VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang, dan pemerintah daerah setempat. Hal ini juga berlaku pada TMR tidak hanya memberikan dampak positif sebagai hutan kota yang masih ada di Jakarta, tempat wisata bagi masyarakat yang ingin berlibur tetapi juga memberikan dampak ekonomi berupa terciptanya lapangan pekerjaan. Salah satu dampak postif adanya TMR yaitu terciptanya lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang tercipta berupa kesempatan masyarakat sekitar untuk membuka unit usaha. TMR memiliki berbagai unit usaha baik barang maupun jasa. Kepemilikan unit usaha di kawasan TMR berasal dari masyarakat sekitar dan pihak swasta. Taman Margasatwa Ragunan memiliki unit usaha baik barang maupun jasa, antara lain yaitu: jasa foto, penyewaan sepeda, makanan, minuman, cenderamata, aksesoris, boneka, dan mainan anak. Adapun yang menjadi fokus penelitian mengenai analisis pendapatan pedagang yaitu pedagang yang memiliki unit usaha seperti: pecel, kios minuman, es krim, aksesoris dan mainan anak, boneka, rumah makan, dan kerak telor. Pada kegiatan berdagang, pemilik unit usaha menempati tempattempat yang telah disediakan pihak pengelola TMR dan tidak diperkenankan berkeliling menjual barang dan jasa. Peraturan tersebut dibuat bertujuan memberikan kenyamanan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Informasi mengenai jumlah unit usaha di TMR yang telah disebutkan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8. 87

2 Tabel 8. Unit Usaha di Taman Margasatwa Ragunan Jenis Unit Usaha Jumlah Unit Usaha Presentase(%) Pecel Kios Minuman 8 0. Es Krim 5.68 Aksesoris & Mainan Anak. Boneka 8.89 Rumah Makan Kerak Telor.5 Jumlah Sumber: Subbagian Tata Usaha Taman Margasatwa Ragunan, 0 7. Karakteristik Responden Pedagang di TMR Pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki unit usaha resmi di TMR dan telah berumahtangga. Penentuan jumlah responden menggunakan rumus slovin didapat responden berjumlah 7 dari 76 unit usaha. Adapun responden pedagang terdiri dari 0 pedagang pecel, 9 pedagang minuman, pedagang es krim, 9 pedagang aksesoris dan mainan anak, pedagang boneka, 5 pemilik rumah makan, 5 pedagang kerak telor. Pada Tabel 9 mengenai karakteristik responden pedagang dapat diketahui bahwa mayoritas pedagang berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang (6.0 %) dari total responden dan berjenis kelamin lakilaki sebanyak 7 orang (6.99%). Usia responden berkisar antara 8 sampai 67 tahun. Mayoritas pedagang berusia 7 sampai 7 tahun yaitu sebanyak 5 orang (.5%) sedangkan kelompok usia yang paling sedikit yaitu 58 sampai 67 tahun sebanyak 6 orang (8.%). Lama usaha yang telah dijalankan responden mulai dari tahun hingga ada yang sudah berjualan selama 0 tahun. Sebagian besar responden telah berjualan selama 6 sampai 0 tahun dengan jumlah responden sebanyak 6 orang (5.6%) dari total responden. Sedangkan jumlah responden sedikit yang telah berjualan selama lebih dari 5 tahun yaitu hanya sebanyak 5 orang (6.85%). Dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar responden berlatar belakang SLTA 88

3 yaitu sebanyak 6 orang (5.6%) dan yang hanya sedikit sekali yang tingkat pendidikan terkhir S dan diploma dengan masingmasing orang (.7%). Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden berkisar dari sampai 7 orang. Sebagian besar responden memiliki anggota keluarga sebanyak sampai orang dengan presentase 6.8% atau 7 orang. Sedangkan paling sedikit responden yang memiliki anggota keluarga sebanyak 7 sampai 8 orang dengan presentase.% atau orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 9. Karakteristik Responden Pedagang di TMR Kriteria Jumlah (orang) Presentase (%) Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Total 7 00 Usia 77 tahun tahun tahun tahun 6 8. Total 7 00 Lama Usaha < 5 tahun tahun tahun tahun tahun 5.8 > 5 tahun Total 7 00 Tingkat Pendidikan SD 5.5 SLTP SLTA Diploma.7 S.7 Total 7 00 Jumlah Anggota Keluarga orang 5.8 orang orang orang. Total 7 00 Sumber: Data Primer, 0 89

