yaitu ATM center dimana pengunjung kesulitan memanfaatkannya dimana ATM hanya ada di gerbang utama masuk pintu utara di samping pos satpam. Mereka menginginkan ATM center berada dekat dengan loket masuk sehingga memudahkan mereka bila ingin mengambil uang tunai, perbanyakan ATM center atau pemindahan dilakukan tentu saja harus ada pos 73

satpam untuk keamanan. Selain itu menurut responden pelayanan petugas pada loket masuk harus ditingkatkan karena dijumpai pada saat hari biasa di musim libur sekolah loket pembelian tiket di pintu utara hanya di buka dua saja dari empat loket padahal antrean panjang. Berdasarkan penilaian responden kebersihan TMR berada dalam kategori sedang. Menurut mereka saat awal masuk ke dalam TMR kondisi lingkungan cukup bersih. Hal ini disebabkan pertugas kebersihan selalu membersihkan dan rutin mengangkut sampah. Penilaian responden mungkin hanya melihat kondisi di sebagian lokasi saja. Namun secara keselurahan menurut penilaian peneliti kondisi lingkungan di TMR dalam kategori buruk. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sampah di tengah kerumunan pengunjung yang sedang duduk-duduk bersantai dan dijalanan. Kondisi ini diakibatkan kurangnya kesadaran pengunjung akan kebersihan lingkungan dimana sebagian besar mereka masih memiliki kebiasaan buang sampah sembarangan padahal di sepanjang trotoar jalan terdapat tempat sampah. Menurut responden keberadaan tempat sampah sudah cukup banyak akan tetapi mereka menginginkan tempat sampah tidak hanya diletakkan di sepanjang trotoar jalan tetapi juga ada di tengah area lapang dimana tempat pengunjung biasa duduk-duduk bersantai dengan teman-teman, pasangan ataupun dengan keluarga mereka. Kebersihan TMR tidak hanya menjadi tanggungjawab pengelola tetapi menjadi tanggungjawab besar ada di pengunjung untuk tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kondisi satwa dinilai dalam kategori baik oleh sebagian besar responden. Menurut mereka kondisi kesehatan koleksi satwa TMR yang ada di dalam kandang baik. Kondisi ini harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi oleh 74

pihak pengelola dengan tetap memperhatikan kesehatan, makan dan minum satwa-satwa. Satwa-satwa merupakan aset berharga yang dimiliki TMR dan masyarakat Indonesia karena disana terdapat satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah. Sebagian besar responden berharap TMR dapat selalu menjaga fungsi konservasinya sehingga keberlangsungan hidup satwa-satwa dapat terjaga dan dapat berkembangbiak dengan baik. Berdasarkan penilaian responden kondisi kandang satwa dalam kategori baik. Sebagian besar kandang yang dihuni satwa-satwa memang dalam kondisi baik. Tetapi kondisi berbeda masih dapat dijumpai dimana kandang-kandang kurang bersih dan ditemukan sampah berupa kemasan dari makanan yang diberikan oleh pengunjung kepada satwa penghuni kandang. Selain kandang, kondisi akuarium ikan masih ditemukan kurang terawat dimana airnya terlihat keruh. Penilaian baik responden untuk sebagian besar kondisi kandang diharapkan dapat dipertahankan dan lebih diperhatikan lagi perawatan dan kebersihan kandang dari beberapa yang kondisinya kurang baik. Keterlibatan pengunjung mutlak diperlukan untuk menjaga kebersihan kandang dengan tidak memberikan makanan kepada satwa selain dapat mengotori kandang dari kemasan makanan, kesehatan satwa dapat terancam karena pemberian makanan sembarangan yang tidak sesuai dengan makanan yang selalu dikonsumsi satwa dari apa yang selalu petugas berikan. Penilaian responden terhadap keberadaan jumlah pedagang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan wawancara dengan responden jumlah pedagang yang menetap sudah cukup banyak. Sehingga tidak perlu ditambah lagi karena akan mengganggu kenyamanan. Beberapa responden berpendapat 75

