V. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Farida Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Depok Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah Kawasan permukiman, kawasan industri, sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka, dan bandara. Kawasan Pemukiman Karakteristik pemukiman pada citra Quickbird memiliki rona cerah dan berwarna putih atau coklat dengan tekstur agak kasar, berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, dan ukuran rumah relatif kecil, biasanya terletak di dekat jalan serta cenderung berkelompok, berpola teratur, atau terkelompok sesuai dengan blok-blok atau berpola acak sembarang. Karakteristik yang terlihat di lapang dominan berada di pinggir jalan utama, dekat dengan pusat perdagangan, dekat dengan aktivitas pendidikan, dan jarak antar bangunan yang sempit. Gambar 7 adalah foto lahan terbangun di Kecamatan Depok. (a) Desa Caturtunggal (b) Desa Maguwoharjo (c) Desa Condongcatur Gambar 7. Lahan Terbangun Pemukiman di Kecamatan Depok
2 25 Kawasan Industri Karakteristik kawasan industri pada citra Qiuckbird memiliki rona cerah dan berwarna putih Rona cerah dan berwarna putih, berbentuk persegi panjang, beberapa gedung menyatu dengan jarak dekat dan berpola teratur, berukuran besar memanjang. Di lapang karakteristik yang terlihat untuk penggunaan lahan ini adalah letaknya yang jauh dari pemukiman, dan dominan berada diantara lahan yang terbuka dengan beberapa gedung yang menyatu. Kondisi keberadaan kawasan industri yang ada di lapang dapat dilihat pada Gambar 8. (a) Desa Caturtunggal (b) Desa Condongcatur (c) Desa Maguwoharjo Gambar 8. Lahan Terbangun yang Dijadikan Industri di Kecamatan Depok Sawah Irigasi Kenampakan sawah irigasi pada citra sangat terlihat jelas dengam rona yang bervariasi dari cerah hingga terang dan berbentuk petak-petak persegi panjang dengan vegetasi yang homogen. Pada kondisi di lapang pada lahan sawah t terdapat saluran irigasi yang ada sangat baik dan teratur. Sebagai contoh saluran irigasi yang berada di antara petakan sawah di Desa Caturtunggal (Gambar 9a) dan di Desa Maguwoharjo (Gambar 9b dan Gambar 9c).
3 26 Interpretsi badan air pada lahan sawah dilakukan hanya pada selokan Mataram yang digunakan sebagai saluran irigasi primer sawah yang ada di Kecamatan Depok, dengan ciri terdapat tembok pembatas di sisi kanan dan kiri saluran air (Gambar 9d). (a) Desa Caturtunggal (b) Desa Maguwoharjo (c) Desa Maguwoharjo (d) Selokan Mataram Gambar 9. Sawah Irigasi dan Selokan Mataram di Kecamatan Depok Kebun Campuran Kebun campuran pada citra memiliki rona yang cerah dan warna hijau tidak merata, karena vegetasinya yang heterogen, terletak diantara pemukiman dan diantara sawah serta tegalan. Pada kondisi di lapang terlihat jenis pohon yang ada di dalam kebun campuran tersebut adalah pohon jati, pohon waru, serta beberapa jenis pepohonan lainnya. Kondisi tersebut dijumpai di Desa Maguwoharjo (Gambar 10a) dan di Desa Condongcatur (Gambar 10b). Tegalan Penggunaan lahan tegalan memiliki kenampakan di citra berona cerah dengan tekstur yang kasar dan terdapat bekas tanah yang telah diolah. Kepadatan
4 27 (a) Desa Maguwoharjo (b) Desa Condongcatur Gambar 10. Kebun Campuran di Kecamatan Depok vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Karakteristik tegalan di lapang vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman tebu di Desa Maguwoharjo (Gambar 11a) dan tanaman jagung di Desa Caturtunggal (Gambar 11b). (a) Desa Maguwoharjo (b) Desa Condongcatur Gambar 11. Penggunaan Lahan Tegalan di Kecamatan Depok Lahan Terbuka Karakteristik lahan terbuka pada citra memiliki rona yang cerah, terdapat sedikit sekali vegetasi di lahan tersebut. Melalui pengecekan lapang, lahan terbuka banyak ditemukan di antara lahan terbangun baik pemukiman maupun lahan terbangun lainnya. Penggunaan lahan terbuka di lapang sebagai contoh adalah lapangan softball (Gambar 12a), dan lapangan sepak bola (Gambar 12b). Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman dan kawasan industri memiliki beberapa perbedaan
