III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS POLA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA BEKASI

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

Gambar 1. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

Interpretasi Citra dan Foto Udara

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

III. BAHAN DAN METODE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POLA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

III. METEDOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Prosedur

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA INDERAJA DARI GOOGLE EARTH

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU DAN KECUKUPANNYA DI KOTA DEPOK. An analysis of Greenery Open Space and Its Adequacy in Depok City ABSTRACT ABSTRAK

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH DI KABUPATEN BANDUNG RANI NURAENI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

INTERPRETASI CITRA IKONOS KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH OLEH : BHIAN RANGGA J.R NIM : K

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

Lampiran 1. Hasil Analisis Skalogram Tahun 2003

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS: KOTA SUKABUMI, JAWA BARAT) ANNISA TIARA

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DI KOTA CIMAHI, PROVINSI JAWA BARAT

Jurnal Geodesi Undip April 2016

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2011 sampai Desember 2011. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

13 3. 2 Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian dan sumbernya disajikan pada Tabel 1. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dari dua periode waktu yang berbeda, yaitu tahun 2003 dan 2010. Data primer terdiri dari citra Quickbird tahun 2003 dan 2010 dan data survei lapang. Data sekunder terdiri dari data PDRB, data Potensi Desa tahun 2003 dan 2006 yang meliputi data jumlah fasilitas, aksesibilitas, dan data jumlah penduduk, peta batas administrasi Kota Bekasi, peta RTRW Kota Bekasi tahun 2000-2010, serta beberapa peta penunjang lainnya yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bekasi dan Dinas Tata Ruang Kota Bekasi. Tabel 1. Jenis Data Penelitian dan Sumbernya No Data Sumber Data Keterangan 1. Peta RTRW 2000-2010 Dinas Tata Ruang Kota Bekasi Untuk mengetahui alokasi ruang menurut Rencana Tata Ruang. 2. Peta Administrasi Kota Bekasi BAPPEDA Kota Bekasi Untuk mengetahui batas wilayah administrasi Kota Bekasi (kecamatan). 3. Citra Quickbird Kota Bekasi Tahun 2003 dan 2010 4. Data jumlah dan jenis fasilitas (pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi), data jarak kelurahan ke pusat fasilitas, data jumlah penduduk Google Earth Untuk membuat peta penggunaan lahan berdasarkan eksisting tahun 2003 dan 2010. Data Potensi Desa BAPPEDA Kota Bekasi Untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah di Kota Bekasi dan faktorfaktor yang menyebabkan perubahan lahan. penggunaan 3. 3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap-tahapan penelitian secara umum terdiri dari (1) Tahap persiapan dan pengumpulan data, (2) Tahap analisis citra, (3) Tahap pengecekan lapang, (4) Tahap analisis data, (5) Tahap penyusunan skripsi. Tahapan-tahapan penelitian berdasarkan tujuan, jenis data, teknik analisis data, dan keluaran disajikan pada Tabel 2. Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bekasi pada tahun 2003-2010, inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bekasi tahun 2003 dan 2010, tingkat perkembangan wilayah Kota Bekasi, faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan di

