METODE PENELITIAN. Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras
|
|
- Suhendra Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang meliputi 15 kecamatan dengan 73 nagari. Pelaksanaaan penelitian lapangan dilaksanakan bulan Juni - Agustus Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan bersumber dari dinas/instasi yang terkait seperti BAPPEDA Kabupaten Agam, BPS Kabupaten Agam, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Data yang digunakan adalah data sekunder, yang tediri dari data kuantitatif yang berasal dari data Podes tahun 2005, survey pertanian serta Kabupaten Dalam Angka tahun Selain itu juga digunakan peta-peta seperti Peta Administrasi Kabupaten, Peta Iklim, Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Penggunaan Tanah, Peta RTRW. Untuk analisis land rent, data yang digunakan adalah data primer berupa data produksi dan biaya produksi. Analisis Data Perumusan Indikator Wilayah yang Layak Dicadangkan untuk Kawasan Produksi Beras Untuk mengetahui wilayah-wilayah mana saja yang layak dicadangkan sebagai kawasan produksi beras, terlebih dahulu harus ditentukan indikatorindikator yang dapat dijadikan sebagai ukuran penentu. Dalam kaitannya dengan tujuan penelitian ini, belum ada indikator yang jelas dan yang bersifat baku untuk dijadikan ukuran penentu wilayah yang layak dicadangkan. Dalam penelitian ini perumusan indikator dilakukan dengan pendekatan aspek-aspek yang terkait dengan sistem produksi padi. Aspek-aspek yang dapat digunakan tersebut berkaitan dengan ; (1) input-input yang digunakan, (2) sarana/prasarana penunjang. Kedua aspek tersebut akan mempengaruhi produktivitas, yang akan menentukan jumlah produksi yang akan dihasilkan dan pada akhirnya akan mempengaruhi benefit/keuntungan usahatani. Aspek-aspek yang digunakan dalam perumusan indikator tersebut meliputi a. Luas lahan potensial yang sesuai untuk padi sawah.
2 Luas lahan yang potensial didapat dari hasil tumpah tindih peta kesesuaian lahan dengan peta pengunaan lahan dan peta arahan pemanfaatan ruang (RTRW) b. Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan tenaga kerja ini mengambarkan jumlah, struktur, dan penguasaan terhadap lahan bagi rumah tangga tani padi yang terdapat dalam wilayah tersebut. c. Ketersedian sarana produksi padi Sarana produksi yang dimaksud adalah ketersediaan dalam jumlah baik benih, pupuk dan obat-obatan yang dicirikan dengan jumlah toko/kios yang menjual bahan/alat saprodi tersebut. d. Ketersediaan alat dan mesin pertanian, yang digambarkan dengan jumlah traktor, pompa air, hand sprayer dll e. Ketersediaan sumber air, yang dalam hal ini digunakan adalah proporsi luas sawah yang memiliki sistem pengairan. f. Kemudahan Aksesibilitas. Usaha tani akan dapat mengurangi biaya transportasi baik input maupun outputnya jika aksesibilitas yang ada telah baik. Dalam hal ini digunakan jenis jalan, jumlah dan jenis alat transportasi. g. Jumlah usaha pengolahan padi, dengan melihat jumlah penggilingan padi. h. Keberadaan lembaga keuangan dan sistem kelembagaan sosial petani. Keberadaan lembaga keuangan akan memberikan kemudahan bagi petani dalam hal permodalan untuk mengembangkan usahataninya. Lembaga keuangan yang dilihat adalah, KUD, BPR atau Bank-bank lainnya yang ada pada wilayah pedesaan, sedangkan sistem kelembagaan sosial yang dimaksudkan adalah jumlah penyuluh, KUD, kelompok P3A dan lain-lain. Berkaitan dengan ketersediaan lahan yang potensial, tahap awal yang harus dilakukan adalah penentuan areal potensial berdasarkan aspek spasial dan biofisik. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan pencadangan kawasan produksi beras dalam arahan pemanfaatan ruang yang telah disusun dalam RTRW. Selain itu juga untuk melihat pola penyebaran lahan sawah berdasarkan kelas kesesuaiannya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah overlay