5 28 (a) Desa Caturtunggal (b) Desa Condongcatur Gambar 12. Lahan Terbuka di Kecamatan Depok mendasar yaitu, ukuran dari kenampakan tiap individu bangunan untuk industri pada citra lebih besar dan kawasan industri hampir semua berwarna putih dan berbentuk memanjang karena terdapat beberapa gedung yang menyatu dengan jarak yang dekat. Perbedaan kenampakan sawah irigasi, kebun campuran, dan tegalan adalah teksturnya. Penggunaan lahan sawah irigasi bertekstur halus karena vegetasinya seragam, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran bertekstur kasar karena jenis vegetasinya lebih beragam, dan terletak diantara pemukiman. Demikian halnya penggunaan lahan tegalan yang bertekstur kasar karena terdapatnya bekas tanah yang telah di olah dan kepadatan vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Penggunaan lahan bandara mamiliki ciri nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung terminal dan tempat parker pesawat dan berada di suatu kawasan khusus daerah militer Penggunaan Lahan Peta Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Depok hasil interpretasi citra Quickbird disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan Depok, terdiri dari penggunaan lahan terbangun, penggunaan lahan sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, dan lahan terbuka. Luas penggunaan lahan terbangun sebesar 1849,27 ha. Penggunaan lahan ini
6 ' ' ' ' ' ' 7 44' 7 44' 7 45' 7 45' 7 46' 7 46' N 7 47' 7 47' Kilometers 7 48' 7 48' Legenda : ' Penggunaan Lahan Lahan Terbangun Sawah Irigasi Bandara Kebun Campuran ' Luas Ha % 1849,27 53,41 589,71 17,03 381,76 11,03 285,38 8, ' ' ' Penggunaan Lahan Luas Ha % Tegalan 190,63 5,51 Lahan Terbuka 46,62 1,35 Badan Air (Selokan Mataram) 11,31 0, ' Sumber : Citra Quickbird Tahun 2005 Pengecekan Lapang Gambar 13. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan Depok karena lokasinya yang strategis dan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi tiap tahun. Sesuai dengan data BPS Kabupaten Sleman jumlah penduduk di Kecamatan Depok cenderung bertambah tiap tahun. Pertambahan penduduk dari tahun adalah sebanyak jiwa, jiwa dan jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini yang menyebabkan lahan terbangun sangat besar proporsinya dan tersebar luas hampir di seluruh Kecamatan Depok dan kondisi ini pula yang mendukung kecamatan ini menjadi kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kawasan aglomerasi yaitu pengumpulan atau pemusatan suatu aktifitas dalam lokasi atau kawasan tertentu, Proses ini terjadi akibat dari pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga memberikan keuntungan bagi daerah pusatnya (Richardson, 1997). Proses aglomerasi yang terjadi di Kecamatan Depok
7 a 30 didukung dengan adanya sistem jaringan transportasi jalan berupa ring road kawasan APY yang difasilitasi berupa angkutan trans jogja. Gambar 13 juga menunjukkan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 589,71 ha dari total luas wilayah. Luas ini tetap dipertahankan karena menurut data BPS Kabupaten Sleman sebanyak jiwa penduduk Kecamatan Depok memiliki mata pencaharian petani. Selain itu sudah adanya sistem irigasi teknis yang teratur di kecamatan ini menjadikan luas lahan sawah irigasi tidak banyak terkonversi menjadi lahan terbangun. Penggunaan lahan di setiap desa di Kecamatan Depok disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 menujukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan di setiap desa di Kecamatan Depok adalah lahan terbangun diikuti sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka dan badan air. Lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Luas lahan terbangun di Desa Caturtunggal yaitu 733,58 ha. Desa ini berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta di sebelah selatan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab 800,00 700,00 600,00 500,00 Luas (ha) 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Sawah Irigasi Lahan Terbang un Kebun Campur an Tegalan Lahan Terbuka Badan Air Bandara Condongcatur 119,93 560,00 92,93 68,83 17,05 2,02 0,00 Caturtunggal 162,11 733,58 48,39 27,21 11,13 5,45 0,00 Maguwoharjo 307,67 555,69 144,06 94,59 18,44 3,84 381,76 Total 589, ,27 285,38 190,63 46,62 11,31 381,76 Gambar 14. Luasan Penggunaan Lahan per Desa di kecamatan Depok
