KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

dokumen-dokumen yang mirip
UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim

INTENSITAS CEMARAN JAMUR PADA BIJI JAGUNG PAKAN TERNAK SELAMA PERIODE PENYIMPANAN

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus

Patogen Utama Tanaman Jagung setelah Padi Rendengan di Lahan Sawah Tadah Hujan. Syahrir Pakki dan Amran Muis

DINAMIKA PATOGEN TERBAWA BENIH Aspergillus flavus PADA BEBERAPA VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DAN HIBRIDA

Latar Belakang. Outline Presentasi. Isolasi Jamur Potensial Penghasil Mikotoksin Pada Produk Fermentasi Biji Kakao Kering asal Indonesia

KEBERADAAN JAMUR KONTAMINAN PENYEBAB MIKOTOKSIKOSIS PADA SELAI KACANG YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG TAHUN 2013

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao?

BAB I PENDAHULUAN. diliputi oleh perairan. Dengan luas dan panjangnya garis pantai Indonesia, komoditi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sekitar 2/3 wilayah dari total wilayah Indonesia. Dengan luasnya

I. PENDAHULUAN. beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sejumlah produk olahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengembangan jagung, terutama di beberapa

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, dan HASIL PENGELOLAANNYA

TINGKAT CEMARAN DAN JENIS MIKOBIOTA PADA JAGUNG DARI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN. Yuliana Tandi Rubak * ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

CEMARAN ASPERGILLUS FLAVUS PENGHASIL AFLATOKSIN B 1 PADA JAGUNG MANIS(ZEA MAYS SACCHARATA) SELAMA PENYIMPANAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakan merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses produksi

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN

SITUASI CEMARAN MIKOTOKSIN PADA PAKAN DI INDONESIA DAN PERUNDANG UNDANGANNYA

PENCEMARAN BAHAN MAKANAN DAN MAKANAN HASIL OLAHAN OLEH BERBAGAI SPESIES KAPANG KONTAMINAN SERTA DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,

Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DISTRIBUSI JAMUR ASPERGILLUS FLAVUS PADA PETIS UDANG YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman jagung termasuk keluarga (famili) gramineae, seperti

TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN PEMIPILAN UNTUK PERBAIKAN MUTU BIJI JAGUNG (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

AMANKAH PANGAN ANDA???

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman yang dibudidayakan kerap mengalami gangguan atau pengrusakan

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. organisme dapat hidup didalamnya, sehingga Indonesia memiliki

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH MACAM MEDIA DAN JENIS ISOLAT Beauveria bassiana TERHADAP PRODUKSI SPORA KERING KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI)

BAB VIII MIKOTOKSIN. Universitas Gajah Mada

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Secara agronomis benih didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman yang termasuk dalam famili Rubiaceae

SAFETY FOOD (Keamanan Pangan) A. Prinsip Safety Food

PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

EVALUASI MUTU BENIH JAGUNG DALAM GUDANG PENYIMPANAN BENIH UPBS. Rahmawati dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

KAJIAN PENGENDALIAN AFLATOKSIN PADA JAGUNG. J. Tandiabang Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

KAJIAN PRODUKSI AFLATOKSIN B1 KASAR DARI ISOLAT KAPANG Aspergillus flavus LOKAL PADA MEDIA JAGUNG DAN JAGUNG+KACANG TANAH

IbM PENGOLAHAN JAGUNG IBU-IBU PKK DESA TAMBAKMERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang

PERNYATAAN SKRIPSI...

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

JUMLAH BAKTERI DAN JAMUR DALAM RUANGAN DI JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

Transkripsi:

