AHMAD GAFURI NIM : 08S1AJ0006

dokumen-dokumen yang mirip
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

Jurnal Kesehatan Kartika 50

PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN POSYANDU GUNA MENINGKATKAN KESEHATAN BALITA. Di Posyandu Krandegan Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEPOK 2 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2010). Teluk) di wilayah Puskesmas Karangawen II Kabupaten Demak.

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB IV METOLOGI PENELITIAN

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Dalam penelitian ini mencoba menjelaskan persepsi lansia tentang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA TENTANG POSYANDU DI PUCANGANOM WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2013

GAMBARAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KELAS IBU HAMIL DI DESA WATES SIMO BOYOLALI TAHUN Oleh. Siti Maesaroh 1) dan Sunarti 2) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. suatu wadah atau tempat yang memberikan pelayanan secara cepat dan murah,

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Sedangkan pendekatan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

Nisa khoiriah INTISARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2008).

Transkripsi:

SKRIPSI GAMBARAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI BALITA USIA 12 SAMPAI 59 BULAN TENTANG POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIRSUS II PARINGIN KECAMATAN JUAI KAB.BALANGAN TAHUN 2010 Oleh : AHMAD GAFURI NIM : 08S1AJ0006 PROGRAM STUDI SI GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU TAHUN 2011

GAMBARAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI BALITA USIA 12 SAMPAI 59 BULAN TENTANG POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIRSUS II PARINGIN KECAMATAN JUAI KAB.BALANGAN TAHUN 2010 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Gizi (S.Gz) Oleh : AHMAD GAFURI NIM : 08S1AJ0006 PROGRAM STUDI SI GIZI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA BORNEO BANJARBARU TAHUN 2011

HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, Nama NIM Program Studi Judul Skripsi : Ahmad Gafuri : 08S1AJ0004 : Gizi : Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Mempunyai Balita Usia 12 sampai 59 Bulan Tentang Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Tahun 2010. Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan karya ilmiah yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan tidak melakukan pelanggaran sebagai berikut : Plagiasi tulisan maupun gagasan Rekayasa dan manipulasi data Meminta tolong atau membayar orang lain untuk meneliti Mengajukan sebagian atau seluruh karya ilmiah untuk publikasi atau untuk memperoleh gelar atau sertifikat atau pengakuan akademik atau profesi di tempat lain Apabila terbukti saya melakukan pelanggaran tersebut diatas, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar akademik. Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan. Penulis, (Ahmad Gafuri)

HALAMAN PERSETUJUAN NAMA NIM : AHMAD GAFURI : 08S1AJ0004 Skripsi ini telah disetujui untuk di Sidangkan Banjarbaru, 4 Februari 2011 Pembimbing Utama, Ahmad Mahyuni, S.Sos., MPH NIDN. Pembimbing Pendamping, Rissa Saputri, S.Gz NIDN.

HALAMAN PENGESAHAN Nama NIM : Ahmad Gafuri : 08S1AJ0004 Skripsi ini telah dipertahankan di depan dewan penguji dan disetujui Pada tanggal 12 Februari 2011 Penguji 1 (Ketua) Ahmad Mahyuni, S.Sos., MPH NIDN: 1110106502 Penguji 2 (Anggota), Penguji 3 (Anggota) Rissa Saputri, S.Gz Rusman Efendi, SKM., Msi. NIDN. NIDN. : 1218047801 Diketahui Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Ketua Program Studi Gizi Rusman Efendi, SKM., Msi. Norhasanah, S.Gz NIDN : 1218047801 NIDN : 1119098402 Tanggal Lulus :

ABSTRAK Ahmad Gafuri. 08S1AJ0004 GAMBARAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN SIKAP IBU YANG MEMPUNYAI BALITA USIA 12 SAMPAI 59 BULAN TENTANG POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PIRSUS II PARINGIN KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2010 Skripsi. Program Studi Gizi. 2010 (xv + 44 + Lampiran) Dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu ditemukan beberapa masalah diantaranya cakupan kunjungan balita yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu di Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Pengambilan data primer menggunakan kuesioner dan data sekunder dari puskemas. Hasil penelitian menunjukkan dari 45 responden yang diteliti sebagian besar tingkat pendidikan ibu (88,9%) adalah tingkat pendidikan dasar. Tingkat pengetahuan responden tentang posyandu sebagian besar (48,9%) adalah cukup. Sedangkan sikap responden terhadap posyandu sebagian besar (71,1%) adalah positif. Kata-Kata Kunci : Pendidikan,Pengetahuan, Sikap, Ibu Balita dan Posyandu

