IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI 2. 1 Pembelajaran Matematika dalam Pandangan Konstruktivisme

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PRESENTASI KELOMPOK DAN JURNAL METAKOGNITIF. Febi Dwi Widayanti*

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI. Rizki Amalia

Penguasaan Konsep dan Hasil Belajar Kalkulus Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika dengan Pembelajaran Kontekstualmelalui Pemecahan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jeruklegi tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 2 WONOSARI.

PENGARUH PENERAPAN MODEL READING, QUESTIONING, AND ANSWERING (RQA) TERHADAP PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI IPA SMA Negeri 2 KOTA TERNATE

ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS TAKSONOMI THE STRUCTURE OF OBSERVED LEARNING OUTCOME PADA MATERI KONSEP LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Strategi Kognitif Dalam Pemecahan Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MURDER PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Selanjutnya di sekolah menengah umum kelas XI, salah satu pokok bahasan yang harus diajarkan adalah program linier. Program linier adalah suatu model

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

PENERAPAN PENILAIN TEMAN SEJAWAT PADA PEMBELAJARAN KAJIAN IPS SD

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 4 ISSN : Model, SETS, Listrik Statis, Hasil Belajar

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 19 Bandar

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM

Yunandasari et al., Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)...

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 04

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

No. Dokumen : FTK-FR-AKD-001 FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN Tgl. Terbit : 01 Februari 2013 KEMENTERIAN AGAMA. SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Hal : 1/2

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN CTL DENGAN METODE JARIMATIKA UNTUK PENYELESAIAN SOAL PERKALIAN DASAR DI SD NEGERI 1 NGERONG

BAB V PENUTUP. pengetahuan, sikap maupun keterampilan kejuruan yang dibutuhkan untuk

Oleh: Mucholid SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

ISSN Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volum 2, Nomor 6, Agustus 2013

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAMPING PENYUSUN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

ANALISIS TES BUATAN GURU BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS V SD 1 KATOBENGKE

PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V SD

Muhammad Iqbal Baihaqi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Balitar

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***

Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING

Transkripsi:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA Oleh I Wayan Puja Astawa (email: puja_staw@yahoo.com & blog: www.pujastawa.wordpress.com) Guru SMK Negeri 1 Amlapura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 dan (2) mendeskripsikan respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014. Obyek penelitian adalah kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif. Data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dikumpulkan dengan tes uraian dan data respon siswa dikumpulkan dengan angket model skala Likert. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi model pembelajaran metakognitif dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semeter II tahun pelajaran 2013/2014. Peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dari siklus I sampai siklus II adalah sebesar 1,79 atau 28,73%; dan (2) respons siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semeter II tahun pelajaran 2013/2014 terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif tergolong sangat positif. Kata kunci: model pembelajaran metakognitif, kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. I. PENDAHULUAN Dewasa ini, tuntutan untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa semakin meningkat. Bahkan, mengembangkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi di kalangan siswa merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global ini. Hal ini disebabkan oleh tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini dapat dipandang sebagai lanjutan dari kemampuan berpikir dasar yang lebih menekankan pada keterampilan dasar (basics skills). Dalam kenyataannya, pembelajaran matematika selama ini di Indonesia masih terfokus hanya pada aktivitas latihan-latihan untuk pencapaian 1