3 peta land use Kabupaten Agam tahun 2005 skala 1 : dengan peta kelas kesesuaian untuk padi sawah, yang menghasilkan peta satuan lahan homogen sesuai sawah. Lahan-lahan dengan kelas kesesuaian N (tidak sesuai) dengan pembatas lereng dianggap sesuai karena petani telah mengolah lahan tersebut dengan sistem teras. Kriteria dalam menentukan areal potensial untuk kawasan produksi beras berdasarkan pengunaan lahan, RTRW dan kelas kesesuaian lahan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria penentuan areal potensial untuk kawasan produksi beras Penggunaan lahan RTRW Kesesuaian Kategori Sawah RTH Non-KB S1, S2, S3, N Tidak Potensial KB Semua Potensial Non-KB Semua Tidak Potensial KB S1, S2 Potensial S3, N Tidak Potensial Non-RTH, Non Sawah Semua Semua Tidak Potensial Ket : RTH = Lahan Terbuka, Semak Belukar, Tegalan, Kebun Campuran, Kebun Kelapa, Kebun Kelapa Sawit, dan Hutan, KB = Kawasan Budidaya dan Kawasan Budidaya Terbatas, Non KB = Pemukiman, Kawasan Lindung dan Tubuh Air. Selanjutnya hasil overlay dilakukan overlay lagi dengan peta RTRW kabupaten Agam tahun dengan skala 1 : , untuk melihat apakah areal potensial tersebut berada pada kawasan budidaya atau tidak. Peta RTRW diperoleh dari Bappeda Kabupaten Agam dan peta kesesuaian lahan merupakan hasil pengolahan data spasial. Lahan yang layak dan potensial dijadikan kawasan produksi beras berdasarkan kesesuaian secara spasial dan biofisik adalah lahan yang sesuai untuk padi kelas S1 dan S2. Kelas kesesuaian S3 tidak termasuk areal yang potensial dalam penelitian ini dengan alasan bahwa menurut Djaenudin et al. (2003) kelas kesesuaian S3 merupakan lahan dengan faktor pembatas yang berat, memerlukan modal tinggi untuk mengatasi faktor pembatas, sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah atau pihak swasta karena petani tidak mampu mengatasinya. Selain itu luasnya tidak seberapa sehingga tidak masalah untuk tidak dimasukkan ke dalam lahan yang potensial. Software yang digunakan dalam
4 analisis ini adalah ArcView Ver 3.2., sedangkan diagram alir metode tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Peta RTRW Kab. Agam Peta Kelas Kesesuaian Lahan Peta Penggunaan Lahan Overlay Satuan Lahan Homogen Sesuai Padi Sawah Overlay Apakah pada Kwsn Budidaya? Tidak Kawasan Lindung Ya Areal/lahan Potensial Sesuai Padi Sawah - Existing - Potensial Gambar 4 Diagram alir penentuan areal potensial sesuai untuk padi sawah. Selanjutnya dilakukan perumusan kriteria berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi, yang terdiri dari input-input dan sarana/prasarana penunjang produksi. Input-input yang tersedia dan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani (Gambar 5).
5 Input Produksi Padi Pendapatan Sarana/prasarana Penunjang Untung/Rugi Produktivitas Biaya A B C D E F G H Indikator/Kriteria Kelayakan untuk Pencadangan Kawasan Produksi Beras Peubah-Peubah Keterangan : A : Ketersediaan Lahan B : Tenaga kerja C : Saprodi D : Alsintan E : Ketersediaan Air F : Aksesibilitas G : Usaha Pengolahan/Penggilingan padi H : Permodalan dan Sistem Kelembagaan Sosial Gambar 5 Perumusan indikator penentuan kawasan produksi beras berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan sarana/prasarana penunjang produksi beras.