keberadaan pedagang yang berkeliaran atau pedagang asongan mengganggu kenyamanan karena sudah terlalu banyak jumlahnya namun dari beberapa responden lainnya ada juga yang berpendapat bahwa keberadaan pedagang asongan membantu karena mereka tidak perlu jauh-jauh untuk membeli makanan atau minuman yang diinginkan. 6.2 Analisis Preferensi Pengunjung terhadap Atribut Wisata TMR Analisis preferensi pengunjung terhadap atribut wisata di TMR dianalisis dengan menggunakan analisis faktor. Terdapat 20 atribut wisata yang telah ditentukan sebelumnya yang menjadi preferensi pengunjung antara lain: 1) WC umum, 2) Tempat sampah, 3) Tempat ibadah, 4) Tempat duduk, 5) Kios makanan dan minuman, 6) telekomunikasi, 7) Tempat parkir, 8) Shelter/pos, 9) Toko cenderamata, 10) penyewa peralatan/jasa, 11) Papan informasi, 12) Panorama alam, 13) Aksesibilitas, 14) Keamanan, 15) Penerimaan pengunjung (keramahan petugas), 16) Pengelolaan obyek wisata, 17) Kebersihan, 18) Kondisi satwa, 19) Kondisi kandang, 20) Keberadaan jumlah pedagang. Preferensi pengunjung diukur menggunakan skala likert dimana angka 1 untuk penilaian sangat tidak penting, 2 untuk tidak penting, 3 untuk cukup penting, 4 untuk penting, dan 5 untuk penilaian sangat penting. Semakin besar penilaian terhadap suatu atribut maka semakin positif pula penilaian responden terhadap variabel yang diberikan. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor. Salah satu tujuan dari analisis faktor adalah mereduksi jumlah variabel dengan cara mirip seperti pengelompokkan variabel. Di dalam analisis faktor, variabel-variabel dikelompokkan berdasarkan 76

korelasinya. Variabel yang berkorelasi tinggi akan berada dalam kelompok tertentu membentuk suatu faktor, sedangkan dengan variabel dalam kelompok (faktor) lain mempunyai korelasi yang relatif kecil. Hasil pengujian korelasi antar variabel dari 20 atribut wisata TMR menggunakan analisis faktor dengan metode Barlett test of sphericity dan pengukuran Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Analisis KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy..801 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 762.998 df 190 Sig..000 Sumber: Data Primer, 2012 Korelasi antarvariabel independen, dalam analisis faktor, harus lebih dari 0,5 dengan signifikansi kurang dari 0,05. Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa nilai KMO and Bartlett s Test untuk korelasi antarvariabel sebesar 0.801 artinya lebih besar dari 0.5 dan signifikansi penelitian sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel dan sampel yang digunakan memungkinkan untuk dilakukan analisis lebih lanjut. Selanjutnya, untuk melihat korelasi antarvariabel independen dapat diperhatikan Tabel Anti-Image Matrices. Nilai yang diperhatikan adalah MSA (Measure of Sampling Adequacy). Nilai MSA dapat dilihat pada Lampiran 3. Pada pengujian ini diperoleh nilai MSA di atas 0,5 maka tidak perlu dilakukan proses pengujian ulang dimana variabel yang ada masih dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut. Tahap berikutnya merupakan proses inti dalam analisis faktor yaitu factoring. Metode factoring yang digunakan adalah analisis komponen utama 77

