Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:
|
|
- Devi Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGGUNAAN METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 WADASLINTANG Oleh : Singgih Haryono. Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo. singgihprembun@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan proses penerapan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (3) mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (4) mendeskripsikan peningkatan kerjasama siswa dalam belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistrtem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Wadaslintang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar hasil observasi sebelumnya dan soal tes dan diujikan menggunakan validitas instrumen. Observasi dilakukan dengan mengacu pada lembar observasi. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, yaitu sejumlah pertanyaan dan disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada siklus I, nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). Ketuntasan siswa dalam aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%; Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa 176 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
2 yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%; Kata Kunci : Number Head Together (NHT), aktivitas, kerjasama, hasil belajar PENDAHULUAN Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan. Hal ini tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa metode dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek. Pendidikan kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, objektif, dan logis. Sehingga masih banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini nenuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 177
3 kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Ngalim Purwanto,2009). Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dunia pendidikan terdapat beraneka ragam kegiatan yang dapat dilaksanakan di dalamnya. Kegiatan pendidikan itu amat banyak macamnya, antara lain disebabkan beraneka ragamnya segi kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan. Maka dapat dijelaskan pendidikan adalah suatu usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. Pada dasarnya pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Untuk mewujudkan hal ini, maka proses pendidikan selalu berkaitan erat dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan suatu pembelajaran. Dijelaskan juga bahwa pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan adalah terbentuknya kecerdasan dan keterampilan seseorang yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya masa depan bangsa dan negara ditentukan sejauh mana pendidikan bangsa Indonesia dan seberapa kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk dapat membangun negaranya agar mampu dan berkembang. Oleh sebab itu berkembangnya suatu pendidikan sangatlah tergantung dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. 178 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
4 Proses pembelajaran yang sukses dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar dan yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru sekolah dasar adalah pihak yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dipesatnya jaman perkembangan teknologi. Guru sekolah dasar dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkan semua. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas tentang penggunaan model pembelajaran yang variatif masih kurang mendominasi dan guru cenderung menggunakan model yang monoton pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru profesional. Oleh sebab itulah dalam suatu proses pembelajaran diperlukan guru profesional agar tujuan dalam pembelajaran sesuai dengan apa yang diinginkan. Guru profesional adalah guru yang mempunyai keahlian khusus sehingga dapat mengembangkan keahliannya tersebut disertai dengan visi yang tepat dan diiringi dengan inovasi. Guru profesional harus dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran yang diberikan serta menggunakan model yang bervariasi. Profesionalisme seorang guru juga merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan pengembangan manusia termasuk gaya belajar. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 179
5 Berdasarkan pengertian di atas bahwa guru profesional harus mampu memberikan motivasi, inovasi serta dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri sehingga bertujuan untuk mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan. Selain itu dapat diketahui bahwa keberhasilan pelaksanaan program pengajaran di sekolah berhubungan erat dengan sikap profesionalisme guru. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam usaha meningkatkan prestasi siswanya. Dalam hal belajar, sikap profesionalisme guru sangat penting dan merupakan syarat mutlak untuk guru. Dengan adanya guru profesional seperti ini, maka dapat diharapkan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti halnya pada mata pelajaran Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Proses pembelajaran khususnya pembelajaran sistem bahan bakar konvensional pada sepeda motor akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa lembih aktif dan berkerjasama. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar adalah adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Aktivitas dan kerjasama merupakan suatu sikap berperan serta, ikut serta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan. Berdasarkan observasi yang telah pada saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 11 Agustus 2014 sampai 11 Oktober 2014 peneliti mendapatkan bahwa prestasi belajar Otomotif pada materi Produktif (KK) untuk siswa kelas XI ternyata masih rendah. Dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 70, data yang diberikan guru menunjukkan rata-rata hasil ujian akhir semester genap tahun ajaran 2014/2015 dari kelas XI sebesar 57,16 dengan banyaknya siswa yang tuntas hanya 44% siswa dari keseluruhan 96 siswa. Kebanyakan siswa kurang menguasai materi dan juga kurang aktif dan bekerjasama dengan siswa lain dalam mengikuti pembelajaran. Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa proses belajar mengajarsistem bahan bakar konvensinal pada sepeda motor yang berlangsung di kelas sebenarnya telah 180 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
