PENENTUAN KANDUNGAN PIGMEN FIKOBILIPROTEIN EKSTRAK Spirulina platensis DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI BERBEDA DAN UJI TOKSISITAS METODE BSLT



dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS EKSTRAK PIGMEN KASAR MIKROALGA Spirulina platensis DENGAN METODE UJI BSLT (BRINE SHRIMP LETHALITY TEST)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL UMBI TALAS (Colocasia esculenta L. Schoot ) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST TERHADAP Artemia Salina Leach

Uji Toksisitas Ekstrak Batang Pinang Yaki (Areca vestiaria) pada Artemia salina Leach.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

1. Pendahuluan. Mandasari, 5 Eva Nurlaela, 6 Mugia Kurniawan

Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman Online di:

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Uji Toksisitas Ekstrak Eucheuma Alvarezii terhadap Artemia Salina sebagai Studi Pendahuluan Potensi Antikanker*

Uji Toksisitas Ekstrak Biji Dan Klika Kelor (Moringa oleifera Lamk.) Dengan Metode Brine Shrimps Lethality Test

STUDI KESTABILAN PEWARNA BUBUK ALAMI FIKOSIANIN DARI Spirulina sp. TERHADAP CAHAYA LAMPU

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masih tingginya angka kematian akibat kanker. Lebih detail, jenis kanker serviks

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah

Sri Mulyani M. Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK

UJI BIOAKTIFITAS EKSTRAK LIPID DALAM Zymomonas mobilis DENGAN METODE BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

OPTIMALISASI EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS PHYCOCYANIN DARI MIKROALGA Spirulina platensis. Bakti Jos *, Prayudi Eko Setyawan, Yudha Satria **)

OPTIMALISASI EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS PHYCOCYANIN MIKROALGA Spirulina platensis

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati (mega-biodiversity) yang dimiliki perairan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

KAJIAN FITOKIMIA DAN TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN PINANG YAKI Areca Vestiaria Giseke

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

4. PEMBAHASAN 4.1. Warna Larutan Fikosianin Warna Larutan secara Visual

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam habitat akuatik/perairan maupun terestrial/daratan. Keanekaragaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

ISOLASI METABOLIT SEKUNDER DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DAUN TANAMAN SRIKAYA (Annona squamosa Linn)

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA KADAR FLAVONOID DALAM EKSTRAK MAHKOTA DEWA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INDICA LINN), DAGING BUAH MAHKOTA

SNTMUT ISBN:

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL : BUAH, BIJI, DAUN MAKUTADEWA

PINGKAN MARSEL

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanaman obat tradisional. Sellaginella adalah tumbuhan yang mengandung

Efek Penambahan Gula Terhadap Kestabilan Warna Ekstrak Fikosianin Spirulina sp.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memilki garis pantai sepanjang lebih kurang km dengan wilayah laut

HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

III. METODE PENELITIAN

ANALISA ANTOSIANIN PADA BUAH STROBERI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INTISARI IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PENGAWET NATRIUM BENZOAT PADA SUSU KEDELAI YANG DIJUAL DI BANJARMASIN TENGAH

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN, TOKSISITAS DAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DARI EKSTRAK DAUN PULAI (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) SKRIPSI SARJANA KIMIA

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN 2009

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

Uji Toksisitas Kulit Akar Melochia umbellata (Houtt) Stapf. var. degrabrata dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 POTENSI FIKOSIANIN DARI MIKROALGA Spirulina platensis SEBAGAI SENSITISER PADA DSSC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

UJI TOKSISITAS PADA IKAN PARI JENIS (Manta birostris, Dasyatis kuhli dan Himantura varnak), SEBAGAI SISTEM PERTAHANAN DIRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK Azolla pinnata TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA Spirulina platensis

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

YULITA MAYA SUSANTI

POSTER (Kode : H-04) PROFIL ASAM LEMAK DAN KADUNGAN PIGMEN Scenedesmus sp YANG DIKULTIVASI PADA BERBAGAI KONSENTRASI TRISODIUM FOSFAT

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

UJI FITOKIMIA, TOKSISITAS DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI DAUN TUMBUHAN KELAKAI (Stenochlaena palustris) DENGAN METODE DPPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang menempati peringkat tertinggi

SILFIANA NISA PERMATASARI FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALASURABAYA

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya industri-industri yang berkembang, baik dalam skala besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

LAPORAN TUGAS AKHIR NURUL MUBIN

EKSTRAKSI PIGMEN ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

UNIVERSITAS PANCASILA DESEMBER 2009

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

EKSTRAKSI MINYAK ALGA Spirulina sp. DENGAN DUA JENIS PELARUT, HCL DAN ETANOL. Riana Giarti 1) dan Elida Purba 2)