ABSTRACT Ahmad Gafuri. 08S1AJ0004 DESCRIPTION OF EDUCATION, SCIENCE, AND MOTHER ATTITUDE THAT HAVING BALITA AGE 12 UNTIL 59 MOONS ABOUT POSYANDU AT TERRITORIAL PUSKESMAS PIRSUS II PARINGIN JUAI DISTRICT BALANGAN REGENCY YEAR 2010 Skripsi. Nutrition studies Programs. 2010 (xv + 44 + attachment) In growth monitoring performing at posyandu is found some problem amongst those balita's visit range that is still contemn. This research intent to know description of education, science and mother attitude that have balita age 12 until 59 moons about posyandu at Puskesmas Pirsus II. Paringin Juai district Balangan Regency Year 2010. This research did by descriptive method. Downloading primarying to utilize kuesioner and secondary data from puskemas. Result observationaling to point out of 45 respondent those are analyzed a large part mother education (88,9%) are level elementary education. Respondent gnostic about posyandu a considerable part (48,9%) are enough. Meanwhile respondent attitude to posyandu a considerable part (71,1%) are positive. Key Words: Education,Science, Attitude, Balita's mother and Posyandu

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya, sholawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga Penelitian yang berjudul Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Mempunyai Balita Usia 12 sampai 59 Bulan Tentang Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Tahun 2010 dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Gizi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ahmad Mahyuni, S.Sos., MPH sebagai pembimbing Utama dan Ibu Rissa Saputri, S.Gz sebagai pembimbing pendamping, yang telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih dan penghargaan sedalamdalamnya juga penulis sampaikan kepada : 1. Rusman Efendi, SKM, MSi, selaku Ketua STIKES Husada Borneo Banjarbaru. 2. Norhasanah, S.Gz selaku Ketua Program Studi Gizi Kesehatan STIKES Husada Borneo Banjarbaru. 3. Bupati Kabupaten Balangan yang telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan. 4. Kepala Badan Kepegawaian, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan beserta staf yang telah memberikan izin, kesempatan dan motivasi mengikuti pendidikan. 5. Kepala Puskesmas Pirsus II dan rekan-rekan Puskesmas yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian.

6. Seluruh dosen pengajar, dan pengelola STIKES Husada Borneo Banjarbaru yang telah memberikan bantuan pengajaran, arahan, dan dukungan serta fasilitas dalam kelancaran proses pendidikan. 7. Ibunda tercinta, Ayah tercinta, Ibu mertua, Ayah Mertua tercinta dan saudara beserta keluarga lainnya yang senantiasa selalu memberikan motivasi dan berdoa untuk kesuksesan penulis. 8. Isteriku tercinta Winda Mulia Rasiobar, S.Gz yang senantiasa sabar, tulus ikhlas mendo akan dan memberikan dukungan moril maupun materiil dalam menyelesaikan pendidikan ini. 9. Keluarga besar Persagi Balangan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 10. Responden dan semua pihak yang tak mungkin disebutkan satu persatu, penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan pendidikan. Penulis mengakui Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa selalu melimpahkan rahmat-nya kepada kita. Amiin. Banjarbaru, 30 Januari 2011. Penulis

DAFTAR ISI HALAMAN COVER... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Rumusan Masalah...... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 3 1.3.1 Tujuan Umum... 3 1.3.2 Tujuan Khusus... 4 1.4 Manfaat Penelitian... 4 1.4.1 Manfaat Teoritis... 4 1.4.2 Manfaat Praktis... 4 1.5 Keaslian Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..... 6 2.1 Tinjauan Teori... 6 2.1.1 Bawah Lima Tahun... 6 2.1.2 Pendidikan... 7 2.1.3 Pengetahuan... 8 2.1.4 Sikap... 10 2.1.5 Posyandu... 15

2.2 Landasan Penelitian... 17 2.3 Kerangka Konsep Penelitian... 18 BAB III METODE PENELITIAN.. 19 3.1 Rancangan Penelitian. 19 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..... 19 3.2.1 Lokasi Penelitian... 19 3.2.2 Waktu Penelitian... 19 3.3 Subjek Penelitian... 20 3.3.1 Populasi... 20 3.3.2 Sampel... 20 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 21 3.4.1 Variabel Penelitian... 21 3.4.2 Definisi Operasional... 21 3.5 Instrumen Penelitian... 23 3.6 Teknik Pengumpulan Data... 23 3.6.1 Data Primer... 23 3.6.2 Data Sekunder... 23 3.7 Teknis Analisa Data... 23 3.7.1 Pengolahan Data... 23 3.7.2 Teknik Analisa Data... 24 3.8 Prosedur Penelitian... 27 3.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian... 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 29 4.1 Hasil Penelitian.... 29 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 29 4.1.2 Gambaran Objek Penelitian... 32 4.2 Pembahasan..... 37 4.2.1 Pendidikan... 37 4.2.2 Pengetahuan Tentang Posyandu... 38 4.2.3 Sikap Terhadap Posyandu... 40

BAB V PENUTUP..... 42 5.1 Kesimpulan.... 42 5.2 Saran.... 42 DAFTAR PUSTAKA... 43 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel... 22 2. Tabel 3.2 Kategori Skala Likert... 26 3. Tabel 4.1 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur... 33 4. Tabel 4.2 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pekerjaan... 34 5. Tabel 4.3 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 35 6. Tabel 4.4 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan... 35 7. Tabel 4.5 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap Terhadap Posyandu... 36

