PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG. (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KONSEP, KONSTRUK, DAN VARIABEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

SUCI WULANDARI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang ABSTRAKSI

PENGARUH PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersumber dari pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh. restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH

PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Nurmayani

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

Analisis Kontribusi Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

Dika Viokta Universitas Maritim Raja Ali Haji 2016 ABSTRAK. Daerah Kabupaten Bintan tahun Populasi dalam penelitian ini yaitu Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 12 TAHUN 2004 T E N T A N G PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II LANDASAN TEORI. Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Pajak Hotel Dan Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah Kota Tasikmalaya ( Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Tasikmalaya )

PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Batu Tahun )

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK RESTORAN DI KABUPATEN SLEMAN. Stefani Gita Cakti. Erly Suandy

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1997 T E N T A N G PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR : 02 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

Rakhmini Juwita Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah dan Kinerja Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 5 TAHUN 2009 SERI : B NOMOR : 1

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 2 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK HOTEL

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI SURAKARTA. P a r d i STIE AUB Surakarta

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PAJAK ATAS JASA BIDANG PERHOTELAN

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

DEVI ARDIANTI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN. : Silvina Ramadani NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Prihantoro, SE., MM..

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

Embun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 06 TAHUN 2002 T E N T A N G PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT,

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK REKLAME TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA TANJUNGPINANG PERIODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Rudi Aditia Hartono Manajemen Ekonomi 2013

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.efektivitas

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 4 TAHUN : 2003 SERI :B PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI WILAYAH KPP PRATAMA DEPOK. : Baiq Laxmi Riska Zone

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB II TINJAUAN UMUM PAJAK DAERAH ATAS SUMBER DAYA AIR. pembangunan dalam suatu Negara. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan daerah diartikan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 06 TAHUN 2009 ( DICABUT ) TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 2 14 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KATEGORI RUMAH KOS DI KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DAN RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

Transkripsi:

PENGARUH HASIL PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BANDUNG (Studi pada Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung) Vidya Paramita 0109U375 ABSTRAKSI Penelitian ini berjudul Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung secara parsial dan simultan. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sample yaitu hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran tahun 2006 hingga 2012. Penelitian ini menggunakan realisasi pajak hotel dan pajak restoran pada data Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun 2006 hingga 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung, hal ini berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara pajak hotel dengan pendapatan asli daerah yaitu 0,969, dan Pajak hotel berpengaruh sebesar 93,9% terhadap pendapatan asli daerah. Hasil uji hipotesis nilai t hitung 8,750 lebih besar dari t tabel 2,051 serta nilai Sig 0,00 < 0,005, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara pemungutan Pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah. Sedangkan pajak restoran memiliki hubungan sangat kuat yaitu 0,916, dan pajak restoran berpengaruh sebesar 83,8% terhadap pendapatan asli daerah. Hasil uji hipotesis t hitung 5,091 > t tabel 2,051, maka H a diterima, serta nilai Sig 0,004 < 0,05 artinya terdapat pengaruh signifikan antara pemungutan pajak restoran (X 2 ) terhadap pendapatan asli daerah (Y). Besarnya pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung selama periode 2006-2012 secara simultan sebesar 96,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji hipotesis secara simultan diperoleh F hitung 50,050 F tabel 5,1433 dan F sig 0,01 < 0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah. Kata kunci: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pendapatan Asli Daerah, Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 1