8 31 luasnya lahan terbangun di desa ini. Dengan kondisi tersebut maka kecenderungan untuk merubah lahan menjadi lahan terbangun sangat besar. Luas penggunaan lahan untuk lahan terbangun di Desa Condongcatur sebesar 560 ha. Luas lahan tersebut masih dapat bertambah karena banyaknya pusat pelayanan pendidikan dan terdapat pusat aktifitas pemerintahan di desa ini menyebabkan desa ini terus mengembangkan infrastruktur pendukungnya. Penggunaan lahan sawah irigasi terluas di Desa Maguwoharjo yaitu 307,67 ha, Lokasi desa ini berjarak 10 km dari Kota Yogyakarta sehingga potensi untuk perubahan lahan dari pertanian ke non pertanian lebih kecil dibandingkan desa tetangganya yaitu Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Jarak dengan Yogyakarta mempengaruhi laju dari perubahan konversi dari sawah menjadi lahan terbangun. Selain itu bertani merupakan mata pencaharian utama warganya sehingga sawah irigasi menyebar merata di desa ini. Selain penggunaan lahan sawah irigasi, di Desa Maguwoharjo terdapat penggunaan lahan kebun campuran, tegalan dan lahan terbuka diamana ketiganya terluas dibandingkan dengan dua desa lainya, luas penggunaan lahan tersebut secara berturut-turut adalah 144,06 ha, 94,59 ha, dan 18,44 ha. Letak ketiga penggunana lahan ini beberapa berada diantara permukiman warga dan banyak pula terdapat berdampingan dengan sawah irigasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Desa Maguwoharjo terkonsentrasi di bidang pertanian Nilai Entropi Ketujuh penggunaan lahan yang telah diinterpetasi dihitung nilai entropinya seperti disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa dua nilai entropi tertinggi adalah penggunaan lahan terbangun dan sawah irigasi. Nilai entropi yang tinggi menunjukkan konsentrasi geografis yang merata. Hal ini menjelaskan bahwa lahan terbangun dan sawah irigasi memiliki sebaran yang paling luas yaitu menyebar merata di ketiga desa Kecamatan Depok. Dengan Penggunaan lahan yang dominan tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingkat perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh nilai land rent (Yanto,
9 ) sehingga nilai entropi ini dijadikan dasar untuk memilih tipe penggunaan lahan yang akan dianalisis nilai land rentnya. 0,400 Entropi 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 Badan Air (Selokan Mataram) Bandara Kebun Campuran Lahan Terbangun Lahan Terbuka Sawah Irigasi Tegalan Entropi 0,019 0,243 0,206 0,335 0,058 0,301 0,160 Gambar 15. Grafik Entropi Penggunaan Lahan Kecamatan Depok 5.2. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Kecamatan Depok Nilai land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 2. Tabel. 2 Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamtan Depok No Penggunaan Lahan Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 1 Sawah Irigasi Lahan Terbangun Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent sawah irigasi lebih kecil dari rata-rata nilai land rent lahan terbangun. Rendahnya nilai land rent sawah irigasi ini dikarenakan harga jual komoditi pertanian yang rendah sehingga mempengaruhi nilai outputnya. Walaupun petani di Kecamatan Depok sangat terorganisir dalam pengadaan bibit, pupuk, pestisida dan keperluan pertanian yang lainnya, serta mengadakan pertemuan tingkat kecamatan dalam jangka waktu 3-4 bulan sekali untuk melaporkan perkembangan, mendapatkan penyuluhan
10 33 mengenai pola tanam, cara tanam, dan pengelolaan lahan sawah hal ini tidak berpengaruh terhadap nilai outputnya. Tingginya nilai land rent lahan terbangun disebabkan oleh kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh setiap pemanfaatan lahan usaha sehingga dapat meningkatkan nilai outputnya. Nilai Land Rent lahan terbangun sesuai dengan kegiatan usahanya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Land Rent Lahan Terbangun Sesuai dengan Kegiatan Usaha No Kegiatan Usaha Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 1 Kos-kosan Warung makan Foto copy Rumah tinggal Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai land rent untuk foto copy terbesar. Hal ini karena kedekatannya dengan fasilitas pendidikan dan pelajar yang bermukim di sekitar lokasi contoh sehingga menyebabkan banyaknya pelanggan yang datang yang dapat meningkatkan nilai output. Kisaran nilai land rent usaha foto copy mulai dari Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. Variasi