BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB II KERANGKA TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN ABC METODOLOGI DI PT. GEDESCO SEJAHTERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Penentuan Harga Jual Berdasarkan Perhitungan Harga Pokok Pesanan Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada Cyber Advertising

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

PENERAPAN METODE JUST IN TIME DALAM PENGADAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA DRESS COLLECTION. Adri Maldini Fakultas Ekonomi Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga barang kebutuhan sehari-hari dan tidak menutup kemunginan harga bahanbahan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

Bab 1. PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI SOAL KASUS METODE HARGA POKOK PESANAN PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Setelah melakukan penelitian pada Tunas Den s yang berlokasi di jalan

HARGA POKOK PESANAN. Kasus:

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) terletak di Jl. Eka Surya Gg.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Komponen Biaya Produksi. 1. Terdapat perhitungan tenaga kerja langsung yang kurang tepat,

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ACTIVITY-BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA MENGADAKAN PENINGKATAN TERHADAP EFISIENSI, KUALITAS DAN WAKTU

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HARGA POKOK PRODUKSI

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III. Objek Penelitian. PT. Rackindo Setara Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BAB III BIAYA PRODUKSI USAHA DAGANG TIGA PUTRA MOJOKERTO UNTUK PENINGKATAN LABA USAHA. A. Deskripsi Umum Usaha Dagang Tiga Putra

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Pertemuan 3 Activity Based Costing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

Analisis Dukungan Fungsi Produksi dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan. No. Kategori Pertanyaan Y T. tujuan-tujuan jangka pendek?

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

COST ACCOUNTING MATERI-10 AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II BAHAN RUJUKAN

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi Rulam, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ar-Ruzz Media : Yogyakarta, 2014.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati

ANALISIS BIAYA PEMASARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Metode Harga Pokok Pesanan

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Transkripsi:

85 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data Perusahaan Dalam menghitung biaya produksi yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi barang dibutuhkan data-data perusahaan yang berhubungan dengan data bahan baku, data tenaga kerja dan data overhead pabrik. Pada sub bab penyajian data perusahaan ini, penulis akan menyajikan data bahan dan harga, data tenaga kerja serta data biaya overhead pabrik. 5.1.1 Data Bahan dan Harga Pada PT. Gedesco Sejahtera, data bahan dan harganya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : data bahan baku langsung dan data bahan tidak langsung / bahan pendukung. 5.1.1.1 Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung yang dipakai oleh PT. Gedesco Sejahtera dalam memproduksi kursi kantor meliputi busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base five stars, mekanism back rest, roda, gaslift, armrest, karet, cover gaslift, kain, dan kulit (oscar). Busa foam ini digunakan untuk melapisi bagian belakang sandaran kursi, sedangkan busa molded digunakan untuk melapisi bagian depan sandaran dan dudukan kursi sebagai bantalan sehingga kursi terasa empuk ketika diduduki. Busa rebonded digunakan sebagai busa pembentuk pada bagian-bagian tertentu dari sandaran kursi

86 sehingga bentuk sandaran menjadi lebih menarik. Karet digunakan untuk melapisi pinggiran kursi dan menutupi bagian dari kursi yg disteples sehingga kursi terlihat rapi. Armrest dipakai sebagai sandaran tangan dan tidak semua type dari kursi yang diproduksi PT.Gedesco Sejahtera menggunakan arm rest. Pada tipe MAA, tidak dipakai armrest karena tipe ini tidak menggunakan sandaran tangan. Papan merupakan kayu lapis yang telah dipress dan digunakan sebagai rangka dari kursi untuk memberi bentuk dasar dari sandaran dan dudukan kursi. Gaslift dan gaslift cover berfungsi sebagai pompa hidrolik pada kursi sehingga ketinggian kursi dapat dirubah-rubah sesuai dengan kebutuhan. Kain dan kulit digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran sehingga busa maupun papan dari dudukan dan sandaran tidak terlihat dan tampak lebih menarik. Mekanism backrest merupakan bagian pada kursi yang digunakan untuk menempelkan dudukan dan sandaran serta tempat pemasangan gaslift. Kemudian base five stars dan roda berfungsi sebagai kaki dari kursi dan tempat pemasangan gaslift sehingga kursi dapat berputar dengan bebas dan mudah dipindahkan. Bahan-bahan baku tersebut semuanya dibeli dari supplier dan kebanyakan dipesan setiap satuan serta telah diproses sesuai dengan pesanan dari PT. Gedesco Sejahtera, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera tidak melakukan proses perubahan ataupun produksi terhadap bahan-bahan tersebut namun hanya melakukan proses perakitan / assembly terhadap bahan-bahan tersebut, seperti busa foam, busa molded, busa rebonded, papan, base five stars, mekanism, back rest, gaslift, dan cover gaslift. Sedangkan bahan-bahan seperti kain, kulit, dan karet dipesan dalam gulungan dengan ukuran tertentu dan dilakukan proses perubahan seperti pemotongan sebelum dirakit. Bahan-bahan seperti gaslift, mekanism, armrest diperoleh dengan cara mengimpor dari supplier luar karena bahan-bahan ini memang tidak diproduksi di dalam negeri.

87 Berikut dapat dilihat tabel pemakaian bahan baku dan tabel harga bahan baku untuk masing-masing produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera. Tabel 5.1 Data Bahan Baku dan Jumlah Pemakaian per Unit Type Produk Komponen Utama Jumlah Pemakaian / Produk SCC SLH SLL MAR MAA Satuan Busa Moulded & foam 1 1 1 1 1 Set Busa Rebonded 0,1 0,1 0,08 - - M2 Kayu Press 1 1 1 1 1 Set Roda 5 5 5 5 5 Buah Base Five Star 1 1 1 1 1 Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 1 1 1 1 1 Buah Gaslift & Gaslift Cover 1 1 1 1 1 Buah Karet 4,42 4,42 4,12 2,85 2,85 Meter Kain New Scotland 1,2 1,08 0,9 0,5 0.5 M2 Kain Kuartas - 0,4 0,4 0,3 0,3 M2 Kulit Sintetis Oscar 1,2 0,6 0,5 0,2 0,2 M2 Arm Rest 1 1 1 1 - Pasang Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