(pricipal component analysis). Analisis komponen utama merupakan teknik reduksi data yang bertujuan membentuk suatu kombinasi linear dari variabel awal dengan memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Pada proses factoring dibantu menggunakan software SPSS dihasilkan communalities. Communalities sendiri merupakan jumlah varian dari suatu variabel mula-mula yang dapat dijelaskan oleh faktor yang ada. Pada tabel communalities terdapat nilai initial dan extraction (Lampiran 5). Nilai initial merupakan varian variabel sebelum dilakukan ekstraksi. Semua nilai initial bernilai 1, hal ini berarti bahwa sebelum dilakukan ekstraksi, variabel tersebut 100% membentuk faktor tersebut, karena faktor sebelum dilakukan ekstraksi adalah sama dengan variabel. Sedangkan nilai extraction menggambarkan besarnya presentase varian suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang akan terbentuk. Semakin besar nilai communalities menunjukkan semakin kuat hubungan dengan faktor yang nantinya akan terbentuk (Suliyanto, 2005). Berdasarkan hasil pengolahan analisis faktor dapat disimpulkan bahwa dari 20 variabel yang dianalisis dapat diekstraksi menjadi enam faktor utama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel Total Variance Explained yang menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka (Lampiran4). Kemampuan setiap faktor mewakili variabel-variabel yang dianalisis, ditunjukkan oleh besarnya keragaman (varians) yang dijelaskan merupakan fungsi dari nilai eigenvalue. Faktor yang terbentuk harus memiliki nilai eigenvalue 1. Dalam penelitian ini terbentuk enam faktor dimana masing-masing memiliki nilai eigenvalue di atas satu dan dapat menjelaskan 65,70% dari total keragaman 78

(varians) data. Hal ini dapat diartikan bahwa penelitian ini dapat menjelaskan faktor-faktor preferensi pengunjung terhadap atribut wisata TMR sebanyak 65,70% dari total keseluruhan faktor-faktor yang dipertimbangkan, dan sebanyak 34,30% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini. Pada Tabel Component Matrix (Lampiran 6) menunjukkan distribusi variabel-variabel yang telah diekstrak ke dalam tiga faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor loading-nya. Variabel dimasukkan di antara keenam faktor utama yang memiliki factor laoding terbesar. Proses penentuan variabel mana yang akan masuk ke salah satu dari enam faktor utama, dilakukan dengan melakukan perbandingan factor loading terbesar pada tiap baris. Factor loading menunjukkan tingkat keeratan suatu variabel terhadap variabel yang terbentuk. Proses factoring setelah terbentuk component matrix adalah melakukan rotasi. Hal ini bertujuan memperjelas posisi sebuah variabel untuk dapat masuk ke suatu faktor. Proses rotasi dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan rotasi varimax. Metode varimax digunakan untuk melakukan rotasi orthogonal tujuannya adalah meminimumkan (membuat sedikit mungkin) banyaknya variabel dengan muatan tinggi (high loading) pada satu faktor, dengan demikian memudahkan pembuatan interpretasi mengenai faktor. Hasil dari proses rotasi didapat Rotated Component Matrix (Lampiran 7) yang memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Seluruh variabel tersebut mengelompok pada enam faktor berdasarkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Variabel yang memiliki factor loading < 0,4 dianggap memiliki kontribusi yang lemah terhadap faktor yang terbentuk sehingga harus direduksi dari faktor yang dibentuknya (Suliyanto, 2005). 79

