BAB II URAIAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II URAIAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II URAIAN TEORITIS II.I MEDIA MASSA DAN KONSTRUKSI REALITAS Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman yaitu, seorang pakar sosiologi ini berpandangan bahwa realitas tidak dibentuk secara ilmu, dan juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia. Pemahaman ini mengisyaratkan bahwa realitas berpotensi berwajah ganda, dan plural. Setiap orang bisa memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, tingkat pendidikan, lingkungan serta pergaulan sosial tertentu akan menafsirkan atau memaknai realitas berdasarkan konstruksinya masing-masing. Berita dalam media massa tidak dapat disamakan dengan fotocopy dari realitas, namun ia harus dipandang sebagai hasil konstruksi dari realitas. Karena itu, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda oleh beberapa media massa. Wartawan atau jurnalistik bisa jadi memiliki pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa atau kejadian yang kemudian terwujud dalam teks berita. (Eriyanto:2002;15). Realitas adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta, dan ini sering juga disebut sebagai proses dialektis yang memiliki tiga tahapan yakni, eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Dalam proses internalisasi, realitas

2 diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Sedangkan dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Dengan demikian, teks berita yang dibaca di surat kabar atau pun berita yang didapat melalui media-media lain adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Contohnya adalah perang antara Irak dan Amerika Serikat berakhir dengan kejatuhan rezim Saddam Husein yang lalu, yang pertama terjadi mungkin adalah eksternalisasi. Wartawan yang datang ke daratan Irak mempunyai kerangka pemahaman serta konsepsi tersendiri mengenai peperangan tersebut. Ada yang memandang peperangan tersebut adalah sebagai kepentingan Amerika untuk menunjukkan super power-nya. Ada juga yang melihat peperangan Irak sebagai konflik internal rezim saddam dan kelompok penentangnya. Ada juga yang melihat peperangan di Irak adalah sebagai buah dari kediktatoran Saddam sendiri atas rakyatnya. Berbagai skema dan pemahaman tersebut dipakai untuk menjelaskan peristiwa dan fenomena yang terjadi di Irak. Tahapan kedua yaitu objektivasi, dimana hasil yang telah diperoleh, baik berupa mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi sebelumnya. Hasil dari eksternalisasi-kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya. Dengan demikian alat tersebut adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, atau dengan kata lain, merupakan hasil dari kegiatan manusia, yang alat tersebut kemudian menjadi realitas yang objektif.

3 Proses yang selanjutnya adalah internalisasi, yaitu ketika wartawan berada di Irak, ia melihat banyak peristiwa. Ada rumah-rumah penduduk yang hancur oleh roket Amerika, ada ribuan mayat bertaburan, dan berbagai peristiwa lainnya. Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi oleh wartawan. Lalu terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Maka akhirnya terjadilah teks berita ( Secara esensial, proses konstruksi realitas oleh media dapat dirangkum dalam enam perfektif (Eriyanto:2002;17-18) enam persfektif tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fakta/ Peristiwa adalah Hasil Konstruksi Bagi kaum konstruktivis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas`itu hadir karena diciptakan dan dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. pernyataan utama dalam pandangan kontruktivis adalah fakta berupa kenyataan itu sendiri. Pembacalah yang memberikan defenisi dan menentukan fakta tersebut sebagai realitas. 2. Media adalah Agen Konstruksi Dalam pandangan kontruktivis, media bukanlah dianggap sebagai saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, dan pemihaknya. Media dipandang sebagai agen yang mengkonstruksi realitas. Maka berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, dan bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai

4 instrument yang dimilikinya, media juga ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaannya. 3. Berita bukan Refleksi dari Realitas, ia hanya Konstruksi atas Realitas Menurut pandangan konstruktivis, berita merupakan hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilainilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada fakta yan dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaannya selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan cerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena cara melihatnya yang berbeda. 4. Berita bersifat Subjektif atas Realitas Berita subjektif dari sisi lain wartawan. Karena wartawan sendiri melihat dengan persfektif dan berbagai pertimbangan subjektifnya. Penempatan sumber berita yang lebih ditonjolkan dari sumber lainnya, menempatkan wartawan sebagai seorang tokoh yang lebih besar dari tokoh lainnya. Liputan yang hanya satu sisi tidak berimbang, misalnya, bagi kaum konstruktivis, hal tersebut bukanlah sebuah kekeliruan, tetapi dianggap memang demikianlah praktik yang disajikan oleh wartawan. 5. Wartawan bukanlah Pelapor. Ia Konstruksi Realitas Dalam pandangan konstruktivis, wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakanya. Karena ia merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Lagipula berita bukan hanya produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawannya. Wartawan juga tidak hanya melaporkan

