Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan :

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BOKS PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

PENDAHULUAN. Latar Belakang

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Adanya Kegiatan Usaha

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya.

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Matrik Program Pengembangan Sentra UMKM

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka

BAB IV ANALISA SISTEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 139/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL


PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Perencanaan dan Perjanjian Kerja

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

PERAN JEJARING AGRIBISNIS DALAM MEMBANGUN KEMITRAAN AGRIBISNIS (STUDI PADA PENGEMBANGAN KLASTER USAHA PETERNAKAN SAPI DI KABUPATEN SUKOHARJO)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Peran Bank Indonesia Dalam Perekonomian BANK INDONESIA KREDIT. SIMPANAN : Giro Deposito Tabungan

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 3 TAHUN

1. Fasilitasi Akses Pembiayaan Komoditas Sapi Potong di Kabupaten Grobogan

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan

BOKS 2 PERTEMUAN TINDAK LANJUT WORKSHOP PROSPEK DUNIA USAHA DAN POTENSI PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN

POKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

PROGRESS PELAKSANAAN PILOT BDC PER 31 DESEMBER 2016

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/PER/M.KUKM/XI/2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

Transkripsi:

LATAR BELAKANG Gubernur BI pada Penutupan Forstra 2007 : Destination Statement BI tahun 2013 : Menjadi lembaga yang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas, sebagai hasil dari penguatan integritas kelembagaan, peningkatan kemitraan strategis dan optimalisasi kinerja melalui kebijakan yang efektif dan efisien Gubernur BI pada acara Banker s Dinner 2008: KBI agar meningkatkan peran fasilitasi/mediasi terkait intermediasi perbankan ke kelompok UMKM dalam upaya mendukung pemberdayaan sektor riil. Merujuk hal tersebut, maka Bank Indonesia berinisiatif untuk memfasilitasi kegiatan yang mendorong pertumbuhan di sektor riil, khususnya UMKM. D K B U - 2

Upaya Percepatan Pertumbuhan Sektor Riil Upaya Bank Indonesia dalam mendukung percepatan pertumbuhan sektor riil melalui pemberdayaan UMKM dilakukan : A. Secara langsung, antara lain melalui pengembangan klaster UMKM dengan pendekatan value chain (hulu-hilir) B. Secara tidak langsung, antara lain melalui kegiatan penelitian, pelatihan dan penyebaran informasi D K B U - 3

Mengapa Pendekatan Klaster? Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat : bersifat terintegrasi, meningkatkan daya tawar, efisiensi biaya, berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah. Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu - hilir serta mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing-masing anggota klaster. [Sumber: Bappenas(2006), Departemen Perindustrian(2005), BBPT(2003), JICA (2004) tentang klaster dan pembangunan industri] D K B U - 4

Pengertian Klaster SCHMITZ, 1997: Klaster didefinisikan sebagai grup perusahaan yang berkumpul pada satu lokasi dan bekerja pada sektor yang sama. MICHAEL PORTER, 2000: Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. Kondisi di Indonesia ditambahkan modal sosial. D K B U - 5

Perkembangan Sentra menjadi Klaster Sumber: Risfan Munir, 2007 D K B U - 6

Kondisi Klaster di Indonesia Klaster di Indonesia umumnya belum berkembang dan dalam kondisi dormant (90%), namun masih potensial untuk dikembangkan. Merujuk pada kondisi klaster yang umum di Indonesia, maka pengertian klaster yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah sebagaimana disampaikan oleh Schmitz (1997) yakni berbentuk sentra D K B U - 7

Tujuan Pengembangan Klaster UMKM 1. Meningkatkan kinerja suatu klaster yang berbasis komoditas unggulan daerah. 2. Memberikan rekomendasi kepada stakeholders terkait mengenai upaya untuk pengembangan klaster komoditas unggulan. D K B U - 8