Sri Wahyuni Budiarti et al.: Komtaminasi Fungi. KONTAMINASI FUNGI PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA Sri Wahyuni Budiarti 1), Heni Purwaningsih 1), dan Suwarti 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2) Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Kontaminasi fungi terhadap biji-bijian selama penyimpanan adalah salah satu penyebab kerusakan pangan. merupakan fungi yang mampu memproduksi mikotoksin. Mikotoksin merupakan senyawa metabolik yang bersifat toksik yang mengakibatkan kanker pada hewan dan manusia. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi fungi pada varietas jagung Bisma selama penyimpanan dengan kadar air yang berbeda. Pengamatan jenis dan populasi fungi dilakukan pada penyimpanan 6 bulan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jenis fungi terbawa benih jagung pada penyimpanan 6 bulan tercatat ada 2 spesies yaitu dan. Kontaminasi fungi dan paling rendah yaitu pada perlakuan wadah simpan jerigen dengan kadar air 11% dan perlakuan wadah simpan kantong plastik dengan kadar air 12%. Kata kunci: kontaminasi,, jagung, penyimpanan, aflatoksin PENDAHULUAN Salah satu penyebab kerusakan bahan pangan, khususnya biji-bijian adalah kontaminasi jamur selama penyimpanan (Handajani dan Purwoko 2008). Fungi Aspergillus pada biji-bijian yang disimpan dapat mengakibatkan penurunan daya kecambah bahan, perubahan warna bahan, kenaikan suhu dan kelembapan di dalam bahan, perubahan susunan kimia di dalam bahan dan produksi dan akumulasi mikotoksin didalam bahan (Sutjiati dan Saenong 2002). merupakan jamur yang mampu memproduksi aflatoksin. Fungi ini mampu menghasilkan mikotoksin yang merupakan senyawa metabolik bersifat toksik yang mengakibatkan kanker pada hewan dan manusia (Menhan 1987). Mikotoksin yang umum mencemari biji-bijian adalah aflatoksin dan fumonisin. Selain itu, okratoksin dan patulin merupakan mikotoksin yang juga dapat mencemari bijibijian. Sebanyak 72,2% biji jagung di Thailand terkontaminasi baik oleh fumonisin maupun aflatoksin (Yoshizawa et al. 1996). Handajani et al. (2003) berhasil mengidentifikasi dan menyeleksi jamur penghasil afatoksin yang tumbuh pada beberapa merk petis udang komersial antara lain A. flavus, A. niger, A. wentii, A. melleus, dan Penicillium citrinum. Aflatoksin dapat mengkontaminasi biji-bijian, buah, daging, keju, produk olahan makanan hasil 482

Seminar Nasional Serealia, 2013 fermentasi seperti kecap dan oncom serta rempah-rempah (Makfoeld 1990). A. flavus biasanya mengkontaminasi biji jagung dan kacang tanah. Selain menghasilkan aflatoksin, A. flavus juga mampu menginfeksi manusia dan hewan, sehingga menghasilkan penyakit yang disebut aspergillosis. Aspergillus terreus dan A. niger merupakan jamur yang mampu memproduksi mikotoksin. A. terreus menghasilkan beberapa mikotoksin, yaitu aflatoksin, patulin, dan sitrinin. A. niger memproduksi okratoksin. A. terreus dan A. niger merupakan jamur yang dapat menimbulkan aspergillosis (Handajani dan Purwoko 2008). Aflatoksin dalam kadar tinggi (di atas 20 ppb) jika masuk kedalam tubuh manusia atau hewan bisa mengakibatkan kematian. Sementara kontaminasi aflatoksin dalam kadar rendah (di bawah 20 ppb) dalam jangka panjang bisa menyebabkan kanker hati atau kanker ginjal (Anonim 2002). Berdasarkan beberapa resiko akibat adanya kontaminasi aflatoksin oleh fungi Aspergillus maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang mampu mendukung ketahanan biji jagung terhadap pencemaran Aspergillus. Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui kontaminasi cendawan pada varietas jagung Bisma selama penyimpanan dengan kadar air yang berbeda. BAHAN DAN METODE Kajian dilakukan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Yogyakarta dari bulan Agustus 2011 - Februari 2012 terhadap jagung varietas Bisma. Rancangan kajian dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2x3, dengan 3 ulangan. Perlakuan yang dikaji adalah : 1. Wadah penyimpanan kantong plastik dengan kadar air 9% 2. Wadah penyimpanan kantong plastik dengan kadar air 11% 3. Wadah penyimpanan kantong plastik dengan kadar air 12% 4. Wadah penyimpanan jerigen plastik dengan kadar air 9% 5. Wadah penyimpanan jerigen plastik dengan kadar air 11% 6. Wadah penyimpanan jerigen plastik dengan kadar air 12% Parameter yang diamati adalah jenis-jenis dan populasi jamur-jamur terbawa benih jagung setelah waktu penyimpanan 6 bulan. Identifikasi jamur terbawa benih pada biji jagung dilakukan dengan menumbuhkan biji pada medium PDA (Potato Dextrose Agar), dan kemudian diinkubasi selama 4-7 hari pada suhu kamar dengan ulangan tiga kali. Selanjutnya, miselia jamur yang tumbuh pada medium PDA di ambil dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40X. 483