ini sangat di pengaruhi oleh pelayanan yang disediakan oleh masing masing tempat (Lampiran 4). Jasa ini berkembang mulai dari usaha foto copy rumahan yang berukuran 3 x 3 m 2 sampai usaha fotocopy besar berukuran 10 x 10 m 2 lengkap dengan segala fasilitasnya yang berlokasi di dekat pusat kota. Nilai land rent rumah tinggal terkecil karena nilai land rent ditentukan oleh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah yang terdiri dari harga lahan dan harga bangunannya berdasarkan kelas lahan dan kelas bangunan melaui Direktorat Jendral Pajak dalam bentuk pajak bumi dan bangunan daerah setempat (Lampiran 5). Kisaran nilai land rent rumah tinggal dari Rp 3.436/m 2 /tahun hingga Rp /m 2 /tahun. Nilai ini bervariasi karena kondisi fisik bangunan dan aksesibilitasnya berbeda, sehingga menyebabkan penentuan NJOP yang berbeda. Rendahnya nilai land rent untuk pemanfaatan lahan ini juga disebabkan rumah tinggal tidak bisa di manfaatkan secara komersil seperti koskosan.
11 34 Nilai land rent lahan terbangun untuk usaha warung makan berkisar dari Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun dengan rata-rata Rp /m 2 /tahun. Keragaman nilai ini disebabkan karena banyaknya warung makan sederhana dilengkapi fasilitas yang memadai seperti internet (hot spot),dan layanan televisi berlangganan. Beberapa membuka usaha mereka 24 jam sehingga dengan adanya fasilitas tersebut maka pelanggan akan meningkat sehingga nilai output untuk kegiatan usaha ini lebih tinggi (Lampiran 6). Nilai land rent jasa kos-kosan berkisar antara Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun dengan nilai rata-rata Rp /m 2 /tahun. variasi nilai land rent tersebut desebabkan oleh kondisi fisik bangunan, fasilitas yang disediakan, dan aksesibilitas yang berbeda-beda. Kondisi fisik bangunan yang ada mulai dari yang sangat sederhana, hingga yang sangat mewah. Fasilitas yang disediakan pada setiap tempat berbeda-beda mengikuti kondisi fisik bangunannya sehingga menyebabkan nilai input dan output berbeda-beda, beberapa diantaranya yaitu fasilitas parkir mobil, televisi berlangganan (indovision), internet, air conditioner (ac) dan yang lainnya yang ada pada Lampiran 7. Perbedaan aksesibilitas jasa ini terhadap pusat aktifitas perguruan tinggi di sekitarnya juga sangat mempengaruhi nilai outputnya. Jasa ini berkembang karena banyak sekali pelajar dari luar kota yang menuntut ilmu di UGM, UNY, UII, UIN Sunan Kalijaga yang kebetulan berada di Kecamatan Depok ini Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai land rent penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di setiap desa di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata land rent sawah irigasi terbesar berada di Desa Maguwoharjo diikuti Desa Caturtunggal dan Condongcatur. Nilai land rent di Desa Maguwoharjo terbesar karena bertani merupakan matapencarian pokok bagi penduduk di wilayah ini sehingga petani menanami lahannya secara intensif dengan pola tanam padi-bawang merah-padi, sehingga menghasilkan output yang besar. Selain itu terkonsentrasinya sawah irigasi di desa ini menunjukkan bahwa perkembangan perubahan lahan di desa ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan dua desa tetangganya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai land rent di
12 35 desa ini adalah selokan mataram yang dijadikan irigasi primernya mengalir tepat di tengah wilayah Desa Maguwoharjo sehingga pengairan terjaga secara merata dan teratur sehingga petani tidak mengalami kesulitan air. Tabel 4. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Lahan Terbangun Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Nilai land rent sawah irigasi di Desa Condongcatur memiliki kisaran nilai land rent untuk sawah irigasi antara Rp 612/m 2 /tahun sampai Rp 1.087/m 2 /tahun. Nilai ini disebabkan oleh pola tanam yang diterapkan di wilayah desa ini adalah padi-bera-padi. Pemilihan petani untuk menanami lahannya hanya dua kali masa tanam didasarkan, letaknya yang agak sedikit jauh menuju kawasan sawah irigasi yang terkonsentrasi di bagian utara desa ini, sehingga ketersediaan air menjadi kendala penyediaan air. Namun hal utamanya adalah karena sebagian besar pemilik lahan hanya menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan. Nilai