TOXICITY TEST DIETHYL ETHER EKSTRACT Oxalis corniculata L. HERB ON BRINE SHRIMP LETHALITY TEST METHOD. Herwin, Rachmat Kosman, Muzakkir Baits

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

Achmadi SS Teknik Kimia Organik. Bogor: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Skrining Pendahuluan Toksisitas Beberapa Tumbuhan Benalu terhadap Larva Udang Artemia salina Leach

Transkripsi:

PENENTUAN KANDUNGAN PIGMEN FIKOBILIPROTEIN EKSTRAK Spirulina platensis DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI BERBEDA DAN UJI TOKSISITAS METODE BSLT Shofa Farihah *), Bambang Yulianto, dan Ervia Yudiati Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipenogoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698 Email : Journalmarineresearch@gmail.com Abstrak Spirulina platensis merupakan mikroalga dengan kandungan pigmen tertinggi yaitu fikosianin. Pemanfaaatan fikosianin sebagai bahan baku industri sudah banyak digunakan. Lebih jauh lagi, keberhasilan ekstraksi pigmen fikosianin mengarah kepada potensinya sebagai antitumor, antiinflamasi, antimikroba, dan antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan pigmen fikobiliprotein mikroalga Spirulina platensis strain BBPBAP dan menentukan konsentrasi dan nilai LC 50 ekstrak mikroalga Spirulina platensis strain BBPBAP dengan metode uji BSLT dengan teknik ekstraksi waktu freezing yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium dengan analisis data secara deskriptif. Uji kandungan pigmen fikobiliprotein dilakukan dengan uji spektrofotometri dan uji toksisitas ekstrak Spirulina platensis dilakukan dengan menghitung nilai LC 50-24 jam dengan metode uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Hasil uji kandungan pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis strain BBPBAP Jepara didapatkan pigmen fikobiliprotein tertinggi yaitu pigmen allofikosianin serta perlakuan tanpa freezing (K) memiliki kandungan tertinggi di antara dua perlakuan lain, yaitu sebesar fikoeritrin = 28 mg/ml, fikosianin = 81 mg/ml, dan allo-fikosianin = 97 mg/ml. Hasil uji toksisitas BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ekstrak Spirulina platensis dengan pelarut aquades memperlihatkan bahwa nilai LC 50-24 jam sebesar 0,176 ppm. Kata kunci: Spirulina platensis, pigmen fikobiliprotein, LC 50-24 jam Abstract Spirulina platensis is a microalgae with the highest pigment content of phycocyanin. Utilization of phycocyanin as an industrial raw material is already widely used. Furthermore, the successful extraction of phycocyanin pigment leads to its potential as an antitumor, anti-inflammatory, antimicrobial, and antioxidant. The aims of this research were to determine the pigment content phycobiliprotein and to determine the concentration and LC 50 values of extract Spirulina platensis microalgae strains BBPBAP with the different extraction technique. The method used is an experimental laboratory with descriptive data analysist. The concentration of phycobiliprotein were measured spectrometrically and toxicity test extract Spirulina platensis calculated by LC 50-24 hour with BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) methodes. Test results phycobiliprotein pigment content of Spirulina platensis strain BBPBAP Jepara without freezing treatment (K) has the highest content among the two other treatments, and the highest content is allophycocyanin. The concentration of phycoerythrin = 28 mg / ml, phycocyanin = 81 mg / ml, and allophycocyanin = 97 mg / ml, respectively. The results of BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) extract Spirulina platensis showed that the LC 50-24 hour is 0,176 ppm. Key words: Spirulina platensis, phycobiliprotein pigments, LC 50-24 hour PENDAHULUAN Spirulina platensis salah satu jenis fitoplankton yang berasal dari golongan Cyanophyta (alga hijau biru) yang sering dimanfaatkan untuk berbagai bahan baku industri, di antaranya untuk pakan alami, makanan tambahan (suplemen), farmasi, dan kosmetika. Spirulina platensis juga tinggi kandungan pigmennya, di antaranya 1,6% klorofil-a, 18% fikosianin, 17% β-karoten, *) Penulis penanggung jawab 140