Pendahuluan Dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Salah satu sumber penerimaan daerah yaitu pendapatan asli daerah (PAD). Pendapatan asli daerah (PAD) diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah, maka pemerintah daerah harus dapat meningkatkan penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri untuk digunakan dalam berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri. Kota Bandung yang memiliki wisata belanja, kuliner, dan lokasi-lokasi hiburan sebagai andalan sektor pariwisata ini mampu menarik minat wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara datang ke Bandung sehingga tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan. Peningkatan kunjungan wisatawan yang datang ke Bandung dapat menunjang pemasukan hotel, penginapan, restoran, dan rumah makan sehingga meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD), selain itu banyak pengusaha yang membangun sarana hotel dan restoran sehingga jumlahnya juga meningkat. Pajak hotel dan pajak restoran ini merupakan pendapatan pajak daerah bagi kota Bandung dan sebagai salah satu sumber pemasukan bagi pendapatan asli daerah (PAD). Penerimaan pajak hotel dan pajak restoran yang masih di bawah potensi sebenarnya ini dapat dikarenakan masih adanya pajak hotel dan restoran yang belum tertagih atau wajib pajak yang masih menunggak pembayaran pajak. Pajak hotel dan pajak restoran yang belum tertagih atau tertunggak karena kurangnya kesadaran para wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya yakni membayar pajak. Menurut Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bandung Barat, Agustina Priyanti yang membenarkan ketidaktaatan sejumlah hotel dan restoran dalam membayar pajak. Menurut dia, sejak 2009, pihaknya sudah beberapa kali melayangkan surat teguran tetapi cenderung diabaikan oleh sejumlah pemilik hotel (www.bandung.bpk.go.id). Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Apakah hasil pemungutan pajak hotel berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung secara parsial? 2. Apakah hasil pemungutan pajak restoran berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung secara parsial? 3. Apakah hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung secara simultan? TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pajak Definisi pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1: Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan 2

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi Pajak Berdasarkan pada ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari pajak adalah sebagai sumber pendapatan negara yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara yang bertujuan untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat secara umum. Terdapat dua fungsi pajak yang dikemukakan oleh Siti Resmi (2009: 3) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keungan Negara) Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. 2. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Definisi Pajak Daerah Definisi pajak daerah menurut Undang-Undang Republik indonesia Nomor 28 tahun 2009 pasal 1 angka 10 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah sebagai berikut: Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jenis-jenis Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pajak daerah dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: 1) Pajak Kendaraan bermotor; 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; 4) Pajak Air Permukaan; dan 5) Pajak Rokok. 2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: 1) Pajak Hotel; 2) Pajak Restoran; 3) Pajak Hiburan; 3

4) Pajak Reklame; 5) Pajak Penerangan Jalan; 6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; 7) Pajak Parkir; 8) Pajak Air Tanah; 9) Pajak Sarang Burung Walet; 10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan 11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pajak Hotel Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 angka 20, pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 21 adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh. Obyek dan Bukan Obyek Pajak Hotel Obyek pajak hotel termasuk pelayanan menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 2 ayat (1) sebagaimana di bawah ini: 1) Gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk apartemen yang menyatu dengan hotel serta rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan. 2) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan. Pelayanan penunjang, antara lain telepon, faksmile, teleteks, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, taksi, dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola oleh hotel. 3) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum. Fasilitas olah raga dan hiburan, antara lain pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola oleh hotel. Pada pajak hotel tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk obyek pajak menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 2 ayat (2), yaitu: Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel; Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren; Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran; Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipergunakan oleh umum di hotel; dan Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dimanfaatkan oleh umum. 4

Subyek Pajak dan Wajib Pajak Hotel Pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 3, subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel. Subyek pajak, di mana konsumen yang menkmati pelayanan hotel dan membayar (menanggung) pajak. Wajib Pajak dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 4 adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Wajib pajak diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subyek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 5 adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pemakaian jasa hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota masing-masing karena dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Di Kota Bandung, menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel Pasal 6, tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Pada tahun 2011, pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di mana pada pasal 6 ditetapkan tarif pajak hotel sebagai berikut: 1) Hotel, motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesangrahan, rumah penginapan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). 2) Rumah kos dengan jumlah kamar 11 (sebelas) sampai dengan 20 (dua puluh) kamar ditetapkan sebesar 5% (lima persen). 3) Rumah kos dengan jumlah kamar diatas 20 (dua puluh) kamar ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen). Besaran pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Menurut Siahaan (2010: 305), rumus perhitungan pajak hotel secara umum sebagai berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif x Jumlah Pembayaran atau Yang Seharusnya Dibayar Kepada Hotel Pajak Restoran Pajak restoran menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 angka 22 adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran yang dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 angka 23 adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. 5