6 melibatkan siswa, misalnya siswa mendengar guru menerangkan, membaca dan mencatat pelajaran yang diberikan. Tetapi sebagian besar siswa terlibat jarang mengajukan pertanyaan atau mengutaran pendapatnya walaupun guru telah berulang kali meminta agar siswa jika ada hal-hal yang kurang jelas, banyak siswa terlihat malas, tidak percaya diri mengerjakan soal-soal latihan dan baru akan mengerjakan setelah soal selesai dikerjakan oleh guru atau siswa lain yang lebih aktif. Pelajaran Sistem bahan bakar konvesional pada sepeda motor tidak segera dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, masih perlu lagi kerjasama dengan siswa dalam kegiatan lain seperti mengerjakan tugas, mengerjakan latihan, mengerjakan PR, maju ke depan kelas, mengadakan diskusi, mengeluarkan ide atau gagasan. Perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas, kerjasama dan hasil belajar dalam pembelajaran sistem bahan bakar yakni dengan adanya pembelajaran kooperatif sebagai alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan ketuntasan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas dan kerjasama siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar dan bekerja sama dengan anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif ini mengenal berbagai macam tipe, salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan akademik adalah metode Number Head Together (NHT) Metode ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Salah satu model pembelajaran yang cocok yaitu dapat merubah gaya belajar dari siswa pasif menjadi siswa aktif yaitu Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan kontruktivisme, dalam pembelajaran ini pada umumnya digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (Widyantini, 2006:7). Model ini menerapkan salah satu metode diskusi kelompok yang sangat baik untuk membuat siswa belajar memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 181
7 kelompoknya. Dan model ini memberi semua siswa kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban dalam kelas besar setelah berlangsungnya diskusi kelompok. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian Penggunaan Metode Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran Otomotif untuk meningkatkan Aktivitas, Kerjasama Dan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Trianto (2011: 15), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas dalam pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Wadaslintang. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari Subjek penelitian berdasarkan hasil observasi maka ditetapkan siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Wadaslintang. Pemilihan ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa siswa kelas XI TKR pada umunya diyakini mampu melakukan aktivitas dan kerjasama sesuai dengan tindakan kelas yang dirancanakan dan yang akan diterapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung rerata dan persentase pada skor siswa. Dari nilai persen yang diperoleh kemudian menentukan tingat persentase keaktivan dan kerjasama dalam belajar, menurut (Ngalim Purwanto, 2010 : 103) kategori penggolongan nilai rata-rata. 182 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
8 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Siklus I Alternatif pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengatasi rendahnya aktivitas, kerjasama dan hasil belajar siswa mengalami kenaikan atau lebih baik dari sebelumnya di kelas XI SMK Negri I Wadaslintang. Intervensi yang peneliti lakukan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ternyata menimbulkan ketertarikan bagi anak, sehingga berimplentasi pada aktivitas dan kerjasama dalam belajar yang akhirnya ternyata berkorelasi positif dengan peningkatan pemahaman siswa. Disamping itu kehadiran model pembelajaran dalam proses pembelajaran telah mampu mempermudah siswa dalam belajar. Semakin baik dan tepat metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Siklus II Setelah dilakukan intervensi terhadap kelemahan hasil refleksi pada siklus I, peneliti menggunakan variabel lain untuk meningkatkan aktivitas dan kerjasama dalam belajar siswa yang nantinya diharapkan memberi konstribusi jumlah anggota untuk setiap anggota kelompok kerja siswa, ternyata upaya tersebut dapat memberikan konstribusi yang signifikan. Faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan kemampuan pemahaman ataupun hafalan siswa adalah dengan diberikannya kesempatan kepada siswa untuk melakukan kerja sama atau saling bertuka pikiran dengan teman sekelompoknya. Sehingga memberikan pengalaman nyata untuk dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Ketuntasan dalam hal hasil belajar siswa pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 183
9 siklus I, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). Ketuntasan siswa dalam hal aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%; Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%; Di samping hal tersebut di atas, faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan pemahaman siswa ataupun hafalan pada setiap siswa adalah alokasi waktu tes dan lembar jawab. Waktu belajar lebih efisien karena siswa tidak lagi membuang sebagian waktunya untuk mencatat soal di papan tulis dan menyediakan lembar jawab. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Alternatif pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengatasi rendahnya aktivitas, kerjasama dan hasil belajar siswa mengalami kenaikan atau lebih baik dari sebelumnya di kelas XI SMK Negri I Wadaslintang. 184 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