14 Kota Bekasi. Program yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 3. Program yang digunakan untuk mengolah data spasial adalah Arcview GIS 3.3 dan ArcGIS 9.3, sedangkan untuk mengolah data atribut menggunakan Statistica 8.0 dan Ms. Office Excel 2007. Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran No Tujuan Penelitian Jenis Data Teknik Analisis Keluaran 1 Mengidentifikasi dan menganalisis pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bekasi tahun 2003-2010 2 Mengidentifikasi dan menganalisis inkonsistensi pemanfaatan ruang di Kota Bekasi. 3 Mengkaji perkembangan wilayah di Kota Bekasi 4 Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan - Citra Quickbird 2003 - Citra Quickbird 2010 - Peta RTRW 2000-2010 - Peta Penggunaan Lahan 2003 - Peta Penggunaan Lahan 2010 - Data fasilitas pendidikan - Data fasilitas kesehatan - Data fasilitas ekonomi - Data fasilitas sosial - Data atribut peta perubahan penggunaan lahan - Laju pertumbuhan penduduk - Laju pertumbuhan fasilitas - Rata-rata jarak kelurahan ke pusat fasilitas dan ibu kota kecamatan - Digitasi Citra - Tabulasi data luas perubahan penggunaan lahan - Digitasi peta - Overlay Peta Land Use dengan peta RTRW - Deskripsi tabel dan grafik - Analisis Skalogram - Analisis Multiple Regression ( Regresi Berganda ) dengan metode Forward Stepwise Regression Pola perubahan penggunaan lahan di Kota Bekasi pada tahun 2003-2010 Teridentifikasinya inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bekasi Teridentifikasinya tingkat perkembangan wilayah Kota Bekasi Teridentifikasinya faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan Tabel 3. Paket Program untuk Analisis Data No Perangkat Lunak Keterangan 1 Arcview GIS 3.3 Mengolah data spasial (Peta dan Citra) 2 Arc GIS 9.3 Mengolah data spasial (Peta dan Citra) 3 Statistica 8.0 Mengolah data statistika 4 M. Office Excel 2007 Tabulasi data 3.3.1 Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pemilihan topik penelitian, studi pustaka, pembuatan proposal, serta pencarian data-data yang diperlukan dalam penelitian

15 serta pemilihan metode yang digunakan untuk analisis data. Data yang dikumpulkan berupa data spasial dan data statistik. Unit terkecil wilayah yang digunakan dalam analisis adalah desa/kelurahan. Data dikumpulkan dari berbagai sumber terkait. 3.3.2 Tahap Analisis Data Peta dan Citra Analisis citra dilakukan melalui interpretasi visual. Identifikasi obyek merupakan bagian pokok dalam interpretasi citra yang mendasarkan pada karakteristik citra. Karakteristik obyek yang tergambar pada citra digunakan untuk mengenali obyek yang disebut interpretasi citra (Sutanto, 1994). Terdapat delapan unsur interpretasi, yaitu : 1. Rona. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra. Rona dapat pula diartikan sebagai tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya (Sutanto, 1994). 2. Bentuk. Bentuk adalah kofigurasi atau kerangka suatu obyek (Lillesand dan Kiefer, 1997). 3. Ukuran. Ukuran suatu obyek meliputi dimensi jarak, luas, tinggi, dan volume (Sutanto, 1994). 4. Tekstur. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi (Lillesand dan Kiefer, 1979). Tekstur merupakan gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya. 5. Pola. Pola adalah hubungan spasial obyek (Lillesand dan Kiefer, 1979). Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak obyek alamiah dan akan memberikan suatu pola yang dapat membantu interpreter untuk mengenali obyek tertentu. 6. Bayangan. Obyek yang tidak tertembus cahaya terpresentasikan sebagai suatu daerah yang tidak terkena sinar secara langsung yang disebut dengan bayangan. Bayangan bersifat menyembunyikan obyek yang terdapat di daerah bayangan (Sutanto, 1994). 7. Situs. Situs adalah lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek lain, yang dapat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek (Lillesand dan Kiefer, 1979).

