TEATER BUKU PELAJARAN SENI BUDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMUKIMAN BUKU PELAJARAN SENI BUDAYA

T O P E N G. Buku Pelajaran. Untuk SMA Kelas 1. PENULIS Endo Suanda. KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto

MUSIK POPULER. Untuk Kelas VIII. Kesenian Nusantara. Penulis: Mauly Purba Ben M. Pasaribu

Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas VII TEKSTIL. Penulis : Cut Kamaril Wardhani Ratna Panggabean

Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas X

GONG Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas VII

Tari TonTonan Buku Pelajaran Kesenan nusantara Untuk Kelas Viii

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

TARI KOMUNAL. BukuÊP elajaranêk esenianênus antara UntukÊK elasê XI. PenulisÊ: IÊ WayanÊD ibia FX.Ê Widaryanto EndoÊSuanda

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MATA PELAJARAN : Seni Teater JENJANG PENDIDIKAN : Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik

SILABUS PEMBELAJARAN

Berbahasa dan Bersastr

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

JEJAK SENI DALAM SEJARAH ISLAM. Dr. Febri Yulika, S.Ag., M.Hum

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP

TEKNIK PENYUTRADARAAN DRAMA MUSIKAL ABU DZAR AL GHIFARI KARYA AGUNG WASKITO SUTRADARA WELLY SURYANDOKO. Welly Suryandoko

BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik

SILABUS PEMBELAJARAN

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,

MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan budayanya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

Pengembangan Model Pembelajaran Proses Kreatif Berteater

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

SILABUS PEMBELAJARAN

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

TEATER BUKU PELAJARAN SENI BUDAYA UNTUK KELAS XII PENULIS : PUTU WIJAYA KONTRIBUTOR : ENDO SUANDA EDISI UJI COBA PSN 2007

TEATER Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk Kelas XII Penulis : Putu Wijaya Kontributor: Endo Suanda Penanggung Jawab Isi: Penulis Penanggung Jawab Administratif : LPSN ISBN : 979-3679-09-3 Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Hak cipta dilindungi undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Dilarang memperbanyak/menyebarluaskan dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Lembaga Pendidikan Seni Nusantara. Kantor Sekretariat Lembaga Pendidikan Seni Nusantara Jl. Sawah Lunto 65 Jakarta 12970 Tlp./Faks.: (021) 8294643, 8315084 Email : lpsn@dnet.net.id Editor teks : Takhsinul Khuluq Tiurma P. Manalu Tim Materi AV: Adi Nugroho Ign. Satya Pandia Gatot Slametto Sampul & Tata Letak: Muhammad Amax Isnaini Edisi pertama, Buku Uji Coba Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, 2007. Dicetak terbatas untuk kalangan sendiri, didistribusikan hanya pada sekolah uji-coba LPSN, dan tidak diperdagangkan di pasaran. Kutipan akademis harus dengan ijin tertulis dari LPSN dan/atau Penulis.

PENGANTAR Buku Teater ini merupakan bagian dari seri terbitan LPSN sebagai bahan ajar pelajaran Seni Budaya di Kelas 12 (Kelas 3 SMA- SMK), untuk meningkatkan daya apresiasi peserta didik terhadap suatu jenre kesenian yang secara umum disebut teater. Untuk tujuan itu, sesuai dengan sasarannya pada sekolah umum, yang diutamakan bukanlah ke arah kreativitas kesenimanan para siswa, melainkan lebih pada penumbuhan kemampuan daya pandang (tonton), daya dengar, daya cerna, daya ungkap, dan daya talar terhadap teater. Maka, seperti halnya juga buku-buku LPSN lainnya, buku ini bukanlah sebuah manual untuk menciptakan pertunjukan teater atau drama, dengan petunjuk-petunjuk teknis yang rinci dari A sampai Z. Namun demikian, buku Teater ini agak berbeda dengan buku-buku lainnya: bukan saja mengenai muatan topiknya melainkan juga nuansa atau karakternya yang khusus. Sebab, penulisnya adalah Putu Wijaya, yang memiliki karakter sangat khusus pula. Tentu saja, penulisan buku ini didahului oleh suatu kesepakatan antara penulis dan LPSN terhadap sasaran dan pendekatan dasarnya, bahkan sampai pada strukturnya. Menurut kami, tulisan Putu Wijaya itu sangat menyatu (koheren), baik isi maupun gayanya. Untuk suatu bab, uraian dari awal sampai akhir sangat mengalir, sehingga sulit untuk diedit dengan pengurangan maupun penambahan isi. Atas dasar itu, langkah yang diambil oleh LPSN bukanlah mengedit tulisan Putu Wijaya, melainkan menulis bab tersendiri, untuk melengkapi uraiannya mengenai teater (tradisi) Nusantara. Bab 3 sampai dengan Bab 5 ditulis sepenuhnya oleh Putu Wijaya, dengan penyelia Saudara Takhsinul Khuluq. Bab 2 ditulis oleh tim editor LPSN (Endo Suanda dan Tiur Manalu), sedangkan Bab 1 awalnya ditulis oleh Putu Wijaya tapi kemudian dilengkapi oleh Endo Suanda, untuk bisa sesuai dengan isi buku secara keseluruhan. Kekhususan tulisan Putu Wijaya, dibanding dengan buku LPSN lainnya, adalah bahwa teks itu seperti merupakan teater. Uraiannya bukan hanya memberi keterangan, melainkan memiliki daya ungkap tersendiri yang ekspresif. Seperti kita tahu, sifat kesenian yang mendasar adalah kesatuan, sehingga jika dimasukkan sisipan yang dipaksakan