4 7. Pendapatan Responden Rumah Tangga Pedagang Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil kerja anggota rumah tangga (suami, istri, dan anak). Pendapatan yang diperoleh pedagang bisa juga berasal dari unit usaha yang dimilik atau diluar unit usaha. Sebagian besar pedagang yang berjenis kelamin perempuan menjalankan unit usaha untuk membantu suaminya yang juga bekerja mencari nafkah. Ratarata pendapatan pedagang dari unit usahanya masingmasing sebesar Rp 8,,05.9 per tahunnya. Pendapatan pedagang di TMR berkisar antara Rp ,00 sampai Rp ,00 per tahun. Pendapatan terkecil berasal dari unit usaha es krim sedangkan pendapatan terbesar berasal dari unit usaha boneka. Pendapatan per tahun tiaptiap unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan Tabel 0 pendapatan ratarata per tahun unit usaha yang ada di TMR. Pendapatan ratarata per tahun paling besar berasal dari unit usaha boneka yaitu sebesar Rp 98,6,000.00(,0%). Pendapatan ratarata per tahun terbesar berasal dari unit usaha boneka karena pedagang boneka memiliki keuntungan yang paling besar dibandingkan unit usaha lainnya dari setiap produk yang terjual. Sedangkan pendapatan ratarata per tahun terkecil berasal dari unit usaha es krim yaitu sebesar Rp.6.66,6 (,79%). Hal ini disebabkan karena pedagang es krim memiliki keuntungan yang paling kecil tiap harinya dibandingkan unit usaha lainnya. Sebagian besar pedagang es krim biasanya hanya berjualan pada hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional, mereka tidak berjualan di hari biasa karena sangat sepinya pembeli. Menurut mereka alasan untuk tidak berjualan di hari biasa karena keuntungan yang diperoleh pada hari biasa tidak sebanding dengan biaya dan curahan waktu kerja yang dikeluarkan mereka. 90

5 Tabel 0. Ratarata Pendapatan Per Tahun Unit Usaha No. Jenis Usaha Ratarata Pendapatan per tahun (Rp) Presentase (%) Boneka 98,6,000.00,0 Kerak Telor,98,0., Minuman 8,,69.6,9 Es Krim,6,66.6,80 5 PKL,577, ,6 6 Rumah Makan 6,,8. 0,96 7 Pecel 6,, ,60 Jumlah 06,0, Sumber: Data Primer, Kontribusi Usaha Pariwisata terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Pendapatan rumah tangga pedagang adalah pendapatan seluruh anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak. Sumber pendapatan pada rumah tangga pedagang pada penelitian ini berasal dari unit usaha di TMR dan di luar unit usaha. Sebagian besar responden pedagang menjadikan usaha pariwisata sebagai sumber utama pendapatan sedangkan lainnya menjadikan usaha pariwisata sebagain pekerjaan sampingan. Sumber pendapatan responden pedagang berasal dari pendapatan suami atau istri dan anak yang telah bekerja. Sumber pendapatan lain berasal dari kiriman uang dari anak yang tidak lagi hidup bersama dalam satu rumah. Adapun pendapatan ratarata pedagang per tahun dapat dilihat pada Tabel dan Lampiran 9. Tabel. Ratarata Pendapatan Rumah Tangga Pedagang Menurut Sumber Pendapatan Sumber Pendapatan Ratarata Pendapatan Rumah Presentase Tangga (Rp per Tahun) (%) Unit Usaha Pariwisata Non Unit Usaha Pariwisata 8,,05.9 0,86, ,05,95 Total 58,67,. 00 Sumber: Data Primer, 0 9

