BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelompok masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sektor pertanian di pedesaan merupakan langkah konkrit

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1993:10), penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PISANG DI KECAMATAN MESTONG, KABUPATEN MUARO JAMBI. Oleh: Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

cenderung terbuka dan menganut proses pembelajaran. Analisis lingkungan eksternal bisnis dari sebuah perusahaan sangat bagus

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

BAB II KERANGKA TEORI. dunia bisnis. Tujaun tersebut hanya dapat dicapai memalui usaha mempertahankan dan

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS. Entrepreneurship Center Universitas Dian Nuswantoro

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian dalam ruang lingkup pertanian. Oleh sebab itu sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Strategi Pemberdayaan Koperasi Tani Berbasis Agribisnis di Kabupaten Badung (Studi Kasus pada Koperasi Subak Uma Lambing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan, baik yang datang dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DAN DAMPAK KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA BAGI REMAJA DI KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SATE SOP KAMBING

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB III LANDASAN TEORI

STRATEGI PEMASARAN BENANG KARET (RUBBER THREAD) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA

BAB III METODOLOGI KAJIAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidupnya, saat ini persaingan yang semakin ketat dan tajam

IV. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan bisnis di Indonesia belakangan ini semakin lama semakin

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

VII. FORMULASI STRATEGI

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

2. TINJAUAN PUSTKA 2.1. Kajian Teori Sayuran Organik Manajemen Strategi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE KAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS SWOT: KONSEP & APLIKASI BAGI KOPERASI TERNAK. Bimbingan Teknis Koperasi Ternak Jombang November 2014

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH

KONSEP DASAR KOPERASI

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PEMASARAN JAGUNG HIBRIDA DI DESA JANTI KECAMATAN PAPAR KABUPATEN KEDIRI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STRATEGI PENANGANAN KREDIT MACET TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA PADA PT. BPR TUNAS ARTHA JAYA PARE KEDIRI

BAB II KERANGKA TEORI

PERENCANAAN STRATEGIS DAN OPERASIONAL PROYEK. Kuliah Manajemen TL

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Koperasi adalah suatu gerakan otomatis untuk membela diri dari suatu kelompok masyarakat terhadap tekanan-tekanan hidup yang dilakukan oleh kelompok lain dalam masyarakat, baik yang berupa dominasi sosial maupun berupa eksploitasi ekonomi, sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi kehidupan mereka (Hendrojogi, 2012). Perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan, agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekadar memenuhi kebutuhan beramal yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama disebut koperasi menurut Soeriatmadja (dalam Hendrojogi, 2012). Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi, di samping badan usaha swasta dan badan usaha pemerintah (Hainim dan Yusbar, 2012). Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip-prinsip Koperasi. Sebagai gerakan, koperasi menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kerja sama antar anggotanya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan kemakmuran masyarakat (Mahri, 2014). 8

9 Koperasi dan usaha kecil-menengah merupakan bentuk dan jenis usaha yang digolongkan dalam ekonomi kerakyatan karena sifatnya mandiri dan merupakan usaha bersama. Ketahanan ekonomi daerah tergantung pada pelaku-pelaku ekonomi, termasuk kinerja koperasi dan usaha kecil-menengah. Untuk itu, kekuatan ekonomi akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila kekuatan sinergi kolektif yang dinaungi oleh koperasi berjalan sebagaimana mestinya (Syahza, 2014). Sesuai UU No. 25/1992 Pasal 3 koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Menurut UU No. 25/1992 Pasal 4 fungsi koperasi adalah sebagai berikut. 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

10 2.1.2 Jenis jenis koperasi Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 pasal 16 jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Jenis koperasi terdiri atas lima jenis, yaitu: 1. Koperasi simpan pinjam Koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang bergerak dalam pembentukan modal melalui tabungan dari para anggota secara terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraannya. 2. Koperasi konsumen Koperasi yang menyediakan semua kebutuhan sehari-hari konsumen atau para anggota dalam bentuk barang dan jasa. 3. Koperasi produsen Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak didalam kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun anggota-anggota koperasi. 4. Koperasi pemasaran Koperasi yang jenis usahanya memiliki kegiatan pemasaran kepada anggota lebih dari suatu macam barang dan jasa. 5. Koperasi jasa Koperasi yang aktifitasnya bergerak dibidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.

11 Jenis koperasi menurut PP No. 60/1959: 1. Koperasi desa Adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan yang melakukan kegiatan usahanya di pedesaan. 2. Koperasi pertanian Merupakan koperasi yang kegiatannya khusus melayani dan menyediakan pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian. 3. Koperasi peternakan Adalah koperasi yang kegiatannya khusus melayani kebutuhan anggotanya yang aktivitasnya pada pemeliharaan ternak (peternakan). 4. Koperasi industri Adalah koperasi yang beranggotakan orang-orang yang aktivitasnya khusus bergerak di bidang industri. 5. Koperasi simpan pinjam Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam merupakan koperasi yang aktivitas usahanya spesial melayani anggota yang menyimpan dan meminjam uang dari koperasi. 6. Koperasi perikanan Merupakan koperasi yang didirikan oleh anggota yang kegiatannya bergerak di bidang perikanan dan kelautan.