iv TEATER (walaupun misalnya bagus) akan mengurangi daya ungkap tersebut. Uraian Saudara Putu ini kami terima sebagai suatu tawaran metodologi atau idiom yang baru, yang memperkaya pendekatan LPSN. Acuan pembahasan yang dominan dalam buku ini adalah dunia teater modern yang berkembang di Jakarta. Karena, pertumbuhan teater modern dan juga untuk kesenian umumnya pada masa awal memang tumbuh di Jakarta, tapi senimannya berasal dari berbagai daerah. Namun demikian, hal yang tetap menjadi dasar pandangan LPSN, adalah tidak melihat sesuatu fenomena secara monodimensional. Sehingga kita bisa melihatnya secara lebih terbuka, tidak terpaku secara normatif pada ukuran kebenaran atau keindahan yang berada dalam genggaman (otoritas) seseorang atau sekelompok saja. Jika yang membaca buku ini adalah para pakar ilmu sosial, hampir pasti akan mengatakan bahwa pandangan Putu adalah aliran Post-Modern. Tentu saja, pandangan itu, atau apa pun, kami akan menerimanya. Akan tetapi, baik Putu Wijaya maupun tim LPSN, masuk pada aliran mana pun bukanlah menjadi tujuan. Yang lebih penting adalah kita dapat mengacu pada fenomena, pada realitas teater yang telah lama tidak tersentuh, karena kungkungan kebakuan nilai, atau dari batasan-batasan akademis aliran modernisme (Barat). Adapun kompilasi audiovisual yang menyertai buku ini, dikumpulkan dan disusun oleh Adi Nugroho, Satya Pandia, dan Gatot Slametto. Sebagian dari bahan audiovisual ini merupakan hasil perekaman LPSN Jakarta, sebagian lagi merupakan sumbangan dari mitra-mitra di berbagai wilayah. Kini bahan-bahan audiovisual LPSN ini telah jauh lebih banyak dibanding dengan 4-5 tahun yang lalu, namun yang disebut bahan itu sesungguhnya tak pernah bisa lengkap. Kami masih sangat memerlukan sumbangan-sumbangan materi lainnya dari berbagai pihak, bukan hanya dari para koordinator wilayah LPSN dan para guru, melainkan juga dari para siswa dan masyarakat kesenian pada umumnya. Mungkin buku beserta paket audiovisual dari bahan ajar ini dari satu sisi akan dipandang terlalu luas, terlalu berpanjang-panjang. Atau sebaliknya, dari sisi lain mungkin ada yang menganggap terlalu sedikit atau kurang lengkap. Terhadap hal itu, kita (komunitas guru, sekolah, dan siswa yang telah mengikuti program LPSN) percaya bahwa tidak ada bahan ajar yang lengkap, atau apa lagi yang sempurna. LPSN bersama Saudara Putu Wijaya menyampaikan bahan ajar ini bukan untuk mendikte atau mengajari seperti seadanya dalam buku. Kami percaya pada proses. Kami percaya pada keterbukaan (demokratisasi), karena kami pun percaya bahwa semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem yang