6 Pada Tabel, dapat diketahui bahwa ratarata pendapatan rumah tangga pedagang sebesar Rp ,. Sumber pendapatan dari unit usaha di TMR lebih besar dibandingkan dengan di luar unit usaha yaitu sebesar Rp 8..05,9. Kontribusi unit usaha sebagian besar memiliki presentase di antara 70,0 00,00% hal ini mengindikasikan unit usaha pariwisata sebagai sumber utama pendapatan rumah tangga. Hal ini dapat disimpulkan juga bahwa sebagain besar pedagang di TMR menjadikan unit usaha pariwisata sebagai mata pencaharian pokok rumah tangga mereka. Pada Tabel dapat diketahui tipologi usaha berdasarkan kontribusi usaha pariwisata yaitu: sebanyak 6 orang (9,%) menjadikan usaha pariwisata di TMR sebagai usaha pokok, sebanyak 9 orang (9,7%) sebagai cabang usaha, dan 8 orang (0,96%) sebagai usaha sambilan. Tabel. Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan Pedagang Kontribusi Unit Usaha Pariwisata di TMR terhadap Pendapatan Pedagang (%) 0,000,00 0,070,00 70,000,00 Responden Keluarga Pedagang Presentase (%) 0,96 9,7 9, Total 7 00 Sumber: Data Primer, 0 7. Pengeluaran Responden Rumah Tangga Pedagang Pengeluaran atau konsumsi per kapita per tahun responden pedagang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumsi pangan dan non pangan. Konsumsi pangan merupakan pengeluaran rumah tangga untuk membeli bahan makanan. Sedangkan konsumsi non pangan merupakan pengeluaran rumah tangga untuk sandang, keperluan mandi dan mencuci, bayar hutang, sewa, retribusi, biaya pendidikan, listrik, air, tagihan telepon, dan lainlain. 9

7 Ratarata pengeluaran per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang adalah sebesar Rp ,05. Adapun pengeluaran per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang berkisar dari Rp ,00 sampai Rp ,00. Pengeluaran per kapita per tahun terkecil berasal dari keluarga responden pedagang es krim dan terbesar berasal dari keluarga responden pedagang boneka (Lampiran ). 7.5 Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Responden Pedagang Peniliaian tingkat kesejahteraan rumah tangga responden menggunakan kriteria Badan Pusat Statisik (BPS) dalam SUSENAS 99 yang dimodifikasi, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Sajogyo dan kriteria kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah. Indikator kesejahteraan yang diukur menurut BPS pada SUSENAS 99 yang dimodifikasi antara lain yaitu pendapatan rumah tangga per tahun, konsumsi rumah tangga per bulan, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari gangguan tindak kejahatan, dan kemudahan dalam melakukan olahraga Pendapatan Rumah Tangga dengan Kriteria Kemiskinan Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah menggunakan pendekatan pendapatan per kapita per tahun responden rumah tangga pedagang yang dibandingkan dengan konsumsi kebutuhan sembilan bahan pokok dalam setahun sesuai harga yang berlaku di daerah penelitian. 9

8 Sembilan bahan pokok yang dihitung adalah 00 kg beras, 5 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 60 liter minyak tanah, 9 kg garam, 0 batang sabun, meter tekstil kasar, dan meter batik kasar. Berdasarkan harga sembilan bahan pokok yang berlaku pada saat penelitian, jumlah nilai sembilan bahan pokok tersebut adalah Rp..000,00. Hargaharga Sembilan pokok dapat dilihat pada lampiran 9. Pendapatan per kapita per tahun responden pedagang diperoleh dari pendapatan per tahun dari unit usaha pariwisata di TMR ditambah pendapatan per tahun diluar unit usaha pariwisata dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang ada dirumah. Pendapatan per kapita per tahun rumah tangga yang diteliti berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah. Kriteria tersebut yaitu: Tidak Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai lebih dari Rp.6.000,00 (di atas 00% dari harga sembilan bahan pokok), Hampir miskin, jika pendapatan per kapita per tahunlebih dari Rp.95.70,00 sampai Rp.6.000,00 (500% dari harga Sembilan bahan pokok), Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun antara Rp.7.500,00 sampai Rp.95.70,00 (755% dari harga sembilan bahan pokok), dan Miskin Sekali, jika pendapatan per kapita per tahun kurang dari Rp.7.500,00 (di bawah 75% dari harga sembilan bahan pokok). Ratarata pendapatan per kapita per tahun mereka adalah sebesar Rp 5.0.9,9. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 0. Responden pedagang yang termasuk kategori tidak miskin sebanyak 68 keluarga (9,5%), hampir miskin sebanyak keluarga (5,8%), dan satu keluarga yang termasuk dalam kategori miskin (,7%). 9