6 Analisis Struktur Keterkaitan antar Indikator dan Indeks Komposit Kelayakan Wilayah untuk Pencadangan Kawasan Produksi Beras Analisis statistika dapat digunakan untuk memudahkan dalam menginterpretasikan suatu keadaaan atau fenomena. Penggunaan data yang berasal dari hasil eksplorasi yang dihimpun dari data-data yang berkaitan dengan sosial ekonomi wilayah, maka analisis statistik multivariate dapat digunakan untuk menganalisis fenomena yang terjadi (Saefulhakim, 2004). Hal ini dilakukan karena pada kenyataannya peubah-peubah yang digunakan saling berkorelasi satu sama lain dengan tingkat keeratan hubungan yang bervariasi. Jika dua peubah berkorelasi sangat erat, maka variasi antar kedua peubah tersebut sebenarnya dapat diungkapkan oleh salah satu peubah saja, sehingga perlu dilakukan penyederhanaan dimensi peubah yang digunakan. Salah satu metode yang sering digunakan untuk memperkecil dimensi peubah yang saling berkorelasi adalah Principal Components Analysis (PCA). Dalam penelitian ini analisis PCA dilakukan untuk melihat struktur keterkaitan antar indikator/peubah yang dirumuskan. Hasil analisis PCA merupakan faktor utama yang membentuk suatu indeks komposit. Indeks komposit adalah gabungan peubah asal yang saling mempengaruhi dalam suatu analisis. Tujuan analisis PCA adalah ortogonalisasi peubah, yakni ; mentransformasikan suatu struktur data dengan peubah-peubah yang saling berkorelasi, menjadi struktur data baru dengan peubah-peubah baru (faktor) yang tidak saling berkorelasi. Selain itu PCA juga berguna untuk penyederhanaan peubah sehingga menghasilkan peubah baru yang jauh sedikit dari pada peubah asalnya, namun total kandungan informasinya atau total ragamnya relatif tidak berubah. Teknik ekstraksi data dengan PCA/FA pada dasarnya adalah dengan memaksimalkan keragaman dalam 1 (satu) peubah/faktor yang baru dan meminimalkan keragaman dengan peubah/faktor yang lain, menjadi peubah yang saling bebas (independent). Secara rinci metode analisis PCA ini dapat dilihat dalam Saefulhakim (2004) dan Jambu (1991) sedangkan contoh penerapannya yang relevan dengan penelitian ini adalah Irawan (2003), Irawan et al. (1992) dan Taryoto (1982). Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis ini adalah sebagai berikut : a. Standarisasi peubah asal
7 Tujuannya adalah menghilangkan variasi data antar peubah yang dilakukan dengan formula : y ij = x ij µ s j j y ij adalah peubah baru yang telah disederhanakan x ij adalah peubah nilai X pada wilayah i peubah j µ j adalah nilai rata-rata masing-masing peubah s j adalah simpangan baku masing-masing peubah b. Ortogonalisasi Peubah Tujuannya adalah membuat peubah baru Z α (α=1,2,...,q p) yang memiliki karakteristik: (1) satu sama lain tidak saling berkorelasi, yakni: r αα = 0, (2) nilai rataan masing-masing, tetap sama dengan nol, dan (3) nilai ragam masing-masing Z α sama dengan λ α 0, dimana α λ α = p. c. Penyederhanaan jumlah peubah Sesuai dengan tujuan dasar kedua dari analisis PCA maupun FA adalah penyederhanaan jumlah peubah, maka langkah yang dilakukan adalah dengan mengurutkan masing-masing faktor atau komponen utama (F α ) yang dihasilkan, dari yang memiliki eigenvalue (λ α ) tertinggi hingga terendah, yakni : a) Memilih faktor-faktor atau komponen-komponen utama yang memiliki λ α 1, artinya faktor atau komponen utama yang memiliki kandungan informasi (ragam) setara dengan informasi yang terkandung dalam satu peubah asal, b) Membuang faktor atau komponen utama yang mempunyai eigenvalue antar dua faktor atau komponen utama yang berdekatan/tidak begitu signifikan, jika (λ α -λ (α - 1) ) <1, c) Alternatif lain digunakan juga metode The Scree Test dimana dari hasil scree plot yang dipilih adalah yang paling curam, d) Menentukan faktor-faktor atau komponen-komponen utama yang memiliki koefisien korelasi nyata minimal satu peubah asal. Kriteria yang