TEATER v baik, adalah yang terbuka untuk didefinisikan ulang mana kala diketahui ada kekurangan, dan kita memiliki sesuatu untuk memperbaikinya. Selama workshop tim pelatih 6-9 Juli 2007, banyak dibicarakan bahwa seni teater itu dari sisi perilaku panggung adalah pura-pura. Jika seseorang aktor memukul aktor lain hingga pingsan, yang pasti adalah memukulnya pura-pura, dan pingsannya pun pura-pura. Akan tetapi, untuk bisa pura-pura itu, seniman harus bersungguh-sungguh. Seniman latihan puluhan tahun, jelas merupakan laku yang sangat sungguhsungguh. Tidaklah mungkin jika tujuannya untuk pura-pura. Demikian pula penulisan buku maupun pengerjaan paket audiovisual kami lakukan dengan penuh kesungguhan, sesuai dengan fasilitas yang kami miliki. Buku ini tidak berdiri sendiri, melainkan terkait materi audiovisual, dan dengan pelatihan-pelatihan yang diberikan. Ada hal yang terdapat dalam buku, tidak dilakukan dalam pelatihan. Dan sebaliknya banyak hal yang disampaikan dalam pelatihan tidak tertera dalam buku. Teater adalah laku, yang memerlukan penyampaiannya juga melalui laku. Dalam teater juga terdapat kata yang bisa disampaikan melalui ucap dan tulis. Laku (tubuh), ucap, dan tulis merupakan suatu kesatuan, sehingga antara buku, paket audiovisual, latihan gerak, dan diskusi, semuanya kami harap komplementer, saling melengkapi. Karena itu, kami akan sangat berterima kasih, bahkan berharap, kilas-balik dari para pengguna buku ini. Pemberian kritik dan saran merupakan refleksi kesungguhan dan bukan kepura-puraan (politisasi). Sehingga, pilihan-pilihan yang nanti diambil oleh para peserta didik (yang sungguh-sungguh), niscaya akan sangat berharga dalam mendukung upaya pertumbuhan kesenian kita ke depan. Singkatnya, buku, paket audiovisual, dan pelatihan, merupakan trio yang memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga kita berharap semuanya saling melengkapi. Walau kesenian lain pada dasarnya sama sebagai refleksi dari totalitas (pengalaman) kehidupan manusia, teater memiliki hal-hal yang lebih eksplisit, lebih banyak memakai kata atau bahasa, seperti halnya dalam seni sastra. Melalui buku ini dan latihan-latihan dalam implementasi pelajarannya kami berharap peserta didik akan lebih mampu memahami bahasa sebagai idiom seni, bukan semata idiom komunikasi fungsional. Namun, di balik itu, yang juga diurai dalam buku ini, inti teater bukanlah pada naskah, melainkan pada penampilan sosok (tubuh) secara keseluruhan dalam suatu pertunjukan. Kekuatan kesenian adalah kemampuannya merasuk pada wilayah-wilayah rasa, kalbu, dan intuisi, yang sering tidak bisa dijelaskan tapi sekaligus memiliki kejelasan yang lain, yang biasa disebut ekspresif, mengesankan, menyentuh, menggugah, dan lain-lain.

vi TEATER Kesenian itu memang kabur tapi tajam, pura-pura tapi sungguh-sungguh, bohong tapi jujur. Kompleks, tapi itulah kesatuan. Materi LPSN harus dilihat secara keseluruhan. Jika buku yang satu menekankan pada satu sisi permasalahan, yang lain tidak mesti sama. Topik-topik buku LPSN satu sama lain, komplementer sifatnya. Artinya, suatu hal yang disampaikan pada suatu topik (buku), akan berguna juga untuk topik lainnya. Karena teater itu pada umumnya memiliki sisi verbal lebih ketimbang musik, tari, dan seni rupa, umpamanya, maka logis pula jika buku teater ini pun lebih memiliki kekuatan kata dan kekuatan narasi seperti yang terdapat dari tulisan Putu Wijaya. Sekali lagi, LPSN, kita semua, merasa beruntung bisa mendapatkan penulis yang bukan saja telah dikenal sebagai seniman teater, melainkan juga seorang penulis yang telah banyak menghasilkan karya. Melalui metodologi dan strategi pembelajaran LPSN, dengan ujicobanya di berbagai wilayah, kami berharap kelengkapan bahan ajar ini bisa tumbuh, berdasarkan penemuan dan masukan dari para peserta didik dan masyarakat secara umum. Bahan pelajaran ini bukan digulirkan untuk diterapkan secara mentah dan kaku, namun ia diharap akan terus tumbuh secara dinamis dan dialektis. Dengan lain kata, niat dari para penggagas dan penyusun materi adalah untuk mengajak duet dengan para pengguna, untuk melahirkan suatu pertunjukan secara bersamasama. Akhirnya, semoga buku ini akan sampai pada sasaran dan tujuannya, serta bermanfaat bagi para siswa, guru dan kita semua. LPSN menunggu masukan dari pihak mana pun untuk penyempurnaannya di masa depan. Amien.