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 PRECEDE MODEL... 18 2. Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian... 18

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Pengantar Penelitian 2. Lampiran 2 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden 3. Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 4. Lampiran 4 Rekapitulasi Identitas Responden 5. Lampiran 5 Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu 6. Lampiran 6 Rekapitulasi Kuesioner Sikap Ibu Terhadap Posyandu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesehatan merupakan hak azasi ( UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 23 tahun 1992) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh setiap komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI, 2006). Pembangunan kesehatan dilaksanakan berlandaskan pada kemampuan dan kekuatan suatu bangsa dalam mengatasi masalah-masalah kesehatannya. Diharapkan setiap upaya kesehatan yang dijalankan harus mampu membangkitkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Adapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit kemajuan yang akan dicapai. Pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan terhadap peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan membuktikan bahwa peran serta masyarakat sangat menentukan keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan itu sendiri (Depkes RI, 2005). Upaya untuk memantau dan memperbaiki kondisi kesehatan terutama balita dapat dilaksanakan melalui masyarakat desa yaitu dengan adanya Upaya 1

Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Salah satu bentuk operasional UKBM adalah Posyandu. Sesuai dengan program revitalisasi Posyandu, Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh kesehatan dasarnya dan diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini dapat dilakukan di Posyandu (Depkes RI, 2005). Posyandu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikelola dari oleh untuk dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kesehatan dengan pembinaan yang dilakukan oleh puskesmas setempat. Pelayanan Posyandu pada hari buka dilaksanakan dengan sistem lima meja. Pelaksanaan Posyandu balita itu meliputi pendaftaran dan penyuluhan kelompok oleh kader; penimbangan bayi dan balita oleh kader; pencatatan hasil penimbangan di KMS (Kartu Menuju Sehat) oleh kader; penyuluhan berdasarkan hasil penimbangan; pelayanan pemberian makanan tambahan (PMT), vitamin A, oralit dan selanjutnya adalah pelayanan kesehatan yaitu imunisasi, pengobatan, penyuluhan dan merujuk penderita ke puskesmas. Studi pendahuluan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. Kunjungan balita usia 12 sampai 59 bulan pada empat posyandu yang ada diwilayah Puskesmas Pirsus II Paringin pada tahun 2009 rata-rata hanya mencapai 58,0%. Rata-rata cakupan balita masih kurang dari target yang ditetapkan yaitu 65%. Pelaksanaan Posyandu sudah berjalan setiap bulannya, namun balita yang umurnya lebih dari 1 tahun jarang

datang ke Posyandu. Balita yang sudah diimunisasi lengkap juga sudah jarang datang ke Posyandu. Hal tersebut disebabkan karena rata-rata tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang posyandu masih rendah (Puskesmas Pirsus II, 2009). Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada mendorong penulis untuk meneliti tentang bagaimana gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita 12 sampai 59 bulan tentang Posyandu. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan tahun 2010? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui gambaran pendidikan ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan 2. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan 3. Mengetahui gambaran sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan terhadap posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Menambah khasanah kepustakaan di Perpustakaan Stikes Husada Borneo Banjarbaru. 1.4.2. Manfaat praktis 1. Bagi penulis Mendapat pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan. 2 Bagi puskesmas Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan posyandu yang ada diwilayah Puskesmas Pirsus II Paringin

1.5. Keaslian Penelitian Penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian penulis, sejauh pengetahuan penulis adalah sebagai berikut: Penelitian dilaksanakan oleh Sri Purwandari tahun 2006 tentang persepsi ibu terhadap manfaat pelayanan Posyandu bagi balita di desa Banaran Geger Madiun, dengan hasil persepsi ibu terhadap manfaat pelayanan Posyandu bagi balita di Desa Banaran Geger Madiun yang hasilnya meliputi pelayanan penimbangan, pelayanan gizi, pelayanan imunisasi dan pelayanan pemeriksaan kesehatan sebagian besar sudah baik. Perbedaan antara penelitian Sri Wulandari, dengan penelitian yang dilakukan penulis meliputi : 1. Jenis penelitian,yaitu jenis penelitian penulis adalah deskriptif. 2. Tempat penelitian, yaitu tempat penelitian penulis diwilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kecamatan Juai Kabupaten Balangan. 3. Variabel penelitian, yaitu penelitian penulis tentang pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu balita. 4. Tahun penelitian, yaitu penelitian penulis dilakukan di tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan teori 2.1.1 Bawah Lima Tahun (Balita) Anak Balita adalah anak yang berusia dibawah lima tahun atau berusia dibawah 60 bulan. Anak balita mempunyai kemampuan luar biasa untuk menyerap kepandaian dan informasi baru dibandingkan anak yang berusia lebih tua. Penelitian menunjukkan, mengenalkan pada kegiatan membaca, bahasa, dan matematika sejak usia balita, akan membuat mereka lebih mudah menangkap pelajaran tersebut nantinya. Pada masa balita, otak berkembang sangat pesat. Sampai pada usia 2 tahun berat otak akan mencapai 75% otak dewasa. Faktor yang paling penting untuk pembentukan otak adalah faktor nutrisi untuk mendukung pembentukan sel-sel otak. Hal yang penting pada proses pertumbuhan seorang anak adalah proses tumbuh kembang. Makna pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi dalam tingkat sel, organ atau individu. Sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Sangat penting untuk memantau tumbuh kembang seoarang anak, dengan memantau tumbuh kembang dapat diketahui apakah anak sudah tumbuh sesuai 6