88 Tabel 5.2 Data Bahan Baku dan Harga per Satuannya untuk masing-masing Type Produk Komponen Utama Harga / Satuan (Rp) SCC SLH SLL MAR MAA Satuan Busa Moulded & foam 75.000 75.000 60.000 60.000 60.000 Set Busa Rebonded 25.000 25.000 25.000 - - M2 Kayu Press 60.000 50.000 40.000 20.000 20.000 Set Roda 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 Buah Base Five Star 60.000 60.000 60.000 30.000 30.000 Buah Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 45.000 45.000 36.000 36.000 Buah Gaslift & Gaslift Cover 70.000 70.000 70.000 38.000 38.000 Buah Karet 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 Meter Kain New Scotland 65.000 50.000 50.000 40.000 40.000 M2 Kain Kuartas - 36.000 36.000 36.000 36.000 M2 Kulit Sintetis Oscar 40.000 40.000 40.000 20.000 20.000 M2 Arm Rest 80.000 60.000 60.000 28.000 - Pasang Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera 5.1.1.2 Bahan Baku Tidak Langsung / Bahan Pendukung Untuk proses produksi kursi kantor, PT. Gedesco Sejahtera menggunakan 7 jenis bahan pendukung, yaitu : staples, lem, baut, baut bracket, mur tnut, engsel dan plastik mika. Staples digunakan untuk melekatkan kain dan kulit pada dudukan maupun sandaran kursi.untuk lem digunakan lem merk fox dan dipakai untuk melekatkan busa baik busa molded, busa foam maupun busa rebonded pada kayu press / papan. Baut dan mur tnut digunakan untuk melekatkan armrest, mechanism, maupun backrest pada dudukan dan sandaran kursi. Engsel digunakan sebagai dudukan sebelum armrest dipasang, namun engsel hanya dipergunakan pada produk kursi kantor type SCC, SLH,

89 dan SLL. Sedangkan plastik mika digunakan untuk melapisi dudukan dan sandaran kursi yang telah dirakit sehingga kursi tampak lebih rapi dan bersih. Bahan pendukung seperti staples dibeli per dos dengan harga Rp 17.500,00. Dalam satu dos terdapat 2 batang steples, masing-masing sebanyak 100 pieces. Lem fox yang dipakai dibeli per kaleng dengan berat 3.5 kilogram seharga Rp 85.000,00. Baut yang dipake adalah baut type JP 25 mili dengan harga per baut Rp 500,00. Untuk mur tnut dibeli per lot sebanyak 1000 biji dengan harga per biji Rp 300,00. Engsel dibeli per buah dengan harga Rp 1.500,00 Sedangkan plastik pembungkus dibeli per roll / gulungan sepanjang 36 meter dengan harga Rp 3.000,00 per meter. Berikut dapat dilihat tabel harga bahan pendukung untuk produk yang dihasilkan pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera.. Tabel 5.3 Data Harga Bahan Pendukung Komponen Harga / Satuan Pendukung (Rp) Satuan Mur Tnut 300 Buah Baut 500 Buah Baut Bracket 500 Buah Engsel 1.500 Buah Plastik Mika 3.000 M2 Lem Fox 85.000 Kaleng Staples 17.500 Dos Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera 5.1.2 Data Tenaga Kerja Dalam menjalankan kegiatan produksinya, PT. Gedesco Sejahtera membagi kegiatan ke dalam stasiun kerja ( work station ) untuk divisi assemblynya. Ada 3 stasiun

90 kerja yang digunakan dalam memproduksi / merakit kursi kantor, di mana stasiun kerjastasiun kerja tersebut telah mempunyai pembagian tugas dan kerja masing-masing. 5.1.2.1 Data Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung ini merupakan tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses perakitan pada departemen assembly. Tenaga kerja langsung yang ditempatkan pada divisi assembly berjumlah 12 orang dan merupakan karyawan tetap / bukan karyawan kontrak. Tenaga kerja langsung ini ditempatkan pada 3 work station yang ada pada divisi assembly, di mana masing-masing work station akan dikerjakan oleh 4 orang tenaga kerja langsung. Adapun gaji yang diberikan kepada karyawan divisi assembly ini diberikan sebesar 120% dari UMR (Rp 700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu sebesar Rp 840.000,00.karena tenaga kerja langsung yang dipekerjakan PT. Gedesco Sejahtera diambil dari tenaga kerja daerah Tangerang. Berikut tabel data jumlah tenaga kerja langsung pada setiap work station. Tabel 5.4 Data Tenaga Kerja Langsung untuk setiap Work Station Divisi Assembly PT. Gedesco Sejahtera. Jumlah Tenaga No Work Station Kerja (orang) 1 WS 1 4 2 WS 2 4 3 WS 3 4 Total 12 Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

91 5.1.2.2 Data Tenaga Kerja tidak Langsung Tenaga kerja tidak langsung ini merupakan karyawan-karyawan yang dipekerjakan oleh PT. Gedesco Sejahtera, namun demikian mereka tidak terlibat langsung dalam proses produksi / perakitan pada divisi assembly. Tenaga kerja tidak langsung pada PT. Gedesco Sejahtera terdiri dari karyawan departemen pemasaran (marketing) dan penjualan sebanyak 4 orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi, pemasaran dan mengkoordinir penjualan produk yang dihasilkan perusahaan, karyawan bagian keuangan sebanyak 2 orang yang bertanggung jawab terhadap masalah keuangan dan akuntansi perusahaan, karyawan departemen produksi sebanyak 3 orang yang bertugas melakukan pengawasan proses produksi / perakitan pada divisi assembly serta melakukan pengujian terhadap produk jadi, dan yang terakhir adalah 2 orang karyawan bagian pembelian yang bertugas melakukan pemesanan dan pembelian bahan baku. Di samping itu ada 2 orang karyawan bagian gudang yang bertugas melakukan penerimaan bahan serta penyimpanan barang jadi. Besar gaji yang diberikan pada tenaga kerja tidak langsung ini bervariasi dan didasarkan pada tingkat tanggung jawab dan tugas-tugas yang dibebankan pada mereka.. Untuk data tenaga kerja tidak langsung PT. Gedesco Sejahtera, dapat dilihat table 5.5 sebagai berikut :

92 Tabel 5.5 Data Tenaga Kerja Tidak Langsung Departemen Jabatan Jumlah (orang) Umum dan Staff Umum 1 Personalia Staff Personalia 1 Manager Marketing 1 Marketing Staff Pemasaran 2 Staff Penjualan 2 Keuangan Manager Keuangan 1 Staff Keuangan 2 Produksi Manager Produksi 1 Supervisor 2 Pembelian Staff Pembelian 2 Total 15 Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera 5.1.3 Data Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead ini merupakan biaya-biaya yang dikategorikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membentuk suatu produk mulai dari produk dipesan, dibeli sampai dengan penjualan produk tersebut dan tidak termasuk biaya bahan baku langsung. Biaya overhead pada PT. Gedesco Sejahtera dapat dikelompokkan menjadi 11 kategori, yaitu : - Bahan tidak Langsung - Tenaga Kerja tidak Langsung - Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport) - Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon) - Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan) - Pajak - Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk)