land rent sawah irigasi di Desa Caturtunggal memiliki kisaran antara Rp 612/m 2 /tahun sampai dengan Rp 1.424/m 2 /tahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 846/m 2 /tahun. Nilai ini adalah nilai terkecil yang didapat untuk penggunaan lahan sawah irigasi. Hal ini karena letaknya yang strategis dengan pusat pemerintahan, menyebabkan para pemilik lahan pertanian menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan sehingga nilai land rentnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai land rent di Desa Condongcatur dan Maguwoharjo. Tabel 4 menunjukkan Nilai land rent lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Nilai land rent lahan tebangun di setiap desa disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai land rent foto copy terbesar berada
13 36 di Desa Condongcatur dengan nilai rata-rata Rp /m 2 /tahun. Hal ini terjadi karena banyaknya perguruan tinggi di desa Condongcatur yang menyebabkan kebutuhan akan fasilitas pelayanan pendidikan meningkat, sehingga usaha foto copy berkembang pesat dalam menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya yang menjadikan nilai output akan bertambah besar. Tabel 5. Nilai Land Rent Lahan Terbangun di Setiap Desa Pemanfaatan Lahan Kos-kosan Foto Copy Warung Makan Rumah Tinggal Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Nilai land rent warung makan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp /m 2 /tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warung makan di lengkapi fasilitas yang memadai dan beberapa membuka usaha mereka 24 jam yang menyebabkan pelanggan datang lebih banyak, sehingga output untuk kegiatan usaha ini semakin tinggi. Untuk kegiatan usaha kos-kosan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp /m 2 /tahun. Sama seperti Desa Condongcatur Di desa ini terkonsentrasi pusat pendidikan perguruan tinggi sehingga jasa kos-kosan berkembang pesat di desa ini. Namun secara aksesibilitas Desa Caturtunggal lebih dekat dengan pusat kota sehingga para penyewa rumah kos-kosan lebih memilih menyewa di desa ini dengan kelengkapan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan fasilitas usaha kos-kosan di Desa Condongcatur. Hal ini meyebabkan nilai
14 37 tingginya output di desa ini sehingga nilai land rent jasa kos-kosan lebih tinggi dari Desa Condongcatur. Nilai land rent Penggunaan lahan dengan peruntukan rumah tinggal terbesar pada Desa Condongcatur diikuti Desa Caturtunggal dan Maguwoharjo. Nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 7.675/m 2 /tahun di Desa Condongcatur dan Rp 5.361/m 2 /tahun di Desa Caturtunggal. Nilai ini lebih besar dari Desa Maguwoharjo karena letaknya yang lebih strategis yang mempengaruhi tingginya nilai NJOP untuk rumah tinggal di kedua desa ini. Sedangkan di Desa Maguwoharjo nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 3.471/m 2 /tahun. Hal ini karena lahan tebangun di Desa Maguwoharjo sebagian besar digunakan untuk rumah tinggal dengan kondisi fisik bangunan yang lebih sederhana sehingga nilainya paling rendah dibandingkan dengan dua desa lainnya di Kecamatan Depok Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun dengan Peta RTRW Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman tahun Kecamatan Depok diperuntukkan sebagai kawasan perkotaan karena berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga letak dan aksebilitasnya akan mendukung perencanaan ruang Kabupaten dan Provinsi. Dalam jangka panjang, arahan pengembangan Kecamatan Depok beserta beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta adalah sebagai pusat pengembangan pendidikan, tempat jasa dan perdagangan skala regional maupun nasional, serta penyedia jasa pelayanan kepariwisataan. Seperti yang disajikan dalam Gambar 16 perencanaan budidaya dalam RTRW Kabupaten Sleman sangat berkaitan dengan penggunaan lahan sawah irigasi. Dalam perencanaan tersebut Kecamatan Depok dibagi dalam 2 kawasan budidaya, yakni budidaya pertanian dan budidaya non pertanian. Budidaya pertanian berupa kawasan budidaya pertanian daerah sub urban/urban yang sebagian besar berada di Desa Maguwoharjo sedangkan budidaya non pertanian yaitu sebagai pemukiman, sebagian besar kawasan ini berada di Desa Caturtunggal.