12 7. Koperasi konsumsi Koperasi konsumsi merupakan koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi yaitu membeli barang-barang untuk kepentingan konsumsi. 2.2 Pemberdayaan 2.2.1 Pengertian pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (Prijono dan Pranarka (1996). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki (Sumodiningrat, 1999). Suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki salah satu atau lebih dari beberapa variabel. Pertama, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perekonomian yang stabil. Kedua, memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Ketiga, memiliki kemampuan menghadapi ancaman dan serangan dari luar. Keempat, memiliki kemampuan berkreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan menjaga koeksistensinya bersama bangsa dan negara lain (Mahmudi, 2001). Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah yang dimaksud dalam pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga pendidikan dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk

13 penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilakukan dalam bentuk: (1) pembinaan dan pendataan organisasi kelompok, (2) pembinaan manajemen keuangan, (3) pendidikan dan pelatihan serta bimbingan teknis, (4) perkuatan permodalan, (5) magang, (6) pemasaran Produk, (7) fasilitas kemitraan, (8) fasilitasi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), serta (8) pemantauan dan evaluasi perkembangan. Pemberdayaan berarti berdaya, mampu, tahu, mengerti, paham, termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang, bersinergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap informasi, mampu bertindak sesuai situasi (Anonim, 2014b). 2.2.2 Strategi pemberdayaan Analisis SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan (Rangkuti, 2005). Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan serta kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang, sekaligus mengatasi ancaman. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, 2006) adalah sebagai berikut.

14 1. Kekuatan (strengths) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar. 2. Kelemahan (weakness) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan. 3. Peluang (opportunity) Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan. 4. Ancaman (threats) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan

15 pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan. 2.2.3 Analisis Lingkungan Dalam merumuskan strategi, terlebih dahulu harus melakukan analisis lingkungan dengan maksud untuk menyesuaikan, baik keunggulan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan. Menurut Glueck et al. (2003) analisis lingkungan adalah suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan. Glueck et al. (1980) mendefinisikan bahwa lingkungan meliputi faktor-faktor dalam dan luar perusahaan yang dapat menuntun ke arah kesempatan-kesempatan atau ancaman-ancaman pada perusahaan. Simpulan dari pendapat di atas, bahwa lingkungan perusahaan pada prinsipnya terdiri atas lingkungan internal dan eksternal. 1. Lingkungan Internal Internal organisasi terdiri atas dua (2) komponen yaitu strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan). Kekuatan dan kelemahan ini terdapat dalam suatu organisasi, kekuatan dan kelemahan ini menentukan arah mana yang terbaik buat perusahaan tersebut. Menurut Siagian (1998), faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan organisasi diantaranya : saluran distribusi yang handal, posisi kas perusahaan, lokasi yang menguntungkan, keunggulan dalam penerapan teknologi yang canggih tetapi sekaligus tepat guna dan struktur atau tipe organisasi yang digunakan. Untuk kelemahannya dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti

16 kelemahan manajerial, fungsional, operasional, struktural atau bahkan yang bersifat psikologis. 2. Lingkungan eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu cara yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menggali dan mengidentifikasi semua peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang akan mempengaruhi keberadaan organisasi tersebut. Faktor-faktor yang perlu dianalisis dalam lingkungan eksternal diantaranya : lingkungan ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan politik, lingkungan pemerintah, lingkungan hukum, lingkungan teknologi, dan lingkungan kompetitif (David, 2006). 2.2.4 Analisis SWOT Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Menurut Rangkuti (2007; 12), matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis, yaitu pada Gambar 2.1.

17 IFAS Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness) EFAS Peluang (opportunity) Ancaman (threats) Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Gambar 2.1 Matriks SWOT (Rangkuti, 2007; 12) Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT (Rangkuti, 2007; 12) sebagai berikut. 1. Strategi SO (Strength and Opportunity). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar besarnya. 2. Strategi ST (Strength and Threats). Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

18 3. Strategi WO (Weakness and Opportunity). Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness and Threats). Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 2.3 Agribisnis 2.3.1 Pengertian Agribisnis Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Arsyad,1985 dalam Soekartawi, 2013, hal.3). Kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian yang kompleks sebagai akibat dari pertanian yang semakin modern. Pertanian dalam arti yang luas meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Agribisnis dapat memfokuskan kegiatannya pada satu segmen dari keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan secara terintegrasi. Agribisnis dapat berupa diantaranya perusahaan besar seperti perkebunan besar, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak, pabrik susu, dan perusahaan perikanan. Selain itu juga dapat berupa perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan,