93 - Biaya Pengiriman - Biaya Pesan - Reparasi dan Maintenace Untuk rincian biaya overhead, diambil contoh laporan kerja biaya overhead yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 sebagai berikut : Tabel 5.6 Perincian Biaya Overhead PT. Gedesco Sejahtera untuk bulan Agustus 2005 No Jenis Overhead Jumlah 1 Bahan tidak Langsung 21.134.880 2 Tenaga Kerja tidak Langsung 34.460.000 3 Kesejahteraan Pegawai 34.617.500 4 Energi dan Fasilitas 12.516.700 5 Promosi 50.689.000 6 Biaya Pesan 523.000 7 Biaya Pengiriman 9.132.000 8 Reparasi dan Maintenance 2.650.000 9 Depresiasi 6.087.500 10 Pajak 13.750.000 Total 185.560.580 Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera 5.2 Analisis Data dan Pembahasan Untuk menyusun suatu biaya produksi diperlukan tiga elemen biaya yang paling utama, yaitu : biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Dalam hal ini, penulis akan menghitung biaya produksi untuk masing-masing produk dengan cara menghitung pengeluaran biaya yang dilakukan perusahaan terhadap masing-masing produk yang dihasilkan sehingga akan terbentuk suatu harga pokok produksi pada setiap produk.

94 Untuk perhitungan biaya bahan langsung, akan dirincikan pemakaian bahan lansung yang dibebankan untuk masing-masing produk dan akan dihitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian bahan tersebut. Untuk perhitungan biaya tenaga kerja, akan digunakan total jam kerja yang terpakai. Total jam kerja dihitung kemudian dialokasikan ke masing-masing produk dan dihitung total biaya yang dikeluarkan atas dasar jam kerja tersebut. Sedangkan untuk perhitungan biaya overhead, akan dibandingkan metode tradisional yang selama ini digunakan oleh perusahaan dengan metode Activity Based Costing, lalu akan dirumuskan kembali biaya produksi untuk masing-masing produk. Setelah ketiga elemen utama biaya tersebut dihitung, baru kemudian akan dilakukan perhitungan biaya produksi berdasarkan kertas kerja PT. Gedesco Sejahtera bulan Agustus tahun 2005 yang diolah. Sehingga produk-produk yang tidak diproduksi pada divisi assembly tidak akan dihitung biaya produksinya. Berikut ini adalah data produksi PT. Gedesco Sejahtera pada bulan Agustus tahun 2005 untuk divisi assembly Tabel 5.7 Data Produksi PT. Gedesco Sejahtera untuk Divisi Assembly pada Bulan Agustus tahun 2005 No Type Produk Jumlah Produksi (unit) 1 SCC 21 2 SLH 42 3 SLL 80 4 MAR 387 5 MAA 362 Total Produksi 892. Sumber : Penelitian dan Wawancara dengan PT. Gedesco Sejahtera

95 Setelah perhitungan biaya produksi terhadap masing-masing produk dilakukan, maka akan dilakukan perhitungan biaya produksi. Dalam kasus ini, harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi yang dihitung karena PT. Gedesco Sejahtera tidak pernah menghasilkan barang dalam proses, dalam arti PT. Gedesco Sejahtera selalu melakukan proses produksi berdasarkan target per bulannya. Sehingga apabila dalam bulan tertentu, perusahaan membuat target sebanyak 200 unit maka harus terbentuk 200 unit barang pada bulan tersebut tanpa adanya barang dalam proses. 5.2.1 Perhitungan Biaya Bahan Langsung Dalam pemakaian bahan langsung, produk kursi kantor yang diproduksi pada divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera membutuhkan bahan-bahan dengan jumlah yang sudah pasti, hal ini disebabkan karena bahan langsung yang digunakan dipesan dalam bentuk barang jadi, seperti busa foam yang sudah jadi dengan ukuran tertentu, armrest, mechanism dan bahan-bahan langsung lainnya yang kesemuanya dipesan dalam bentuk barang jadi. Hanya beberapa bahan seperti busa rebonded, karet, yang dipesan tidak dalam bentuk barang jadi. (dalam bentuk roll / gulungan sehingga harus dipotong dengan ukuran tertentu terlebih dahulu sebelum dirakit) Dalam kegiatan produksinya, bahan-bahan seperti busa foam, busa molded yang terpakai sama dengan bahan yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena untuk proses produksi kursi kanto, hanya dilakukan proses perakitan / assembly dan tidak dilakukan proses perubahan terhadap bahan-bahan tersebut. Namun demikian untuk bahan-bahan seperti busa rebonded, karet, bahan yang terpakai akan lebih sedikit daripada bahan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena perusahaan telah membuat perkiraan kebutuhan optimal bahan-bahan tersebut untuk memproduksi kursi kantor.

96 Untuk perhitungan biaya bahan langsung akan dihitung per unit produk yang dihasilkan. Besar biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing produk akan dihitung sesuai dengan tingkat / jumlah pemakaian produk. Berikut dapat dilihat hasil perhitungan biaya bahan langsung untuk masing-masing type produk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera. Tabel 5.8 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Produk Kursi Kantor Type SCC Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam 75.000 21 Set 1.575.000 Busa Rebonded 25.000 0,21 M2 5.250 Kayu Press 60.000 21 Set 1.260.000 Roda 3.000 105 Buah 315.000 Base Five Star 60.000 21 Buah 1.260.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 21 Buah 945.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 21 Buah 1.470.000 Karet 2.500 92,82 Meter 232.050 Kain New Scotland 65.000 25,20 M2 1.638.000 Kain Kuartas - - M2 - Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000 Arm Rest 80.000 21 Pasang 1.680.000 Total Biaya Bahan Langsung 11.388.300

97 Tabel 5.9 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLH Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam 75.000 42 Set 3.150.000 Busa Rebonded 25.000 0,42 M2 10.500 Kayu Press 50.000 42 Set 2.100.000 Roda 3.000 210 Buah 630.000 Base Five Star 60.000 42 Buah 2.520.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 42 Buah 1.890.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 42 Buah 2.940.000 Karet 2.500 185,64 Meter 464.100 Kain New Scotland 50.000 45,36 M2 2.268.000 Kain Kuartas 36.000 16,80 M2 604.800 Kulit Sintetis Oscar 40.000 25,20 M2 1.008.000 Arm Rest 60.000 42 Pasang 2.520.000 Total Biaya Bahan Langsung 20.105.400 Tabel 5.10 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type SLL Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam 60.000 80 Set 4.800.000 Busa Rebonded 25.000 6,4 M2 160.000 Kayu Press 40.000 80 Set 3.200.000 Roda 3.000 400 Buah 1.200.000 Base Five Star 60.000 80 Buah 4.800.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 45.000 80 Buah 3.600.000 Gaslift & Gaslift Cover 70.000 80 Buah 5.600.000 Karet 2.500 329,60 Meter 824.000 Kain New Scotland 50.000 72 M2 3.600.000 Kain Kuartas 36.000 32 M2 1.152.000 Kulit Sintetis Oscar 40.000 40 M2 1.600.000 Arm Rest 60.000 80 Pasang 4.800.000 Total Biaya Bahan Langsung 35.336.000