15 7 48' 7 47' 7 46' 7 45' 7 44' ' ' ' ' ' ' 7 44' 7 45' 7 46' 7 47' 7 48' ' ' ' ' ' ' Legenda : pemukiman pertanian daerah suburban/urban peruntukan daerah militer Meters N Sumber : Peta RTRW Kabupaten Sleman Gambar 16. Peta Arahan RTRW Kecamatan Depok Grafik kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Kabupaten Sleman tersaji dalam Gambar 17 dan Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW tersaji dalam Tabel 6. Gambar 17 menunjukkan tingkat kesesuaian penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok terhadap RTRW Kabupaten Sleman. Luas sawah irigasi sebesar 67,13% di Kecamatan Depok telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban dan sebesar 32,87% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan. Dari Tabel 6 luas sawah irigasi yang tidak sesuai di Desa Condongcatur sebesar 6,55%, Desa Caturtunggal sebesar 8,48%, dan Desa Maguwoharjo seberar 17, 85%. Fenomena ini menjadikan bahwa perubahan sawah irigasi menjadi
16 39 lahan terbangun masih memiliki peluang yang cukup tinggi, Namun demikian keberadaan sawah irigasi yang ada saat ini disarankan untuk tetap dipertahankan Luas (ha) 200 Tidak Sesuai Sesuai Luas (ha) Sesuai Tidak Sesuai Sawah Irigasi 0 Lahan Terbangun Gambar.17 Grafik Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Tabel 6. Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW Penggunaan Lahan Desa Perkotaan Pertanian daerah subruban/urban Ha % Ha % Sawah irigasi Condongcatur 38,6 6,55 81,3 13,79 Caturtunggal 50 8,48 112,1 19,01 Maguwoharjo 105,2 17,85 202,4 34,33 Total 193,9 32,87 395,9 67,13 Lahan Terbangun Condongcatur 392,9 21,24 167,1 9,04 Caturtunggal 649,6 35, ,54 Maguwoharjo 339,9 18,38 215,8 11,67 Total 1382,3 74,75 466,9 25,25 Keterangan : % berdasarkan luas sawah irigasi dan lahan terbangun di kecamatan Depok agar dapat memenuhi swasembada pangan walaupun dalam RTRW dialokasikan untuk perkotaan. Luas lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar 74,75% peruntukannya telah sesuai dengan RTRW yaitu sebagai kawasan perkotaan, dan sebesar 25,25% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW, yang mana lahan ini merupakan alih fungsi dari lahan pertanian.
17 40 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok memiliki rata-rata sebesar Rp 2181,79/m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 612/m 2 /tahun sampai dengan Rp 3576/m 2 /tahun. Nilai land rent rata-rata lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar Rp /m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 3.436/m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. 2. Sebaran nilai land rent sawah irigasi : - Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 3.277/m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 2.988/m 2 /tahun sampai dengan Rp 3.576/m 2 /tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bawang merahpadi. - Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 878/m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 612/m 2 /tahun sampai dengan Rp 1.087/m 2 /tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bera-padi. - Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 846/m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 612/m 2 /tahun sampai dengan Rp 1424/m 2 /tahun. Desa in imenerapkan pola tanam padi-bera-padi. 3. Sebaran nilai land rent lahan terbangun : - Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp /m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 3.484/m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. - Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp /m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 5.081/m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. - Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp /m 2 /tahun dengan variasi nilai Rp 6.467/m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. 4. Nilai land rent lahan terbangun di Kecamatan Depok berdasarkan jenis usaha :
18 41 - Nilai land rent usaha foto copy rata- rata sebesar Rp /m 2 /tahundengan variasi sebesar Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. - Nilai land rent usaha warung makan rata-rata sebesar Rp /m 2 /tahun dengan variasi sebesar Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. - Nilai land rent rata-rata jasa kos-kosan sebesar Rp /m 2 /tahun dengan variasi sebesar Rp /m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. - Nilai land rent rumah tinggal rata-rata sebesar Rp 5.948/m 2 /tahun dengan variasi sebesar Rp 3.436/m 2 /tahun sampai dengan Rp /m 2 /tahun. 5. Sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 193,9 hektar (32,87 %) peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW dengan kata lain belum mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan, sedangkan seluas 395,9 (67,13%) peruntukannya telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban. Lahan terbangun di Kecamatan Depok seluas 1382,3 hektar (74,75% ) peruntukannya telah sesuai sebagai kawasan perkotaan, sedangkan sebesar 466,9 hektar (25,25%) peruntukannya tidak sesuai karena lahan ini telah mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban Saran 1. Ketidaksesuaian pengalokasian penggunaan lahan denagn RTRW Kabupaten Sleman yang terjadi pada sawah irigasi yang belum beralih fungsi menjadi lahan perkotaan diusahakan untuk dipertahankan, karena kebututan lahan terbangun perkotaan yang luasnya telah direncanakan sudah terpenuhi dari ketidaksesuaian lahan terbangun yang telah mengalami alih fungsi dari lahan pertanian sehingga untuk mempertahankan lahan sawah yang ada dapat diterapkan sistem barter dengan mempertimbangkan luas dari tingkat ketidaksesuaiannya.