Obyek Pajak dan Bukan Obyek Pajak Restoran Obyek pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 37 ayat (1) adalah pelayanan disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan restoran yang dimaksud pada ayat (1), yaitu pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Menurut Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pajak Restoran Pasal 2 ayat (1) yang dimaksud dengan obyek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran dengan pembayaran. Termasuk dalam objek pajak restoran dalam ayat 1 tersebut adalah: 1. Restoran, rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. 2. Pelayanan di restoran/rumah makan meliputi penjualan makanan dan atau minuman di restoran/rumah makan, termasuk penyediaan penjualan makan/minuman yang diantar/dibawa pulang. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran Pasal 2 ayat (2), yang bukan menjadi obyek pajak restoran, yaitu: 1) Pelayanan usaha jasa boga atau catering; 2) Pelayanan yang disediakan oleh restoran/rumah makan yang peredaran usahanya tidak melebihi Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) per bulan. Pada tahun 2011, pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Pasal 8 ayat (4), di mana yang bukan termasuk obyek pajak restoran adalah restoran yang nilai penjualannya dibawah Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per bulan. Subyek Pajak dan Wajib Pajak Restoran Subyek pajak restoran menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran pasal 3 adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran/rumah makan, café, bar dan sejenisnya. Wajib Pajak restoran menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran pasal 4 adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran/rumah makan, café, bar dan sejenisnya. Dengan demikian, pada pajak restoran, subyek dan wajib pajak tidak sama, di mana konsumen yang membeli makanan dan atau minuman dari restoran merupakan subyek pajak yang membayar (menanggung) pajak sementara orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subyek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak restoran menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran pasal 5 adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pembelian makanan dan atau minuman. 6

Tarif pajak restoran ditetapkan dengan peraturan daerah Kabupaten/Kota masing-masing karena dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Di Kota Bandung, menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran pasal 6, tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Besaran pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Menurut Siahaan (2010: 305), rumus perhitungan pajak restoran secara umum sebagai berikut: Pajak Terutang = Tarif Pajak Dasar Pengenaan Pajak Pajak Terutang = Tarif Pajak Jumlah Pembayaran yang Diterima atau yang Sebenarnya Diterima Restoran Sumber Pendapatan Daerah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 5, pendapatan daerah bersumber dari: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 6, pendapatan asli daerah (PAD) bersumber dari: (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi Daerah; (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan (4) Lain-lain PAD yang sah. 2. Dana Perimbangan Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1: Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 10, dana perimbangan teridiri atas: (1) Dana Bagi Hasil; (2) Dana Alokasi Umum; dan (3) Dana Alokasi Khusus 3. Lain-lain Pendapatan Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 43, lain-lain pendapatan terdiri atas: (1) Pendapatan hibah; dan (3) Pendapatan dana darurat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanasi (explanatory research). Metode penelitian eksplanasi menurut Sugiyono (2011: 10), yaitu: Penelitian eksplanasi adalah suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan kausal antara variabel satu dengan yang lain melalui pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, metode penelitian eksplanasi tersebut digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung dari tahun 2006 hingga 2012. 7

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran Kota Bandung selama tahun 2006 hingga 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling menurut Sugiyono (2012: 122) merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sesuai dengan obyek penelitiannya, penelitian ini menggunakan data Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun 2006 hingga 2012. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian. Adapun teknik pengumpulan datanya yaitu dokumentasi. Teknik ini digunakan dengan cara mengumpulkan seluruh data sekunder dalam penelitian. Data yang dimaksud, yaitu Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung yang diperoleh dari Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber seperti literatur-literatur, catatan-catatan ilmiah dan internet research yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, serta untuk mendapatkan dasar teoritis dan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang diteliti. Analisis Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah dilakukan dengan uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji korelasi, uji koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Untuk mengetahui pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung penulis akan melakukan pengujian sebagai berikut: Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Secara Parsial Hasil Uji korelasi atau hubungan antara Pajak hotel dengan pendapatan asli daerah pada Tabel 4.7 di halaman berikutnya. 8