mathematical basics skills semata yang terbatas pada penggunaan strategi kognitif. Hasil TIMSS 2007 (Kemdikud, 2012) menunjukkan bahwa hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori tinggi dan advance [memerlukan penalaran], sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Sebagai tambahan 78% siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah yang hanya memerlukan ingatan atau hafalan yang baik saja, sehingga perlu dikembangkan pembelajaran yang menekankan penguasaan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi ini juga dirasakan terjadi dalam pembelajaran matematika selama ini di SMK Negeri 1 Amlapura. Hasil belajar matematika pada semester I tahun pelajaran 2013/2014 pada beberapa kelas disajikan seperti pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Nilai Matematika pada Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 X Kep 1 X Kep 2 X Kep 3 X TKR Rata-rata Nilai 74,51 76,09 73,00 73,01 Predikat Cukup Baik Cukup Cukup Dari tabel 1.1 terlihat bahwa nilai hasil belajar di kelas X Kep 3 menunjukkan hasil yang paling rendah walau sudah berada pada kategori cukup. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika di kelas X Kep 3 adalah terbatasnya kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang dimiliki para siswa. Pembelajaran selama ini juga belum efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Hal ini tampak ketika siswa berhasil memecahkan masalah matematika tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Implementasi pembelajaran selama ini lebih diarahkan untuk mencapai tujuan kognitif, tanpa memberi pengalaman belajar untuk mengembangkan proses kognitif yaitu kemampuan merencanakan, mengontrol dan merefleksi secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri. Pengembangan soal-soal evaluasi lebih berfokus pada aktivitas belajar algoritmik, pada soal-soal rutin yang mengacu soal ujian nasional. Soal-soal tersebut mengukur kognitif level rendah yaitu pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Sedangkan ranah kognitif yang lebih tinggi yaitu analisis, sintesis dan evaluasi jarang bahkan tidak pernah tersentuh. Kondisi ini menunjukkan bahwa aspek yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembelajaran adalah aspek metakognitif. 2

Upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama dalam pengembangan kemampuan berpikir tingkat metakognitif menjadi penting dan esensial. Sudiarta (2008) menyatakan bahwa siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai kompetensi tingkat tinggi melalui aktivitas-aktivitas pembelajaran inovatif yang bervariasi, salah satunya melalui pembelajaran metakognitif. Model pembelajaran metakognitif menekankan pada kegiatan berpikir tentang berpikir, yaitu merupakan kegiatan merencanakan, mengontrol dan merefleksi secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri (Flavell dalam Livingston, 1997). Penggunaan proses metakognitif selama pembelajaran, akan membantu siswa agar mampu memperoleh pembelajaran yang bertahan lama dalam ingatan dan pemahaman siswa. Selain itu siswa dapat mengetahui dan menyadari kekurangan maupun kelebihan diri mereka sendiri. Permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah (1) Sejauh mana implementasi model pembelajaran metakognitif dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014? dan (2) Bagaimanakah respon siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dalam pembelajaran matematika? Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 melalui implementasi model pembelajaran metakognitif dan (2) untuk mendeskripsikan respon siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dalam pembelajaran matematika. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan penelitian, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semester II tahun pelajaran 2013/2014 dengan banyak siswa 29 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Obyek penelitian ini adalah 1) kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, dan 2) respons siswa. 3

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura dari bulan Februari sampai dengan Mei 2014. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi dua data seperti disajikan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Data dan Metode Pengumpulan Data No. Data Penelitian 1. Data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi 2. Respon siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif Metode yang digunakan Tes uraian Angket Waktu Pengumpulan Setiap akhir siklus Akhir siklus II Data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dianalisis secara deskriptif dengan cara menghitung rata-rata skor siswa dalam menyelesaikan tes berbentuk uraian. Tes uraian disusun berdasarkan tingkat kognitif yang dikemukakan oleh Bloom yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. Rubrik penskoran terdiri atas 5 indikator dengan skor maksimum 4 dan minimum 0. Data respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif dianalisis secara deskriptif dengan menghitung rata-rata skor respon siswa. Angket yang digunakan terdiri atas 15 item. Tiap item terdiri atas 5 pilihan dengan skor maksimal tiap item 5 dan skor minimal tiap item 1. Penelitian ini dikatakan berhasil jika rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa minimal mencapai kriteria baik dan respons siswa minimal mencapai kategori positif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data siklus I dan II, dapat disajikan ringkasan data kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa selama penelitian. Tabel 3.1 Ringkasan Data Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa No. Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 Sangat Baik 4 13,79% 7 24,14% 2 Baik 9 31,03% 17 58,62% 3 Cukup Baik 13 44,83% 5 17,24% 4 Kurang Baik 3 10,34% 0 0% 5 Sangat Kurang Baik 0 0% 0 0% Rata-Rata 6,24 8,03 Kategori Cukup Baik Baik 4