5 peristiwa, melainkan juga turut mendefenisikan apa yang terjadi dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. Dalam arti kata wartawan bukanlah pemulung yang netral dan mengambil fakta begitu saja. 6. Etika, Pilihan Moral dan Keberpihakan Wartawan adalah bagian Intergral dalam Produksi Berita Aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya. Etika dan moral dalam banyak hal dapat berarti keberpihakan pada suatu kelompok atau intergral yang tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkontruksi realitas (Water Lippman dalam Eriyanto: 2002:29) secara ekstrim mengatakan bahwa wartawan menyimpulkan dulu atas realitas atau sebuah peristiwa yang ada, lalu melihat fakta apa yang akan dikumpulkan untuk memperkuat kesimpulan tersebut. Maka dari keenam perspektif diatas, pada dasarnya melihat bahwa pekerjaan media adalah sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang telah tersedia, yang tinggal diambil oleh wartawan. Sebaliknya, semua jurnalis pada dasarnya adalah agen, bagaimana peristiwa yang acak, kompleks, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita, maka wartawanlah yang mengurutkan, membuatnya teratur, menjadi dipahami dan memilih aktor-aktor yang diwawancarai sehingga membentuk sebuah berita yang dibaca khalayaknya.

6 II.2 DIMENSI PSIKOLOGI DAN SOSIOLOGI Dalam konsepsi konstruksi sebuah berita dimana sebuah usaha media mem-framing sebuah realitas. Dapat secara jelas terlihat dengan bantuan dua tradisi yang sering dipakai dalam melihat framing media. Kedua tradisi yang bisa dipakai itu adalah lewat dimensi psikologi dan sosiologi. Dimana kedua tradisi ini akan dapat mempertajam melihat bagaimana sebuah produksi teks berita dalam media. Baik dari sisi konsepsi diri seseorang wartawan maupun tingkatan makro dimana ruang redaksi itu berbeda. a) Dimensi Psikologi Dalam dimensi ini dapat dilihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, atau gagasan tertentu. Individu akan berusaha menarik kesimpulan dari sejumlah besar informasi yang dapat ditangkap oleh panca indera sebagai dasar hubungan sebab-akibat. Orang cenderung melihat realitas, pesan dalam kerangka berfikir tertentu. Karenanya realitas yang sama dapat dipandang secara berbeda oleh orang yang berbeda, karena mereka mempunyai pandangan dan perspektif yang berbeda pula. Asumsi tadi berhubungan dengan teori atribusi dimana melihat bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat mengerti dunia yang sangat kompleks. Oleh karenanya, setiap individu berusaha menyimpulkan, dan meringkas dari sejumlah besar informasi yang ditangkapnya. Atribusi tersebut dipengaruhi baik faktor personal maupun pengaruh lingkungan eksternal. Tidak terkecuali wartawan, ia juga melakukan penyederhanaan atas realitas atau isu yang ditemuinya. Selain teori atribusi dari Haider, menyebutkan ada sebuah teori lagi dari lapangan psikologi yang dapat membantu melihat konsep diri wartawan. Teori