A L U R P I K I R P E N G E M B A N G A N K L A S T E R I N P U T K l a s t e r s e m i a k t i f K r i t e r i a 1. D i u t a m a k a n k l a s t e r k o m o d i t i u n g g u l a n 2. D i u t a m a k a n p a s a r b e r o r i e n t a s i e k s p o r. 3. A d a U M K M y a n g m e n j a d i l o c a l c h a m p i o n ( m e n j a d i p i o n e r ). 4. D i u t a m a k a n k l a s t e r m e n y e r a p t e n a g a k e r j a 5. K l a s t e r y a n g m e n j a d i p r i o r i t a s / t e l a h m e n d a p a t b i n a a n d a r i P e m d a d a n a t a u d u k u n g a n d a r i l e m b a g a l a i n. P R O S E S B a n t u a n T e k n i s 1. A s p e k P e m a s a r a n 2. A s p e k P r o d u k s i 3. A s p e k M a n a j e m e n 4. A s p e k K e u a n g a n O U T P U T K l a s t e r A k t i f K r i t e r i a 1. A d a p e n i n g k a t a n k u a l i t a s p r o d u k. 2. P e r l u a s a n p a s a r. 3. P e n i n g k a t a n p e n y e r a p a n t e n a g a k e r j a. 4. A d a d u k u n g a n k e b i j a k a n d a r i p e m e r i n t a h / i n s t a n s i t e r k a i t. 5. B a n k t e r t a r i k u n t u k m e m b i a y a i. H U L U F a k t o r-f a k t o r P e n e n t u K l a s : t e r 1. F a k t o r k o n d i s i i n p( uit n p u t c o n d i t i ) o n 2. F a k t o r p e r m i n t a a n d e( m a n d c o n d i t i o n ) 3. F a k t o r i n d u s t r i p e n d u k u n g d a n t e r( kra ei lt a t e d a n d s u p p o r t i n g i n d u s t r i e) s 4. F a k t o r s t r a t e g i p e r u s a h a a n d a n p e s ac io ng t e( x t f o r f i r m a n d s t r a) t e g y 5. F a k t o r M o d a l S o s i a l s o ( c i a l c a p i t) a l H I L I R S e l u r u h S t a k e h o l d e r y a n g t e r k a i t D K B U - 9

Tahapan Kegiatan Pengembangan Klaster D K B U - 1 0

Tahapan Kegiatan Pengembangan Klaster Tahapan kegiatan secara garis besar adalah: Pemilihan klaster Identifikasi permasalahan dan kebutuhan bantuan teknis Melaksanakan pemberian bantuan teknis Evaluasi dan monitoring D K B U - 1 1

Indikator Pencapaian Klaster N o I n d i k a t o r 1. P e n i n g k a t a n V o l u m e P e n j u a l a n ( b e f o r e a n d a f t e r ) 2. P e n i n g k a t a n n i l a i R u p i a h p e n j u a l a n ( b e f o r e a n d a f t e r ) 3 P e n i n g k a t a n p e n y e r a p a n t e n a g a k e r j b a e f ( o r e a n d a f t e r ) a. P e n a m b a h a n j u m l a h j a m k e r j a b. P e n a m b a h a n j u m l a h o r a n g / t e n a g a k e r j a y a n g t e r l i b a t 4. P e n i n g k a t a n j u m l a h k r e d i t / p e m b i a y a abn e f( o r e a n d a f t e r ) a. J u m l a h p r o p o s a l k r e d i t y a n g d i a j u k a n b. J u m l a h U M K M y a n g m e m p e r o l e h k r e d i t c. J u m l a h k r e d i t y a n g d i r e a l i s a s i k a n D K B U - 1 2

LESSON LEARNED Pembelajaran dari Pilot Project Pengembangan Klaster UMKM D K B U - 1 3

Pembelajaran dari Pilot Project Pengembangan Klaster UMKM D K B U - 1 4

Proses Pemilihan Klaster Proses Pemilihan Klaster Klaster merupakan program dari Pemerintah Daerah (ideal) Komoditas Unggulan Daerah (Sumber dari BLS, Pemda, Bappeda dll.) KLaster terpilih dengan jenis usaha atau komoditas unggulan daerah Klaster- Klaster yang ada di daerah D K B U - 1 5

Proses Pemilihan Klaster (lanjutan) No. Dasar Pemilihan Klaster Pilihan 1. Hasil Penelitian, antara lain: a. Baseline Economic Survey BKr b. Pemetaan Potensi Cluster Komoditas Unggulan Pengembangan Ekonomi Lokal Propinsi Banten Bappenas & Bappeda 2. Ketetapan/Peraturan/Keputusan Pemerintah antara lain: a. Peraturan Presiden No.07/2005, pembangunan industri jangka menengah (2005 2009) b. Keputusan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur tentang Prioritas Pembangunan Industri c. Keputusan unggulan sektor pertanian dari Pemerintah Daerah Jawa Barat d. Peraturan Pemerintah mengenai penetapan lokasi Kawasan Sentra Produksi di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Klaster Emping Melinjo Propinsi Banten 1. Klaster Alas Kaki Propinsi Jawa Timur 2. Klaster Paprika Propinsi Jawa Barat 3. Klaster Rumput laut Propinsi NTB D K B U - 1 6

