BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) Sheedy (2006), klasifikasi ilmiah ikan Tenggiri yaitu :

Lampiran 1 Log book penangkapan ikan dengan alat tangkap rawai tuna dan pancing ulur.

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN PELAGIS KECIL DIKAPAL

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

BAB IX SANITASI PABRIK

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN (LUHT4443)

IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

BABI PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh Samudera

MENERAPKAN TEKNIK PENGOLAHAN SUHU TINGGI KD 1 PRINSIP-PRINSIP PENGAWETAN DENGAN PENGOLAHAN

MODUL MELAKUKAN PENANGANAN IKAN TUNA DI KAPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

DASAR-DASAR PENGOLAHAN IKAN Lanjutan

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

IKAN ASAP 1. PENDAHULUAN

2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam perairan baik perairan darat maupun perairan laut dengan

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN KALOR DAN PEMILIHAN KOMPRESOR DALAM PERANCANGAN AIR BLAST FREEZER UNTUK MEMBEKUKAN ADONAN ROTI DENGAN KAPASITAS 250 KG/JAM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

BAB I PENDAHULUAN. bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pangsa Ekspor Udang Indonesia Menurut Pasar Tujuan Utama Negara Tujuan ekspor Persentase Jumlah (kg) Nilai (US$)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

Souvia Rahimah Pengemasan Ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

1. Pengertian Perubahan Materi

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL 4 PRESTO IKAN. Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat presto ikan yang bercita rasa enak.

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan

HANDOUT Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami dan memiliki pengetahuan tentang penyimpanan bahan pada katering pelayanan lembaga

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BABI. Udang merupakan salah satu produk ekspor non migas yang cukup penting bagi

Sosis ikan SNI 7755:2013

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

BAB 7 PERUBAHAN SIFAT BENDA. Kamu dapat menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap.

4. Menurut anda jenis es batu apa yang baik digunakan?

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Sanitasi Penyedia Makanan

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

Pengolahan dan Pengawetan Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

3. Pagar rumah dalam kurun waktu tertentu lama-lama akan berkarat. Hal tersebut menunjukkan sifat materi secara...

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam penanganan pasca panen (pembekuan) untuk hasil perikanan, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar Podungge.PT. Cipta Frima Jaya terletak di Desa Huangbotu, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo. Gambar 1. Gedung PT. Cipta Frima Jaya Gorontalo Pada tanggal 09 maret 2002 PT. Cipta Frima Jaya didirikan dan proses penanganan pasca panen hasil perikanan di Cipta Frima Jaya mulai beroperasi pada tahun 2003 serta memiliki 9 unit armada penangkapan ikan yang beroperasi dari perairan Gorontalo sampai perairan laut Sulawesi

Tengah, dengan tujuan utama yaitu untuk mendukung dan meningkatkan pertumbuhan industri perikanan lokal indonesia utamanya Provinsi Gorontalo. Karyawan yang ada di PT. Cipta Frima Jaya berjumlah 23 orang yang terdiri dari 2 orang bagian keamanan, karyawan dalam pabrik 12 orang, teknik mesin 2 orang, dan sopir 7 orang. 4.2 Bahan baku Faktor utama dalam proses penanganan pasca panen hasil perikanan di PT. Cipta Frima Jaya adalah menggunakan bahan baku ikan. Bahan baku ikan segar yang didapatkan merupakan hasil dari penangkapan kapal kapal yang tidak lain milik dari PT Cipta Frima Jaya dalam Pemilihan bahan baku, ikan yang segar dapat mengurangi waktu pembusukan. Ikan ikan segar meskipun ada bakteri pembusuk tetapi tidak cukup kuat untuk menghancurkan daging ikan. Ketika pengaruh panas mulai ada maka jumlahnya bakteri bertambah, sehingga daging mulai lunak dan proses pembusukan mulai terjadi disebabkan proses perubahan karena aktifitas enzim ( autolisis). Ketikan ikan mati ternyata enzim enzim ini masih mempunyai kemampuan untuk bekerja secara efektif, sistem kerja enzim tidak terkontrol ketika ikan mati serta merusak organ tubuh lainnya, seperti dinding usus, otot daging serta mengurai senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Peristiwa inilah yang disebut autolisis. Biasanya proses autolisis akan selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah bakteri, sebab penguraian