19 petani, pedagang (bakul), dan peternak (Snodgrass dan Wallace, 1974 dalam Soemarno, 1996). Pengertian agribisnis dapat diperluas mencakup pemerintah, pasar, asosiasi perdagangan, koperasi, lembaga keuangan, sekelompok pendidik, yang mempengaruhi dan mengarahkan bermacam-macam tingkatan arus komoditas (Balbin dan Clemente, 1986 dalam Soemarno 1996). Halcrow (1981, dalam Soemarno, 1996) mengartikan agribisnis hanya meliputi kegiatan industri jasa dan material untuk usaha tani (produksi pertanian) dan industri pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Agribisnis secara luas dapat dipandang sebagai "bisnis" yang berbasis pertanian. Secara struktural agribisnis ini terdiri atas tiga sektor yang saling bergantung, yaitu (1) sektor masukan, yang ditangani oleh berbagai industri hulu yang memasok bahan masukan kepada sektor pertanian, (2) sektor produksi (farm), yang ditangani oleh berbagai jenis usaha tani yang menghasilkan produk-produk bioekonomik, dan (3) sektor keluaran, yang ditangani oleh berbagai industri hilir yang mengubah basil usaha tani menjadi produk konsumsi awetan/ olahan dan yang menyalurkan produk ini melalui sistem pemasaran kepada konsumen (Downey dan Erickson, 1989 dalam Soemamo, 1996). Pengertian agribisnis merupakan cara baru melihat dan membangun pertanian dimana pembangunan ekonomi berbasis pertanian tidak hanya terbatas pada pembangunan subsistem usaha tani saja. Pengertian Sistem Usaha Pertanian (SUP) juga sama dengan pengertian agribisnis, sehingga dengan SUP juga dapat diartikan sebagai usaha atau kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan pertanian

20 (Saragih, 1996 dalam Iwan, 2009). Namun demikian, kalau disimak lebih lanjut maka SUP/agribisnis akan mempunyai dua makna yang berbeda namun saling berhubungan yaitu: (1) suatu usaha ekonomi, dan (2) suatu sistem terpadu (Simatupang, 2004 dalam Sudaryanto et al., 2005). Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditas pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian, dan kelembagaan penunjang kegiatan. Berhubungan maksudnya adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Downey and Erickson, 1987 dalam Maulidah, 2012). Dengan demikian agribisnis meliputi seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan/ input usaha tani; terlibat dalam proses produksi bioekonomik; menangani pemrosesan hasil-hasil usaha tani; penyebaran, dan penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen. Sistem Agribisnis adalah semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan usaha tani dan agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Agribisnis sebagai suatu sistem meliputi; (1) subsistem pengadaan sarana produksi; (2) subsistem produksi; (3) subsistem pengolahan hasil; (4) subsistem pemasaran; dan (5) subsistem kelembagaan (Gumbira dan Intan, 2001 dalam Syahza, 2005).

21 Sebagai sebuah sistem terpadu, SUP/agribisnis merupakan satu kesatuan jaringan yang tidak terpisahkan antara empat komponen: (1) Jaringan perusahaan, (2) Konsumen, (3) Kebijakan dan kondisi perekonomian makro, dan (4) Lembaga penunjang. Cakupan SUP/agribisnis sebagai suatu sistem terpadu jauh lebih luas dari cakupan SUP/agribisnis sebagai suatu perusahaan. Sebagai suatu perusahaan SUP/agribisnis hanya menyangkut kegiatan ekonomi saja, sedangkan sebagai sebuah sistem terpadu di samping jaringan perusahaan, SUP/agribisnis juga mencakup konsumen, kebijakan, dan keadaan ekonomi makro, dan lembaga penunjang (Simatupang, 2004 dalam Sudaryanto et al., 2005). 2.3.2 Mata rantai agribisnis Indonesia yang memiliki potensi di bidang pertanian sangat tinggi, sudah selayaknya merubah paradigma pertanian dari peningkatan produksi menjadi pendekatan agribisnis. Cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pada pemasaran termasuk di dalamnya kegiatan lain yang menunjang kegiatan pertanian (Soekartawi, 2013). Jika digambarkan mata rantai kegiatan agribisnis nampak pada Gambar 2.2 berikut ini.

22 Agribisnis Kegiatan usaha yang menghasilkan/menyediakan prasarana/sarana/ input bagi kegiatan pertanian (industri pupuk, alat-alat pertanian, pestisida, dsb.) Kegiatan Pertanian Kegiatan usaha yang menggunakan hasil pertanian sebagai input (industri pengolahan hasil pertanian, perdagangan, dsb) Gambar 2.2 Mata Rantai Kegiatan Agribisnis (Arsyad et al., 1985 dalam Soekartawi, 2013)