VIII KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA RASIONALITAS TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT

III METODOLOGI PENELITIAN

KONSTRUKSI 11 SOSIAL KUASA PENGETAHUAN ZAKAT Pendahuluan

KONSTRUKSI SOSIAL PENGETAHUAN DAN DINAMIKA RASIONALITAS AMIL ZAKAT KOMUNITAS: STUDI DI KOTA AMBON MALUKU

VII DINAMIKA KEPENTINGAN TIGA LEMBAGA TATAKELOLA ZAKAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB II KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER DAN THOMAS LUCKMANN. A. Pengaruh Fenomenologi Terhadap Lahirnya Teori Konstruksi Sosial

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

MAKNA SOSIAL ZAKAT DI KALANGAN MUZAKI KONVENSIONAL Difa Mukti Ahmad, S. Sos Universitas Airlangga

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. kewenangan penuh untuk menggelola segala hal yang menyangkut tentang tata kelola

RINGKASAN. Peran Pemerintah Daerah Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Zakat Di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

METODOLOGI PENELITIAN

Fenomenologi: Dunia Apa Adanya Realitas Sosial Trilogi Realitas Berger-Luckmann

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

BAB V. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di bab-bab sebelumnya. menunjukkan terjawabnya rumusan masalah tersebut.

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB II TEORI KONSTRUKSI SOSIAL SEBAGAI ALAT ANALISIS. bukan hanya menjadi jaminan di perjalanan. Saat tidur atau saat-saat tertentu

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

Bab I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam pelaksanaan urusan ini membutuhkan banyak. sumber daya dan kemampuan, diantaranya diperlukan kemampuan

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL FERDINAND TONNIES DAN PETER L BERGER. masyarakat menjalani rutinitas proses hidup masing- masing untuk bertahan

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

II PANDANGAN TEORITIS

BAB V KESIMPULAN. industrialisasi menjadi salah satu fenomena urban yang didasarkan pada produksi

BAB IV ANALISA DATA. A. Pemahaman dan Sikap Santri Terhadap Semboyan Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN. dinamika yang harus dimainkan dalam ranah yang terus berubah tadi.

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN

Ragam Kepentingan Lembaga Tatakelola Zakat

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF : KONTRUKTIVIS DAN PARADIGMA KRITIS. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkeinginan untuk mengikuti pendidikan di Kota ini. Khusus untuk pendidikan

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Politik Identitas: Demokrasi Lokal dan Bayang-bayang Primordialisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

PENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA

BAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Progresif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku manusia. Tidak jarang

BAB V KESIMPULAN. fenomena kotak amal yang dilakukan lembaga sosial keagamaan Islam sudah

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

E. TOPIK : REALITA SOSIAL AGAMA

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

Transkripsi:

VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Empirik 8.1.1. Konstruksi Pengetahuan Zakat Konstruksi pengetahuan zakat LAZ Komunitas, BAZDA, dan LAZ Swasta, merupakan hasil dari bekerjanya rezim pengetahuan dan kekuasaan melalui proses objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang berlangsung secara dialektis dan simultan. Proses tersebut melibatkan Pengetahuan agama, Pengetahuan lokal, dan Pengetahuan modern (sains). Pertemuan pengetahuan agama dan pengetahuan lokal melahirkan tatakelola zakat berbasis komunitas (LAZ komunitas), pertemuan pengetahuan agama dan sains ekonomi politik melahirkan tatakelola zakat berbasis negara (BAZ), dan pertemuan pengetahuan agama dengan sains ekonomi industri (swasta) melahirkan lembaga tatakelola zakat berbasis swasta/industri. Konstruksi sosial pengetahuan zakat yang terbangun adalah Pengetahuan zakat berbasis budaya pada komunitas di bawah kuasa agamawan dengan dominasi pengetahuan agama, berbasis birokrasi pemerintah pada negara di bawah kuasa aparat dengan dominasi sains politik, dan berbasis manajemen industri pada coorporasi, di bawah kuasa pengusaha dengan dominasi sains ekonomi. Ketiga lembaga tatakelola tersebut mengkostruksi zakat sebagai instrumen penguatan elit lokal, penguatan elit negara dan penguatan elit industri. Dengan demikian maka konstruksi kuasa pengatahuan zakat yang merupakan sistesis dari pengetahuan agama, pengetahuan lokal dan sains modern. Konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat, dari waktu ke waktu termodifikasi oleh pergulatan rezim pengetahuan dan kekuasaan dalam berbagai level. Sehingga rezim pengetahuan yang bekerja dalam membangun pemahaman zakat ummat secara simultan mengalami dialektika yang seiring dengan perkembangan pengatahuan dan rezim pengetahuan yang berkuasa. Kemamuan mempertahankan gagasan dan pemahaman zakat oleh agamawan, tergantung pada sejauh mana rezim pengetahuan menjamah aras kognitif ummat dan sejauh mana busa ditemukan titik