9 Tabel. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah Jumlah No. Kriteria Responden (keluarga).... Tidak Miskin (pendapatan per kapita per tahun > Rp.6.000,00) Hampir miskin (pendapatan per kapita per tahun lebih dari Rp.95.70,00 s.d Rp.6.000,00) Miskin (pendapatan per kapita per tahun antara Rp.7.500,00 s.d Rp.95.70,00) Miskin sekali (pendapatan per kapita per tahun < Rp.7.500,00) 68 Presentase (%) 9,5 5,8,7 Jumlah 7 00 Sumber: Data Primer, Pengeluaran Rumah Tangga dengan Kriteria Kemiskinan Sajogyo Pengeluaran rumuah tangga menurut kriteria kemiskinan Sajogyo adalah pengeluaran per kapita per tahun. Pengeluaran per kapita per tahun diperoleh dengan cara membagi total pengeluaran per tahun dengan jumlah anggota keluarga. Kriteria kemiskinan Sajogyo berdasarkan nilai jumlah beras per tahun yang dibandingkan dengan pengeluaran per kapita per tahun dari rumah tangga. Harga beras ditentukan dari harga ratarata beras dipasaran pada saat penelitian yaitu sebesar Rp 8.000,00 per kilogram. Konsep kemiskinan Sajogyo mempunyai empat kriteria yaitu: Tidak Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari Rp ,00 (konsumsi per kapita per tahun > 80 kg beras), Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun lebih dari Rp ,00 sampai Rp ,00 (konsumsi per kapita per tahun lebih dari 6080 kg beras), Miskin Sekali, jika pengeluaran per kapita per tahun antara Rp ,00 sampai Rp ,00 (konsumsi per kapita per tahun antara 0 95

10 60 kg beras), Paling Miskin, jika pengeluaran per kapita per tahun kurang dari Rp ,00 (konsumsi per kapita per tahun < 0 kg beras). Tabel. Tingkat Kemiskinan Responden Pedagang Menurut Sajogyo No. Kriteria Jumlah Responden keluarga Presentase (%).. Tidak miskin (pengeluaran per kapita per tahun > Rp ,00) Miskin (Pengeluaran per kapita lebih ,0 8, dari Rp ,00 s.d Rp ,00). Miskin sekali (pengeluaran per,7 kapita per tahun antara Rp ,00 s.d Rp ,00). Paling miskin (pengeluaran per kapita per tahun < Rp ,00) Jumlah 7 00 Sumber: Data Primer, 0 Berdasarkan Tabel dan Lampiran pengeluaran per kapita per tahun responden pedagang ratarata sebesar Rp 7,879, Hal ini menunjukkan sebagian besar responden pedagang termasuk dalam kategori tidak miskin. Berdasarkan Tabel diketahui bahwa responden pedagang yang termasuk kategori tidak miskin berjumlah 65 keluarga (89,0%), kategori miskin sebanyak 6 keluarga (8,%), dan kategori miskin sekali berjumlah keluarga (,7%) Keadaan Tempat Tinggal Indikator keadaan tempat tinggal terdiri dari beberapa unsur, yaitu: jenis atap, bilik, status kepemilikan, jenis lantai, dan luas lantai. Keadaan tempat tinggal dibedakan menjadi tiga, yaitu permanen (skor 5), semi permanen (skor 0), dan non permanen skor (59). Berdasarkan Lampiran diketahui bahwa keadaan tempat tinggal responden pedagang yaitu sebagian besar permanen sebanyak 7 keluarga (97,6%) dan semi permanen sebanyak keluarga (,7%).Adapun indikator tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 5. 96

11 Tabel 5. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Jumlah Kriteria Skor % Responden. Atap Genting Asbes Seng Sirap Daun. Bilik Tembok Setengah tembok Kayu Bambu Kayu Bambu. Status Milik sendiri Sewa Menumpang. Lantai Porselin Ubin Plester Papan Tanah 5. Luas Bangunan Luas (>00m ) Sedang (5000m ) Sempit (<50m ) Sumber: Data Primer, Total Total Total Total Total 7 00 Berdasarkan data dan hasil yang diperoleh pada Tabel 5, maka dapat diambil suatu informasi berdasarkan jumlah terbanyak pada masingmasing unsurunsur keadaan tempat tinggal. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 6 responden (9,%) menggunakan genting sbagai atapnya dan 6 responden (9,%) juga menggunakan asbes sebagai atap rumahnya. Sebanyak 7 responden (97,6%) menggunakan tembok sebagai bilik rumah. Sebanyak 5 97