10 2. Ketuntasan dalam hal hasil belajar siswa pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). 3. Ketuntasan siswa dalam hal aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%. 4. Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%. DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Ngalim Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action & Research) Teori & Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widiyantini Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 185
: Irfangi,Suyitno Program studi Pendidikan Teknik Otomotif FKIP Universitas Muhamadiyah Purworejo. :
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE PROBLEM BASE LEARNING (PBL) PADA KOMPETENSI MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR DI SMK GIRIPURO SUMPIUH BANYUMAS Oleh Email : Irfangi,Suyitno Program studi Pendidikan
Lebih terperinciOleh: Purningsih, S.Pd. SMK YPT Purworejo Abstrak
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XII TKR A SMK YPT PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Purningsih, S.Pd. SMK
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA Atik Dwi Kurniati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: atikdwi_kurniati@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis.
Lebih terperinciPENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TIPE CORE PADA SISWA KELAS VII
PENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TIPE CORE PADA SISWA KELAS VII Oleh: Hidayatul Hikmah, Mujiyem Sapti, Prasetiyo Budi Darmono. Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut membawa manusia ke dalam era
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, komponen yang selama ini dianggap sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Triyatno 1, John Sabari 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Veithzal dan Sylviana (2010:1) mengatakan bahwa: Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu SDM menuju era globalisasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DALAM POKOK BAHASAN JURNAL KHUSUS PADA SISWA KELAS XI AKUNTANSI SEMESTER I SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO
232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sengaja atau terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Keaktifan Belajar, Model Pembelajaran talking stick.
MENINGKATKAN KEAKTIFAN PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK DALAM PELAJARAN SISTEM KELISTRIKAN PADA SISWA KELAS XI TKR III SMK NURUSSALAF KEMIRI Sigit Sudrajad, Bambang sudarsono Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Pentingnya pendidikan, baik bersifat formal maupun non
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD
PENERAPAN TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN SISWA KELAS V SD Winarsih 1, Triyono 2, M. Chamdani 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret 2, 3
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS XI SMK N 1 KASIHAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Efin Nur Widiastuti
Lebih terperinciKata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciKata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, PAIKEM A. PENDAHULUAN
Implementasi Pendekatan PAIKEM Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas XI SMKN 1 Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2012/2013. Oleh M. Hajar Anwari. Pendidikan Teknik Otomotif. e-mail: mhajaranwari@yahoo.co.id
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Yunita Damayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: wisnie59@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Zainal Abidin SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study uses classroom action research Application
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan manusia dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan tentang pendidikan dapat diperoleh oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN
PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : SRI WIDARYANI X4304022 FAKULTAS
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA
PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK SISWA SMP KELAS VII
ANALISIS KEBUTUHAN BUKU AJAR MATEMATIKA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK SISWA SMP KELAS VII Ika Putri Astriyana Sari 1), Suparman 2). 1 Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas
Lebih terperinciPenerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship
Fanggi Ananta Tirtana, Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN Oleh :Nursodik, Adhetya Kurniawan,Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP,Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat
Lebih terperinciAPLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
APLIKASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI PENGGUNAAN STILL PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-4 SMA N 1 BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT, SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI SEGITIGA SISWA KELAS VII Novia Puspitaningrum Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciVol.09/No.01/Januari 2017 ISSN:
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SISTEM REM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SISTEM REM SISWA KELAS XII TEKNIK SEPEDA MOTOR DI SMK PANCASILA KUTOARJO Oleh Email : Faisal Dwi Hermawan, Widiyatmoko,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan seperti pada bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab Pendahuluan ini akan diuraikan secara singkat mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
Lebih terperinciPardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.