98 Tabel 5.11 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAR Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam 60.000 387 Set 23.220.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 387 Set 7.740.000 Roda 3.000 1.935 Buah 5.805.000 Base Five Star 30.000 387 Buah 11.610.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 387 Buah 13.932.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 387 Buah 14.706.000 Karet 2.500 1.102,95 Meter 2.757.375 Kain New Scotland 40.000 193,50 M2 7.740.000 Kain Kuartas 36.000 116,10 M2 4.179.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 77,40 M2 1.548.000 Arm Rest 28.000 387 Pasang 10.836.000 Total Biaya Bahan Langsung 104.037.975 Tabel 5.12 Data Perhitungan Biaya Bahan Langsung untuk Kursi Kantor Type MAA Nama Bahan Harga / Satuan (Rp) a Jumlah Pemakaian (Satuan) b Satuan Total Biaya (Rp) a x b Busa Moulded & foam 60.000 362 Set 21.720.000 Busa Rebonded - - M2 - Kayu Press 20.000 362 Set 7.240.000 Roda 3.000 1.810 Buah 5.430.000 Base Five Star 30.000 362 Buah 10.860.000 Mechanism (termasuk Backrest untuk tipe MAR dan MAA) 36.000 362 Buah 13.032.000 Gaslift & Gaslift Cover 38.000 362 Buah 13.756.000 Karet 2.500 1.031,70 Meter 2.579.250 Kain New Scotland 40.000 181 M2 7.240.000 Kain Kuartas 36.000 108,60 M2 3.909.600 Kulit Sintetis Oscar 20.000 72,40 M2 1.448.000 Arm Rest - - Pasang - Total Biaya Bahan Langsung 87.214.850

99 5.2.2 Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung Gaji yang diterima oleh tenaga kerja langsung adalah sebesar 120 % UMR (Rp 700.000,00) untuk daerah Tangerang yang berlaku, yaitu Rp 840.000,00. Jumlah tenaga kerja langsung yang bekerja pada divisi assembly sebanyak 12 orang. Dengan demikian, maka total pengeluaran untuk biaya tenaga kerja langsung dapat dihitung sebesar Rp 840.000,00 x 12 = Rp 10.080.000,00. Untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung per produk akan dilakukan pengalokasian biaya berdasarkan jumlah produk yang diproduksi untuk masing-masing type. Pengalokasian biaya tenaga kerja ini akan dipakai prosentase produksi baru kemudian dihitung jumlah biaya tenaga kerja langsung yang terjadi. Berikut adalah tabel pengalokasian biaya tenaga kerja langsung berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan untuk masing-masing type. Tabel 5.13 Data Perhitungan Pengalokasian Biaya Tenaga Kerja Langsung Divisi Assembly untuk masing-masing Type Produk No Type Produk Jumlah Produksi (unit) Prosentase (%) Alokasi Biaya (Rp) 1 SCC 21 2.35 236.880,00 2 SLH 42 4.71 474.768,00 3 SLL 80 8.97 904.176,00 4 MAR 387 43.39 4.373.712,00 5 MAA 362 40.58 4.090.464,00 Total 892 100 10.080.000,00

100 5.2.3 Perhitungan Biaya Overhead Dalam perhitungan biaya overhead produk untuk kasus ini, penulis akan mencoba menggunakan 2 metode yang berbeda, yaitu metode tradisional dan metode ABC (Activity Based Costing). Kemudian setelah diperoleh biaya overhead per produk dengan masing-masing metode, akan dibuat perbandingan biaya overhead yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut. 5.2.3.1 Perhitungan Overhead dengan Metode Tradisional Metode tradisional yang selama ini digunakan oleh PT. Gedesco Sejahtera adalah dengan membebankan biaya overhead ke unit organisasi terlebih dahulu (divisi assembly dan divisi machine production) baru kemudian membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Total biaya overhead akan dibagi dengan tingkat produksi yang terlaksana untuk semua jenis produk yang diproduksi sehingga terbentuklah suatu tarif overhead. Kemudian tarif overhead ini akan digunakan sebagai dasar perhitungan biaya overhead untuk setiap produk. Namun demikian metode tradisional yang selama ini dipakai perusahaan sulit untuk mendeteksi pengalokasian biaya overhead, terutama disebabkan karena produk dari divisi assembly dan divisi machine production mempunyai proses yang sangat berbeda dalam kegiatan produksinya. Pada divisi assembly, produk-produk yang dihasilkan lebih banyak terjadi karena kegiatan perakitan / assembly yang dilakukan oleh tenaga manusia. Sedangkan produk-produk dari divisi machine production terjadi melalui proses pemotongan, pengepressan yang semuanya lebih banyak dilakukan dengan tenaga mesin maupun tenaga manusia. Berdasarkan hal ini, pengalokasiaan biaya overhead berdasarkan metode tradisional yang dilakukan perusahaan dengan

101 membebankan biaya overhead pada masing-masing divisi dan kemudian baru membebankan biaya overhead ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi sangatlah tidak relevan dan akurat. Akan tetapi, untuk memberikan perbandingan yang jelas, maka penulis akan tetap menghitung biaya overhead per produk yang terjadi dengan metode tradisional. Berdasarkan tabel 5.7 dapat dihitung bahwa total biaya overhead yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2005 adalah sebesar Rp 185.560.580,00. Dengan metode tradisional ini, biaya overhead pertama-tama dibebankan ke masing-masing divisi produksi yang ada. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, biaya overhead untuk divisi assembly dan divisi machine production dibebankan dengan perbandingan 1 : 1. Berarti divisi assembly memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp 92.780.290,00 dan divisi machine production memperoleh pembebanan biaya overhead sebesar Rp 185.560.580,00 x ½ = Rp 92.780.290,00 Baru kemudian pada masing-masing divisi untuk produk dengan jenis yang berbeda dibebani ongkos overhead yang sama sehingga total produksi yang dipakai adalah total produksi untuk semua jenis produk baik dari divisi assembly maupun dari divisi machine production. Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh total produksi dari divisi assembly sebesar 892 unit sedangkan untuk divisi machine production sebesar 485 unit, sehingga total produksi yang dihasilkan oleh departemen produksi sebesar 1377 unit Atas dasar total biaya overhead dan tingkat produksi yang telah dihitung, maka tarif overhead untuk setiap produk dari divisi assembly adalah sebagai berikut :