16 8. Asosiasi. Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek satu dengan obyek yang lain (Sutanto, 1994) Berdasarkan hasil interpretasi yang dilakukan dengan digitasi on screen dan pengamatan lapang, didapatkan beberapa penggunaan lahan, yaitu perumahan teratur, pemukiman tidak teratur, kebun campuran, TPLB (Tanaman Pertanian Lahan Basah), TPLK (Tanaman Pertanian Lahan Kering), kawasan industri, RTH (Ruang Terbuka Hijau), fasilitas pendidikan, lahan kosong, TPU (Tempat Pemakaman Umum), TPA (Tempat Pembuangan Akhir), badan air, dan rumput,semak, ilalang. Uraian dari masing-masing ciri penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Penggunaan Lahan dan Kenampakan Obyek Pada Citra Penggunaan Lahan Kenampakan Obyek Pada Citra Perumahan Teratur Permukiman Tidak Teratur Rumput, Semak, dan Ilalang Kawasan industri Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tanaman Pertanian Lahan Basah (TPLB) Tanaman Pertanian Lahan Kering (TPLK) Rona cerah, pola teratur, bentuk dan ukuran seragam. Rumah-rumah menghadap jalan sehingga dapat dilihat jaringan jalan yang sejajar dan teratur. Kenampakan yang bergerombol dengan vegetasi yang berada di sekitarnya, bentuk, ukuran, dan jarak antar rumah tidak seragam. Memiliki rona yang cerah dan berwarna hijau muda dengan tekstur agak kasar sampai kasar dan pola yang tidak teratur. Berbentuk persegi memanjang dengan ukuran yang besar, serta memiliki rona cerah dan pola yang teratur. Penggunaan lahan ini dikhususkan untuk jalur hijau jalan dan sempadan sungai. Memiliki tekstur yang agak kasar dengan pola yang teratur dan berasosiasi dengan jalan. Obyek ini memiliki bentuk petak-petak segi empat dan setiap petaknya dipisah oleh kenampakan garis pematang yang polanya teratur. Warna sawah terlihat hijau tua (untuk sawah yang berair atau baru tanam), hijau muda, hijau kebabu-abuan, serta coklat dengan tekstur halus hingga agak halus. Tanaman Pertanian Lahan Kering biasanya terdiri dari ladang dan tegalan. Pada citra quickbird terlihat berwarna hijau dan coklat dengan tekstur agak halus sampai kasar. Kebun Campuran Kenampakannya dapat dilihat dari bentuknya yang bergerombol dengan pola yang tidak teratur dan memiliki warna hijau tua dengan tekstur yang agak kasar sampai kasar. Biasanya kebun berasosiasi dengan pemukiman tidak teratur. Sumber : Sarbini (2008)

17 Tabel 4. (Lanjutan) Fasilitas Pendidikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Badan Air Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lahan Kosong Sumber : Sarbini (2008) Fasilitas pendidikan merupakan bangunan yang dapat dikenali berdasarkan bentuk, ukuran, dan asosiasi. Sebagai contoh sekolah yang biasanya berbentuk memanjang, menyiku atau membentuk huruf U. Sekolah berasosiasi dengan adanya lapangan olahraga dan apabila berada di daerah pemukiman ukurannya lebih besar dibandingkan dengan ukuran bangunan yang ada sekitarnya. Tempat pembuangan akhir biasanya jauh dari pusat kota. Terlihat dari bentuk dan ukuran yang besar untuk menampung sampah-sampah dari perkotaan Badan air memiliki rona yang gelap, berwarna hitam, dan memiliki tekstur yang halus. Makam dikenali berdasarkan ukuran, tekstur dan situs. Ukuran kuburan pada citra quickbird terlihat kecil dengan jumlah yang banyak, serta papan nama berwarna putih. Obyek ini mempunyai tekstur kasar dan disekitarnya terlihat tumbuhan dengan pola tidak teratur. Pada citra quickbird lahan kosong tampak dari pantulan tanahnya yang berwarna coklat. Lahan kosong ini biasanya adalah hasil dari konversi lahan non terbangun yang akan digunakan untuk perumahan, perdagangan dan jasa, serta industri. Hasil yang diperoleh dari analisis citra adalah peta penggunaan lahan pada tahun 2003 dan 2010. Kedua peta penggunaan lahan tersebut dioverlay dengan peta RTRW periode 2000-2010 dan peta administrasi Kota Bekasi sehingga diperoleh peta inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bekasi. 3.3.3 Tahap Pengecekan Lapang Tahap pengecekan lapang dilakukan sebanyak 4 kali pada bulan Januari dan Februari 2012. Pengecekan lapang dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data dan interpretasi terutama dalam kaitannya dengan pengkoreksian peta penggunaan lahan sementara, sehingga hasil akhir data yang diperoleh memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang dibutuhkan pada proses analisis data penelitian. Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System) untuk mengambil data-data penggunaan lahan aktual serta mengetahui kesesuaian antara koordinat di peta dengan koordinat yang sebenarnya. Peta lokasi contoh pengamatan lapang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Titik Pengambilan Contoh Penggunaan Lahan 18