Terlihat bahwa kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar sebesar 1,79 atau 28,73%. Peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dari siklus I sampai siklus II dapat digambarkan dalam gambar 3.1 berikut. Skor Kemampuan Berpikir matematis Tingkat Tinggi Siswa 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 6.24 8.03 0.00 SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS Gambar 3.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Berdasarkan analisis data respon siswa, rata-rata respon siswa diperoleh sebesar 60,14 dengan standar deviasi sebesar 5,79. Distribusi respon siswa terhadap proses pembelajaran disajikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Data Respons Siswa terhadap Pembelajaran Kategori Jumlah Siswa Persentase (Orang) (%) Sangat Positif 15 51,72 Positif 11 37,93 Cukup Positif 3 10,34 Kurang Positif 0 0 Sangat Kurang Positif 0 0 Jumlah 29 100 Jika dikategorikan respons siswa terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif termasuk dalam kategori sangat positif. 3.2 Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama dua siklus menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa melalui implementasi model pembelajaran metakognitif. Berdasarkan analisis data pada siklus I, rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa adalah sebesar 6,24 yang tergolong dalam kategori cukup baik. Hasil penelitian ini belum memenuhi kriteria keberhasilan. Hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa kendala dan permasalahan yang terjadi selama 5

pelaksanaan tindakan siklus I antara lain (1) siswa masih belum bisa beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan, siswa masih cenderung bingung dan kurang aktif melakukan kerja sama dengan teman kelompoknya, (2) interaksi antar siswa dalam kelompok belum optimal, (3) keaktifan siswa masih rendah dalam proses diskusi kelompok, dan (4) siswa belum terbiasa dalam mengerjakan soal tipe metakognitif yang tergolong baru bagi siswa. Setelah dilakukan tes kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi pada akhir siklus I, terdapat beberapa temuan yang disajikan oleh gambar 3.2. Dari gambar 3.2(i) terlihat bahwa siswa sudah memahami soal dengan menuliskan informasi-informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa sudah mampu membuat sebuah pertidaksamaan dan menyelesaikannya namun belum diperkuat dengan penjelasan yang menunjukkan jawaban yang benar. Dari gambar 3.2(ii) terlihat bahwa siswa sudah mampu mengevaluasi grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier. Siswa sudah mampu menunjukkan bukti matematis atau penyelesaian dengan benar, namun pendapat atau penjelasan belum ditulis dengan baik. Siswa berpendapat bahwa Dipa benar dan Dapi salah namun mengapa Dipa benar dan apa yang menyebabkan Dapi salah tidak dijelaskan dengan baik. (i) (ii) Gambar 3.2 Penggalan Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I Berdasarkan perbaikan tindakan siklus I, pada siklus II diperoleh adanya peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. Rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa adalah 8,03 atau mengalami peningkatan sebesar 1,79 atau 28,73% dari rata-rata skor 6

kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa pada siklus I dan tergolong kategori baik. Hasil ini sudah mencapai kriteria keberhasilan. Temuan hasil pekerjaan siswa pada siklus II disajikan oleh gambar 3.3. Dari gambar 3.3(i) dan 3.3(ii) dapat dilihat bahwa siswa telah mampu menyelesaikan masalah tipe metakognitif dengan baik, menggunakan konsep penyelesaian sistem pertidaksamaan dan nilai optimum berdasarkan grafik yang diketahui. memberikan penjelasan dan alasan-alasan dengan logis walaupun belum sedetail yang diharapkan. Kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa sudah menunjukkan peningkatan karena sudah mampu menyelesaikan soalsoal yang dikembangkan pada level menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Terlihat bahwa siswa sudah mampu mengembangkan, mengatur/memonitor dan mengevaluasi rencana penyelesaian masalah metakognitif yang diberikan dengan baik. (i) (ii) Gambar 3.3 Penggalan Penyelesaian Siswa pada Siklus II Analisis respons siswa menunjukkan bahwa rata-rata skor respons siswa adalah sebesar 60,14 yang tergolong kategori sangat positif. Hal ini berarti siswa dapat mengakomodasi pembelajaran dengan baik, siswa memandang bahwa model pembelajaran metakognitif sesuai diterapkan dalam pembelajaran matematika. 7