102 Alokasi Overhead Divisi Assembly Tarif Overhead / Unit = Total Unit yang Dihasilkan = Rp 92.780.290,00 892 unit = Rp 104.013,778 Setelah diperoleh tarif overhead / unit di atas, kemudian tarif overhead tersebut akan digunakan untuk menhitung biaya overhead yang dibebankan ke masing-masing produk yang dihasilkan. Kemudian total biaya overhead untuk setiap produk akan diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead / unit dengan tingkat produksi yang dihasilkan pada masing-masing produk. Perhitungan total biaya overhead untuk masing-masing produk dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.14 Alokasi Biaya Overhead untuk Masing-Masing Produk Divisi Assembly PT. Gedesco Sejahtera (Metode Tradisional) No Type Produk Jumlah Produksi (Unit) Tarif Overhead / Unit (Rp) Biaya Overhead (Rp) 1 SCC 21 2.184.289,34 2 SLH 42 4.368.578,68 3 SLL 80 104.013.778 8.321.102,24 4 MAR 387 40.253.332,10 5 MAA 362 37.652.987,64 Total Produksi 892 Total Overhead 92.780.290,00

103 Untuk biaya overhead divisi machine production tidak dilakukan perhitungan karena perhitungan hanya difokuskan pada perhitungan biaya produksi untuk produkproduk yang dihasilkan oleh divisi assembly PT. Gedesco Sejahtera saja. 5.2.3.2 Perhitungan Overhead dengan Metode Activity Based Costing (ABC) Dalam menghitung biaya overhead dengan menggunakan metode ABC, ada 2 tahap yang harus dilakukan, yaitu : Tahap I : Menelusuri Biaya Overhead ke Aktivitas Pada tahap ini akan dilakukan pengklasifikasiaan biaya overhead dan pengidentifikasian aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya. Sehingga pada tahap ini ada 2 langkah yang mesti dilakukan, yaitu : Langkah I : Mengklasifikasi Biaya Overhead Pengklasifikasiaan biaya overhead ini telah dilakukan sebelumnya dan dilihat pada tabel 5.6. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, klasifikasi biaya overhead yang terjadi adalah sebagai berikut : - Bahan tidak Langsung - Tenaga Kerja tidak Langsung - Kesejahteraan Pegawai (upah lembur, uang makan, uang transport) - Energi dan Fasilitas (listrik, bahan bakar, telepon) - Depresiasi (depresiasi mesin, bangunan dan peralatan) - Pajak - Promosi (sewa stand, pembuatan brosur dan spanduk, biaya iklan, dan sebagainya)

104 - Biaya Pengiriman - Biaya Pesan - Reparasi dan Maintenance Langkah II : Identifikasi Aktivitas yang Menimbulkan Biaya Aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya ini dapat diidentifikasi melalui penganalisaan proses pembentukan / produksi barang jadi yang dilakukan oleh perusahaan mulai dari bahan baku dipesan sampai dengan pengiriman barang jadi. Adapun proses pembentukan / produksi barang jadi pada PT. gedesco Sejahtera dapat dideskripsikan sebagai berikut : Pertama-tama, bahan baku / material yang dibutuhkan untuk proses produksi dipesan dari supplier. Pada saat pemesaanan dilakukan, staff bagian pembelian akan menghubungi supplier untuk melakukan pengiriman barang. Aktivitas pemesanan ini dilakukan untuk beberapa kali pemesanan dan menimbulkan biaya seperti biaya fasilitas untuk telepon dan tenaga kerja bagian pembelian, sehingga aktivitas pemesanan barang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Kemudian barang dikirm dan bahan-bahan seperti busa foam, busa molded, mechanism back rest, gaslift, base five star, dan bahan-bahan lainnya akan diperiksa kondisi dan kelengkapannya apakah barang-barang tersebut ada yang deflect / cacat, kemudian dibawa ke tempat penyimpanan bahan baku / gudang. Untuk melakukan aktivitas ini dibutuhkan waktu dan proses yang cukup banyak dan berlangsung hampir setiap hari. Di samping itu, dibutuhkan pula cukup banyak tenaga kerja untuk aktivitas penerimaan barang ini. Berdasarkan hal tersebut, maka aktivitas penerimaan barang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya.

105 Untuk divisi assembly, sebelum memulai rutinitas produksi dalam hal ini melakukan proses assembly kursi kantor, tenaga kerja langsung akan melakukan pengecekkan dan menyalakan mesin kompresor. Mesin ini nantinya akan dipakai sebagai mesin penggerak dari mesin bor dan mesin staples. Untuk pengecekkan mesin kompresor, pekerja akan mengecek bahan bakar (solar) terlebih dahulu. Jika tersedia / cukup maka mesin tingal dinyalakan dengan menarik tuas yang ada pada mesin dan mesin lansung bekerja. Karena aktivitas pengecekkan dan penyalaan mesin ini hanya membutuhkan sedikit waktu dan aktivitas, maka aktivitas set up mesin dapat diabaikan sebagai aktivitas penyebab biaya. Setelah mesin dinyalakan, proses assembly dimulai. Proses assembly pada divisi assembly sebenarnya terdiri dari banyak aktivitas yang dilakukan secara brulang-ulang. Namun demikian, aktivitas-aktivitas tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa aktivitas dasar sebagai berikut : - Pelubangan - Pengeleman - Pembentukkan - Pelapisan - Perakitan Aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan dikategorikan sebagai aktivitas dasar karena aktivitas-aktivitas ini dilakukan pada ketiga stasiun kerja yang ada dalam divisi assembly dan aktivitas-aktivitas ini juga membutuhkan proses dan waktu yang banyak karena dilakukan hampir pada seluruh proses pembentukkan kursi kantor. Berdasarkan aktivitas-aktivitas dasar tersebut, maka