12 responden (7,%) mengakui rumah yang ditempatinya adalah milik sendiri. Sebanyak 6 responden (8,9%) menggunakan ubin sebagai lantai rumahnya. Sebanyak responden (%) memiliki rumah dengan luas berkisar antara m Fasilitas Tempat Tinggal Fasilitas tempat tinggal yang dimiliki juga dapat dijadikan status sosial ekonomi rumah tangga selain keadaan tempat tinggal. Unsurunsur yang ada di dalam indikator ini yaitu: luas pekarangan rumah, fasilitas hiburan, alat pendingin, sumber penerangan, bahan bakar, sumber air, dan fasilitas MCK yang dimilki. Fasilitas tempat tinggal terbagi menjadi tiga kategori yaitu lengkap (skor 7), Cukup (skor 0), dan kurang (skor 7). Berdasarkan pada Tabel 6 dan Lampiran diketahui bahwa sebanyak 7 responden (98,6%) memiliki fasilitas tempat tinggal yang lengkap dan hanya responden (,7%) yang fasilitas tempat tinggal yang cukup. Tabel 6. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Rumah Tangga Pedagang Kriteria Skor Jumlah Responden %. Luas Pekarangan Luas (>00m ) Sedang (5000m ) Sempit (<50m ). Hiburan DVD/VCD Player TV Tape recorder Radio. Pendingin AC Lemari Es Kipas Angin Alam. Penerangan Listrik Petromax Lampu tempel Total Total Total

13 5. Bahan Bakar Gas Minyak Tanah Kayu 6. Sumber Air PAM Sumur bor Sumur Mata Air Hujan Sungai 7. MCK Kamar mandi sendiri Umum Sungai Kebun Total Total Total Total 7 00 Sumber: Data Primer, Kesehatan Anggota Rumah Tangga Indikator ini melihat seberapa banyak anggota rumah tangga yang sakit dalam satu bulan. Jika dalam satu bulan terdapat kurang dari 5% dari seluruh anggota rumah tangga sering sakit termasuk dalam kategori bagus (skor), 5 50% sering sakit termasuk kategori sedang (skor ), dan jika lebih dari 50% sering sakit maka termasuk dalam kategori kurang (skor ). Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 7 menunjukkan kesehatan keluarga responden pedagang termasuk dalam kategori yaitu: bagus sebanyak 66 responden (90.%), kategori sedang sebanyak 6 responden (8,%), dan kurang sebanyak responden (,%) Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi beerapa aspek yaitu: jarak ke rumah sakit dari tempat tinggal, jarak ke poliklinik, biaya berobat, penanganan berobat, kemudahan mendapatkan alat KB, kemudahan konsultasi KB, dan harga obat. Indikator ini masuk ke dalam salah satu yang menilai 99

14 bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga pedagang. Adapun kriteriakriteria yang termasuk dalam indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan tersaji pada Tabel 7. Tabel 7. Indikator Kemudahan Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Bagi Rumah Tangga Pedagang Jumlah Kriteria Skor % Responden. Jarak RS terdekat 0 km 0,0 km > km Tidak ada. Jarak ke poliklinik 0 km 0,0 km > km Tidak ada. Biaya berobat Terjangkau Cukup terjangkau Sulit terjangkau. Penanganan berobat Baik Cukup Kurang 5. Alat KB Mudah didapat Cukup mudah Sulit 6. Konsultasi KB Mudah Cukup Sulit 7. Harga obat Terjangkau Cukup terjangkau Sulit terjangkau Total Total Total Total Total Total Total 7 00 Sumber: Data Primer, 0 00

15 Kategori mendapatkan pelayanan kesehatan terbagi menjadi tiga, yaitu: mudah (skor 8%), cukup (skor 7), dan sulit (skor 8). Berdasarkan Tabel 8 dan perhitungan pada Lampiran, dapat diketahui bahwa sebanyak 0 responden (5,79%) mengatakan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan, sebanyak responden (,8%) mengatakan cukup mudah dan sebanyak responden (,7%) mengatakan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan Indikator kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan terdiri dari biaya sekolah, jarak ke sekolah, prosedur penerimaan. Pada indikator ini digolongkan menjadi tiga kategori yaitu: mudah (skor 80), cukup (skor 67), dan sulit (skor 5). Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan Bagi Rumah Tangga Pedagang Kriteria Skor Jumlah % Responden. Biaya sekolah Terjangkau 0.09 Cukup terjangkau Sulit terjangkau 5.07 Belum sekolah 0.. Jarak ke sekolah 0 km 0,0 km > km Tidak ada Belum sekolah. Prosedur Penerimaan Mudah Cukup Sulit Belum sekolah Total Total Total 7 00 Sumber: Data Primer, 0 0