dimension0 1 Model Uji Korelasi Parsial Pajak Hotel Model Summary b R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate.969 a.939.926.06263 a. Predictors: (Constant), Pajak_Hotel b. Dependent Variable: PAD Hasil Uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara pajak hotel dengan pendapatan asli daerah, yaitu 0,969 dan Pajak hotel berpengaruh sebesar 93,9% terhadap pendapatan asli daerah. Pemungutan pajak hotel diduga berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah, karena itu penulis menetapkan hipotesis penelitian untuk pengujian satu pihak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: H o1. β 1 0: Hasil pemungutan pajak hotel tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung H a1. β 2 > 0: Hasil pemungutan pajak hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung Hasil analisis pengaruh pemungutan Pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah dengan menggunakan SPSS ada pada Tabel 4.8 berikut ini: Uji-t Pajak Hotel Coefficients a Model Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -2.535 1.620-1.565.178 Pajak_Hotel 1.301.149.969 8.750.000 a. Dependent Variable: PAD Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 18 diperoleh nilai t hitung variabel pajak hotel sebesar 8,750. Karena t hitung 8,750 lebih besar dari t tabel 2,051 serta nilai Sig 0,00 < 0,005, maka H a diterima, artinya terdapat pengaruh yang siginfikan antara pemungutan Pajak hotel (X 1 ) terhadap pendapatan asli daerah (Y). 9

0 1 Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Secara Parsial Hasil Uji korelasi atau hubungan antara pajak restoran dengan pendapatan asli daerah Tabel 4.9 sebagai berikut: Uji Korelasi Parsial Pajak Restoran Model Summary b Model Adjusted R Std. Error of the R R Square Square Estimate.916 a.838.806.10172 a. Predictors: (Constant), Pajak_Restoran b. Dependent Variable: PAD Hasil Uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara pajak restoran dengan pendapatan asli daerah, yaitu 0,916 dan pajak restoran berpengaruh sebesar 83,8% terhadap pendapatan asli daerah. Uji hipotesis menujukkan bahwa pemungutan pajak restoran diduga berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah, karena itu penulis menetapkan hipotesis penelitian untuk pengujian satu pihak dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: H o2. β 1 0: Hasil pemungutan pajak restoran tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung H a2. β 2 > 0: Hasil pemungutan pajak restoran berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung Hasil analisis pengaruh pemungutan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah dengan menggunakan SPSS 18 ada pada Tabel 4.10 sebagai berikut: Uji-t Pajak Restoran Coefficients a Model 1 Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta t Sig. (Constant) -3.676 3.008-1.222.276 Pajak restoran 1.418.278.916 5.091.004 a. Dependent Variable: PAD 10

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 18 diperoleh nilai t hitung variabel pemungutan pajak restoran sebesar 5.091. Karena t hitung 5,091 > t tabel 2,051, maka H a diterima, serta nilai Sig 0,004 < 0,05 artinya terdapat pengaruh signifikan antara pemungutan pajak restoran (X 2 ) terhadap pendapatan asli daerah (Y). Pengaruh Hasil Pemungutan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Secara Simultan 1. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediksor dimanipulasi (dinaikkan atau diturunkan nilainya). Jadi, analisis regresi linier berganda dapat dilakukan apabila jumlah variabel independennya lebih dari satu. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan SPSS 18 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Tabel 4.11 Koefisien Regresi Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) -.788 1.827 -.431.688 Pajak_Hotel 2.249.628 1.674 3.582.023 Pajak_Restoran -1.117.724 -.721-1.543.198 a. Dependent Variable: PAD Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh persamaan regresi linier berganda antara variabel independen dan variabel dependen, sebagai berikut: Y = -0,788 + 2,249 X 1 1,117 X 2 Dari hasil persamaan tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara hasil pemungutan Pajak hotel bernilai positif dan hasil pemungutan pajak restoran bernilai negatif. Artinya, setiap peningkatan hasil pemungutan Pajak hotel akan meingkatkan pendapatan asli daerah sebesar 2,249% sedangkan 11