Sri Wahyuni Budiarti et al.: Komtaminasi Fungi. rumus : Pengamatan kontaminasi cendawan Aspergillus dihitung dengan menggunakan P = A x 100% B Dimana : P = Persentase biji yang ditumbuhi jamur A = Jumlah biji yang ditumbuhi jamur B = Jumlah biji yang diamati (sampel) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dari 6 perlakuan pada medium PDA memperlihatkan ada 2 warna koloni fungi yaitu hitam dan hijau muda. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa warna koloni fungi warna hitam teridentifikasi sebagai fungi (Gambar 1), sedangkan warna koloni fungi hijau muda teridentifikasi sebagai fungi (Gambar 2). Gambar 1. Gambar 2. Menurut Handajani dan Purwoko (2008) menyebutkan bahwa salah satu penyebab kerusakan bahan pangan, khususnya biji-bijian adalah aflatoksin dan fumonisin. Aspergillus flavus, A. niger, dan A. terreus merupakan jamur yang dapat menimbulkan aspergillosis. Fungi-fungi tersebut dominan ditemukan pada jagung dalam penyimpanan (Muis et al. 2002). Infeksi awal terjadi pada fase silking di lapang, kemudian terbawa oleh benih ke tempat-tempat penyimpanan (Schutless et al. 2002). Patogen-patogen tersebut kemudian berkembang dan memproduksi mikotoksin, sehingga bahan pakan menjadi rusak dan bermutu rendah. Di daerah beriklim tropis, suhu, curah hujan, dan kelembaban yang tingi serta media penyimpanan tidak memadai, sangat mendukung perkembangan patogen-patogen tersebut. Jenis-jenis fungsi dan kontaminasi fungi Aspergillus sp selama penyimpanan seperti pada Tabel 1. 484

Seminar Nasional Serealia, 2013 Tabel 1. Jenis-jenis fungi dan persentase kontaminasi fungi Aspergillus jagung setelah penyimpanan enam bulan sp. pada Perlakuan kantong plastik 9% jerigen plastik 9% kantong plastik 11% jerigen 11% kantong plastik 12% jerigen plastik 12% Warna koloni fungi Nama fungi Biji terkontaminasi fungi (%) 30 40 16,67 36,67 23,34 10 13,33 20 16,67 3,33 26,67 16,67 Tabel 1 memperlihatkan bahwa setelah enam bulan penyimpanan biji jagung pada enam perlakuan sudah terkontaminasi oleh fungi dan dengan persentase kontaminasi yang berbeda. Pada pengamatan enam bulan tingkat kontaminasi jagung oleh pada tiga perlakuan kadar air dengan wadah penyimpanan kantong plastik berkisar 3,33-40% dan wadah simpan jerigen plastik berkisar 16,67 36,67%, sedangkan kontaminasi jagung oleh dengan wadah penyimpanan kantong plastik berkisar 16,67 30% dan wadah simpan jerigen plastik berkisar 13,33 26,67%. Penelitian yang dilakukan Eriska et al. (2010) menemukan beberapa jenis cendawan yang mengkontaminasi biji jagung adalah Aspergillus spp., Fusarium spp., dan Penicillium spp. Menurut Handajani dan Purwoko (2008), jamur dapat menyerang hewan dan manusia melalui dua cara, yaitu melalui produksi mikotoksin dan infeksi jamur. Pada umumnya Aspergillus mampu memproduksi mikotoksin. Bahkan A. niger yang bernilai ekonomis juga mampu memproduksi mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya. Hasil penelitian Sutjianti dan Saenong (2002) memperlihatkan bahwa pada 16 varietas/galur jagung dengan umur 2 bulan penyimpanan sudah terinfeksi fungi (tingkat infeksi 1,11 12,22%). Tingkat kontaminasi fungi ternyata semakin meningkat pula setelah pengamatan selama 6 bulan dengan kisaran 1,11 26,67%. Setelah enam bulan penyimpanan kontaminasi tertinggi fungi pada perlakuan wadah simpan kantong plastik dengan kadar air 9% dan kontaminasi pada perlakuan wadah simpan jerigen dengan kadar air 9%. Sedangkan, kontaminasi terendah fungi pada perlakuan wadah 485