Lebih terperinciARTIKEL E-JOURNAL. Oleh R i s w a n t o NIM
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DENGAN PENAMBAHAN PEKERJAAN LAS DALAM MINAT BERWIRAUSAHA DI SMK TAMAN KARYA MADYA TEKNIK KEBUMEN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh R i
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER Oleh: Umi Rokhmawati, Supriyono, Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan
Lebih terperinci146 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN STAND ALAT PERAGA SISTEM WIPER WASHER GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKR DI SMK MA ARIF 2 GOMBONG TAHUN 2015/2016 Oleh : Pradipta Yafi Atprivema, Bambang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan mampu merubah pola hidup manusia dari pola tradisional menjadi pola yang moderen.
Lebih terperinciNICO SATYA YUNANDA A54F100019
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SUGIHMANIK KECAMATAN TANGGUNGHARJO KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman saat ini semakin pesat dan canggih. Hal ini ditandai dengan persaingan di segala bidang yang semakin ketat, tak terkecuali dalam dunia pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang menurut beberapa siswa dinilai sebagai mata pelajaran
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Khusnul Khotimah Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar (SD) yang merupakan ujung
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinci*Keperluan korespondensi, telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai tahap pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Dengan demikian sekolah dasar harus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.
24 1.1. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut classroom action research. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI METODE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA KELAS VII D SMP NEGERI 7 PURWOREJO
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING MELALUI METODE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA KELAS VII D SMP NEGERI 7 PURWOREJO Oleh: Dimas Julijadi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa
Lebih terperinciPenerapan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Penerapan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Pemeliharaan Sistem Rem Siswa Kelas XI TMO SMK YPT Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013 Oleh :
Lebih terperinciPENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE Naning Sri Muningsih, Nila Kurniasih, Dita Yuzianah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Lebih terperinciKOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH
KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan dalam upaya mendewasakan
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD
PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD Oleh: Ika Yuliastuti 1, Suhartono. 2, Imam Suyanto 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret.
Lebih terperinciKata kunci: quatum teaching, motivasi belajar, prestasi belajar, chasis dan suspensi otomotif
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN CHASIS DAN SUSPENSI OTOMOTIF DI SMK NEGERI 4 PURWOREJO Oleh: Muhammad Thoriq Irsyad
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DISERTAI PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITASDAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS X IPA MA UNGGULAN NURIS Lailatul Ma rifah Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, BAB
Lebih terperinciVol.10/No.01/Juli 2017 ISSN:
BAKAR BENSIN KARBURATOR DENGAN MEDIA VIDEO ANIMASI DI KELAS XI TEKNIK KENDARAAN RINGAN 1 SMK NAHDLATUL ULAMA LASEM KABUPATEN REMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh : Arif Dimyati Pendidikan Teknik Otomotif,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini semakin hari kualitasnya makin lemah. Titik lemah dalam kurikulumnya adalah rendahnya kompetensi guru dalam menggali potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan suatu negara tidak dapat terlepas dari maju dan berkembangnya pembangunan, pendidikan memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara. Proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA (sains) berupaya meningkatkan minat manusia agar meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya. IPA di sekolah dasar hendaknya membuka
Lebih terperinciMENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII Puji Sumiati Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran pada progam adaptif yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia mulai belajar mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hakikatnya manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula pada hakekatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Pada hakikatnya manusia membutuhkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan antarnegara semakin ketat. Menghadapi persaingan tersebut diperlukan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, PMIPA, FKIP, UNS Surakarta
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 3 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 54-58 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
Lebih terperinciPeningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo
Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo Dosen Pembimbing : Intan Sari Rufiana Siti Munawaroh Mahasiswa Universitas
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING Oleh: Triani, Supriyono, Isnaeni Maryam Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri I Gorontalo dengan jumlah siswa 34 orang dan I orang guru mitra.
Lebih terperinciTjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN LKS INKUIRI PADA SISWA KELAS XI-TPHP SMK PERIKANAN DAN KELAUTAN
Lebih terperinci