106 dapat teridentifikasi 5 aktivitas yang juga menimbulkan biaya, yaitu aktivitas pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan dan perakitan. Kemudian setelah diperoleh aktivitas dasar untuk divisi assembly, aktivitas dasar untuk divisi machine production juga mesti dianalisa, karena aktivitas-aktivitas dasar pada divisi ini juga akan menjadi aktivitas yang menimbulkan biaya pula. Untuk divisi machine production, sebelum proses produksi dilakukan, pekerja akan mengecek dan menyalakan mesin-mesin utama yang nantinya akan digunakan untuk proses produksi seperti mesin pemotong dan mesin press. Mesin-mesin ini nantinya akan dipakai untuk memotong bahan-bahan seperti particle board dan melakukan pengepressan sehingga particle board yang telah dilapisi, permukaannya rata / tidak membengkok. Proses set up mesin ini tidak memerlukan waktu yang lama dan prosesnya juga sangat sederhana sehingga aktivitas set up mesin pada divisi machine production juga dapat diabaikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Seperti halnya pada divisi assembly, pada divisi machine production ini juga dapat diidentifikasi 5 aktivitas dasar yang dilakukan dalam menghasilkan produk jadi, yaitu : - Pemotongan - Pengeleman - Pengepressan - Pelapisan - Perakitan Seperti halnya pada divisi assembly, aktivitas-aktivitas dasar pada divisi machine production ini juga dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya karena aktivitas ini dilakukkan hampir secara terus-menerus pada divisi machine

107 production dan membutuhkan proses yang cukup banyak, sehingga aktivitas pemotongan, pengeleman, pengepressan, pelapisan dan perakitan pada divisi machine production dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya Selain aktivitas-aktivitas tersebut di atas, masih ada beberapa aktivitas yang dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya, seperti aktivitas pengujian, penyimpanan barang jadi dan aktivitas penjualan barang yang meliputi kegiatan pemasaran dan pengiriman barang. Setelah barang selesai di produksi baik dari divisi assembly maupun divisi machine production, barang-barang tersebut diuji terlebih dahulu untuk menghindari adanya barang-barang yang cacat / terproduksi dengan tidak sempurna. Misalnya perakitan yang tidak sempurna sehingga kursi kantor tidak dapat diputar, disesuaikan tinggi rendahnya maupun tidak nyaman ketika diduduki. Aktivitas pengujian ini memakan banyak waktu dan tenaga karena proses pengujian dilakukan setiap kali produk selesai diproduksi baik melalui divisi assembly maupun machine production. Di samping itu, proses pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga menimbulkan adanya biaya tambahan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka aktivitas pengujian dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Seperti halnya aktivitas penerimaan bahan, aktivitas penyimpanan barang juga membutuhkan waktu dan proses dan tenaga kerja yang cukup banyak karena aktivitas ini dilakukan setiap hari setelah barang jadi selesai diproduksi dan lulus dari tahap pengujian. Dengan demikian aktivitas penyimpanan barang jadi juga dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Kemudian selanjutnya barang-barang jadi akan dipasarkan melalui media periklanan seperti sewa stand, pembuatan brosur serta media periklanan lainnya dan

108 dikirim ke stand-stand milik PT. Gedesco Sejahtera untuk dijual ataupun dikirim ke tempat pelanggan yang memesan produk-produk perusahaan. Aktivitas pengiriman barang ini dilakukan juga hampir setiap hari baik dengan menggunakan kendaraan pengangkut milik perusahaan ataupun dikirim melalui jasa pos / perusahaan ekspedisi yang disewa oleh perusahaan untuk melakukan pengiriman ke daerah-daerah di luar Jakarta. Untuk itu dibutuhkan biaya seperti biaya angkut dan pengiriman yang cukup besar jumlahnya mengingat bahwa produk PT. Gedesco Sejahtera ini dipasarkan di daerah Jawa dan Bali. Sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, maka aktivitas penjualan barang jadi dapat diidentifikasi sebagai aktivitas yang menimbulkan biaya. Berdasarkan analisa di atas maka aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya baik untuk aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada divisi assembly maupun divisi machine production adalah sebagai berikut : Aktivitas Divisi Assembly - Pemesanan Barang - Penerimaan Bahan - Pelubangan - Pengeleman - Pembentukan - Pelapisan - Perakitan - Pengujian - Penyimpanan Barang Jadi - Penjualan Barang Jadi

109 Aktivitas Divisi Machine Production - Pemesanan Bahan - Penerimaan Bahan - Pemotongan - Pengeleman - Pengepressan - Pelapisan - Perakitan - Pengujian - Penyimpanan Barang Jadi - Penjualan Barang Jadi Langkah III : Penelusuran Biaya Overhead untuk Masing-Masing Aktivitas. Untuk penelusuran biaya overhead pada masing-masing aktivitas, akan dianalisa apakah terdapat hubungan antara aktivitas dengan jenis biaya overhead yang terjadi pada perusahaan. Kemudian setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas dengan biaya overhead baru akan dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar hubungan tersebut dan seberapa besar pembebanan yang akan dilakukan pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut dapat dilihat tabel matriks hubungan antara aktivitas-aktivitas yang menyebabkan biaya dengan biaya overhead yang terjadi.

110 Tabel 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Jenis Overhead Bahan Tidak Langsung Perusahaan Tenaga Kerja Tidak Langsung Aktivitas Aktivitas Divisi Assembly (DA) Pemesanan Bahan DA * * * * * Penerimaan Bahan DA * * * * Pelubangan DA * * * * * * Pengeleman DA * * * * Pembentukan DA * * * Pelapisan DA * * * * * * * Perakitan DA * * * * * * * Pengujian DA * * * Penyimpanan Barang Jadi DA * * * * Penjualan Barang Jadi DA * * * * * * Aktivitas Divisi Machine Production (DM) Pemesanan Bahan DM * * * * * Penerimaan Bahan DM * * * * Pemotongan DM * * * * * * Pengeleman DM * * * * Pengepressan DM * * * * * * Pelapisan DM * * * * Perakitan DM * * * * * * * Pengujian DM * * * Penyimpanan Barang Jadi DM * * * * Penjualan Barang Jadi DM * * * * * * Kesejahteraan Pegawai Energi dan Fasilitas Promosi Biaya Pesan Biaya Pengiriman Reparasi dan Maintenance Depresiasi Pajak Setelah dianalisa hubungan setiap aktivitas dengan jenis overhead yang ada, maka selanjutnya akan dihitung alokasi biaya overhead pada masing-masing aktivitas

111 tersebut. Untuk perhitungan pengalokasian biaya overhead pada masing-masing aktivitas akan dideskripsikan pada perhitungan berikut : Perhitungan Pengalokasian biaya overhead pada masing masing aktivitas. 1. Biaya Bahan tidak Langsung Biaya bahan tidak langsung merupakan biaya yang terjadi akibat adanya aktivitas yang membutuhkan bahan tidak langsung dalam kegiatannya. Maka dari itu, biaya bahan tidak langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi assembly, serta pengeleman, pelapisan, dan perakitan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya bahan tidak langsung ini akan digunakan dasar pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly maupun pada divisi machine production. Berikut data pemakaian bahan tidak langsung / pendukung yang diperoleh melalui wawancara dengan manajemen perusahaan pada bulan Agustus 2005. o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi assembly = Rp 13.690.860,00 o Pemakaian bahan tidak langsung untuk divisi machine production = Rp 7.444.020,00 o Total pemakaian bahan tidak langsung = Rp 21.134.880,00 Maka berdasarkan data total pemakaian bahan dan aktivitas yang menimbulkan biaya dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya bahan tidak langsung ke aktivitas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