329 temu antara rezim pengetahuan yang berkuasa dengan pengetahuan yang menguasai aras kognitif ummat. 8.1.2. Rasionalitas Tatakelola Zakat Tiga basis rasionalitas bekerja dalam praktek tatakelola zakat dewasa ini, yaitu : 1) rasionalitas asceticism dan altruism sebagai basis etika moral LAZ Komunitas. 2) rasionalitas develomentalism sebagai basis etika moral Bazda dengan, 3) rasionalitas ekonomi maximization atau utility/profit maximization sebagai basis etika moral LAZ Swasta. Konstruksi rasionalitas tatakelola zakat merupakan hasil dari bekerjanya sebuah bangunan pengetahuan zakat yang bekerja membangun kekuasaan zakat, dan kekuasaan zakat membangun pengetahuan zakat. Konstruksi rasionalitas tatakelola tersebut terbangun melalui proses konstruksi dan rekonstruksi melalui tiga momen proses konstruksi sosial atas realitas Berger dan Thomas Luchmann (1990), yaitu : Objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi yang dialektik dan simultan. Pada momen-momen ini pengetahuan dan kekuasaan saling membangun, membentuk dan saling menguatkan dan berbenturan dengan rezim rasionalitas yang lain, dan mengarah pada lahirnya satu kuasa pengetahuan melalui bangunan rasionalitas. Pergeseran rasionalitas (rationality shift) terjadi dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya. Dinamika rasionalitas terjadi secara dialektis dan simultan mengikuti pengaruh rezim pengetahuan yang dominan bekerja dalam aras kognitif ummat. Ditemukan adanya modifikasi rasionalitas yang mengikuti wacana zakat yang dibangun oleh rezim pengetahuan yang mendominasi diskursus zakat. Rasionalitas yang terbangun dari sistem pengetahuan pinggiran melebur dan bahkan selalu terkalahkan oleh bangunan rasionalitas pengetahuan dominan. Artinya bahwa wacana zakat diarahkan oleh rezim pengetahuan yang berkuasa dan menjadi basis rasionalitas dominan. Rasionalitas yang bekerja dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya adalah rasionalitas yang termodifikasi oleh waktu dan ruang. Sehingga terkesan rasionalitas yang berkerja adalah rasionalitas yang dinamis, setiap saat bergeser dan menyesuaikan diri dengan rezim pengetahuan dan kekuasaan.

330 8.1.3. Kepentingan dalam Tatakelola Zakat Kepentingan dalam tatakelola zakat, tidak tunggal tetapi majemuk, sehingga ada kepentingan primer dam sekunder, dan masing-masing lembaga tatakelola menonjolkan kepentingan ang berbeda berdasarkan pengetahuan dan rasionalitas yang bekerja. LAZ komunitas yang berbasis pengetahuan lokal dengan rasionalitas budaya lebih fokus pada kepentingan asketik dan altruis untuk pencapaian keshalehan, pengamanan sosial ekonomi dan penguatan ajaran. Bazda dengan basis pengetahuan politik modern dengan rasionalitas politik, menonjolkan kepentingan intergratif bagi negara dengan menekankankan pada pembangunan, pemberdayaan rakyat untuk stabilitas negara. Sedangakan LAZ-SP dengan basis pengatahuan ekonomi dengan rasionalitas ekonomi industru, menekankan pada upaya pengamana usaha dan investasi melalui pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan sebagai wujud upaya mengatasi masalah sosial sekitar perusahaan pembangunan Meski. Kepentingan-kepentingan tersebut lahir dan melekat pada pada setiap proses konstruksi dan rekonstruksi atas realitas. Pada momen objektivasi, melekat pada kekuasaan membentuk objek (lembaga tatakelola zakat), pada momen internalisasi bekerja pada konstruksi dan rekonstruksi gagasan (wacana tatakelola zakat), sedangkan pada momen ekternalisasi kembali bekerja membentuk gagasan dan pemahaman dalam wujud yang baru, yang kesemuanya dengan kekuasaan dan pengetahuan diarahkan pada bentuk, gagasan dan tindakan yang diinginkan oleh pemangku pengetahuan dan kekuasaan. 8.2. Kesimpulan Teoritik Kekuasaan dan pengetahuan oleh Foucault dipandang sebagai dua sisi yang tidak bisa dipisahkan dan saling menciptakan. Ada di mana-mana dan datang dari segala arah. Tidak ada relasi kekuasaan tanpa berhubungan dengan wilayah pengetahuan. Subjek yang mengetahui, objek yang diketahui dan modalitasmodalitas pengetahuan harus dipandang sebagai akibat dari implikasi-implikasi fundamental pengetahuan atau kekuasaan dan transformasi historis. Pengetahuan dan kekuasaan saling bertautan dengan erat, begitu juga proses historis terkait