Setelah melakukan serangkaian proses analisis faktor, terbentuklah enam faktor yang menjadi preferensi pengunjung terhadap atribut wisata TMR. Adapun hasil analisis faktor terhadap preferensi pengunjung terhadap atribut wisata TMR dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Enam Faktor Utama Hasil Analisis Faktor Faktor Varian (%) Variabel Asal 1. Faktor Pertama 6,321 1. Kondisi Kandang (Pengelolaan 2. Kondisi Satwa Wisata) 3. Kebersihan 4. Pengelolaan Obyek Wisata 2. Faktor Kedua (Fasilitas Utama) 3. Faktor Ketiga (Penunjang Wisata) 4. Faktor Empat (Fasilitas tambahan) 5. Faktor Lima (Prasarana Wisata) 6. Faktor Enam (Fasilitas Informasi) Sumber: Data Primer, 2012 Faktor Pertama: Pengelolaan Wisata 5. Keberadaan Jumlah Pedagang 1,876 1. Tempat Duduk 2. Kios Makanan & Minuman 3. Tempat Sampah 4. Tempat Ibadah 5. WC Umum 6. Aksesibilitas 1,448 1. Tempat Parkir 2. Keamanan 3. Panorama Alam 1,355 1. Toko Cenderamata 2. Penerimaan Pengunjung 3. Penyewaan Peralatan/Jasa Loading 0,835 0,810 0,750 0,645 0,497 0,781 0,734 0,732 0,593 0,562 0.439 0,752 0,690 0,560 0,770 0,498 0,486 0,834 0,466 1,117 1. Telekomunikasi 2. Shelter/pos 1,022 1. Papan Informasi 0,835 Pengelolaan wisata merupakan faktor pertama dari hasil analisis faktor mengenai preferensi pengunjung terhadap atribut wisata di TMR. Faktor ini terdiri dari lima variabel yaitu: kondisi kandang, kondisi satwa, kebersihan, pengelolaan obyek wisata, dan keberadaan jumlah pedagang. Kelima variabel yang terbentuk dapat menjelaskan keragaman data sebesar 6,321%. Hal ini menunjukkan bahwa 80

sebesar 6,321% kriteria pengunjung terhadap ketertarikan pada atribut wisata yang terdapat pada TMR mempertimbangkan faktor daya tarik wisata. Pada faktor pengelolaan wisata merupakan faktor yang sangat penting oleh suatu tempat wisata kebun binatang seperti Taman Margasatwa Ragunan. Hal ini disebabkan karena faktor pengelolaan wisata tersebut merupakan faktor yang dapat menarik minat pengunjung untuk berwisata di TMR. Koleksi satwa merupakan ciri khas yang dimiliki tempat wisata Taman Margsatwa Ragunan. Tidak hanya satwa-satwa berasal dari seluruh nusantara tetapi juga dari sebagian dari luar Indonesia yang berhabitat tropis dapat dijumpai disini. Kondisi kandang dan satwa sendiri merupakan penilaian dari pengunjung karena mereka memperhatikan kedua faktor tersebut. Hal ini menandakan semakin baik kondisi kandang dan satwa maka semakin tertarik pengunjung untuk berwisata kembali ke TMR. Keberlangsungan kegiatan wisata yang ada di TMR perlu dijaga dan ditingkatkan guna menjaga keberadaan tempat wisata sebagai warisan turun temurun. Oleh karena itu, pengelola harus lebih memperhatikan kondisi satwasatwa koleksi TMR yang jumlahnya tiap tahun terjadi peurunan. Pengelola lebih memperhatikan kebersihan satwa dan kandang, terjaminnya makanan guna menjaga kondisi kesehatan satwa-satwa, selain itu campur tangan pengelola dalam membantu perkembangbiakkan satwa sangat perlu dilakukan agar keberlangsungan hidup satwa dan keberadaannya tidak terancam punah. Lingkungan di dalam kawasan TMR perlu lebih diperhatikan kondisinya kebersihannya untuk itu pengelolaan obyek wisata harus ditingkatkan kualitasnya sehingga akan memberikan kepuasan pengunjung selama berwisata di TMR. 81