7 yang dimaksut adalah teori skema (Eriyanto: 2002:88-90) dimana teori ini menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan struktur kognitifnya untuk memandang dunia. Dengan skema akan membuat seseorang mengorganisir pengetahuan pangalaman dan memori masa lalu untuk melihat dunia, realitas sekarang dan memprediksikan masa depan. Skema akan menggiring dan memandang seseorang dengan meletakan realitas mana yang relevan dan tidak relevan. Realitas yang bisa dimasukan dan yang tidak bisa dimasukan. Skema juga akan mengorganisir pengetahuan dan pengalaman. Bahkan mendikte bagaimana seharusnya realitas itu dilihat. Dalam framing realitas berita, pikiran khalyak tidak bebas, tetapi sebaliknya dibatasi oleh pembatas berupa bingkai (frame) yang disajikan dalam berita tersebut. Karenanya, framing membuat efek tertentu ketika diterima khalayak. Framing tersebut juga tidak terlepas dari peranan wartawan yang mengkontruksi berita dengan cara menyederhanakan realitas fakta yang sangat kompleks di lapangan. Sehingga menjadi sebuah berita yang sederhana, ringkas dan mudah di pahami. Jadi intinya framing menentukan bagaimana suatu realitas di pahami khalayak dan media mengarahkan bagaimana realitas itu dipahami. Diamana, framing itu sendiri dilakukan media atau pun wartawan di bawah pengaruh dimensi psikologi itu sendiri. Sehingga penyederhanaan peristiwa mengakibatkan melencengnya inti atau esensi sebuah peristiwa dari yang sebenarnya.

8 b) Dimensi Sosiologi Dimensi sosiologi pada dasarnya menjelaskan bagaimana organisasi dari sebuah ruang berita dan pembuat berita dalam membuat berita secara bersamasama. Berarti disini menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks dimana menyertakan adanya sebuah praktik profesional. Maka jelas bahwa melalui dimensi ini berbeda dengan dimensi psikologi yang lebih melihat pekerja media sebagai individu karena dimensi sosiologi berhubungan dengan proses produksi atau organisasi media, maka secara langsung akan mempengaruhi pemaknaan peristiwa oleh wartawan. Media massa cendrung memproduksi secara selektif sesuai dengan kriteria yang seirama dengan tujuan dan kepentingan sendiri. Jadi dalam membuat, memilih dan menyeleksi berita yang ditampilkan media didasarkan atas subjektivitas reporter, redaksi dan juga lembaga itu sendiri yang keseluruhannya terlihat dari realitas berita yang ditampilkan (Mc Quail:1994;67). Realitas sosiologis adalah apa yang dilakukan oleh individu, kelompok atau lembaga sosial dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, realitas sosial adalah apa yang sungguh-sungguh terjadi yang dimana terkandung rumus penulisan berita 5W + 1H serta nara sumber yang jelas. Sedangkan realitas psikologis adalah segala sesuatu yang terpikir atau yang dikatakan oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat Realitas campuran dapat diartikan sebagai gabungan antara realitas psikologis dan realitas sosiologis. Contohnya misalnya, mungkin awal pemberitaannya diangkat mengenai pernyataan pejabat tertentu. Namun berita itu kembali diolah dengan mengkonfirmasikan pernyataan tertentu dengan tokoh-

9 tokoh lainnya, bisa oposisi, pengamat, praktisi, dan lain sebagainya. Maka dalam penampilannya akan mengundang diskusi dan berbagai pendapat umum (Suwardi;1993:19). II.3 IDEOLOGI Ideologi adalah world vie sebagai suatu kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pada level ini akan lebih dilihat kepada yang berkuasa di dalam masyarakat dan bagaimana media menentukanya. Ideologi disini diartikan sebagai kerangkangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Sudibyo, 2001:12) Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasif dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal

10 tersebut kebenaran dan kewajaran. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas didalam kelompok. Ideologi bersifat umum dan abstrak serta nilai-nilai yang terbagi antara anggota-anggota kelompok menjadikan dasar bagaimana masalah itu harus dilihat. Dalam teks berita misalanya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideology seseorang, apakah dia kapitalis atau sosialis dan lain sebagainya (Eriyanto: 2001 :13-14). II.4 ANALISIS FRAMING Analisis framing merupakan salah satu alternatif dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media yang dapat mengungkapkan rahasia di balik semua. Framing pada awalnya dimakanai sebagai struktur konseptual yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan dan dan wacana, serta menyediakan katagori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Namun Goffman pada tahun 1974 mengembangkan analisis Framing sebagai Strip of behavior yang membimbing individu menganalisis realitas. Dan akhir-akhir ini analisis framing digunakan di dalam komunikasi paradigma multidisipliner untuk mendeskripsikan proses penyeleksian dan penyorotan aspekaspek khusus suatu realitas media (Burhan Bungin: 2007:160)). Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian kontruktivisme. Dimana Peter L. Berger sebagai tokoh yang memperkenalkannya beranggapan bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, melainkan dibentuk dan