16 Pada Tabel 8 diketahui bahwa sebagian besar untuk biaya sekolah sebanyak 0 responden (,09%) mengatakan terjangkau, jarak ke ssekolah sebagian besar responden berjumlah 6 orang (9,%) mengatakan jarak ke sekolah lebih dari km dari tempat tinggal. Sedangkan sebagian besar untuk prosedur penerimaan sebanyak 6 responden (8,56%) mengatkan mudah. Berdasarkan Tabel 8 dan Lampiran 5 dapat disimpulkan tentang kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan bahwa sebanyak 7 responden (,9%) mengatakan mudah, sebanyak 0 responden (5,79%) mengatakan cukup mudah, sebanyak responden (7,8%) mengatakan sulit, dan sebanyak responden (,%) mengaku belum bersekolah Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi mencakup ongkos dan biaya, fasilitas kendaraan, dan kepemilikan kendaraan. Terdapat tiga kategori yaitu mudah (skor 79), cukup (skor 56), dan sulit (skor ). Tabel 9. Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi Jumlah Kriteria Skor Responden. Ongkos dan biaya Terjangkau Cukup terjangkau Sulit terjangkau. Fasilitas kendaraan Tersedia Cukup tersedia Sulit tersedia. Kepemilikan Sendiri Sewa Ongkos Total Total % Total 7 00 Sumber: Data Primer, 0 0

17 Berdasarkan pada Tabel 9 diketahui bahwa sebanyak 5 responden (7,97%) mengatakan ongkos dan biaya cukup terjangkau, untuk fasilitas kendaraan sebanyak 6 responden (86,0%) mengatakan tersedia, dansebanyak 6 responden (8,9%) mengaku memiliki kendaraan sendiri. Kesimpulan yang didapat dari Tabel 9 dan Lampiran 6, bahwa sebagian besar responden mengatakan mudah sebanyak 66 orang (90,%) Kehidupan Beragama Indikator kehidupan beragama dilihat dari toleransi antar umat beragama. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa sebanyak 5 responden (7,97%) mengatakan toleransi antar umat beragama di lingkungan rumah masingmasing tinggi, kemudian sebanyak 8 responden (,66%) mengatakan toleransi antar umat beragama yang cukup, dan sebanyak responden (,%) mengatakan toleransi yang kurang antar umat beragama Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan Indikator rasa aman didasarkan pada sering atau tidaknya terjadi tindak kejahatan di lingkungan tempat tinggal. Lingkungan dikatakan aman jika tidak pernah mengalami tindak kejahatan, kurang aman jika pernah mengalami tindak kejahatan, dan kurang aman jika sering mengalami tindak kejahatan. Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 67 responden (9,78%) mengatakan aman, sebanyak 5 responden (6,85%) mengatakan cukup aman, dan sebanyak responden (,%) mengatakan lingkungan tempat tinggal mereka kurang aman (Lampiran 7).. 0

18 7.5. Kemudahan Berolahraga Kemudahan melakukan olahraga ditunjang dengan keberadaan fasilitas olahraga baik itu ketersediaan lahan berupa lapangan dan peralatan olahraga. Berdasarkan Lampiran 7 hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 5 responden (7,%) mengaku mudah melakukan olahraga, kemudian sebanyak 7 responden (,9%) mengaku cukup mudah melakukan olahraga, dan sebanyak responden (5,8%) mengaku sulit melakukan olahraga. 7.6 Tingkat Kesejahteraan Responden Pedagang Pengukuran tingkat kesejahteraan berdasarkan indikator kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 99 yang dimodifikasi membagi tiga kategori tingkat kesejahteraan, yaitu tingka kesejahteraan tinggi (skor 75), tingkat kesejahteraan sedang (skor 96), dan tingkat kesejahteraan rendah (skor 8). Berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh diketahui bahwa keseluruhan responden pedagang, rumah tangga mereka termasuk dalam ketegori tingkat kesejahteraan tinggi (Lampiran 8). Pada pengukuran tingkat kemiskinan menurut Direkorat Jenderal Tata Guna Tanah diketahui sebanyak 69 responden (9,5%) masuk dalam kategori tidak miskin, responden (,%) masuk dalam kategori hampir miskin, dan responden (,7%) masuk dalam kategori miskin. Sedangkan kriteria kemiskinan menurut Sajogyo diketahui sebanyak 65 responden (89,0%) masuk dalam kategori tidak miskin, 6 responden (8,%) masuk dalam kategori miskin, dan responden (,7%) masuk dalam kategori miskin sekali. Hasil yang diperoleh dari kedua kriteria kemiskinan sebelumnya berbeda sekali dengan pengukuran tingkat kesejahteraan yang menyatakan seluruh responden rumah tangga pedagang masuk 0