DAFTAR ISI PENGANTAR... DAFTAR ISI... iii v BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Pengertian Teater... 1 1.2 Teater sebagai Seni Kolektif... 6 1.3 Asal-Usul Teater... 8 1.4 Bentuk-Bentuk Teater/Drama... 11 1.5 Unsur-Unsur Teater... 13 1.6 Pemain, Penonton, Pengada/Penyelenggara... 18 1.7 Tempat, Waktu, dan Perubahan... 21 BAB 2 TEATER NUSANTARA... 25 2.1 Teater Tutur... 26 1.1.1 Diiringi Musik... 29 1.1.2 Dengan Tulisan... 33 2.2 Teater Boneka dan Wayang... 35 1.2.1 Boneka... 35 1.2.2 Wayang... 36 1.2.3 Wayang Beber... 38 1.2.4 Wayang Kulit... 39 1.2.5 Wayang Golek... 43 1.2.6 Wayang Jari... 46 1.2.7 Wayang Tali... 47 1.3 Teater Topeng... 48

viii TEATER 1.3.1 Tunggal... 49 1.3.2 Lebih dari Seorang... 51 1.4 Teater Tari... 52 1.4.1 Sendratari... 54 1.4.2 Drama Tari... 59 1.4.3 Jenis-jenis Lain... 63 1.5 Teater Nyanyi... 66 1.5.1 Opera... 66 1.5.2 Opera di Nusantara... 68 1.5.2.1 Arja... 70 1.5.2.2 Langen Driyan dan Langen Wanaran... 72 1.5.2.3 Gending Karesmen... 74 1.5.2.4 Jenis-jenis Lain... 75 1.6 Sandiwara... 76 1.6.1 Grup Profesional... 76 1.6.2 Berbahasa Melayu... 78 1.6.3 Berbahasa Lokal... 80 1.6.4 Tanggapan... 83 1.7 Teater Modern... 84 BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER... 87 3.1 Ruang dan Waktu... 88 3.2 Tubuh dan Gerak... 91 3.3 Suara dan Nyanyian... 94 3.4 Rasa dan Jiwa... 96 3.5 Panggung dan Properti... 99 3.6 Tema dan Cerita... 102 3.7 Struktur... 105 BAB 4 PELAKU... 109 4.1 Seniman: Pemain, Pemeran, Sutradara... 109 4.1.1 Pemain/Aktor... 112 4.1.1.1 Bakat dan Kemauan... 115 4.1.1.2 Upaya yang Harus Dilakukan... 116 4.1.1.3 Manajemen yang Bagus... 119 4.1.1.4 Karakter, Cerita dan Skenario... 122 4.1.2 Sutradara... 130 4.1.3 Penulis Lakon... 140 4.2 Improvisasi: Kebebasan dan Keteraturan... 145 4.3 Profesionalisme dan Cara Belajar... 146

TEATER ix 4.4 Kemasan: Antara Bentuk dan Isi... 148 4.4.1 Faktor Penonton dan Nilai Kemanusiaan... 149 4.4.2 Bentuk-Bentuk Kemasan... 150 4.4.3 Kemasan dan Pasar... 152 4.4.4 Penciptaan dan Penyiasatan... 154 4.4.5 Ketekunan dalam Belajar... 157 4.5 Kritik Teater: Fungsi dan Peran... 159 4.5.1 Masalah Bahasa dalam Kritik... 164 4.5.2 Arti Penting Sebuah Kritik... 167 BAB 5 FUNGSI SOSIAL... 169 5.1 Fungsi Teater... 169 5.1.1 Hiburan... 172 5.1.2 Ritual... 178 5.1.3 Ekspresi (Kreatif)... 180 5.1.4 Ekonomi... 181 5.1.5 Kritik dan Komentar Sosial... 183 5.2 Nilai Personal, Sosial, Kultural... 188 5.3 Peristiwa Pertunjukan: Pengada, Pelaku, dan Penonton... 190 5.4 Tempat dan Waktu Pertunjukan... 193 5.4.1 Ritual... 193 5.4.2 Tanggapan... 197 5.4.3 Ngamen... 199 5.4.4 Tobong/Karcis... 200 5.4.5 Gedung Pertunjukan... 201 5.5 Perubahan Nilai dan Sistem (Kebudayaan)... 205 5.6 Komunikasi dan Kolaborasi... 210 SUMBER GAMBAR...

x TEATER