11 dikontruksikan. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai pengalaman, preferansi, pendidikan, lingkungan pergaulan tertentu yang berbeda sehingga akan berbeda pula dalam menafsirkan suatu realitas dan mengkontruksikannya (Eriyanto:2002;16) Dalam penelitian terhadap bahasa, terdapat 3 pandangan (kupas 2000;48). Pandangan pertama yaitu diwakili oleh kaum positivis-empiris. Penganut aliran ini melihat bahasa adalah sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman- pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi. Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Konsekuensi logis dari pemahaman ini, dalam makna kaitan dengan analisis wacana adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan simantik. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Pandangan kedua, disebut sebagai kontruktivisme. Bahasa dalam pandangan konstruktivisme tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipastikan dari subjek penyampai pernyataan. Kontruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan oleh pernyataan yang pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan

12 pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana pesan atau teks, hubungan dengan khalayak dalam memproduksi makna. Ada dua karekteristik penting dari pendekatan konstruktisionis. Pertama, pendekatan konstruktisionis menekankan pada politik pemakanaan dan proses bagaimana seseorang memuat gambaran tentang realitas politik. Kata makna itu sendiri menuju kepada sesuatu yang diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa, sebagaimana secara nyata diungkapkan. Makna merupakan suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruktisionis memandang kegiatan komunikasai sebagai proses yang terus menerus dan dinamis. Pendekatan konstruktisionis memeriksa bagaimana pesan ditampilkan dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana pesan ditampilkan dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana kontruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan fakta suatu peristiwa apa adanya (kupas 2000;48). Menurut kaum konstruktisionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas bisa berbeda- beda, tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. Berita bukanlah mirror of reality, melainkan hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilainilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita, sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan

13 selalu melibatkan nilai-nilai tertentu, sehingga mustahil jika berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda karena ada cara pandang dalam melihat berita yang berbeda. Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiranya karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya (Eriyanto 2001:4-6). Analisis framing dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksikan oleh media. Dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Melalui analisis framing, dapat diketahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Aspek-aspek mana saja yang ditonjolkan dan ditekan sehingga membuat bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat oleh khalayak. Dalam prefektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti untuk menggiring interprestasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh

14 wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Dengan menggunakan metode analisis framing, dapat diketahui bagaimana konflik Israel dan Hamas dikonstruksi oleh surat kabar Republika. Bagaimana media ini memaknai, memahami, dan membingkai konflik Timur-Tengah tersebut. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang di tonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks. Bentuk penonjolan tersebut bisa seragam, menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain (misalnya menjadikannya headline news), melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide/ gagasan/ informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Robert Enteman melihat framing dalam dua dimensi besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/ isu (Eriyanto:2002;53). Penonjolan merupakan proses membuat informasi menjadi lebih, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak/ public (pembaca). Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

15 Melalui metode framing, akan diperoleh gambaran tentang perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dalam hal ini seputar konflik antara Israel dan Hamas di Gaza dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan berita di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis, penggunaan aksentuasi seperti gambar, foto, karikatur dan lainlain untuk mendukung serta guna memperkuat penonjolan. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Dengan framing dapat diketahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita tersebut. Seleksi isu merupakan aspek yang berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukan (included) tetapi ada juga berita yang di keluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.penonjolan aspek tertentu dari isu merupakan aspek yang berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/ isu tersebut telah dipilih, dan bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini

16 sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Konsep framing dalam pandangan Robert Entman secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of komunication text. Framing analisis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer informasi dari sebuah lokasi seperti pidato, news report, atau novel. Framing secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas`realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah defenisi permasalahan yang khusus, evaluasi moral atau merekomendasikan penangannya (siahaan;2001;76). Robert Entman juga menyatakan frame berita juga menjelaskan atributatribut berita itu sendiri. Frame terletak didalam property spesifik berita naratif yang mengarahkan perasaan dan pemikiran mengenai peristiwa- peristiwa untuk membangun pengertian khusus. Frame berita dikonstruksikan melalui perwujutan dalam kata kunci: simbol- simbol, konsep-konsep, dan visual images yang menegaskan suatu berita naratif. Dengan cara menetapkan, mengulangi, dan dengan merujuk pada beberapa isu, frame bekerja agar beberapa ide lebih menonjol di dalam teks, atau setidaknya yang lain lebih tidak menonjol, sehingga sama sekali tidak tampak. Melalui penguatan, pengulangan dan penempatan asosiasi satu sama lain, kata-kata image yang membangun frame menjadikan sebuah interprestasi dasar lebih dapat dilihat, dipahami, dan berkesan dari yang lainnya (siahaan;2001;77).

17 Robert Entman menegaskan, framing memiliki implikasi penting bagi komunikasi politik. Frames menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen- elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun frames berita. Dalam konteks ini, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuatan politik, dan frames dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak. Dia menujukan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks (siahaan;2001:80) Dalam konsepsi yang ditawarkan Robert Entman, terdapat 4 elemen yaitu pemberian defenisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Pada elemen pendefenisian masalah (define problem) menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. Misalnya dalam isu somasi dari kepresidenan mengenai tayangan Newsdotcom di Metro TV, yaitu peringatan keras terhadap penayangan ini yang dimana dalam penayanganya terdapat beberapa pelakon yang wajahnya mirip dan dibuat serupa dengan Presiden-Presiden Indonesia yang terdahulu, seperti Bj.Habibiy, Suharto, Gusdur dan lainnya, yang mana ini dapat melecehkan kepala Negara. Maka ada banyak asumsi mengenai masalah ini. Ada yang menganggap jika somasi dilaksanakan, berarti akan terjadi pengekangan terhadap kreatifitas insan pers, karena bukankah pada masa sekarang

18 ini setiap orang bebas berekspresi dan berkresai termasuk juga orang-orang yang terlibat dalam media massa (surat kabar, televisi, radio) atau yang disebut juga dengan insan pers. Namun dilain pihak ada yang beranggapan somasi tersebut pantas dilaksanakan demi menjaga harga diri lambang Negara, dalam hal ini Presiden yang seharusnya dihormati oleh rakyatnya, justru menjadi bahan tertawaan. Namun semua itu tergantung dari sudut mana kita melihat dan memandang permasalahan tersebut. Dalam elemen kedua yaitu memperkirakan penyebab masalah (Diagnose Cause) digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, maka penyebab masalahnya secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Element ketiga yaitu membuat pilihan moral (Make Moral Judgement) yang dipakai untuk membenarkan/ memberi argumentasi pada pendefenisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefenisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi, atau visual image, untuk mendukung gagasan tersebut. Argumentasi tersebut biasanya dikutip dari wawancara kepada narasumber atau pakar yang berkompeten dibidangnya. Sehingga permasalahan suatu peristiwa yang telah dipaparkan pada lembar media tidak mengambang dibenak khalayak, yang dalam hal ini adalah pembaca. Kutipan tersebut tidak hanya untuk meyakinkan pembaca atas indentifikasi yang

19 telah dibuat, tetapi juga meyakinkan pembaca bahwa berita yang dibuat adalah fakta, bukan rekaan si wartawan. Elemen yang keempat adalah menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation) yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang diajukan untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Media dalam hal ini, lebih khususnya si wartawan sebagai individu yang meliput langsung akan menulis solusi yang ditawarkan untuk sebuah masalah yang terjadi. Bila si wartawan menganggap penyebab masalah terjadinya tuntutan cash and carry oleh warga korban lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah pemerintah yang lambat menangani masalah ini, maka solusi yang ditawarkan adalah tidak cepat dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut dan segera memberi ganti rugi. Berikut ini adalah uraian dari keempat level dalam tabel: Tabel 2: Empat Unit Analisis UNIT ANALISIS PERANGKAT ANALISIS Define Problems c. Peristiwa dilihat sebagai apa? d. Peristiwa sebagai masalah apa? Diagnose Causes c. Siapa penyebab masalah? d. Peristiwa itu disebabkan oleh apa?