dengan yang harusnya dan berkembang sesuai kemampuannya. Proses tumbuh kembang ini dapat dilakukan diposyandu yaitu dengan membawa anak balita ke posyandu 2.1.2 Pendidikan 2.1.2.1 Pengertian Pendidikan Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan menurut Notoatmodjo S. (2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, ataupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan bisa secara formal maupun secara informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas. Sedangkan jalur pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.

2.1.2.2 Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib belajar 9 (sembilan) tahun yaitu SD/MI dan SMP/MTs. Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, dalam hal ini pendidikan menengah yaitu SMA atau SMK. Sedangkan pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi ataupun akademi. 2.1.3 Pengetahuan 2.1.3.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,S, 2010) 2.1.3.2 Jenjang Pengetahuan Aspek kognitif dibedakan atas (6) jenjang menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh Notoatmodjo sebagai berikut :

1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2). Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3). Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi konkrit / kondisi riil (sebenarnya) 4). Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu integritas atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Untuk dapat melakukan analisis ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu pada ketiga tingkatan sebelumnya. Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut pemahaman yang komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagian yang terpadu. 5). Sintesis (synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsur-unsur atau bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini

menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen, yang jawabannya sering tidak pasti, tetapi kemampuan ini akan dapat meningkatkan kreatifitas yang diakibatkan seseorang menemukan hubungan kausal dari suatu kejadian. 6). Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini mengacu pada tujuan, gagasan, metode, cara kerja ataupun teknik pemecahannya. Untuk dapat melakukan penilaian ini harus dilandasi oleh pemahaman yang mendalam (Notoatmodjo,S, 2010) 2.1.4 Sikap 2.1.4.1 Pengertian Sikap Sikap manusia, atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan oleh beberapa ahli, antara lain (Azwar, 2002) : 1). Rensis Likert, Louis Thurstone dan Charles Osgood Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

2). Louise Thurstone Sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis 3). Gordon Alport, et al Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. 2.1.4.2 Struktur Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 (tiga) komponen yang saling menunjang, yaitu : 1). Komponen Kognitif (Cognitive) Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercaya individu yang dinyatakan dalam sikap. Mann (1969) dalam Azwar (2002) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pendapat (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem kontroversial 2). Komponen Afektif (Affective) Komponen afektif menyangkut aspek emosional subjektif. Mann (1969) dalam Azwar (2002) mengatakan bahwa, komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang 3). Komponen Konatif (Conatife) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan untuk berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Mann (1969) dalam Azwar (2002) menyatakan bahwa komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dia juga mengatakan sekalipun diasumsikan sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi ditentukan oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Disamping itu ternyata untuk satu macam tindakan saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu, ketidak harmonisan sikap lebih merupakan masalah orientasi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya sikap memang lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat umum atau sosial, karena itu tindakan lebih peka terhadap tekanan-tekanan sosial.

2.1.4.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya, antara lain adalah (Azwar, S, 2002) : 1). Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut 3). Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. 4). Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 5). Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6). Faktor Emosional Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.(azwar,s, 2002) 2.1.4.4 Sikap terdiri atas 4 tingkatan ( Notoatmodjo,S, 2010) yaitu : 1). Menerima (Receiving), artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek) 2). Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. 3). Menghargai (Valuing), artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4). Bertanggung Jawab (Responsible), artinya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

2.1.5 Posyandu 2.1.5.1 Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Jadi, Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa. Posyandu dimulai terutama untuk melayani balita (imunisasi, timbang berat badan) dan orang lanjut usia (Posyandu Lansia), dan lahir melalui suatu Surat Keputusan Bersama antara Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri), Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan dicanangkan pada sekitar tahun 1986. Legitimasi keberadaan Posyandu ini diperkuat kembali melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tertanggal 13 Juni 2001 yang antara lain berisikan Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu yang antara lain meminta diaktifkannya kembali Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) Posyandu di semua tingkatan administrasi pemerintahan. Penerbitan Surat Edaran ini dilatarbelakangi oleh perubahan lingkungan strategis yang terjadi demikian cepat berbarengan dengan krisis moneter yang berkepanjangan. 2.1.5.2 Tujuan penyelenggaran Posyandu. Tujuan dari diadakannya kegiatan posyandu adalah sebagai berikut : 1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas)

2) Membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). 3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB beserta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. 2.1.5.3 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Dalam pelaksanaannya, Posyandu memiliki 5 ( lima ) kegiatan pokok, yaitu : 1. Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) 2. Keluarga Berencana ( KB ) 3. lmunisasi. 4. Gizi. 5. Penanggulangan Diare. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I : Pendaftaran. Meja II : Penimbangan Meja III : Pengisian KMS Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS. Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan

Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader Posyandu sedangkan Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB). 2.2 Landasan Penelitian Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010), menyebutkan bahwa perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 (tiga) faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE : Predisposing, Enabling, dan Reinforcing Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Precede ini adalah arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk pendidikan (promosi) kesehatan. Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku terbentuk dari 3 (tiga) faktor, yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang terwujud dalam pengetahuan, pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. 2. Faktor pendukung / pemungkin (enabling factors), yaitu yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas dan sarana umum 3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) merupakan faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat

Secara skema, model ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 PRECEDE MODEL (Green, 1980) PREDISPOSING FACTORS ENABLING FACTORS BEHAVIOR REINFORCING FACTORS 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan penelitian dan kerangka teori diatas dikemukakan kerangka konsep sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Gambaran Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu PENDIDIKAN PENGETAHUAN PERILAKU IBU MEMBAWA BALITANYA KE POSYANDU SIKAP

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi pada populasi tertentu (Notoatmodjo,S, 2010) Dalam rancangan ini peneliti ingin mengetahui gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kabupaten Balangan tahun 2010. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah wilayah Kerja Puskesmas Pirsus II Paringin Kabupaten Balangan yang terdiri dari 2 ( dua ) desa yaitu desa Sumber Rezeki dan desa Wonorejo 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010. 19

3.3 Subjek Penelitian 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga. (Sabri,L, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Paringin tahun 2010. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 252 orang. 3.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri,L, 2008). Teknik sampling pada penelitian ini adalah secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan cara mengundi anggota populasi ( lottery technique). Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lemeshow et al. (1997), yaitu : n = Z 2 1-α/2 P (1 - P). N d 2 (N - 1) + Z 2 1-α/2 P( 1 - P) Keterangan : n = besar sampel Z = koefisien keterandalan, nilainya tergantung tingkat kepercayaan yang ditetapkan (95%), α= 5% = 0,05 maka Z 2 1-α/2 = 1,96 P = proporsi populasi = 0,5

d = presisi = 10% = 0,10 N = Populasi ibu yang mempunyai balita 12 sampai 59 bulan pada wilayah Puskesmas Pirsus II Kecamatan Juai sebesar 252 ibu Sesuai dengan hasil perhitungan jumlah sampel yang diperoleh adalah 41 ibu kemudian ditambahkan 10% = 4,1 maka jumlah sampel dalam penelitian adalah 45 ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan. Penambahan jumlah sampel tersebut dimaksudkan hanya memberikan data tambahan, disamping itu akibat dari ukuran sampel yang lebih besar akan dihasilkan presisi yang relatif tinggi. 3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo,S, 2010). Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini adalah pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu tentang posyandu. 3.4.2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, S, 2010)

Tabel. 3.1 Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil Ukur 1 Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, ditetapkan berdasar kan tingkat perkembangan peserta didik. Dalam hal ini adalah pendidikan formal ibu yang memiliki balita usia 12 sampai 59 bulan Kuesioner 1. Pendidikan dasar 2. Pendidikan menengah 3. pendidikan tinggi 2 Pengetahuan ibu tentang Posyandu Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dalam hal ini adalah pengetahuan ibu mengenai Posyandu, yaitu tentang: * Pengertian Posyandu * Siapa pemilik Posyandu * Kegiatan di posyandu * Manfaat Posyandu * Waktu pelaksanaan * Sasaran Posyandu * Pengelola Posyandu Kuesioner 1. Baik, jika nilai 76% - 100% dari total nilai 2.Cukup, jika nilai 56%-75% dari total nilai 3. Kurang, jika nilai 40%-55% dari total nilai 4. Tidak baik, jika nilai < 40% 3 Sikap ibu tentang Posyandu Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak tentang Posyandu Kuesioner 1 Positif jika nilai mean 2. Negatif jika nilai < mean