8 digunakan adalah r αj 0.7 Hal ini dimaksudkan agar setiap faktor atau komponen utama yang terpilih, paling tidak memiliki satu penciri dominan dari peubah asalnya. Peubah yang digunakan dalam analisis ini adalah hasil perumusan dari indikator penentuan kriteria kawasan yang layak dicadangkan untuk kawasan produksi beras dan perhitungannya dilakukan dengan menggunakan software aplikasi statistica versi 6. Analisis Pengelompokkan dan Tipologi Wilayah Berdasarkan Hirarki Kelayakan Kawasan untuk Produksi Beras Teknik pewilayahan (Cluster Analysis) merupakan salah satu teknik untuk membatasi wilayah berdasarkan kemiripan karakteristik tertentu dari suatu hamparan wilayah. Teknik ini dapat mengadopsi konsep wilayah yang telah berkembang seperti konsep wilayah nodal atau konsep wilayah homogen. Teknik klasifikasi wilayah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis multivariate dengan analisis gerombol berhirarki (hierarchical clustering method). Salah satu penerapan metode cluster analysis ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Roel dan Plant (2002) untuk melihat tipologi secara spasial hasil beras di California. Prinsip dasar pengelompokkan adalah ragam dalam kelompok harus minimum dan ragam antar kelompok harus maksimum. Penggerombolan akan dibuat dalam 4 kelompok yaitu : layak, agak layak, kurang layak dan tidak layak dicadangkan untuk kawasan produksi beras. Sebelum melakukan penggabungan data, perlu dihitung terlebih dahulu jarak antar dua gerombol data dengan ciri yang serupa. Untuk dapat dilakukan penggerombolan data diperlukan suatu skala pengukuran yang sama. Jika skala data tidak sama data perlu ditransformasikan dalam bentuk skor tertentu yang disebut jarak antara lain : jarak mahalanobis, jarak euclidean, jarak kuadrat euclidean, jarak manhattan (city-block), jarak chebycev, power distance, dan percent disaggreement. Ukuran jarak yang sering digunakan adalah jarak euclidean (Euclidean distance). Persamaan penghitungan jarak euclidean antar dua titik atau dua gerombol adalah : [?( X ik X jk ) 2 ] 1/2 = D ij
9 Nilai D ij merupakan jarak antar titik data/gerombol pada lokasi i dan j. Makin kecil nilai D ij makin besar kemiripan data lokasi i dan j. Asumsi yang harus dipenuhi dalam penggunaan jarak euclidean ini adalah bahwa antar peubah tidak terjadi multicollinearity atau peubah-peubah yang ada saling tegak lurus (ortogonal). Selanjutnya dilakukan analisis diskriminan dengan menggunakan Discriminant Functions, yang merupakan salah satu analisis multivariate untuk menentukan variable mana yang membedakan secara nyata kelompok-kelompok yang telah ada secara alami. Dengan kata lain, analisis ini digunakan untuk menentukan peubah yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompokkelompok yang dibuat. Sehingga peubah tersebut dapat membedakan secara nyata antar kelompok tersebut. Fungsi yang digunakan adalah mirip dengan fungsi regresi dengan variable bebas Grup (g) adalah resultan skor kelompok sedangkan peubah tak bebasnya adalah X yaitu peubah-peubah yang digunakan sebagai penduga. Skor Grup (g) = a g + b 1g X 1 + b 2g X b mg X m Peubah dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan peubah yang mempunyai peranan besar dalam membedakan kelompok-kelompok tersebut. Hasil pengolahan statistik ini akan menghasilkan tipologi wilayah berdasarkan indikator yang telah dirumuskan. Analisis dan Pemetaan Pola Spasial Tipologi Wilayah untuk Kawasan Produksi Beras. Selanjutnya dilakukan analisis dan pemetaan pola spasial indeks komposit penentu kelayakan wilayah untuk kawasan produksi beras. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat pola pernyebaran secara spasial dari indeks komposit yang menjadi penentu kelayakan kawasan yang akan dicadangkan sebagai kawasan produksi beras. Metode yang digunakan untuk analisis ini menggunakan metode analisis deskriptif dan pemetaannya dilakukan dengan menggunakan Software ArcView Ver 3.2 dengan mengunakan peta utama/induk administrasi kabupaten skala 1 : peta
10 Analisis Land Rent Usahatani Padi Sawah Untuk mengetahui pendapat petani secara rata-rata dilakukan pendekatan terhadap rataan penerimaan bersih (Land Rent) per hektar per tahun dari penggunaan lahan untuk padi sawah. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara dengan tiga orang petani untuk masing-masing tipologi wilayah. Selanjutnya data-data tersebut diolah dengan perhitungan land rent-nya menggunakan rumus berikut. (CI x A x Y x H y ) (CI x A x ΣX k. B k ) Land Rent = A dimana : Penerimaan bersih (land rent) : Rp/ha/thn Penerimaan (Rp/thn) : CI x Y x H y Biaya (Rp/thn) : CI x ΣX k. B k CI : Cropping Intensity (kali/thn) A : Luas Lahan (ha) Y : Produksi/ha (ton/ha) H y : Harga/ton (Rp/ton) produksi y y : Komoditi padi X k : Jenis input ke-k B k : Biaya input ke-k
METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.