19 42 2. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, serta perlu dilakukannya tindakan agar lahan pertanian tidak beralih fungsi semua ke lahan non pertanian dimana campur tangan pemerintah kecamatan Depok melalui peraturan-peraturannya sangat diperlukan.
III. BAHAN DAN METODE
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang terdiri dari Desa Caturtunggal, Desa Maguwoharjo dan Desa Condongcatur (Gambar 3).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur
26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Tabel
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Lampung yang selalu bertambah pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan otonomi daerah, serta pertambahan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciGEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik
GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik
24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Citra Landsat Tahun 1990, 2001 dan 2010 Interpretasi citra landsat dilakukan dengan melihat karakteristik dasar kenampakan masing-masing penutupan/penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 1960 menjadi sejarah dalam sistem penguasaan dan kepemilikan tanah di Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Sistem penguasaan tanah oleh Belanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting di dalam pembangunan nasional karena sektor ini memanfaatkan sumber daya alam dan manusia yang sangat besar (Soekartawi,
Lebih terperinciLampiran 1. Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Sawah Irigasi
LAMPIRAN 46 47 Lampiran 1. Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Sawah Irigasi Titik Sample Desa Sumbux Sumbuy Land Rent (Rp/m2/th) Keterangan S1cc Condongcatur 433795 9145260 861,67 Sawah irigasi S2cc Condongcatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya
Lebih terperinciULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH
ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH 01. Teknologi yang terkait dengan pengamatan permukaan bumi dalam jangkauan yang sangat luas untuk mendapatkan informasi tentang objek dipermukaan bumi tanpa bersentuhan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang merupakan modal dasar bagi pembangunan di semua sektor, yang luasnya relatif tetap. Lahan secara langsung digunakan
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU
TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU Kelas C Oleh : Ayu Sulistya Kusumaningtyas 115040201111013 Dwi Ratnasari 115040207111011 Fefri Nurlaili Agustin 115040201111105 Fitri Wahyuni 115040213111050
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi
IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Laju dan Pola Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Tangerang 5.1.1. Laju Konversi Lahan di Kabupaten Tangerang Penggunaan lahan di Kabupaten Tangerang dikelompokkan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan dengan memperhatikan karakteristiknya.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN Penggunaan Lahan Kabupaten Bungo Tahun 2011 dan Perubahan Penggunaannya Tahun
32 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan Kabupaten Bungo Tahun 2011 dan Perubahan Penggunaannya Tahun 1993-2011 Interpretasi dan analisis visual merupakan kegiatan mengamati citra secara visual dengan
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan sawah memiliki manfaat sebagai media budidaya yang menghasilkan bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki manfaat bersifat fungsional
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS
IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau
Lebih terperinciMATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH
MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH 1. Tata Guna Lahan 2. Identifikasi Menggunakan Foto Udara/ Citra Identifikasi penggunaan lahan menggunakan foto udara/ citra dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciPERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU
PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU Feki Pebrianto Umar 1, Rieneke L. E. Sela, ST, MT², & Raymond Ch. Tarore, ST, MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK
34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan
Lebih terperinciBab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan
122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ruang untuk penggunaan lahan bagi kehidupan manusia. Sehubungan dengan hal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan permukiman dan perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah, dalam penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lahan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013 NILUH RITA AYU ROSNITA A 351 09 044 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian muncul sejak manusia mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Kegiatan pertanian tersebut mendorong suatu kelompok manusia untuk bergantung dan
Lebih terperinciBAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI
BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciUNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA INDERAJA DARI GOOGLE EARTH
UNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA INDERAJA DARI GOOGLE EARTH Oleh: Bambang Syaiful Hadi JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FIS UNY 1. RONA Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang
43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