apabila hasil pemungutan pajak restoran mengalami penurunan, maka akan menyebabkan pendapatan asli daerah menurun sebesar 1,117%. Konstanta intercept dari Tabel 4.11 bernilai negatif yakni 0,788. Hal ini berarti pendapatan asli daerah sebesar 0,788% apabila tidak ada perubahan pada pemungutan pajak hotel dan pemungutan pajak restoran. 2. Analisis Korelasi Berganda Korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujiannya yaitu ada pada Tabel 4.12 sebagai berikut: Model R Koefisien Korelasi Berganda Model Summary b R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.981 a.962.942.05544 a. Predictors: (Constant), Pajak_Restoran, Pajak_Hotel b. Dependent Variable: PAD Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat diketahui nilai korelasi secara simultan antara hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran yang memiliki hubungan sangat kuat dengan pendapatan asli daerah sebesar 0,981. 3. Analisis Koefisien Determinasi Berganda Pada permasalahan yang sedang diteliti yaitu pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pemungutan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah diperoleh koefisien determinasi sebagai berikut: Model R Koefisien Determinasi Berganda Model Summary b R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.981 a.962.942.05544 a. Predictors: (Constant), Pajak_Restoran, Pajak_Hotel b. Dependent Variable: PAD 12

Dari hasil diatas diketahui nilai r 2 sebesar 0,981, maka nilai koefisien determinasi secara simultan pemungutan pajak hotel, pemungutan pajak restoran dan pendapatan asli daerah adalah sebesar 96,2%. Artinya bahwa pengaruh pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah sebesar 96,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. 4. Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F) Pengujian secara simultan digunakan untuk megetahui nilai yang memberikan kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama. Adapun hasil pengujian secara simultan/uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Uji Hipotesis Simultan ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression.308 2.154 50.050.001 a Residual.012 4.003 Total.320 6 a. Predictors: (Constant), Pajak_Restoran, Pajak_Hotel b. Dependent Variable: PAD 1. Menentukan hipotesis statistik H o : artinya tidak terdapat pengaruh yang positif antara hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah secara simultan H a : : artinya terdapat pengaruh yang positif antara hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah secara simultan 2. Mencari nilai F hitung yang didapat hasilnya dari tabel output ANOVA di atas, yaitu 50,050. 3. Menentukan penerimaan dan penolakan dugaan atas hipotesis yang diajukan, dengan kriteria pengujian: a. H o ditolak jika F hitung > F tabel b. H o diterima jika F hitung < F tabel Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perbandingan F hitung dengan F tabel adalah H o ditolak karena F hitung 50,050 F tabel 5,1433. Dapat disimpulkan hipotesis alternatif dapat diterima. Kesimpulannya terdapat pengaruh yang positif antara hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah. 13

Kesimpulan 1. Hasil pemungutan pajak hotel berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung. Hal ini berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara pajak hotel dengan pendapatan asli daerah yaitu 0,969, dan pajak hotel berpengaruh sebesar 93,9% terhadap pendapatan asli daerah. Hasil uji hipotesis nilai t hitung 8,750 lebih besar dari t tabel 2,051 serta nilai Sig 0,00 < 0,005, maka terdapat pengaruh yang positif antara pemungutan pajak hotel (X 1 ) terhadap pendapatan asli daerah (Y). Kesimpulannya, apabila hasil pemungutan pajak hotel bertambah, maka pendapatan asli daerah meningkat. 2. Hasil pemungutan pajak restoran berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung. Hal ini berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara pajak restoran memiliki hubungan sangat kuat yaitu 0,916, dan pajak restoran berpengaruh sebesar 83,8% terhadap pendapatan asli daerah. Hasil uji hipotesis t hitung 5,091 > t tabel 2,051, maka H a diterima, serta nilai Sig 0,004 < 0,05 artinya terdapat pengaruh positif antara pemungutan pajak restoran (X 2 ) terhadap pendapatan asli daerah (Y). Kesimpulannya, apabila hasil pemungutan pajak restoran bertambah, maka pendapatan asli daerah meningkat. 3. Besarnya pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung selama periode 2006-2012 secara simultan sebesar 96,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil uji hipotesis secara simultan diperoleh F hitung 50,050 F tabel 5,1433 dan F sig 0,01 < 0,05 maka terdapat pengaruh yang positif antara pemungutan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah. DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama. Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Suandy, Erly. 2005. Hukum Pajak Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta. Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Andi. Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan Edisi 3 Cetakan Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pajak Hotel. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Restoran. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 14

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. www.bisnis-jabar.com www.disparbud.jabarprov.go.id 15