Proses Pemilihan Klaster (lanjutan) No. Dasar Pemilihan Klaster Pilihan 3. Masukan dari Pemerintah antara lain: untuk mengatasi kemiskinan di wilayah perkebunan di Propinsi Sumatera Utara 4. Lembaga/Institusi pengembangan klaster antara lain: a. Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya (FPESD) Jawa Tengah b. Lembaga donor, misalnya GTZ- RED Klaster Opak Propinsi Sumut Klaster Mebel Rotan Propinsi Jawa Tengah D K B U - 1 7

Identifikasi Masalah No. Permasalahan Uraian 1. Aspek Produksi a. Produktivitas rendah (Kapasitas produksi masih terbatas, tenaga kerja tidak efisien, dll) b. Standarisasi produk (kualitas, ukuran, bentuk, dll) c. Keterbatasan pengadaan bahan baku (misal: rotan, bibit unggul, dll) d. Sarana produksi terbatas (misal: ketergantungan proses produksi pada alam, gelombang pasang, dll) e. Tingkat residu insektisida relatif tinggi (pada buah paprika) f. Pengetahuan, keterampilan dan kesadaran pelaku klaster tentang teknis produksi yang baku masih kurang (misalnya: cara mengemping yang benar, penjemuran rumput laut yang baik, pengendaliaan hama yang ramah lingkungan, dll) D K B U - 1 8

Identifikasi Masalah (lanjutan) No. Permasalahan Uraian 2. Aspek Pemasaran a. Kemasan masih sederhana b. Diversifikasi produk untuk memenuhi selera konsumen relatif terbatas c. Strategi pemasaran belum terpadu d. Larangan ekspor untuk produk tertentu karena persyaratan yang tidak dipenuhi (misal: paprika yang tingkat residu insektisidanya melebihi ambang Batas Maksimum Residu/BMR) e. Rantai pemasaran yang relatif panjang, sehingga margin keuntungan yang diperoleh di tingkat pelaku hulu/produsen (petani, pembudidaya) rendah 3. Aspek Manajemen a. Pengelolaan usaha masih sederhana (misal: administrasi belum tercatat) b. Hubungan kemitraan antar pelaku masih lemah D K B U - 1 9

Identifikasi Masalah (lanjutan) No. Permasalahan Uraian 4. Akses Kredit Perbankan a. Keterbatasan modal b. Menjadi Red area bagi perbankan (misal: Industri Mebel Rotan) c. Belum ada pencatatan keuangan d. Informasi mengenai kredit perbankan untuk UMKM masih terbatas e. Informasi UMKM potensial kepada perbankan belum didukung dengan data yang memadai f. Keterbatasan agunan 5. Lain-lain a. Terbatasnya hasil-hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha (misal: penelitian tentang bibit rumput laut yang terbaik di lokasi pembudidaya) b. Terbatasnya implementasi hasil penelitian ke petani (misal: implementasi hasil penelitian penggunaan green house, bibit rumput laut yang lebih baik, dll) D K B U - 2 0

Bantuan Teknis yang Diberikan Ruang Lingkup Bantuan Teknis Pemberian bantuan teknis Bank Indonesia merujuk pada: Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/39/PBI/2005 Tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang meliputi kegiatan: 1. Pelatihan; dan atau 2. Penyediaan informasi termasuk di dalamnya kegiatan penelitian untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Kegiatan yang dilakukan : pelatihan, penelitian, studi banding, magang, workshop, seminar, pendampingan, bazar/pameran dsb. D K B U - 2 1

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan) No. Bantuan Teknis Uraian 1. Pelatihan/ workshop a. Pelatihan teknis produksi b. Pelatihan manajemen c. Pelatihan pengemasan d. Pelatihan pemasaran e. Pelatihan CEFE (Competency based Economic Formation of Enterprises) f. Pelatihan manajemen produktivitas dan kualitas g. Pelatihan manajemen retail h. Pelatihan pembuatan website untuk mengupayakan akses UMKM ke pasar ritel modern i. Pelatihan tentang budaya kerja aspek 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat) untuk meningkatkan efesiensi kerja j. Pelatihan desain k. Pelatihan manajemen keuangan sederhana L. Pelatihan budidaya paprika dengan prinsip Good Agriculture Practices D K B U - 2 2