34 BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi hutan kota yang akan dibangun terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, dengan luas 5400 m 2. Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: SUPRIYANTO L2D 002 435 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu permasalahan yang sedang dihadapi dalam bidang pertanian di Indonesia. Luas lahan pertanian sawah di Indonesia saat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik antara lain (1) luasan relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik yang bersifat spesifik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tiap-tiap negara mempunyai pertimbangan berbeda mengenai penetapan suatu wilayah yang disebut kota. Pertimbangan itu dipengaruhi oleh beberapa variasi kewilayahan
Lebih terperinciLuas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010
Gambaran Umum Luas Masing-Masing Kelurahan di Kawasan Tambak Kecamatan Benowo, Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisa, 2010 Kelurahan Tambak Osowilangon 1140,2 Sememi 458,4 Klakah Rejo 318,9 Kandangan 136,7
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan karakteristik keberadaan jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal di desa dan jumlah desa yang lebih banyak
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif 3.1.1. Batas Wilayah Kecamatan Depok Kecamatan Depok merupakan bagian dari kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas Wilayah Kecamatan
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA
Lampiran 1 Ringkasan Materi RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA 1 Pengertian Intepretasi Citra Inteprtasi Citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini mencakup penggunaan lahan, faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, dan dampak perubahan penggunaan lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciAnalisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Darmiati Dahar, Fatmawati Universitas Ichsan Gorontalo ABSTRAK
Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Darmiati Dahar, Fatmawati Universitas Ichsan Gorontalo ABSTRAK Sektor pertanian merupakan penggerak utama perekonomian di
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar
Lebih terperinciInterpretasi Citra dan Foto Udara
Interpretasi Citra dan Foto Udara Untuk melakukan interpretasi citra maupun foto udara digunakan kreteria/unsur interpretasi yaitu terdiri atas rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan,
Lebih terperinciGambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman
BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Sejarah Perda no.12 tahun 1998, tanggal 9 Oktober 1998 metetapkan tanggal 15 Mei tahun 1916
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia memerlukan perhatian khusus dalam pembangunannya, karena masalah permukiman berkaitan dengan aspek fisik
Lebih terperinciPEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis Penghitungan Komponen Penduduk
V PEMBAHASAN 5.1 Data dan Analisis 5.1.1 Penghitungan Komponen Penduduk Kependudukan merupakan salah satu komponen yang penting dalam perencanaan suatu kawasan. Faktor penduduk juga memberi pengaruh yang
Lebih terperinciPOLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU
POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU Studi Kasus Lahan Pertanian di Dusun Grogol VII dan Grogol VIII, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI
IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan
Lebih terperincippbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input
Lebih terperinciAplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar
Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar RUNIA CHRISTINA GULTOM INDAYATI LANYA*) I WAYAN NUARSA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian Kota Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang berkembang pada wilayah pesisir. Keberadaan pelabuhan dan bandara menjadikan Jakarta
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Cakupan Wilayah Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 13 kecamatan dan 165 desa. Beberapa kecamatan terbentuk melalui proses pemekaran. Kecamatan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan dicirikan dengan campuran yang rumit antara aktivitas jasa komersial dan permukiman (Rustiadi et al., 2009). Hal ini sejalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar kota di Negara Indonesia tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir. Setiap fenomena kekotaan yang berkembang pada kawasan ini memiliki karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus berkembang dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya bersifat tetap. Ita
Lebih terperinciANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO
Pemanfaatan Metode Log Pearson III dan Mononobe Untuk 1 ANALISIS TREND IRIGASI TEKNIS, IRIGASI SETENGAH TEKNIS, IRIGASI SEDERHANA DAN SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN SITUBONDO ABSTRAK Ir. H. Cholil Hasyim,
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciB A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu kawasan yang berada di permukaan bumi yang terdiri dari beberapa unsur, diantaranya terdiri dari unsur fisik dan sosial yang salah
Lebih terperinciKINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D
KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK
Lebih terperinciMETODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian
12 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada akhir bulan Maret 2011 hingga bulan Juni 2011. Penelitian ini dilakukan di Desa Ancaran, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki
Lebih terperinci