Implementasi model pembelajaran metakognitif diawali dengan proses kognitif, siswa menyelesaikan masalah tipe kognitif menggunakan kemampuan kognitif yang dimilikinya. Selanjutnya dilakukan proses metakognitif melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pemantauan, dan refleksi. Tahap perencanaan, siswa harus memiliki pengetahuan tentang strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Tahap pemantauan siswa dituntut untuk mengontrol pelaksanaan dari strategi penyelesaian yang telah direncanakan. Pada tahap refleksi, siswa merefleksi seluruh proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai jawaban yang diperoleh. Siswa juga dituntut untuk merefleksi seluruh proses berpikir yang dilakukannya. Serangkaian kegiatan metakognitif ini membuat pembelajaran menjadi bermakna karena siswa mengalami secara langsung, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih mendalam dan menimbulkan ketertarikan untuk belajar matematika (Sudiarta, 2010). Selain keunggulan yang dipaparkan sebelumnya, ditemukan beberapa kendala antara lain: (1) siswa belum terbiasa menyelesaikan masalah tipe metakognitif karena biasanya diberikan masalah-masalah tipe kognitif; (2) alokasi waktu relatif singkat, sehingga cenderung kurang mampu melakukan pengembangan-pengembangan dalam pembelajaran seperti latihan soal yang aplikasi yang lebih luas; (3) kesulitan dalam membuat soal-soal untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa secara baik; (4) kesulitan dalam membuat kelompok diskusi dengan anggota kelompok yang beragam tingkat kemampuan matematikanya. IV. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan (1) Implementasi model pembelajaran metakognitif dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semeter II tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa, yaitu 6,24 yang termasuk dalam kategori cukup baik pada siklus I, menjadi 8,03 yang termasuk dalam kategori baik pada siklus II. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa dari siklus I ke siklus II 8

sebesar 1,79 atau 28,73%; dan (2) Respons siswa kelas X Kep 3 SMK Negeri 1 Amlapura semeter II tahun pelajaran 2013/2014 terhadap implementasi model pembelajaran metakognitif tergolong sangat positif. Untuk itu, kepada guru matematika disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran metakognitif pada pokok bahasan lainnya dan mengembangkan soal-soal matematika tipe metakognitif yang baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Rizki. Penerapan Model Pembelajaran Pembuktian untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMA. Tersedia pada http://www.respitory.upi.edu. Diakses tanggal 13 Desember 2013. Anderson, O. W. & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom s Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addision Wesley Longman, Inc. Livingston, J. A. 1997. Metacognition An Interview. Tersedia pada http://www.gse.buffalo.edu/fas/shoell/cep564/metacog.htm. diakses pada tanggal 13 Desember 2013. Puja Astawa, I Wayan. 2011. Kontribusi Keterampilan Algoritmik dan Keterampilan Metakognitif serta Apresiasi Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMK di Kabupaten Karangasem. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rosnawati, R. 2009. Enam Tahapan Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika untuk Mendayagunakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. (Makalah Seminar Nasional). Tersedia pada Diakses pada tanggal 15 Oktober 2013. Sudiarta, I. G. P. 2008. Paradigma Baru Pembelajaran Matematika : Membangun Kompetensi Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Open ended. Singaraja : Undiksha. Sudiarta, I G. P. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Metakognitif Berlandaskan Kearifan Matematika Veda Untuk Mengembangkan Kompetensi Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar di Provinsi Bali. Usulan Hibah Penelitian Strategis Nasional (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. 9