112 Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi aktivitas pengeleman, pelapisan dan perakitan: Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang dilakukan divisi assembly dalam memproduksi produknya, maka pengalokasian biaya ke aktivitas akan digunakan dasat total pemakaian bahan tidak langsung yang terjadi pada divisi assembly pada bulan September yaitu sebesar Rp 13.690.860,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan tidak langsung secara keseluruhan sebesar Rp 21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 13.690.860 % Alokasi = x x 100 % = 21.59 % 3 21.134. 880 Sedangkan untuk divisi machine production, di sini juga terdapat 3 aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung dalam proses pengerjaannya, yaitu aktivitas pengeleman, pelapisan dan perakitan. Karena aktivitas tersebut berhubungan dengan proses pembuatan produk pada divisi machine production, maka untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan tidak langsung pada divisi machine production sebesar Rp 7.444.020,00 dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan tidak langsung untuk secara keseluruhan sebesar Rp Rp 21.134.880,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menggunakan bahan tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut sebagai berikut :

113 1 7.444.020 % Alokasi = x x 100 % = 11.74 % 3 21.134. 880 2. Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas seperti pemesanan bahan, pengujian dan pengiriman barang, karena aktivitasaktivitas tersebut dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung perusahaan seperti staff bagian pembelian, supervisor bagian produksi, sopir perusahaan, staff pemasaran dan penjualan. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung akan digunakan dasar total pemakaian bahan bulan Agustus tahun 2005 yang terjadi pada divisi assembly dan divisi machine production. Berikut adalah total pemakaian bahan perusahaan pada bulan Agustus tahun 2005 pada yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. o Total pemakaian bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp 271.773.385,00 o Total pemakaian bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 = Rp 208.987.582,00 o Total pemakaian bahan = Rp 480.760.967,00

114 Berdasarkan total pemakaian bahan yang dibebankan tersebut, maka dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya tenaga kerja tidak langsung ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Pada divisi assembly, terdapat 3 aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang jadi. Ketiga aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk divisi assembly sehingga pengalokasiaannya digunakan dasar total pemakaian bahan untuk divisi assembly, yaitu sebesar Rp 271.773.385,00 dan dibandingkan dengan total pemakaian bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas tersebut sebagai berikut : 1 271.773.385 % Alokasi = x x 100 % = 18,841 % 3 480.760. 967 Sedangkan pada divisi machine production, terdapat 3 aktivitas pula yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu aktivitas pemesanan bahan, pengujian dan penjualan barang jadi. Karena aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang terjadi pada siklus produk divisi machine production, maka pengalokasiaannya akan digunakan dasar total pemakaian bahan dvisi machine production, sebesar Rp 208.987.582,00 dan dibandingkan dengan total pemakain bahan secara keseluruhan sebesar Rp 480.760.967,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung, yaitu 3 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

115 1 208.987.582 % Alokasi = x 3 480.760. 967 x 100 % = 14,491 % 3. Biaya Kesejahteraan Pegawai Biaya kesejahteraan pegawai berhubungan dengan semua aktifitas yang ada baik aktifitas divisi assembly maupun aktivitas divisi machine production, hal ini disebabkan karena semua aktivitas-aktivitas tersebut dikerjakan oleh karyawan PT. Gedesco Sejahtera. Untuk pengalokasian biaya akan digunakan dasar total gaji yang dikeluarkan pada aktivitas-aktivitas yang terjadi. Berikut adalah total gaji yang dikeluarkan pada aktivitas-aktivitas yang terjadi yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan.. o Total gaji staff bagian pembelian (2 orang) = Rp 3.500.000,00 o Total gaji supervisor produksi (2 orang) = Rp 4.000.000,00 o Total gaji staff pemasaran (2 orang) = Rp 3.500.000,00 o Total gaji staff penjualan (2 orang) = Rp 3.500.000,00 o Total gaji sopir (4 orang) = Rp 4.460.000,00 o Total gaji karyawaan produksi divisi assembly (12 orang) = Rp 10.080.000 o Total gaji karyawaan produksi divisi machine production (29 orang) = 24.360.000,00 o Total gaji yang dibebankan = Rp 53.400.000,00 Berdasarkan total gaji yang dikeluarkan pada masing-masing aktivitas tersebut, dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok aktivitas, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan pembelian, aktivitas yang berhubungan dengan produksi,

116 aktivitas pengujian dan aktivitas penjualan. Sehingga berdasarkan keempat kelompok aktivitas tersebut dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya kesejahteraan pegawai ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Total gaji staff bagian pembelian sebesar Rp 3.500.000,00 akan digunakan untuk pengalokasian aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan perusahaan, dalam hal ini berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan baik divisi assembly maupun machine production. Kemudian total gaji bagian pembelian akan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan pembelian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan sebagai berikut : 1 3.500.000 % Alokasi = x 2 53.400.000 x 100 % = 3,27 % Terdapat 7 aktivitas pada kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi assembly, yaitu aktivitas penerimaan bahan, pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan dan penyimpanan, yang kesemuanya dilakukan oleh karyawan produksi divisi assembly sehingga untuk pembobotannya akan digunakan total gaji karyawan divisi assembly sebesar Rp 10.080.000 dan dibandingkan dengan total gaji yang dikeluarkan sebesar Rp 53.400.000,00, kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan produksi divisi assembly sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

117 1 10.080.000 % Alokasi = x 7 53.400. 000 x 100 % = 2,70 % Sedangkan kelompok aktivitas yang berhubungan dengan produksi untuk divisi machine production, juga terdapat 7 aktivitas, yaitu : penerimaan bahan, pelubangan, pengeleman, pembentukkan, pelapisan, perakitan, dan penyimpanan. Aktivitasaktivitas ini dilakukan oleh karyawan produksi divisi machine production sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan produksi divisi machine production sebesar Rp 24.360.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan 7 aktivitas yang berhubungan dengan produksi pada divisi machine production sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 24.360.000 % Alokasi = x 7 53.400. 000 x 100 % = 6,52 % Terdapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan aktivitas pengujian, yaitu aktivitas pengujian divisi assembly dan aktivitas pengujian divisi machine production. Aktivitas pengujian ini dilakukan oleh supervisor produksi sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji karyawan supervisor produksi sebesar Rp 4.000.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan pengujian, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut :

118 1 4.000.000 % Alokasi = x 2 53.400. 000 x 100 % = 3,74 % Dan kelompok aktivitas yang terakhir adalah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan. Dalam hal ini tersapat 2 aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu : aktivitas penjualan barang jadi divisi assembly dan aktivitas penjualan barang jadi divisi machine production. Aktivitas penjualan ini melibatkan staff pemasaran, staff penjualan dan sopir perusahaan dalam pelaksanaannya, sehingga untuk pembobotannya digunakan dasar total gaji staff pemasaran sebesar Rp 3.500.000,00, ditambah total gaji staff penjualan sebesar Rp 3.500.000,00, ditambah dengan total gaji sopir sebesar Rp 4.460.000,00 dan dibandingkan dengan total keseluruhan gaji yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 53.400.000,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang berhubungan dengan penjualan, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 3.500.000 + 3.500.000 + % Alokasi = x 2 53.400. 000 4.460.000 x 100 % = 10,72 % 4. Biaya Energi dan Fasilitas Biaya energi dan fasilitas ini berhubungan dengan aktivitas-aktivitas yang menggunakan energi atau fasilitas pada saat aktivitas tersebut dilakukan. Aktivitasaktivitas yang diidentifikasi sebagai aktivitas yang menggunakan / membutuhkan energi dan fasilitas adalah aktivitas pemesanan bahan, pelubangan pada divisi

119 assembly, pelapisan baik pada divisi assembly, perakitan baik pada divisi assembly dan machine production, pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production. (Lihat table 5.15 Matriks Hubungan antara Aktivitas Penyebab Biaya dengan Jenis Overhead Perusahaan) Untuk pengalokasian biaya overhead, akan digunakan dasar total biaya energy dan fasilitas yang terjadi pada masing-masing aktivitas tersebut. Berikut merupakan total biaya energy telepon, bahan bakar dan listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan pada September 2005. o Total biaya telepon = Rp 1.476.300,00 o Total biaya bahan bakar = Rp 725.400,00 o Total biaya listrik = Rp 10.315.000,00 o Total biaya yang dibebankan = Rp 12.516.700,00 Maka berdasarkan data total biaya energy dan fasilitas yang dikeluarkan oleh perusahaan, dapat dihitung prosentase pengalokasian biaya energy dan fasilitas ke aktivitas dengan cara sebagai berikut : Aktivitas pemesanan bahan menyebabkan biaya telepon, aktivitas pelubangan, pelapisan pada divisi assembly dan perakitan pada divisi assembly dan machine production menyebabkan biaya bahan bakar (solar) karena alat-alat yang digunakan menggunakan tenaga penggerak kompresor, sedangkan aktivitas pemotongan dan pengepressan pada divisi machine production menyebabkan timbulnya biaya listrik. Sehingga perhitungan pembobotannya dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : kategori pemakaian biaya telepon, kategori biaya bahan bakar, dan kategori biaya listrik.

120 Untuk kategori biaya telepon, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya telepon, yaitu aktivitas pemesanan bahan divisi assembly dan pemesanan bahan divisi machine production. Untuk pengalokasiaannya akan digunakan dasar total biaya telepon yang terjadi yaitu sebesar Rp 1.476.300,00 dan kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi, yaitu sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan biaya telepon, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 1.476.300 % Alokasi = x 2 12.516. 700 x 100 % = 5,90 % Untuk kategori biaya bahan bakar, terdapat 4 aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya bahan bakar, yaitu aktivitas pelubangan, pelapisan, dan perakitan divisi assembly serta aktivtas perakitan divisi machine production. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total biaya bahan bakar yang terjadi sebesar Rp 725.400,00 kemudian dibandingkan dengan total biaya energy dan fasilitas yang terjadi pada perusahaan yaitu sebesar Rp 12.516.700,00 kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya bahan bakar, yaitu 4 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 725.400 % Alokasi = x 4 12.516. 700 x 100 % = 1,45 %

121 Sedangkan untuk kategori biaya listrik, terdapat 2 aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya listrik, yaitu aktivitas pemotongan dan aktivitas pengepressan pada divisi machine production. Untuk pengalokasiaanya akan digunakan dasar total biaya listrik yang terjadi sebesar Rp 10.315.000,00 dan dibandingkan dengan total biaya energi dan listrik yang terjadi pada perusahaan, yaitu sebesar Rp 12.516.700,00, kemudian dibagi dengan jumlah aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya listrik, yaitu 2 aktivitas sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut : 1 10.315.000 % Alokasi = x 2 12.516. 700 x 100 % = 41,20 % 5. Biaya Promosi Biaya promosi berkenaan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan produk sehingga biaya ini dibebankan pada semua aktivitas yang ada baik aktivitas divisi assembly maupun divisi machine production secara merata. Untuk pengalokasiannya akan digunakan dasar total jumlah aktivitas yang ada pada divisi assembly maupun divisi machine production. Total jumlah aktivitas yang ada baik pada divisi assembly maupun pada divisi machine production = 20 aktivitas, sehingga diperoleh perhitungan pembobotan per aktivitas sebagai berikut. 1 % Alokasi = x 100 % = 5 % 20

122 6. Biaya Pesan Biaya pesan ini hanya berhubungan dengan aktivitas pemesanan bahan, baik untuk pemesanan bahan kebutuhan dari divisi assembly maupun divisi machine production. Biaya pesan ini merupakan biaya yang dibebankan oleh supplier ke perusahaan untuk pengiriman bahan baku / biaya pengangkutan bahan baku. Untuk pengalokasian biaya pesan ini akan digunakan dasar total penerimaan bahan divisi assembly dan divisi machine production yang terjadi pada bulan Agustus 2005. Berikut adalah data penerimaan bahan perusahaan pada bulan Agustus 2005 yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. o Penerimaan bahan untuk divisi assembly pada bulan Agustus 2005 = Rp 274.650.000,00 o Penerimaan bahan untuk divisi machine production pada bulan Agustus 2005 = Rp 210.205.000,00 o Total penerimaan bahan = Rp 484.855.000,00 Berdasarkan data total penerimaan bahan tersebut maka dapat dihitung pembobotan per aktivitas sebagai berikut. Aktivitas pemesanan bahan divisi assembly % Alokasi = 274.650.000 484.855.000 x 100 % = 56.65 % Aktivitas pemesanan bahan divisi machine production % Alokasi = 210.205.000 484.855.000 x 100 % = 43.35 %