3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner yang memuat daftar pertanyaan terstruktur yang digunakan untuk mengumpulkan data identitas ibu, umur ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap ibu tentang kegiatan Posyandu. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya. 3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer Dengan mengisi kuesioner untuk mengetahui pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan tentang posyandu. 3.6.2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan bulanan Gizi di Puskesmas Pirsus II Paringin Kabupaten Balangan dan laporan tahunan Puskesmas tahun 2009 3.7 Teknik Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data Pengolahan data dengan memberikan penilaian melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : (Hidayat, A.A, 2007)

a. Editing Yaitu merupakan kegiatan untuk melaksanakan isian formulir dan jawaban yang telah diisi oleh responden. Data yang dikumpulkan diperiksa sesegera mungkin berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan jawaban, sehingga mempermudah data selanjutnya. b. Coding Merupakan kegiatan pemberian kode (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. c. Entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer. 3.7.2 Teknik Analisa Data Setelah data terkumpul, data diolah secara manual dalam bentuk tabulasi data dan persentasi menjadi distribusi frekwensi relatif dengan menggunakan kalkulator. Selanjutnya data yang telah diolah dianalisa secara deskriptif. a. Pendidikan Cara pengukuran pendidikan pada penelitian ini menggunakan skala jenjang pendidikan menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu : 1. Pendidikan dasar, yaitu bila pernah mengikuti pendidikan di SD/MI dan SMP/MTs. 2. Pendidikan menengah, yaitu bila pernah mengikuti pendidikan di SMA atau SMK.

3. Pendidikan tinggi. yaitu bila pernah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi ataupun akademi. b. Pengetahuan Cara pengukuran pengetahuan pada penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu akan mendapatkan nilai 1 apabila menjawab pertanyaan dengan benar dan akan mendapatkan nilai 0 apabila menjawab pertanyaan dengan salah (Hidayat,A.A, 2007). Data pengetahuan kemudian ditetapkan dengan klasifikasi (kriteria nilai) dengan menggunakan Rumus persentase menurut (Budiarto, E 2001) yaitu : f P = X 100 % n Keterangan : P = Persentase f = Jumlah pertanyaan dijawab benar n = Jumlah seluruh pertanyaan Selanjutnya hasil persentase dimasukan sesuai kriterianya yang menurut Arikunto, S (1998) kriteria Pengetahuan adalah sebagai berikut : 1). Baik, bila tingkat pengetahuan responden 76 %-100 % 2). Cukup, bila tingkat pengetahuan responden 56 %-75 % 3). Kurang baik, bila tingkat pengetahuan responden 40 %- 55 %

4). Tidak baik, bila tingkat pengetahuan responden kurang dari 40 % c. Sikap Setelah dikumpulkan, data dihitung dengan cara menjumlahkan hasil skor pernyataan positif dan skor pernyataan negatif kemudian data dianalisa secara deskriptif. Pengukuran sikap (Hidayat,A.A, 2007), diukur dengan menggunakan Skala Likert sebagai berikut : Tabel. 3.2 Kategori Skala Likert Pernyataan Kategori jawaban Skor Positif SS S TS STS 4 3 2 1 Negatif SS S TS STS 1 2 3 4 Untuk menentukan sikap responden, akan dikategorikan dalam bentuk sikap sikap positif dan negatif sebagai berikut : - Sikap positif jika nilai Mean - Sikap negatif jika nilai < Mean

3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini rencananya dilakukan selama 4 (empat) bulan yaitu dari bulan Juli sampai Oktober 2010, dan pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh Peneliti melalui beberapa tahapan : 1. Tahapan Persiapan Pada tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Mengumpulkan data awal yang bertujuan untuk mendapatkan data-data pendukung penulisan proposal penelitian. b. Konsultasi dengan pembimbing untuk rencana pembuatan penelian. c. Mengurus surat ijin penelitian dari Badan Kesbanglinmas Kabupaten Balangan. d. Surat pemberitahuan dari Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Balangan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Balangan dan Camat Juai. e. Melakukan ujicoba kuesioner/ instrumen penelitian terhadap 30 responden yang tidak menjadi sampel (di luar wilayah penelitian) untuk mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. f. Penggandaan chek list dan pengadaan alat penelitian. g. Melakukan penjajakan dengan cara melapor kepada Kepala Desa di lokasi penelitian. 2. Tahapan Pelaksanaan a. Menentukan sampel penelitian yaitu mengundi populasi ibu yang mempunyai balita usia 12 sampai 59 bulan.

b. Membuat daftar rumah tangga di lokasi penelitian yang akan menjadi responden penelitian. c. Melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan chek list observasi. d. Setelah data terkumpul direncanakan dilakukan edeting, koding, kemudian dimasukkan ke dalam entri data dengan bantuan komputer 3. Tahapan Penulisan Laporan Penulisan. 3.9 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah pada jenis dan lingkup penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan tidak melakukan uji analisis hubungan antar variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan lingkup penelitian ini terbatas hanya pada wilayah kerja Puskesmas Pirsus II Kecamatan Juai. Sedangkan kelemahan penelitian ini adalah pada waktu wawancara yang cukup lama dan adanya gangguan pada saat wawancara, sehingga informasi yang didapat kurang menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu yang sebenarnya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1 Keadaan Geografi Puskesmas Pirsus II terletak di Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dengan jarak kurang lebih 25 Km dari Ibu kota Kabupaten Balangan yang dapat di capai melalui transportasi darat (roda dua dan roda empat) dengan waku tempuh kurang lebih 2 jam. Pada tahun 2009 dilakukan perbaikan jalan utama sehingga transportasi darat tidak mengalami hambatan. Wilayah kerja Puskesmas Pirsus II meliputi 2 Desa ( Sumber Rezeki dan Wonorejo ) yang terdiri atas 4 dusun, yang jaraknya berjauhan dan sulit ditempuh dengan kendaraan roda dua / roda empat saat musim penghujan tiba. Wilayah kerja Puskesmas merupakan daerah dataran tinggi dan pegunungan, Tiga dusun dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, sedangkan yang satu dusun hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua melalui Jalan setapak di perkebunan karet penduduk. Adapun luas wilayah kerja Pukesmas Pirsus II kurang lebih 32 Km 2 yang meliputi : - Daratan : Daerah Perkebunan Karet : 72,5 % Daerah Persawahan / Padi : 2,5 % Daerah Pertambangan : 7,5 % 29