19 3.3.4 Tahap Analisis Data Atribut Analisis data atribut yang dilakukan adalah analisis skalogram dan analisis regresi berganda. Analisis skalogram dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah. Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Unit analisis terkecil untuk proses analisis ini adalah kelurahan. 3.3.4.1 Analisis Skalogram Metode ini digunakan untuk menentukan hirarki pusat-pusat wilayah penopang yang mendukung wilayah sebagai pusat pelayanan aktivitas. Perkembangan suatu wilayah dapat dianalisis dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri, dan jumlah penduduknya. Analisis skalogram digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan wilayah. Hirarki ditentukan berdasarkan jumlah unit dan jenis fasilitas. Unit wilayah yang memiliki fasilitas dengan kuantitas yang lebih banyak dan jenis yang lebih kompleks memiliki tingkat hirarki yang lebih tinggi. Hirarki tinggi adalah wilayah yang memiliki jumlah unit dan jenis fasilitas yang paling banyak dan beragam. Beberapa asumsi yang berlaku dalam analisis skalogram adalah bahwa penduduk mempunyai kecenderungan untuk bergerombol di suatu lokasi dengan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi yang secara relatif terbaik untuk komunitasnya. Pada Tabel 5 disajikan variabel data yang digunakan dalam analisis skalogram. Penentuan tingkat perkembangan wilayah di bagi menjadi tiga yaitu : Hirarki I : Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih besar dari nilai Stdev dan Rata-rata ( IPD> ( Stdev+Average)) Hirarki II : Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih besar sama dengan rata-rata ( IPD>=Average ) Hirarki III : Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih besar kecil dengan rata-rata ( IPD<Average )

20 Tabel. 5 Variabel Fasilitas yang Digunakan dalam Analisis Skalogram Kelompok Indeks Variabel yang digunakan Jumlah variabel Fasilitas Ekonomi Jumlah Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel 9 Jumlah Warung Internet Jumlah Toko/Warung/Kios Jumlah Supermarket/Pasar Swalayan/Toserba Jumlah Restoran/Rumah Makan/Kedai Makanan Minuman Jumlah Hotel/Penginapan Jumlah Industri Kerajinan Jumlah Bank Umum Jumlah Koperasi Fasilitas Pendidikan Jumlah TK Negeri dan Swasta 5 Jumlah SD Negeri dan Swasta Jumlah SLTP Negeri dan Swasta Jumlah SMU dan SMK Negeri dan Swasta Jumlah Akademi/PT Negeri dan yang sederajat Fasilitas Kesehatan Jumlah Rumah Sakit 8 Jumlah Rumah Sakit Bersalin Jumlah Poliklinik/Balai Pengobatan Jumlah Puskesmas Jumlah Puskesmas Pembantu Jumlah Apotik Jumlah Tempat Praktek Dokter Jumlah Tempat Praktek Bidan Fasilitas Sosial Jumlah Tempat Peribadatan 1 Jumlah Variabel 23 3.3.4.2 Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Analisis inkonsistensi pemanfaatan ruang dilakukan melalui overlay peta penggunaan lahan Kota Bekasi tahun 2003 dan 2010 dengan peta RTRW Kota Bekasi dan peta administrasi Kota Bekasi. Hasil overlay tersebut adalah peta inkonsistensi tata ruang Kota Bekasi. Kriteria inkonsistensi didasarkan pada matriks logik inkonsistensi yang tertera pada Lampiran 3 yang merupakan modifikasi dari matriks logik Listiawan (2010). Matriks logik ini terdiri dari tabulasi silang klasifikasi kelas peruntukan lahan pada RTRW Kota Bekasi dan klasifikasi penggunaan lahan pada hasil digitasi citra berdasarkan penyempurnaan dan penyesuaian dari matriks logik yang telah dikembangkan oleh penelitian sebelumnya. Indikasi konsistensi dan inkonsistensi matriks logik antara arahan pemanfaatan ruang dengan kondisi eksisting penggunaan lahan saat ini dilakukan dengan melihat penyimpangan terhadap wilayah yang dialokasikan sebagai kawasan lindung, tetapi kondisi eksistingnya adalah lahan terbangun. Hal tersebut dinamakan dengan inkonsistensi pemanfaatan ruang. Jika suatu wilayah