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan) No. Bantuan Teknis Uraian 2. Penelitian a. Penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat produktivitas pada budidaya paprika. b. Penelitian untuk mengetahui tingkat residu pada budidaya paprika. c. Penelitian mengenai jenis strain rumput laut untuk mengetahui kadar keraginan rumput laut. 3. Studi Banding a. Studi banding ke klaster emping yang lebih maju untuk pengusaha, pengrajin dan pejabat Pemerintah Daerah. b. Studi banding ke Sentra Pengembangan Agrisbisnis Terpadu di Pasuruan, Propinsi Jawa Timur, untuk mempelajari teknis produksi, pemasaran dan pengemasan opak D K B U - 2 3

Bantuan Teknis yang Diberikan (lanjutan) No. Bantuan Teknis Uraian 4. Bazar Intermediasi dan Fasilitasi a. Bazar intermediasi perbankan untuk UMKM di Banten b. Business Gathering pada klaster mebel rotan c. Fasilitasi dengan perbankan setempat untuk klaster opak, paprika dan alas kaki d. Fasilitasi pada jalur pamasaran agar pembudidaya rumput laut dapat langsung menjual hasilnya ke Pengumpul Besar 5. Pameran a. Pameran produk UMKM pada kegiatan Bazar di Banten dan Jakarta untuk klaster emping melinjo b. Pameran Produk Ekspor/PPE 2007 untuk produk mebel pada klaster mebel rotan 6. Pendampingan a. Pendampingan oleh konsultan/tenaga ahli pada masing-masing klaster baik dalam aspek produksi, pemasaran, manajemen, dll b. Pendampingan oleh Konsultan Keuangan pendamping usaha mikro Mitra Bank (KKMB) pada klaster opak D K B U - 2 4

Hasil yang Dicapai No. Hasil Dicapai Uraian 1. Perluasan Pasar dan peningkatan volume penjualan a. Perluasan pasar ekspor (klaster: emping melinjo, mebel rotan) b. Pemasaran bersama melalui pembukaan outlet baru (klaster alas kaki) c. Promosi produk melalui internet dengan pembuatan website (klaster alas kaki) d. Bertambahnya jumlah distributor (klaster opak) e. Perluasan pasar domestik (klaster opak) f. Peningkatan harga jual produk karena kualitas yang lebih baik (klaster opak dan rumput laut) g. Peningkatan volume penjualan (klaster rumput laut) D K B U - 2 5

Hasil yang Dicapai (lanjutan) No. Hasil Dicapai Uraian 2. Peningkatan produktivitas a. Penambahan jam kerja (klaster emping melinjo, klaster opak, klaster rumput laut) b. Penambahan tenaga kerja (klaster opak, klaster rumput laut) c. Peningkatan kapasitas produksi (klaster: emping melinjo, opak, rumput laut) d. Peningkatan kualitas produk, antara lain: melalui penciptaan desain baru maupun variasi penggunaan bahan mebel (klaster mebel rotan), penambahan peralatan produksi (klaster opak), pengenalan bibit jenis baru (klaster rumput laut) atau metode kerja yang menurunkan tingkat residu (klaster paprika) e. Terbukanya wawasan UMKM klaster alas kaki mengenai penting dan perlunya budaya 5R (ringkas, resik, rapi, rajin dan rawat) 3. Peningkatan Pendapatan 4. Penggunaan teknologi Peningkatan pendapatan baik melalui peningkatan volume produksi (klaster emping melinjo) maupun dari kenaikan harga jual (klaster opak dan rumput laut) a. Modifikasi peralatan/mesin yang lama (klaster opak) b. Penggunaan bibit unggul (klaster rumput laut) c. Perbaikan metode pasca panen (klaster rumput laut) d. Perubahan tipe greenhouse (klaster paprika) D K B U - 2 6

Hasil yang Dicapai (lanjutan) No. Hasil Dicapai Uraian 5. Akses kredit perbankan a. Peningkatan akses kredit kepada perbankan, melalui pencairan kredit dan persetujuan kredit, baik kepada pengusaha menengah maupun ke kelompok pengrajin/koperasi (klaster emping melinjo, klaster mebel rotan, klaster opak) b. Peningkatan pengajuan proposal kredit perbankan (klaster rumput laut) c. Kesediaan pengusaha besar/ekportir memberi avalis kepada mitra UMKM (klaster mebel rotan) e. Perbaikan pembukuan keuangan dari tidak tertulis menjadi tertulis (klaster alas kaki) D K B U - 2 7