Daerah Penduduk : 12,5 % Hutan : 2,5 % Lain lain : 2,5 % - Perairan : Danau / Cekungan Air : 2,5 % Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pirsus II adalah: - Utara : Berbatasan dengan Kab.Tabalong - Barat : Berbatasan dengan Kec. Paringin - Selatan : Berbatasan dengan Kec. Juai - Timur : Berbatasan dengan Kec. Halong. 4.1.1.2 Keadaan Demografi Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pirsus II pada tahun 2009 adalah 3.395 Jiwa ( data statistik ), tidak jauh berbeda dengan data jumlah penduduk sebenarnya (data riil) yang diperoleh melalui pendataan daerah binaan yaitu 3411 jiwa. Distribusi penduduk umumnya tidak merata dan jaraknya berjauhan. Untuk Desa Sumber Rezeki ( Ds. VI dan Ds. VII) kurang lebih 70 % penduduknya warga transmigrasi dari Jawa yang tinggal menetap dan 30 % penduduk lokal (suku Banjar) yang tinggalnya tidak menetap dan sering pulang kekampung dalam tiap minggunya. Sedangkan Desa Wonorejo ( Ds. VIII, dan Ds. X) kurang lebih 70 % penduduk lokal (suku Banjar) yang tinggal tidak menetap dan 30 % Warga Transmigrasi (suku Jawa) yang tinggal menetap. Distribusi Penduduk

yang tidak merata dan migrasi yang tidak menentu mempersulit pendataan dan kegiatan dilapangan. 4.1.1.3 Struktur Masyarakat 1. Agama Hampir seluruh penduduk Puskesmas pirsus II paringin (99%) beragama Islam 2. Sosial Ekonomi Penduduk di daeah ini bergantung dari mata pencaharian petani karet dengan tingkat perekonomian masyarakat umumnya menengah kebawah. 3. Pendidikan Tingkat Pendidikan Penduduk yang rendah masih menjadi suatu masalah karena sebagian besar penduduknya hanya berpendidikan sampai SD atau sederajat, karena di wilayah kerja Pirsus II hanya tersedia Fasilitas pendidikan mulai dari TK dan SD saja. Sedangkan diketahui bahwa faktor pendidikan sangat berperan dalam mendukung kegiatan sektor kesehatan, terutama dalam proses Adopsi suatu Inovasi kesehatan. 4.1.1.4 Sarana dan Prasarana Penunjang Kesehatan Di wilayah kerja Puskesmas pirsus II, dalam hal melaksanakan fungsinya puskesmas didukung oleh sarana kesehatan lainnya yaitu : - Dua Puskesmas Pembantu di Desa Wonorejo Dua Polindes Bidan Desa di Desa Wonorejo

- Satu Polindes Bidan Desa di Desa Sumber Rezeki - Enam Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang terdiri dari 4 (empat) Posyandu Balita dan 2 (dua) Posyandu Lansia. Sedangkan prasarana pendukung yang digunakan untuk Kegiatan luar gedung yaitu : - Mobil Pusling (Ambulan) : 1 Buah - Sepeda Motor : 10 Buah 4.1.1.5 Ketenagaan Untuk menjalankan usaha pokok Puskesmas tersebut diperlukan tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga setiap program kesehatan dapat terlaksana dengan baik. Puskesmas Pirsus II Paringin saat ini memiiki 20 Orang Tenaga Kesehatan. Pada Puskesmas Induk terdapat 16 orang dan, Puskesmas Pembantu 2 Orang, dan 2 orang bidan di desa. Saat ini Pusksmas Pirsus II Paringin masih memerlukan tenaga farmasi untuk menunjang pelayanan apotik dan gudang obat. 4.1.2 Gambaran Objek Penelitian 4.1.2.1 Data Umum Responden 1. Umur Responden Menurut Notoatmodjo (2010), umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan. Umur berhubungan langsung dengan fisik, daya pikir maupun produktivitas seseorang.