enzim selama proses autolisis merupakan media yang sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lainnya. Untuk menghindari proses autolisis sebaiknya dipanaskan pada suhu 60 80 0 C dalam waktu relatif singkat sekitar 5 menit. Pemanasan ini dikenal dengan istilah blancing. Tujuan dari pemanasan ini untuk menonaktifkan enzim penyebab autolisis. Cara lain dengan menurunkan suhu hingga 0 0 C atau lebih rendah lagi. Penggunaan suhu rendah lebih menguntungkan karena dengan cara ini kondisi ikan masih tetap segar (Kanisius, 1989). PT. Cipta Frima Jaya telah menerapkan dengan proses penurunan suhu. Oleh karena itu butuh cara yang tepat dalam hal menangani bahan baku. Bahan baku diterima pada perusahaan adalah ikan yang ditangani segar, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, ikan yang mengalami kontaminasi langsung dipisahkan dengan ikan segar. 4.3 Proses pasca panen Kesegaran ikan merupakan bagian penting dari pengolahan pasca panen hasil perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Berdasarkan hasil pengamatan yang didapat di PT. Cipta Frima Jaya yaitu untuk mempertahankan mutu dan kesegaran dari bahan baku ikan tersebut dilakukan melalui beberapa proses penanganan pasca panen yaitu: mulai dari penyortiran, penimbangan pencucian, penyusunan di pan, penyusunan di rak, pembekuan, pengepakan, penyimpanan diruang cool storage.

4.3.1 Penyortiran Dari hasil pengamatan ciri ciri ikan yang masuk ke pabrik dan disortir yaitu: kulit terang, mata cemerlang, insang berwarna merah, tekstur daging kenyal, bau masih khas ikan segar. Ikan yang masuk lewat jendela penerimaan diletakkan dimeja dan langsung disortir kemudian dimasukkan kedalam keranjang plastik yang mempunyai rongga dan sudah teratur rapi dimeja sortir. Ikan yang sudah mengalami kemunduran mutu dan tingkat kesegarannya rusak langsung dipisahkan dengan ikan yang masih segar. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi dengan ikan yang masih segar. penyortiran dilakukan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegaran. 4.3.2 Penimbangan Penimbangan dilakukan dengan menggunakan keranjang plastik yang mempunyai rongga rongga udara dengan berat timbangan 10 kg agar dapat mempermudah dalam pencucian. 4.3.3 Pencucian Dalam proses pencucian, ikan dicuci didalam bak yang berisi air garam yang mengalir dengan tujuan agar pada saat penyusunan ikan dalam pan tidak terbawa benda asing dan kotoran serta ikan masih mempunyai bau khas ikan segar.

4.3.4 Penyusunan di pan Setelah proses pencucian selesai maka ikan tersebut dimasukkan kedalam pan aluminium untuk disusun secara rapi, kapasitas dari pan tersebut dapat menampung ikan 10 kg. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh (Hadiwiyoto, 1993) bahwa setiap pan pada umumnya memuat 10 15 kg ikan. PT. Cipta Frima Jaya telah menerapkan prosedur tersebut. Dalam penyusunan ikan kita harus memperhatikan posisi ikan yang akan disusun karena proses penyusunan yang baik akan mempengaruhi hasil dari ikan tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara yakni bagian bawah perut ikan dihadapkan keatas, dan bagian atasnya dihadapkan kebawah dengan bertujuan agar ikan tidak rusak. Ikan yang sudah tersusun rapi dalam pan aluminium diberi label dan nama ikan tersebut. Pemberian label dan nama ikan bertujuan agar mempermudah proses pengepakan dan tidak mengalami kesulitan dalam penjualan. 4.3.5 Penyusunan di rak Setelah ikan tersusun rapi didalam pan aluminiun kemudian dimasukkan kedalam rak, tujuannya agar mempermudah pemindahan dari tempat penyusunan ikan keruang freezer untuk mendapatkan proses pembekuan.