Hasil yang Dicapai (lanjutan) No. Hasil Dicapai Uraian 6. Business linkage hulu - hilir a. Terbangunnya hubungan hulu-hilir pada level pengrajin pengusaha mikro kecil pengusaha menengah (klaster emping melinjo, opak dan rumput laut) b. Partisipasi aktif UMKM yang diindikasikan dengan terbangunnya kembali kemitraan (klaster mebel rotan). c. Peningkatan peran stakeholder terkait dalam klaster, antara lain: i. Dukungan kebijakan Pemerintah dan instansi terkait; ii. Fasilitas penggunaan akses telepon gratis abunemen dan keringanan biaya pengiriman barang (klaster alas kaki); iii. Dukungan dan bantuan dari Indonesian Footwear Service Center (IFSC) untuk membantu promosi produk sepatu. e. Pembelian bersama bahan baku sehingga memperoleh harga lebih murah (klaster opak), D K B U - 2 8

Tantangan Pengembangan Klaster 1. Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan 2. Identifikasi permasalahan dalam upaya pengembangan klaster 3. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk pengembangan klaster 4. Mendapatkan komitmen untuk business linkage (pelaku usaha hulu hilir) 5. Mendapatkan komitmen stakeholders untuk kelanjutan pengembangan klaster D K B U - 2 9

KUNCI SUKSES PENGEMBANGAN KLASTER Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil Kecukupan infrastruktur fisik Keberadaan perusahaan besar Budaya kewirausahaan yang tinggi Akses sumber pendanaan ( S u m b e r : P r a c t i c a l G u i d e t o C l u s t e r D e v e l o p m e n t, D e p a r t e m e n o f T r a d e a n d I n d u s t r y, U K, 2 0 0 4 ) D K B U - 3 0 30

Kesimpulan 1. Dilihat dari hasil yang dicapai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, pelaksanaan pilot project klaster pengembangan UMKM ini secara umum dapat dikatakan mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu peningkatan kinerja klaster. 2. Peranan Bank Indonesia melalui pemberian bantuan teknis yang meliputi fasilitasi pelatihan, penelitian, studi banding, pameran, pendampingan dan intermediasi perbankan secara nyata berdampak signifikan bagi peningkatan kinerja klaster UMKM. 3. Keberhasilan pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster ditentukan oleh keterlibatan aktif seluruh stakeholders yang terkait. D K B U - 3 1

Kesimpulan (lanjutan) 4. Pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster mempunyai manfaat lebih besar karena dapat lebih fokus baik dalam memobilisasi sumber daya dan dalam koordinasi lintas sektoral dinas/ instansi terkait serta lembaga pendukung seperti lembaga donor, lembaga peneliti dsb. 5. Pelaksanaan Pilot Project menghasilkan suatu model pengembangan klaster UMKM yang kiranya dapat dimanfaatkan dan ditindaklanjuti oleh stakeholders untuk pengembangan klaster tersebut selanjutnya atau diaplikasikan pada klaster komoditas unggulan lainnya. D K B U - 3 2

Rekomendasi 1. Pengembangan klaster harus dilakukan secara terintegrasi dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan keterlibatan stakeholders. 2. Klaster yang akan dikembangkan hendaknya yang memiliki keterkaitan dari hulu ke hilir yang berperan terhadap pengembangan ekonomi wilayah dan atau pengentasan kemiskinan. 3. Kegiatan pengembangan klaster harus dimonitor dan dievaluasi secara berkala untuk mengetahui kemajuan, hambatan dan peluang yang ada. 4. Pemberian bantuan teknis untuk pengembangan klaster tidak bisa berdiri sendiri, perlu adanya kerjasama dengan stakeholders lainnya. D K B U - 3 3

Rekomendasi (lanjutan) 5. Dalam rangka peningkatan akses permodalan Bank Indonesia dapat menginisiasi dengan melakukan fasilitasi kepada perbankan yang diyakini memiliki perhatian pembiayaan pada UMKM. 6. Keberhasilan fasilitasi akses kredit perbankan ditentukan pada tingkat pemahaman kedua belah pihak yaitu antara demand side (calon nasabah/pelaku usaha) dan supply side (perbankan). 7. Untuk keberlanjutan klaster disarankan membentuk forum komunikasi klaster antara pelaku usaha dan stakeholders terkait lainnya (dinas, balai penelitian, lembaga donor dll). D K B U - 3 4

D K B U - 3 5