Keberadaan jumlah pedagang sangatlah penting, karena jumlah pedagang yang terlalu banyak akan mengurangi kenyamanan pengunjung dan mengurangi pendapatan para pedagang itu sendiri. Oleh karena itu pengelola harus memperhatikan variabel ini sebaiknya keamanan dan pengawasan lebih ditingkatkan dalam menangani masalah pedagang liar yang jumlahnya sudah terlalu banyak. Besarnya semua factor loading yang postif dari tiap-tiap variabel menunjukkan semakin tinggi atau baik pengelolaan wisata TMR maka pengunjung akan semakin tertarik untuk mengunjungi tempat wisata tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh postif bagi pihak pengelola atas meningkatnya kunjungan wisatawan karena akan menambah penerimaan TMR. Faktor Kedua: Fasilitas Utama Faktor kedua terdiri dari enam variabel yaitu tempat duduk, kios makanan dan minuman, tempat sampah, tempat ibadah, WC umum, dan aksesibilitas. Keenam variabel ini masuk kedalam faktor fasilitas utama. Nilai varian dari faktor ini sebesar 1,876%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya preferensi pengunjung karena tempat duduk, kios makanan dan minuman, tempat sampah, tempat ibadah, WC umum, dan aksesibilitas yang dimiliki TMR sebesar 1,876%. Variabel-variabel pembentuk faktor fasilitas utama termasuk faktor penting juga dalam mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke TMR. Tempat duduk, kios makanan dan minuman, serta tempat sampah sangat diperlukan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di TMR. Kondisi yang baik dan jumlah keberadaannya yang cukup dari tempat duduk, kios makanan dan minuman, serta tempat sampah akan mendapat penilaian yang positif dari 82

pengunjung sehingga kepuasan mereka akan bertambah. Selain tempat duduk, kios makanan dan minuman, serta tempat sampah, ketersediaan tempat ibadah, WC umum sangat penting keberadaannya. Kondisi dan ketersediaan tempat ibadah perlu diperhatikan mengingat area TMR yg luas dengan tempat ibadah yang dimiliki saat ini sehingga perlu ada penambahan tempat ibadah atau musholla. WC umum perlu dijaga dan ditingkatkan kebersihannya, ini tidak hanya tanggung jawab pengelola melalui petugas kebersihan tetapi juga pengunjung yang memanfaatkan fasilitas WC umum. Selanjutnya variabel pembentuk faktor fasilitas utama adalah aksesibilitas, kondisi infrastruktur jalan yang baik dan kendaraan umum banyak tersedia disini sehingga memudahkan pengunjung untuk mencapai TMR. Meskipun demikian pengelola tetap harus memperhatikan aksesibiltas menuju TMR karena pada haril libur TMR dipadati pengunjung sehingga jalan dari lampu merah Departemen Pertanian menuju TMR sering terjadi kemacetan. Hal ini disebabkan lebar jalan menuju pintu masuk TMR tidak sebanding dengan banyaknya volume kendaraan dan terdapat persimpangan jalan tepat sebelum memasuki TMR. Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan pengelola adalah berkoordinasi dengan polisi lalu lintas dalam mengurai kemacetan pada saat banyaknya volume kendaraan yang akan memasuki TMR. Selain itu pengelola harus menyiapkan petugas dalam membantu mengatur kemacetan yang terjadi di persimpangan tepat sebelum pintu masuk TMR. Hasil dari factor loading dari variabel-variabel faktor fasilitas utama bernilai postif. Hal ini menunjukkan semakin baik faktor fasilitas utama yang ada di TMR maka akan semakin tinggi pula preferensi wisatawan untuk berkunjung ke TMR. 83