19 dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini disebabkan pengukuran tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 99 yang didalamnya juga terdapat kriteria kemiskinan menurut Direktorat Jenderal Tata Guna Tanah dan Sajgoyo terdapat beberapa unsur dari indikatorindikator lainnya dimana perspektif penilain dari masingmasing responden bersifat subjektif karenaada halhal tertentu dalam kesejahteraan yang tidak dapat dinilai dan diukur. 05

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai dengan September 0.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan di daerah pesisir Teluk Palabuhanratu yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian

Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian 61 62 Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian Pantai Patra Sambolo 63 64 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN I. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2013, pengambilan sampel sudah dilaksanakan di Pantai Patra Sambolo, Kecamatan Anyer Kabupaten

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Aspek Teknik 5.1.1 Unit penangkapan payang Unit penangkapan payang merupakan kesatuan dari tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Ketiga unsur tersebut

Lebih terperinci

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN

POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora ISSN 4-0903 : eissn: 2443-2660 POTRET TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PEMBUDIDAYAIKAN DI CIGANJUR JAKARTA SELATAN Vol. 20, No., Maret 208: 39-44

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG IKAN SEGAR AIR TAWAR DI PASAR KIARACONDONG Bangbang Prayuda*,Atikah Nurhayati** dan Walim Lili** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan berlangsung pada Maret 0. Penelitian ini dilakukan di PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Peta lokasi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN

4 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN.1 Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Pendapatan dan konsumsi rumah tangga merupakan indikator kesejahteraan penting yang dikeluarkan oleh BPS (1991) dalam mengukur tingkat

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 29 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan tingkat kemiskinan pada rumah tangga

Lebih terperinci

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003: 3) geografi ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran:

KUESIONER PERAN IBU. Lampiran: Lampiran: KUESIONER PERAN IBU Petunjuk Pengisian 1. Untuk pertanyaan A, B, C, D diharapkan mengisi jawaban sesuai kolom yang tersedia dan memilih satu jawaban dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk memberikan arah jalannya penelitian ini akan disajikan beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 43 III. METODELOGI PENELITIAN 3.. Kerangka Pemikiran Pariwisata adalah suatu kegiatan yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Dampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK A. Gambaran Status Baik Balita di Desa Pecuk Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 12 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjaun Pustaka 1. Pengertian Geografi Ekonomi Menurut Nursid, 1998:54, Geografi Ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur

Lebih terperinci

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung PADUAN WAWANCARA PENELITIAN Judul Skripsi Lokasi Penelitian : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung I. Identitas Informan 1. Nama : 2. Tempat Tanggal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015

SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK KOMUTER15 C RAHASIA 101. Provinsi SURVEI KOMUTER MEBIDANG 2015 PENCACAHAN RUMAH TANGGA KOMUTER I. KETERANGAN TEMPAT 102. Kabupaten/Kota *) 103. Kecamatan 104. Desa/Kelurahan

Lebih terperinci

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT II. KUNJUNGAN PETUGAS TANGGAL BULAN

SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT II. KUNJUNGAN PETUGAS TANGGAL BULAN Rahasia SDKI-RT SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 0 DAFTAR RUMAH TANGGA I. PENGENALAN TEMPAT. PROVINSI. KABUPATEN/KOTA *) 3. KECAMATAN 4. DESA / KELURAHAN 5. DAERAH **) PERKOTAAN - PERDESAAN - 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BULUNGAN No. 03/10/65/XIX, 4 Oktober 2016 KONDISI PERUMAHAN KABUPATEN BULUNGAN 2015 88,9 PERSEN PENDUDUK BULUNGAN MENGGUNAKAN LISTRIK PLN Rumah yang ditempati rumah tangga Kabupaten Bulungan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 70 Lampiran 1. Kuesioner Nomor Responden Tanggal Wawancara MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Peneliti bernama Febli Tanzenia, adalah seorang mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ] 1. Geografi Ekonomi Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1989 di Semarang, disebutkan bahwa geografi merupakan suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 21-32 ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DANAU PULAU BESAR DAN DANAU BAWAH DI KECAMATAN DAYUN KABUPATEN SIAK PROPINSI RIAU Hendrik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

'8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P> TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN '8~ ~ 'P~ 'Pol. 11?1. 1P>. 2 744-2007 TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN BAGAN MOTOR TELUK BANTEN, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN Mount Prosperity of Bagan Motor Fisherman of Say Banten, Serang Regency,.."'::"'-..