Sri Wahyuni Budiarti et al.: Komtaminasi Fungi. simpan kantong plastik dengan kadar air 12% dan kontaminasi pada perlakuan wadah simpan jerigen dengan kadar air 11%. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa persentase kontaminasi fungi tertinggi ditemukan pada penyimpanan dengan kadar air paling rendah yaitu 9%. Penelitian yang dilakukan oleh Aprianie (2009), diketahui juga bahwa kontaminasi fungi Aspergillus flavus pada tongkol jagung vaietas Bisma kadar air 11% yang disimpan selama 30 hari lebih tinggi populasinya dibandungkan pada kadar air 15% dan 19%. Hal ini bisa terjadi karena sedikit sekali mikroba yang mampu tumbuh pada penyimpanan dengan kadar air rendah (dibawah 13%), sehingga tidak terdapat kompetitor fungi yang lain maka A. flavus mampu tumbuh dan berkembang biak dengan memanfaatkan nutrisi pada bahan secara optimal. Sementara pada kadar air 11 dan 12% populasi Aspergillus mengalami lebih rendah pada penyimpanan 6 bulan dikarenakan semua jenis mikrobia mampu tumbuh lebih baik sehingga memungkinkan memungkinkan terjadi pencemaran oleh mikroba lain yang dapat menimbulkan kompetisi antar mikroba pencemar. Kompetisi ini menyebabkan mikroba yang tidak mampu berkompetisi mengalami kekalahan dan populasinya menurun seiring dengan berkurangnya nutrisi yang terdapat pada substrat (biji jagung) KESIMPULAN 1. Jenis-jenis spesies fungi terbawa benih jagung pada penyimpanan 6 bulan tercatat ada 2 spesies yaitu dan. 2. Kontaminasi fungi dan paling rendah yaitu pada perlakuan wadah simpan jerigen dengan kadar air 11% dan perlakuan wadah simpan kantong plastik dengan kadar air 12%. 3. Keberadaan jamur, perlu diwaspadai terhadap kemampuan menghasilkan toksin selama penyimpanan yang membahayakan kesehatan untuk keperluan konsumsi. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Aflatoxin contamination. United Stated Department of Agricultura- Agriculturai Research Service. USA. Aprianie, V. 2009. Pengaruh kadar air dan metode penyimpanan tongkol jagung terhadap perttumbuhan Aspergillus flavus dan pembentukan aflatoksin. Skripsi. Handajani N.S., R. Setyaningsih, dan T. Widiyani. 2003. Deteksi Aflatoksin B1 pada Petis Udang Komersial. [Artikel Penelitian Dosen Muda]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 486

Seminar Nasional Serealia, 2013 Handajani, N.S. dan T. Purwoko. 2008. Aktivitas ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga) terhadap pertumbuhan jamur Aspergillus spp. penghasil aflatoksin dan Fusarium moniliforme. BIODIVERSITAS. 9(5): 161-164. Makfoeld, D. 1990. Mikotoksin Pangan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Muis, A., S. Pakki, dan A.H. Talanca. 2002. Inventarisasi dan identifikasi cendawan yang menyerang biji jagung di Sulawesi Selatan. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit, Balitsereal, Maros. p. 21-30. Menhan, VK. 1987. The aflatoxin contamination problem in groundnut control with emphasis on host plant resistance. The Regional plant protection group meeting horate Zimbabwe. February. Pp. 12-15. Schutless, F., K.F. Cardwell, and S. Gounou. 2002. The effect of endhophytic Fusarium verticilliodes on investasion of two maize variety by lepidoptera stemborer and coleoptera grain feeders. The American Phytophatologycal Society. Sutjiati, M. dan M.S. Saenong. 2002. Infeksi cendawan pada beberapa varietas/galur jagung hibrida umur dalam. Proseding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI dan HPTI XV Sul-Sel. Maros, 29 Oktober 2002. Yoshizawa, T., A. Yamashita, and N. Chokethaworn. 1996. Occurrence of fumonisins and aflatoxins in corn from Thailand. Food Additive and Contamination 13:163-168. 487