Faktor Ketiga: Penunjang Wisata Faktor ketiga disebut faktor penunjang wisata, terdiri dari tiga variabel yaitu tempat parkir, keamanan, dan panorama alam. Nilai varian pada faktor ini sebesar 1,448%. Hal ini menunjukkan besarnya preferensi pengunjung terhadap variabel tempat parkir, keamanan, dan panorama alam adalah 1,448% dalam memutuskan untuk berkunjung ke TMR. Keseluruhan variabel pada faktor penunjang wisata memiliki korelasi antar variabel dengan faktornya positif. Hal ini menunjukkan semakin baik fasilitas penunjang maka akan semakin banyak pengunjung yang datang ke TMR. Keberadaan penunjang wisata merupakan faktor penting pada TMR dan menjadi perhatian pengunjung dalam memutuskan berkunjung ke wisata TMR. Ketersediaan tempat parkir menjadi pertimbangan pengunjung dalam memutuskan kunjungan, oleh karena itu persepsi dan preferensi yang telah diberikan pengunjung terhadap tempat parkir dapat menjadi bahan evaluai bagi pengelola. Selain itu tingkat keamanan yang baik dan panorama alam yang indah menjadi bahan pertimbangan juga bagi pengunjung dalam memutuskan berkunjung. Faktor Keempat: Fasilitas Tambahan Faktor keempat yang terbentuk melalui hasil analisis faktor dinamakan fasilitas tambahan yang terdiri dari variabel toko cenderamata, penerimaan pengunjung, dan penyewaan peralatan/jasa. Ketiga variabel tersebut mampu menjelaskan keragaman sebesar 1,355%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 1,355% kriteria pengunjung yang melakukan kunjungan ke TMR mempertimbangkan variabel yang ada pada faktor fasilitas tambahan ini. 84

Ketersediaan fasilitas tambahan penting dimiliki oleh suatu tempat wisata. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan pengunjung selama berwisata di TMR. Oleh karena itu pengelola perlu memperhatikan ketersediaan fasilitas tambahan untuk meningkatkan minat pengunjung untuk berkunjung ke TMR. Nilai korelasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam faktor fasilitas tambahan seluruhnya bernilai positif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik fasilitas tambahan yang dimiliki TMR, maka preferensi pengunjung terhadap objek TMR semakin besar. Faktor Kelima: Prasarana Wisata Faktor kelima dinamakan prasarana wisata terdiri dari telekomunikasi dan shelter/pos. Kedua variabel tersebut mampu menjelaskan keragaman sebesar 1,117%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 1,117% kriteria pengunjung mempertimbangkan variabel yang ada pada faktor kelima ini dalam berkunjung ke TMR. Ketersediaan prasarana telekomunikasi penting dimiliki suatu obyek wisata. Telekomunikasi di TMR yang berupa telepon umum dan jaringan sinyal dari provider-provider, penting ketersediannya guna memenuhi kebutuhan komunikasi pengunjung selama berwisata. Untuk itu pengelola perlu memperhatikan kondisi prasarana telekomunikasi guna menjaga dan meningkatkan kepuasan pengunjung. Selain itu, keberadaan shelter atau pos penting untuk tempat beristirahat atau berteduh bagi pengunjung dari panas dan hujan. Kondisi shelter atau pos yang baik dapat meningkatkan citra positif atas prasarana wisata TMR sehingga pengelola perlu memperhatikan dan melakukan perawatan terhadap prasarana wisata tersebut. 85

Nilai korelai variabel-variabel atau factor loading yang termasuk ke dalam faktor prasarana wisata seluruhnya bernilai positif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin lengkap dan baik kondisi prasarana wisata maka pengunjung semakin tertarik untuk melakukan kunjungan ke TMR. Faktor Keenam: Fasilitas Informasi Faktor keenam preferensi pengunjung terhadap atribut wisata TMR adalah faktor fasilitas informasi yaitu papan informasi. Keberadaan papan informasi sangat penting dimiliki sebuah tempat wisata. Melalui papan informasi pengunjung dapat mengetahui apa saja yang ingin ia ketahui di TMR. Dalam meningkatkan pelayanan informasi pengelola harus memperhatikan kondisi sarana informasi yang ada di TMR baik itu papan petunjuk jalan maupun papan informasi satwa dan tumbuhan. Variabel papan informasi mampu menjelaskan keragaman sebesar 1,022%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya preferensi pengunjung terhadap TMR karena penyediaan papan informasi sebesar 1,022%. Nilai variabel papan informasi berkorelasi positif terhadap faktor fasilitas informasi. Hal ini berarti semakin baik fasilitas informasi yang dimiliki TMR, maka semakin besar preferensi pengunjung untuk berkunjung ke TMR. 86