331 dengan kekuasaan. Kekuasaan memiliki relasi pengetahuan dan pengetahuan berada di dalam relasi-relasi kekuasaan itu sendiri. Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa, dan sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. Untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan, karena setiap kekuasaan disusun, diumpamakan, dan diwujudkan lewat pengetahuan dan wacana tertentu. Mengamati fenomena lembaga tatakelola zakat untuk menemukan konstruksi sosial kuasa pengetahuaan zakat, dengan menggunakan teori pengetahuan dan kekuasaan ala Foucault, peneliti mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses bagaimana pengetahuan dan kekuasaan saling memproduksi. Kekuasaan dan Pengetahuan ala Foucault seakan datang dari langit. Fenomena tatakelola zakat merupakan kenyataan hidup sehari-hari yang memiliki dimensi objktif dan subjektif. Menjelaskan relasi dimensi objektif dan dimensi subjektif, sebagai dua dimensi yang saling menciptakan, meski disana sangat kental dengan kerja kuasa pengetahuan dalam menciptakan kekuasaan. Kegagalan penjelasan terjadi ketika menjelaskan bagaimana kekuasaan dan pengetahuan saling menciptakan dan saling mengokohkan. Untuk menjelaskan proses tersebut baru terasa mudah jika menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas ala Bergerian (1990). Penjelasan teoritis ala Bergerian ini sangat membantu dan memudahkan penejalasan bagaimana proses kekuasaan dibangun dengan kekuatan pengetahuan atau sebaliknya. Tiga momen proses konstruksi sosial: objektivasi, internaslisasi dan ekternalisasi dialektis yang berlangsung simultan mampu memberikan penjelasan bagaimana kekuasaan dan pengetahuan saling melahirkan. Pada momen objektivasi, pengetahuan dan kekuasaan bekerja secara bersamaan, pengetahuan bekerja pada aras subjektif membangun gagasan dalam ruang kognitif dan kekuasaan bekerja menciptakan realitas pada aras objektif dalam dunia nyata. Dunia nyata kemudian ditafsirkan oleh individu-individu melalui aras subjektif dan di sini pengetahuan kembali bekerja dan diarahkan oleh kekuasaan yang datang dari berbagai arah dan dalam berbagai bentuk. Pengetahuan dan kekuasaan tersebut secara bersama-sama mempengaruhi dan mengarahkan momen internalisasi, hingga pada momen ekternalisasi kekuasaan dan pengetahuan