4.3.6 Pembekuan Tujuan pembekuan ikan adalah menerapkan metode unggul guna mempertahankan sifat sifat mutu pada ikan dengan teknik penarikan panas secara efefktif dari ikan agar suhu ikan turun sampai pada suatu tingkat suhu rendah yang stabil, dalam arti ikan itu hanya mengalami proses perubahan yang minimum selama proses penbekuan, penyimpanan beku dan distribusi, sehingga dapat dinikmati oleh konsumen akan nilai dan faktor mutunya dalam keadaan segar atau keadaan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan (Nuryadin,2001). Hal ini telah diterapkan oleh PT. Cipta Frima Jaya, pembekuan ikan dilakukan dengan cara memasukkan ikan kedalam ruang frezeer dan memerlukan Waktu secara sempurna yaitu 12 jam dengan suhu -40 0 C. Pembekuan dengan menggunakan sistem ABF (air blast frezeer). Air blast frezeer yang kita ketahui bersama adalah alat pembeku ikan dengan memanfaatkan aliran udara dingin sebagai refrigerant. Maksud dari pembekuan tersebut yakni agar ikan tetap awet dan bertahan lama serta ikan tersebut masih terjaga mutu dan kualitasnya. 4.3.7 Pengepakan ikan Sebelum pengepakan, ikan masih mendapatkan perlakuan sedikit yakni dimana ikan disiram dengan air tawar tetapi penyiramannya dilakukan jangan sampai ikan yang sudah beku menjadi cair hingga kristal kristal yang terdapat diatas tubuh ikan keluar. Hal ini dilakukan agar menjaga ikan tetap beku dan tidak pisah dari satu sama lain. Setelah ikan dikeluarkan dari dalam

pan, ikan tersebut dimasukkan kedalam plastik jenis polyethylene kemudian dimasukkan ke dalam Master Carton untuk menjalani proses pengepakan. Bahan yang digunakan dalam proses pengepakan adalah bahan yang mengandung zat lilin. Tujuan dalam penggunaan bahan yang mengandung zat lilin adalah suhu yang dingin serta air yang terkandung pada ikan tidak meresap pada bahan tersebut dan tidak menganggu pada tahapan selanjutnya. Pengepakan ikan menggunakan mesin secara otomatis dan dibantu oleh para karyawan. 4.3.8 Penyimpanan di cool storage Penyimpanan produk bahan baku diruangan Cold Storage dengan suhu rendah diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan udara dingin dapat merata keseluruh permukaan produk. Ketika ikan sudah berada cool storage dicatat kembali berapa banyak ikan yang sudah diperpak dan sebagai arsip. Dari banyaknya ikan yang disimpan dalam ruang cool storage maka ikan tersebut siap dipasarkan. Ruang cool storage bermanfaat sebagai tempat penyimpanan ikan yang sudah beku dan sudah mengalami proses pengepakan. Bagian lantai ruang cool storage dilapisi dengan papan papan, hal ini bertujuan agar ikan yang sudah mengalami proses pengepakan tidak kontak langsung dengan lantai. Suhu yang digunakan pada ruang cool storage yaitu suhu dingin -30 0 C, menurut (Hadiwiyoto 1993) bahwa suhu penyimpanan ikan beku dengan suhu pembekuan harus sama, jika suhu ruang penyimpanan lebih tinggi dari pada

suhu pada saat pembekuan maka akan terjadi pelelehan pada ikan yang sudah beku. Akan tetapi sesuai hasil pengamatan dilapangan mengatakan lain bahwa ikan yang sudah beku dengan ikan yang sudah disimpan tidak merubah kondisi ikan tersebut. Pada umumnya waktu yang diperlukan mulai dari penerimaan bahan baku, penyortiran, penimbangan, pencucian, penyusunan di pan masing masing ± 5 menit, penyusunan di rak waktu yang diperlukan ± 10 menit hingga rak tersebut penuh, pembekuan 12 jam, pengepakan ± 5 menit, penyimpanan diruang coll storage itu berhari hari hingga berbulan bulan.