21 dialokasikan sebagai lahan terbangun, tetapi kondisi eksistingnya masih merupakan kawasan lindung, maka masih dianggap konsisten. Hal ini dikarenakan program pemerintah setempat belum terlaksana untuk mendirikan lahan terbangun di wilayah tersebut. 3.3.4.3 Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression) Analisis regresi digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter, dari parameter-parameter (peubah-penjelas) lain yang diamati. Proses analisis regresi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistica 8.0. Metode analisis yang digunakan adalah stepwise regression. Prinsip dasar stepwise regression adalah mengurangi banyaknya peubah di dalam persamaan dengan cara menyusupkan peubah satu demi satu sampai diperoleh persamaan regresi yang paling baik. dimana : Persamaan (model) yang akan dihasilkan adalah : Y=A 1 X 1 +A 2 X 2 + AnXn+ε Y= Dependent variable (peubah penjelas) X i = Independent variable (peubah penduga) ke-i, dengan i=1,2, A i = Koefisien regresi peubah ke-i ε = Galat model Variabel-variabel respon yang digunakan dalam analisis regresi berganda adalah perubahan luas dari TPLB ke lahan terbangun, perubahan luas TPLK menjadi lahan terbangun, lahan kosong berubah ke lahan terbangun, kebun campuran menjadi lahan terbangun sebagai peubah tujuan (variabel dependent) dari tutupan lahan tahun 2003 dan 2010 dalam satuan hektar. Pemilihan peubah tujuan ini berdasarkan perubahan penggunaan lahan lain menjadi lahan terbangun dengan luasan terbesar. Peubah penduga (variabel independent) terdiri dari laju pertambahan jumlah penduduk, laju pertambahan jumlah fasilitas (pendidikan, ekonomi, sosial, kesehatan), rata-rata jarak aksesibilitas ke pusat fasilitas, luas penggunaan lahan tahun 2003. Variabel untuk analisis regresi disajikan pada Tabel 6.

22 Tabel 6. Variabel Untuk Analisis Regresi. Peubah Tujuan (Y) Perubahan luas TPLB-lahan terbangun (Y1) Perubahan luas TPLK-lahan terbangun (Y2) Perubahan luas kebun campuran-lahan terbangun (Y3) Perubahan luas lahan kosong-lahan terbangun (Y4) Peubah Penduga (X) Pertambahan penduduk (X1) Pertambahan fasilitas ekonomi (X2) Pertambahan fasilitas kesehatan (X3) Pertambahan fasilitas pendidikan (X4) Pertambahan fasilitas sosial (X5) Rata-rata jarak aksesibilitas ke fasilitas pendidikan (X6) Rata-rata jarak aksesibilitas ke fasilitas kesehatan (X7) Rata-rata jarak aksesibilitas ke fasilitas ekonomi (X8) Rata-rata jarak askesibilitas ke fasilitas sosial (X9) Jarak desa ke ibu kota kecamatan (X10) Jarak desa ke ibu kota kabupaten/kota (X11) Jarak desa ke desa terdekat (X12) Alokasi RTRW untuk pertanian (X13) Alokasi RTRW untuk hutan kota (X14) Alokasi RTRW untuk lahan terbangun (X15) Luas lahan terbangun tahun 2003 (X16) Luas TPLB 2003 (X17) Luas TPLK 2003 (X18) Luas kebun campuran 2003 (X19) Luas lahan kosong 2003 (X20)

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian 23