332 direproduksi dan di rekonstruksi. Proses ini berlangsung terus menerus tanpa henti sebagai proses terjadi perubahan sosial. Perubahan tidak liner, tapi memungkinkan dalam berbagai model, tergantung kekuatan pengetahuan dan kekuasaan membatasi, mengarahkan, dan membentuk perubahan itu. Dengan demikian maka, penelitian ini menyimpulkan bahwa konstruksi sosial kuasa tatakelola zakat diarahkan oleh pengetahuan dan kekuasan dominan yang berkerja dalam tiga momen, yaitu : momen objektivasi, internalisasi dan ekternalisasi kosntruksi sosial atas kuasa zakat. Proses ini berlansung tanpa henti sejalan dengan perubahan pengetahuan, rasionalitas dan kepentingan aktor yang terlibat. Rasionalitas yang bekerja dalam tradisi berzakat dan tatakelolanya mengalami pergeseran secara simultan dan dialektis yang di dipengaruhi oleh kekuatan rezim pengetahuan dan kekuasaan yang mendominasi diskursus zakat. Artinya bahwa dalam berzakat dan tatakelolanya selalu mengalami pergeseran rasionalitas (rationality shift) sesuai dengan waktu dan tempat dan digiring oleh kekuatan rezim pengetahuan dan kekuasaan yang mengarahkan. 8.3. Kesimpulan Metodologi Meneliti konstruksi sosial kuasa pengetahuan zakat dengan menggunakan teori Pengetahuan dan kekuasaan ala Foucault dan teori konstruksi sosial ala Bergerian, sebaiknya menggunakan multi paradigma, yaitu paradigma definisi sosial ala Weberiandan paradigma fakta sosial ala Durkhemian. Karena untuk menemukan proses terbangunnya konstruksi sosial zakat dan kuasa pengetahuan zakat hanya fitemukan dengan berfikir dialektis antara fenomena objektif dan subjektif. Dialektika objektif dan subjektif mewarnai proses objektivasi dan internalisasi serta ekternalisasi, menuju terbangunnya pengetahuan dan kekuasaan zakat melalui konstruksi sosial atas zakat dan kuasa pengetahuan zakat. Seorang peneliti yang meneliti di wilayah asalnya, akan mendapatkan tantangan dalam pemburuan data yang mengandung unsur rahasia atau dilundungi untuk diketahui oleh anggota masyarakat sekitar tineliti. Persoalan muncul dalam bentuk ketertutupan tineliti karena kecurigaan terhadap peneliti dalam menjamin kerahasiaan data dan sumber data.

333 Persoalan memang diatasi, namun mengharuskan peneliti memiliki kemampun membingkar ketertutupan tineliti dan ini makan waktu yang cukup lama. Atau bisa juga dengan menggunakan pembantu penelitian dari luar, namun ini akan memakan biaya yang tidak sedikit. Oleh itu, sebaiknya peneliti menghindari meneliti diwilayah asalnya, jika topik penelitian terkait dengan hal-hal yang bersifat subjektif dan terkait dengan persoalan yang dilindungi oleh tineliti. 8.4. Saran-Saran Berbeda basis pengetahuan, melahirkan benturan rasionalitas. Rasionalitas agama dan sains melahirkan perbedaan kepentingan (ukhrawiyah dan duniawiyah). Sains menggiring zakat masuk ruang logika ilmiah secara objektif, sehingga terjadi rasionalisasi logika zakat dan berzakat. Zakat sebagai peraktek beragama yang bernuansa sosial untuk mendamaikan bathin muzakki, menghangatkan relasi antar ummat, menjadi kabur tergantikan oleh relasi sistemik yang inpersonal, dingin dan hambar, karena tergiring masuk dalam arena rasionalitas instrumental dan sarat kepentingan. Jika menginginkan zakat menjadi fenomena sosial beragama yang mampu memberikan : kehangatan, trust, dan keharmonisan dalam masyarakat (antara kaum kaya dan miskin serta antara agamawan dengan kaum kaya dan kaum miskin), maka kembalikan kuasa tatakelola zakat pada kearifan masyarakat berbasis jejaring Masjid dengan mensinergiskan agamawan dan elit-elit masyarakat. Memunculkan efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi cukup dengan pembenahan manajemen dalam sistem tatakeloa zakat, tanpa harus mencabut zakat kuasa masyarakat dan akar budaya. Memunculkan tatakelola yang efektif, efisien, optimal dan profesional tidak selamanya harus dengan modernisasi dan teknokratisasi. Merancang model lembaga tatakelola zakat yang bebas dari intervensi, politisasi dan komodifikasi, memerlukan penelitian lanjutan untuk mencari titik temu dan formulasi kelembagaan yang berbasis ajaran agama, budaya dan perkembangan sains yang memberdayakan dan mampu menjadikan zakat sebagai instrument keshalehan, kemanusiaan dan pembebasan.