20 Moral Judgement c. Nilai moral apa yang disajikan dalam menyelesaikan masalah? d. Nilai apa yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation c. Penyelesaian yang ditawarkan untuk mengatasi masalah? d. Jalan yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasinya? Apa yang diuraikan oleh Robert Entman diatas tersebut menggambarkan secara lebih jelas apa itu framing. Peristiwa yang sama juga bisa dimakanai secara berbeda oleh media. Dalam pendekatan ini media dianggap umpama sebagai arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak menyajikan persfektif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang beragam. Dengan kata lain, proses framing menjadikan media massa sebagai suatu arena dimana informasi tentang masalahmasalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung oleh pembaca.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan telah menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula

BAB I PENDAHULUAN. Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula Israel menciptakan malapetaka terhadap warga Palestina, khususnya Umat Muslim. Pengusiran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoristisuntuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jasse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.  dan  dengan mengamati teks online BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini, objek penelitian dilakukan terhadap dua media yaitu www.tempo.co dan www.suara-islam.com dengan mengamati teks online pemberitaaan RUU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa berfungsi mengkonstruksi realitas yang terjadi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat dan Jenis Penelitian Sifat penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan deskriptif, Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28

BAB I PENDAHULUAN. rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28 Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilihan umum (Pemilu) tanggal 9 Juli 2014 adalah kompetisi pemilihan presiden sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosial Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terorisme bukanlah hal yang baru, tetapi menjadi aktual kembali terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, pada

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tabel.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, peneliti harus belajar dari peneliti lain untuk menghidari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism

BAB III METODOLOGI. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah construktivism BAB III METODOLOGI 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisnya. Paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Sosial Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak bisa terlepaskan dari bangunan teoretik yang telah dikemukakan oleh Peter L. Berger dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol

BAB I PENDAHULUAN. Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reportase Investigasi Trans Tv sebagai program yang paling getol menayangkan kecurangan-kecurangan oknum pedagang dalam proses produksi daganganya. Contohnya pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Sebelum melakukan penelitian salah satu langkah awal yang dilakukan penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Sebelum melakukan penelitian salah satu langkah awal yang dilakukan penulis BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian salah satu langkah awal yang dilakukan penulis adalah mencari dan menelaah hasil karya atau penelitian terdahulu

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah teks berita pelecehan seksual yang dimuat di tabloidnova.com yang tayang dari bulan Januari hingga September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa Definisi komunikasi Massa yang dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah

BAB II URAIAN TEORITIS. teori yang memuat pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah BAB II URAIAN TEORITIS Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pikiran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS)

KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) KONSTRUKSI BERITA PELANGGARAN HAM DI MESUJI (Studi Analisis Framming tentang Konstruksi Pemberitaan Pelanggaran HAM di Mesuji pada Harian KOMPAS) ABSTRAK Skripsi ini berjudul Konstruksi Berita Pelanggaran

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social

BAB II URAIAN TEORITIS. komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Media Massa dan Konstruksi Sosial Realitas sosial adalah hasil konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah suatu Frame of Meaning (Servaes, 1993 : 79). Paradigma sering disebut juga pendekatan, persfektif, metode atau teori. Kita mengenal tiga kategori

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI. Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana penelitian ini berusaha melihat konstruksi realitas sosial yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita buruh merupakan salah satu berita yang jarang dilihat dalam tayangan pemberitaan media TV. Berita buruh masih belum mendapatkan porsi yang pas dalam

Lebih terperinci

LOGO Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si

LOGO Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si TEORI EFEK KOMUNIKASI MASSA DAN KONSTRUKSI SOSIAL Oleh: Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si 1. Teori Stimulus Respon (Dennis McQuail) Efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Elemen utama dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Teori yang digunakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Teori yang digunakan 2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa Televisi sebagai suatu bentuk media massa memiliki karateristik tersendiri yang berbeda dengan media massa lainnya. Bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118

BAB 6 PENUTUP. Berebut kebenaran..., Abdil Mughis M, FISIP UI., Universitas Indonesia 118 BAB 6 PENUTUP Bab ini menguraikan tiga pokok bahasan sebagai berikut. Pertama, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara garis besar dan mengemukakan kesimpulan umum berdasarkan temuan lapangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci