232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-H SMP Negeri l Balongbendo yang berjumlah 36 siswa terdiri atas 17 siswa lelaki dan 19 siswa perempuan. Penelitian dilakukan 2 tahapan siklus dalam satu siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa serta observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1.) aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu siklus 1= 95%, siklus 2= 98%. 2.) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu siklus 1= 34 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas kemudian selanjutnya meningkat pada siklus 2 = 35 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas, sedangkan ketuntasan belajar siswa klasikal sesuai dengan KKM = 79 adalah untuk siklus l= 94 %, siklus 2= 97 %. Kata Kunci: Hasil Belajar, Number Head Together PENDAHULUAN Pendidikan merupakan wahana untuk menningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia - manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003). Itulah sebabnya guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Menurut Hamalik (2001) Guru bertugas memberikan pengajaran didalam sekolah (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain dari itu ia juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikan.. 232
233 Dalam pembelajaran IPS Ekonomi menurut Trianto (2010), tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, miat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata IPS masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Temuan di kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo tahun pelajaran 2014/2015 semester genap menunjukkan bahwa hasil belajar siswa untuk ulangan harian, ulangan tengah semester serta ulangan semester genap masuk dalam kategori sedang. Setelah ditelusuri dari resume pembelajaran yang dibuat oleh guru pada setiap pertemuan, penyebab munculnya permasalahan di atas disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1.) Perihal memahami mata pelajaran ekonomi sulit dipenuhi siswa terlihat dari hasil penilaian diri siswa; 2.) guru sudah menerapkan model-model pembelajaran, namun sebagian siswa masih hanya sebatas pada menghafalkan materi yang ada dalam buku cetak; 3.) siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas; 4.) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang; 5.) kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan gagasan dalam pembelajaran; dan 6.) kurangnya keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas. hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah. Untuk mengatasi kesulitan pemahaman tersebut, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Salah satu diantaranya adalah melalui penerapan pendekatan, metode serta model pembelajaran yang sesuai, yang dapat memotivasi pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto (2010).
234 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Menurut Sanjaya (2006) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/ tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda. Sedangkan Menurut Suprijono (2009) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Penelitian ini sangat tepat dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balongbendo karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disekolah ini menunjukkan bahwa pelajar di sekolah ini kurang motivasi belajarnya. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah antara lain adalah: 1.) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; 2.) Memperbaiki kehadiran; 3.) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; 4.) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; 5.) Konflik antara pribadi berkurang; 6.) Pemahaman yang lebih mendalam; 7.) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; 8.) Hasil belajar lebih tinggi (Ibrahim, 2000). Numbered Heads Together pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Penelitian ini sangat tepat dilaksanakan di SMP Negeri 1 Balongbendo karena berdasarkan hasil observasi yang dilakukan disekolah ini menunjukkan bahwa pelajar di sekolah ini kurang motivasi belajarnya. Adanya latar belakang tersebut diatas, permasalahan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.) Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa Kelas IX-H
235 SMP Negeri 1 Balongbendo? 2.) Apakah model pembelajaran Kooperatif tepe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo? Sesuai dengan judul skripsi diatas penelitian ini bertujuan untuk: 1.) Mengetahui adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa Kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo; 2.) Mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Ekonomi pada siswa kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo. METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah peserta didik kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo yang berjumlah 36 orang, semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Materi pelajaran IPS penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Arikunto (2007), yang secara garis besar ada 4 tahap yang harus dilalui yaitu: 1.) Rencana Tindakan (Planning); 2.) Pelaksanaan Tindakan (Acting); 3.) Pengamatan (Observasi); 4.) Refleksi (Reflecting). Adapun siklus penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Adapun siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Perencanaan Refeleksi SIKLUS I Tindakan Pengamatan Perencanaan Refeleksi SIKLUS II Tindakan Pengamatan Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Arikunto, 2007 )
236 Adapun tahapan-tahapan PTK seperti gambar 1 tersebut dapat diuraikan setiap siklusnya sebagai berikut : Siklus I 1.) Tahap Perencanaan Tidakan sebagai berikut a)menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan materi yaitu: a.) Silabus; b.) RPP; c.) Bahan Ajar; d.) LKS. E.) Membuat lembar observasi; f.) Lembar penilaian. 2.) Tahap pelaksana tindakan yang dilaksanakan 2x 40 menit sesuai dengan rencana pembelajaran. 3.) Tahap pengamatan. 4.) Tahap refleksi. Siklus II 1.) Tahap perencanaan Penelitian. Hasil dari refleksi siklus 1 yang telah dianalisis untuk kemudian diperbaiki ke siklus 2 adalah sebagai berikut: 1.) Pengamatan; 2.) Dokumentasi; 3.) Tes. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Hasil penelitian aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dan mengadakan penilaian adalah sebagai berikut yang terlihat dalam tabel 1 pada siklus 1 yaitu: Tabel 1. Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus 1 No Aspek yang diamati P1 P2 Jumlah Ratarata 1 Siswa membaca ( mencari informasi dan sebagainya ) 4,0 4,0 8,0 4,0 2 Siswa mencatat 4,0 4,0 8,0 4,0 3 Siswa mendengarkan penjelasan guru 4,0 4,0 8,0 4,0 Terjadi interaksi dengan guru dan siswa 4 lainnya 3,0 4,0 7,0 3,5 5 Siswa terdorong menggunakan kemampuan untuk berfikir kreatif 4,0 4,0 8,0 4,0 6 Siswa menjawab pertanyaan sesuai nomor 4,0 3,0 7,0 3,5 7 Membuat tugas menulis pertanyaan 3,0 4,0 7,0 3,5 8 Siswa belajar dalam keadaaan antusias 4,0 4,0 8,0 4,0 Siswa mempunyai kesempata mengemukakan pendapat dan mendengarkan 4,0 3,0 7,0 3,5 9 penilaian guru 10 Menerima tugas rumah /PR 4,0 4,0 8,0 4,0 Jumlah 38 38 76 38 Rata-rata 3,8 3,8 3,8 Persentase 95% Sumber: data diolah (2015)
237 Keterangan P1: Pengamat 1 P2: Pengamat 2 Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 menunjukkan skor rata-rata 4,0 cukup dominan, skor tersebut diberikan pada aktivitas siswa membaca, siswa mencatat, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa terdorong menggunakan kemampuan untuk berfikir kreatif, siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan pembelajaran NHT, siswa belajar dalam keadaan antusias dan menerima tugas rumah/ PR namun pada aktivitas lainnya, skor rata-rata yang diberikan pengamat sebesar 3,5 yaitu aktivitas terjadi interaksi dengan guru dan siswa lainnya, menjawab pertanyaan sesuai nomor, membuat tugas dan siswa mempunyai kesempatan mengemukakan pendapatan dan mendengarkan penilaian guru. Sedangkan ketuntasan individu dan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat diketahui dengan ketentuan, siswa dikatakan tuntas secara individu apabila mencapai KKM atau diatas KKM yaitu 79 sedangkan secara klasikal, pelajaran dikatakan tuntas apabila 85% siswa. Adapun ketuntasan individu dan klasikal ditunjukkan dalam tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Ketuntasan Individu dan Klasikal Siklus 1 Siswa Hasil Belajar Keterangan 1 80 Tuntas 2 90 Tuntas 3 80 Tuntas 4 70 Tidak Tuntas 5 100 Tuntas 6 90 Tuntas 7 100 Tuntas 8 90 Tuntas 9 80 Tuntas 10 90 Tuntas 11 100 Tuntas 12 80 Tuntas 13 80 Tuntas 14 80 Tuntas 15 90 Tuntas 16 90 Tuntas 17 80 Tuntas 18 90 Tuntas 19 80 Tuntas 20 80 Tuntas 21 100 Tuntas
238 22 100 Tuntas 23 80 Tuntas 24 80 Tuntas 25 90 Tuntas 26 100 Tuntas 27 80 Tuntas 28 100 Tuntas 29 100 Tuntas 30 100 Tuntas 31 70 Tidak Tuntas 32 100 Tuntas 33 90 Tuntas 34 80 Tuntas 35 88 Tuntas 36 79 Tuntas 88 Nilai rata-rata 94% Ketuntasan Klasikal Sumber: data diolah (2015) Berdasarkan tabel 2 tersebut di atas diketahui hasil analisis ketuntasan belajar individu menunjukkan siswa kelas XI-H yang berjumlah 36 orang memperoleh ketuntasan individu sebanyak 34 siswa dan sebanyak 2 dikatagorikan tidak tuntas setelah mengikuti proses pembelajaran dan rata-rata nilai kelas sebesar 88 dengan demikian diketahui jumlah ketuntasan kelas sebesar 94% Siklus 2 Tabel 3 Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus 2 No Aspek yang diamati P1 P2 Jumlah Rata-rata 1 Siswa membaca ( mencari informasi dan sebagainya ) 4,0 4,0 8,0 4,0 2 Siswa mencatat 4,0 4,0 8,0 4,0 3 Siswa mendengarkan penjelasan guru 4,0 4,0 8,0 4,0 Terjadi interaksi dengan guru dan siswa 4 lainnya 4,0 4,0 8,0 4,0 5 Siswa terdorong menggunakan kemampuan untuk berfikir kreatif 4,0 4,0 8,0 4,0 6 Siswa menjawab pertanyaan sesuai nomor 4,0 4,0 8,0 4,0 7 Membuat tugas menulis pertanyaan 3,0 4,0 7,0 3,5 8 Siswa belajar dalam keadaaan antusias 4,0 4,0 8,0 4,0 9 Siswa mempunyai kesempatan mengemukakan pendapat dan mendengarkan penilaian guru 3,0 4,0 7,0 3,5
239 10 Menerima tugas rumah /PR 4,0 4,0 8,0 4,0 Jumlah 38 40 78 39 Rata-rata 3,8 4,0 3,9 Persentase 98% Sumber: data diolah (2015) Keterangan: P1: Pengamat 1 P2: Pengamat 2 Aktivitas siswa pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan, terlihat perolehan skor rata-rata 4,0 sangat dominan yaitu pada aktivitas siswa membaca, siswa mencatat, siswa mendengarkan penjelasan guru, terjadi interaksi dengan guru dan siswa lainnya, siswa terdorong menggunakan kemampuan untuk berfikir kreatif, siswa menjawab pertanyaan sesuai nomor, siswa belajar dalam keaadaan antusias dan menerima tugas rumah/pr. Sebagian besar aspek kegiatan memperoleh skor rata-rata yang sama kecuali membuat tugas menulis soal pertanyaan dan siswa mempunyai kesempatan mengemukakan pendapat dan mendengarkan penilaian guru memperoleh skor rata-rata 3,5. Hasil analisis ketuntasan individu dan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat ketahui dengan ketentuan siswa dikatakan tuntas secara individu apabila mencapai KKM atau di atas KKM, yaitu 79,00 sedangkan secara klasikal, pelajaran dikatakan tuntas apabila 85% siswa. Ketuntasan individu dan klasikal ditunjukkan dalam tabel 4 berikut: Tabel 4. Ketuntasan Individu dan Klasikal Siklus 2 Siswa Hasil Belajar Keterangan 1 100 Tuntas 2 100 Tuntas 3 100 Tuntas 4 90 Tuntas 5 100 Tuntas 6 80 Tuntas 7 100 Tuntas 8 100 Tuntas 9 100 Tuntas 10 80 Tuntas 11 100 Tuntas 12 100 Tuntas 13 90 Tuntas 14 70 Tidak Tuntas 15 90 Tuntas
240 16 100 Tuntas 17 90 Tuntas 18 100 Tuntas 19 90 Tuntas 20 100 Tuntas 21 90 Tuntas 22 90 Tuntas 23 80 Tuntas 24 100 Tuntas 25 90 Tuntas 26 100 Tuntas 27 100 Tuntas 28 100 Tuntas 29 100 Tuntas 30 100 Tuntas 31 90 Tuntas 32 100 Tuntas 33 80 Tuntas 34 100 Tuntas 35 100 Tuntas 36 100 Tuntas 94 Nilai rata-rata 97% Ketuntasan Klasikal Sumber: data diolah (2015) Berdasarkan tabel 4 tersebut di atas diketahui hasil analisis ketuntasan belajar individu menunjukkan siswa kelas XI-H yang berjumlah 36 orang memperoleh ketuntasan individu sebanyak 35 siswa dan sebanyak 1 dikatagorikan tidak tuntas setelah mengikuti proses pembelajaran dan rata-rata hasil belajar kelas sebesar 94 dengan demikian diketahui jumlah ketuntasan kelas sebesar 97 %. Berdasarkan tabel 4. tersebut diatas diketahui hasil analisis ketuntasan individu menunjukkan siklus 1= 34 tuntas dan 2 siswa tidak tuntas kemudian selanjutnya meningkat pada siklus 2 = 35 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas dengan demikian ketuntasan klasikal juga berfluktuasi siklus 1 = 94% selanjutnya meningkat pada siklus 2 = 97% Pembahasan Dalam penelitian tindakan kelas ini pembahasan didasarkan pada hasil pengamatan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa secara Individual dan klasikasl. Kegiatan pembelajaran dengan model Tipe Number Head Together Pada Siswa kelas IX-H SMP Negeri 1 Balongbendo Kabupaten Sidoarjo memang sangat membantu siswa. Dalam pembelajaran
241 kooperatif, siswa dapat berinter aksi dengan memecahkan masalah,.terbukti adanya peningkatan pengamatan dari siklus 1= 95% selajutnya siklus 2=98% sedangkan ketuntasan individu dan klasikal dari siklus 1=94% menjadi meningkat 2=97%. Perolehan hasil belajar pada pelaksanaan pembelajaran IPS pada materi mengidentifikasi dampak kerjasama antar negara terhadap perekonomian Indonesia. Sesuai dengan pendapat Sugandi (2007 : 9) Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang. KESIMPULAN Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1.) Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam model pembelajaran Number Head Together dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan, yaitu siklus 1 menunjukkan aspek yang diamati dengan skor rata-rata 3,8 kategori cukup baik dengan persentasi sebesar 96%. Siklus 2 = dengan skor rata-rata 3,9 kategori cukup baik dengan persentasi sebesar 98% dengan jumlah 76 skor rata-rata 3,8 kategori cukup baik, dan siklus 2 dengan jumlah 77 skor rata-rata 3,9 kategori cukup baik. Aktivitas siswa tersebut menunjukkan peningkatan pada siklus 2 = 0,97%; 2.) Hasil belajar siswa dalam model pembelajaran number head together dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan yaitu siklus 1 menunjukkan 34 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 94% dengan rata-rata kelas sebesar 88. Hasil belajar siswa siklus 2 menunjukkan 35 siswa tuntas dan 1 siswa tidak tuntas serta ketuntasan klasikal sebesar 97% dengan rata-rata kelas sebesar 94. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Ibrahim, H. Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. Sugiyanto, 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : PSG Rayon 13.
242 Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta Bumi Aksara. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Sinar Grafika.