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 No 1, Januari 2011 Hal Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Agribis, Vol 3 1, Januari 2011 Hal 253-264 ANALISIS KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENERIMA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

SENSUS PENDUDUK 1980

SENSUS PENDUDUK 1980 SP 80 - s TANPA RANGKAP DAFTAR RUMAH TANGGA REPUBLIK INDONESIA BIRO PUSAT STATISTIK SENSUS PENDUDUK 1980 PENCACAHAN SAMPLE RAHASIA I PENGENALAN TEMPAT KODE 1. Propinsi 1 2. Kabupaten / Kotamadya *) 3 3.

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 07/MEN/ IV/2005 TENTANG STANDAR TEMPAT PENAMPUNGAN CALON TENAGA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden 1. Umur Umur merupakan suatu ukuran lamanya hidup seseorang dalam satuan tahun. Umur akan berhubungan dengan kemampuan dan aktivitas seseorang dalam melakukan

Lebih terperinci

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Kuesioner

Daftar Pertanyaan Kuesioner Daftar Pertanyaan Kuesioner Evaluasi Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni di Jorong Kandang Melabung Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar No. Responden

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH DISTRIK KWOOR 204 STATISTIK DAERAH DISTRIK KWOOR 204 ISSN : 2302-93X No. Publikasi : 909.3.3 Katalog BPS : 0002.909040 Ukuran Buku : 7.6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vii + 9 halaman Naskah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada sebesar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 32 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Pengertian Geografi menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi (2003:4) Geografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan 120 Lampiran 2. Peta Kawasan Muara Sungai Progo 121 122 Lampiran 3. Kondisi Muara Sungai Progo tahun (a) 2001 (b) 2004 123 MORFOLOGI HULU - MUARA SUNGAI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 59 TAHUN 203 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

FORM WAWANCARA PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011

FORM WAWANCARA PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011 F4 PEWAWANCARA FORM WAWANCARA PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011 Fasilitator mengisi satu set form ini untuk setiap pendaftar. A. INFORMASI UMUM A.01. Provinsi 16. Sumatera Selatan 18. Lampung 33. Jawa Tengah

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012 Nomor : 05/01/63/Th. XVII, 02 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SEPTEMBER 2012 Penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan pada September 2012 mencapai 189.214 orang (5,01 persen),

Lebih terperinci

I. FAKTOR INTERNAL RESPONDEN

I. FAKTOR INTERNAL RESPONDEN Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Perkenankan kami mengajukan beberapa pertanyaann di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Giriharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu.

Baru dapat 1,5 kilogram kotor, kata Tarsin dalam bahasa Jawa, akhir Maret lalu. Tarsin (70) kelelahan. Matanya menatap lesu. Memegang ember berisi lhem, atau sisa tetes getah karet alam, ia duduk di bawah pohon karet di area perkebunan PT Perkebunan Nusantara XIX di Sedandang, Pageruyung,

Lebih terperinci

KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR

KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR REKTORAT : Jln. Nusantara, Kubu, Bangli. Telp. (0366) 93788 Jln. Ratna Tatasan, No. 52 Denpasar. Telp. (0361) 226656 Website : www.ihdn.ac.id, email

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. konteks keruangan. Kajian geografi terbagi menjadi dua yaitu geografi fisik yang II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Suharyono dan Moch Amien (1994:15), Geografi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kaitan Antara Geografi Ekonomi Dengan Usaha Petani Singkong Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaaan dan perbedaan fenomena geosfer

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 01/07/72/Th. XII, 01 Juli 2009 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Juni 2009 di Kota Palu terjadi inflasi sebesar 0,15 persen, dengan indeks dari 115,86 pada Mei 2009 menjadi 116,03

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG No. 02/Th. XVII, Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kabupaten Batang Bulan Januari 2017 1,04 persen Pada bulan Januari 2017 di

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis mengutip pendapat dari beberapa ahli dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 43/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MARET 2016 RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2016

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta memiliki luas sekitar 32,5 km 2 atau 1,02 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG 1 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN KRITERIA RUMAH USULAN REHAB RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :

Lebih terperinci