Berdasarkan golongan umur ibu balita dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur No Umur N % 1. < 23 Tahun 7 15,5 2. 23-35 Tahun 33 73,3 3. > 35 Tahun 5 11,2 Total 45 100 Umur ibu balita dalam penelitian ini mempunyai rentang antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 27,53 tahun. Umur ibu paling muda 20 tahun dan paling tua berumur 40 tahun. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi umur ibu yang dominan menjadi sampel penelitian ini adalah umur 23-35 tahun sebanyak 33 orang (73,3%), 7 orang (15,5%) ibu yang berumur kurang dari 23 tahun dan 5 orang (11,2%) ibu yang berumur diatas 35 tahun. 2. Pekerjaan Pekerjaan ibu balita mempunyai hubungan yang erat dengan ketersediaan waktu ibu-ibu untuk melakukan hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan, termasuk kesediaan memantau pertumbuhan dan membawa anak ke Posyandu setiap bulannya (Razali, 2004). Karakteristik pekerjaan ibu balita dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan N % 1. Tidak Bekerja 13 28,8 2. PNS 1 2,2 3. Petani 23 51,2 4. Pedagang 8 17,8 Total 45 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan ibu balita adalah petani (51,2%). Ibu yang tidak bekerja ada 13 orang (28,8%), pedagang 8 orang (17,8%) dan 1 orang (2,2%) yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS). 4.1.2.2 Data Khusus Objek Penelitian 1. Pendidikan Tingkat pendidikan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pirsus II yang menjadi responden sebagian besar hanya pendidikan dasar (88,8%), yang terdiri dari ibu tamat SD sebanyak 53,3%, dan tamat SLTP sebanyak 35,5%. Sedangkan yang menempuh pendidikan menengah sebanyak 8,8%, dan sisanya 2,2% pernah menempuh pendidikan tinggi. Selengkapnya untuk tingkat pendidikan ibu balita dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Pendidikan N % 1. Dasar 40 88,9 2. Menengah 4 8,9 3. Tinggi 1 2,2 Total 45 100 2. Pengetahuan Ibu Tentang Posyandu Hasil pengukuran tingkat pengetahuan responden tentang Posyandu memperlihatkan bahwa rentang nilai berkisar antara skor 36,1 sampai 80,6 dengan rata-rata skor 61,4. Gambaran pengetahuan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Posyandu No Tingkat Pengetahuan N % 1. Baik 6 13,4 2. Cukup 22 48,9 3. Kurang 15 33,3 4. Tidak baik 2 4,4 Total 45 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan tentang Posyandu yang kategori baik yaitu 6 responden (13,4%). Pengetahuan yang cukup yaitu 22 responden (48,9%). Pengetahuan yang kurang yaitu 15 responden (33,3%) dan yang tingkat pengetahuannya tidak baik ada 2 responden (4,4%). Jadi sebagian besar tingkat pengetahuan responden adalah cukup. 3. Sikap Terhadap Posyandu Hasil pengukuran sikap responden terhadap Posyandu memperlihatkan bahwa rentang nilai berkisar antara skor 81 sampai 108 dengan rata-rata skor 87,9 Gambaran sikap responden tentang kegiatan Posyandu dapat dilihat pada Gambar 6 berikut. Tabel 4.5 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap terhadap Posyandu No Sikap N % 1. Positif 32 71,1 2. Negatif 13 28,9 Total 45 100 Sebagian besar sikap ibu tentang kegiatan Posyandu berada pada kategori positif yaitu sebanyak 32 responden (71,1%), sedangkan sisanya 13 responden (28,9%) bersikap negatif.

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pendidikan Dari hasil penelitian sebagaimana tabel 4.3 sebagian besar tingkat pendidikan responden berada pada tingkat pendidikan dasar. Sebagaimana yang dikemukakan Jonni Purba dalam Paini (2010) bahwa pendidikan penting untuk menilai kemampuan seseorang terhadap intelegensinya, karena diharapkan makin tinggi tingkat pendidikan akan makin mudah mempelajari, menerima program serta mampu melaksanakannya. Dalam hal ini semakin tinggi tingkat pendidikan, maka seseorang menjadi semakin lebih memahami banyak hal sehingga mereka tahu memanfaatkan posyandu sebagai tempat pemantauan pertumbuhan serta mengetahui kesehatan balitanya. Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat mengubah perilaku seseorang, selain itu merupakan sarana yang mempercepat pengambilan keputusan, dalam upaya memperbaiki perilaku agar masyarakat dapat meneruskan perubahan-perubahan dalam hal posyandu. Menurut Suwandono dalam Haurissa (2007) tingkat pendidikan formal merupakan modal dasar untuk seseorang dapat memahami dan berinteraksi di masyarakat. Dengan maksimal menikmati pendidikan formal maka seseorang dapat menjadi cerdas dan pandai Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang khususnya ibu dalam menerima suatu perubahan. Selain itu ibu yang memiliki pendidikan tinggi juga lebih memiliki kemudahan dalam mendapatkan atau mengakses informasi-informasi sehingga meningkatkan pengetahuannya.