Lebih terperinciANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY
ANALISIS POTENSI LAHAN SAWAH UNTUK PENCADANGAN KAWASAN PRODUKSI BERAS DI KABUPATEN AGAM - SUMATERA BARAT NOFARIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 YANG SELALU DI HATI Yang mulia:
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
33 IV. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada pertengahan bulan Februari hingga April 2010. Lokasi penelitian adalah areal perkebunan inti dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Septembe 2008 sampai Januari 2009 yang bertempat di Gugus Pulau Kaledupa Kabupaten Wakatobi
Lebih terperinciMETODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah
METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah longsor merupakan suatu studi kasus terhadap berbagai kasus longsor yang terjadi di Kabupaten
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Disparitas pembangunan antar wilayah merupakan fenomena universal yang terjadi di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Hanya saja yang terjadi di
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2009 sampai bulan November 2009. Lokasi penelitian adalah wilayah administrasi Kota Jakarta Timur.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian
23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan sagu yang ada di sekitar Danau Sentani dengan lokasi penelitian mencakup 5 distrik dan 16 kampung di Kabupaten Jayapura.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian ini didasarkan pada kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 2, dimana konsep umum otonomi daerah mengarahkan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciGambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi
BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas
Lebih terperinci5. SIMPULAN DAN SARAN
5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Citra ALOS PALSAR dapat digunakan untuk membangun model pendugaan biomassa di ekosistem transisi yang telah mengalami transformasi dari hutan sekunder menjadi sistem pertanian
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam
13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Potensi Lahan Untuk Pemanfaatan Lahan Padi Penilaian potensi lahan merupakan kegiatan penilaian lahan berdasarkan karakteristik alamiah dari komponen-komponen lahan. Evaluasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian
METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT
HASIL DAN PEMBAHASAN Penyebaran Desa IDT Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor, terdapat 80 desa yang tergolong pada desa tertinggal berdasarkan kriteria indeks desa tertinggal (IDT)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Bodetabek Berdasarkan Karakteristik Fisik dan Sosioekonomi Dari hasil penentuan kesesuaian lahan berdasarkan karakteristik fisik dan
Lebih terperinciGambar 1. Lokasi Penelitian
11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Lahan untuk Padi Sawah
HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Lahan untuk Padi Sawah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, namun terbatasnya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April
Lebih terperinciPERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar
PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA
13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS
IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi Penelitian
20 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini difokuskan pada lahan padi sawah berlokasi di Kabupaten Pasaman Barat (Gambar 2). Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas 3.887,77 km 2 dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur
26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Tabel
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian
III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini sebagian telah menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan antar wilayah yang tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
Lebih terperinciSosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya
Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Sebaran Penggunaan/Penutupan Lahan dan Perubahan Luasannya di Kota Bogor Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11.267 Ha dan memiliki enam kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal
23 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal Hasil interpretasi penggunaan lahan dari citra ALOS AVNIR 2009, Kecamatan Babakan Madang memiliki 9 tipe penggunaan
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PASER STRATEGI DAN PROGRAM PRIORITAS PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN PASER BIDANG INDUSTRI TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 PAPARAN KEPALA BAPPEDA PADA RAPAT
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Aspek kelestarian sumberdaya alam penting dalam pembangunan karena sumberdaya alam merupakan salah satu modal dasar (naturan capital) pembangunan wilayah, disamping
Lebih terperinciIPB International Convention Center, Bogor, September 2011
IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi (Gambar 1) dan analisis data dilakukan di studio Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan objek Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, seperti pada Gambar 2. Analisis spasial maupun analisis data dilakukan di Bagian
Lebih terperinciGambar 1. Lokasi Penelitian
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bekasi dan kegiatan analisis data dilakukan di studio bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITAN ' ' KEC. BINONG KEC. PAMANUKAN KAB. INDRAMAYU KAB. SUMEDANG ' ' Gambar 2.
III. METODE PENELITAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelititan Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni di lokasi pengamatan lapang yaitu di wilayah kerja PT. Sang Hyang Seri yang berlokasi di Kecamatan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember
Lebih terperinciPOLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciBAB II METODE PENELITIAN
BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Batasan Kawasan Joglosemar Joglosemar (Yogyakarta-Solo-Semarang) yang dikembangkan selama ini hanya meliputi dua kota besar di Provinsi Jawa Tengah dan satu kota di Provinsi DIY. Menurut
Lebih terperinciIII. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data
III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada
Lebih terperinciCreated with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:
Lampiran 1. Peta Sebaran Perkebunan Karet di Kecamatan Cikalongkulon Lampiran 2. Peta Potensi Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan Cikalongkulon Lampiran 3. Peta Sebaran Perkebunan Karet Rakyat di Kecamatan
Lebih terperinciDAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Umum Penelitian Pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang bertujuan mencapai pertumbuhan ekonomi (production centered development) ke arah pembangunan yang tidak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa
Lebih terperinci2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan
BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan
Lebih terperinciMK. PERENCANAAN LINGKUNGAN ANALISIS PEUBAH GANDA MULTIVARIATE ANALYSIS
MK. PERENCANAAN LINGKUNGAN ANALISIS PEUBAH GANDA MULTIVARIATE ANALYSIS Oleh: Prof.Dr.Ir.Soemarno,M.S Obyek Pengamatan Variabel X4 Variabel X1 Variabel X2 Variabel X3 Variabel Xn Multi-Variabel Metode analisis
Lebih terperinciTIPOLOGI LAHAN BASAH UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PALAWIJA (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KUBU RAYA)
Perkebunan dan Lahan Tropika ISSN: 2088-6381 J. Tek. Perkebunan & PSDL Vol 1, Desember 2011, hal 17-22 TIPOLOGI LAHAN BASAH UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PALAWIJA (STUDI KASUS DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB III METODOLOGI
BAB III METODOLOGI Metode dilakukan diantaranya untuk pengetahuan pelaksanaan penelitian, dan menyusun penelitian sesuai dengan metode ilmiah yang ada,dalam klasifikasinya metode terbagi menjadi tiga diantaranya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Alih fungsi atau konversi lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Alih fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
15 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki kompleksitas yang sangat tinggi, baik karakteristik, dinamika dan potensi. Pembangunan yang semakin meningkat di wilayah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciIII. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelititan
10 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelititan Kegiatan penelitian ini dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Pengolahan citra digital dan analisis data statistik dilakukan di Bagian Perencanaan
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdesaan (rural) didefenisikan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) ABSTRAK
ANALISIS SPASIAL KONVERSI LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (Studi Kasus Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai Cimanuk ) 1) La Ode S. Iman dan Didit Okta Pribadi 2) Eksplorasi Nusantara Kompleks BBIHP No.25 Cikaret,
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB IV. METODE PENELITIAN
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara
Lebih terperinciPenggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier. The Use of Gaussian PCA Kernel in Solving Non Linier Multivariate Plot
Penggunaan Kernel PCA Gaussian dalam Penyelesaian Plot Multivariat Non Linier Bernhard M. Wongkar 1, John S. Kekenusa 2, Hanny A.H. Komalig 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, bernhard.wongkar2011@gmail.com
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk
35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian tersebar di tiga kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Sukamakmur, 2) Kecamatan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan
Lebih terperinciIII. METEDOLOGI PENELITIAN
III. METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2011, berlokasi di DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah penelitian meliputi
Lebih terperinciPengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus: Desa Suka Maju Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat) Ade Rezkika Nasution*),
Lebih terperinciDaerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian
Lebih terperinciPenggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan
Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan Oleh: Anny Mulyani, Fahmuddin Agus, dan Subagyo Penggunaan Lahan Pertanian Dari total luas lahan Indonesia, tidak terrnasuk Maluku dan Papua (tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 4 Tujuan Penelitian... 9 Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian... 9 Manfaat
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS
Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 323 332. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Ida Yanti Hasibuan, Pengarapen Bangun, Ujian
Lebih terperinciKE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis
LAPORAN AKHIR TA. 2013 STUDI KEBIJA AKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAUU JAWAA (TAHUN KE-2) Oleh: Bambang Irawan Gatoet Sroe Hardono Adreng Purwoto Supadi Valeriana Darwis Nono Sutrisno
Lebih terperinciPERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN
PERAN PEMBANGUNAN MANUSIA/SOSIAL DAN INTERAKSI SPASIAL DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN : KASUS KABUPATEN BOGOR ARMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RIWAYAT HIDUP
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,
Lebih terperinciKawasan Cepat Tumbuh
Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,
Lebih terperinci