dan 20-30% γ-linoleaic acid dari total asam lemak (Sheth, 2006). Saleh et al. (2011) juga menambahkan, Spirulina platensis mengandung senyawa fikobiliprotein yang terdiri dari fikosianin, allo-fikosianin, dan fikoeritrin dengan kandungan tertinggi fikosianin. Arlyza (2005) melaporkan keberhasilannya dalam ekstraksi pigmen fikosianin, salah satu pigmen dari Spirulina platensis yang merupakan pewarna alami dan mempunyai aktivitas antioksidan tinggi. Fikosianin berfungsi untuk menghambat tumor nekrosis dan melindungi sel-sel saraf karena karakteristiknya sebagai antioksidan (Romay et al., 1998, 2003; Reddy et al., 2000). Fikosianin juga dapat digunakan sebagai zat warna alami serta sebagai pewarna pada reaksi imunologi deteksi HIV (Tri-Panji et al., 2003). Fikosianin yang terkandung dalam 100 gram Spirulina powder sebesar 15,6 gram atau sekitar 15,6% (Koru et al., 2008). Untuk mengetahui ketoksikan fikosianin, perlu dilakukan uji toksisitas terhadap ekstrak pigmen kasar Spirulina platensis dengan metode uji BSLT. BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) dilakukan pada tahap pendahuluan dalam penapisan bahan yang diduga sebagai antikanker dan antitumor sebelum melakukan uji in vitro menggunakan sel lestari tumor (Widjhati et al., 2004). Pengujian brine shrimp bioassay menggunakan naupli Artemia salina umur 24 jam (Meyer et al., 1982; Kanwar, 2007). Artemia salina digunakan karena kesensitifannya terhadap bahan kimia (Agustini, 2012). Penelitian Yudiati et al. (2011), tentang pigmen kasar Spirulina platensis menunjukkan adanya kemampuan yang sinergis antara antioksidan dan antikanker. Semakin rendah nilai LC 50 maka suatu senyawa mempunyai potensi yang lebih besar sebagai antitumor/kanker (Meyer et al., 1982). Penelitian tentang toksisitas fikosianin terhadap Spirulina platensis yang berasal dari strain BBPBAP Jepara belum pernah dilaporkan sebelumnya sehingga penelitian ini perlu dilakukan. MATERI DAN METODE Bahan uji yang digunakan adalah bubuk Spirulina platensis dan hewan uji berupa nauplius Artremia salina berumur 24 jam pada stadia instar III. Jumlah hewan uji yang digunakan adalah 10 ekor untuk tiap wadah yang berupa vial berukuran 12 ml. Metode dalam mendapatkan ekstrak pigmen kasar Spirulina platensis dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari metode Arlyza (2005). Sebanyak 10 mg bubuk Spirulina platensis terlebih dahulu direndam dalam 10 ml aquades lalu dilarutkan agar homogen dengan menggunakan vortex selama 20 detik sebanyak tiga kali. Kemudian membuat menjadi tiga perlakuan berbeda, yaitu K: tanpa freezing (kontrol), P1: freezing 24 jam, P2: freezing 48 jam. Perlakuan K (kontrol) yaitu perendaman bubuk Spirulina platensis pada suhu ruang (26-29 o C) selama 2 jam. Perlakuan P1 yaitu perendaman bubuk Spirulina platensis di dalam freezer dengan suhu -4 o C selama 24 jam. Perlakuan P2 yaitu perendaman bubuk Spirulina platensis di dalam freezer dengan suhu -4 o C selama 48 jam. Masing-masing perlakuan diberi tiga pengulangan. Untuk perlakuan dengan freezing, selanjutnya dilakukan pencairan pada suhu ruang (thawing). Dilanjutkan dengan proses sentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Perhitungan kadar pigmen fikobiliprotein dilakukan dengan mengukur serapan supernatannya pada panjang 565 nm, 620 nm, dan 650 nm menggunakan spektrofotometer Uv-vis (Agustini, 2012). Data kandungan pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis dilakukan tabulasi data dan dianalisis secara deskriptif antara perlakuan yang diberikan dengan jumlah pigmen fikobiliprotein yang terkandung setelah diberi perlakuan kemudian dibandingkan hasil dari tiap perlakuan. 141

Uji toksisitas dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) berdasarkan metode Meyer et al. (1982). Nauplius Artemia salina dipaparkan terhadap larutan ekstrak Spirulina platensis dengan konsentrasi 13,847 ppm; 2,065 ppm; 0,308 ppm; 0,046 ppm, dan 0,0068 ppm dengan pengulangan masing-masing sebanyak tiga kali. Percobaan ini dilakukan selama 24 jam dan mortalitas diamati pada waktu 15 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, dan 24 jam dengan cara menghitung jumlah nauplius yang mati. Nilai LC 50-24 jam didapatkan dengan analisis probit dengan metode Finney (1978) dan divalidasi dengan software EPA Probit Version 1.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar pigmen fikosianin perlakuan dengan freezing, yaitu P1 adalah 64,333 mg/gr dan P2 adalah 66 mg/gr. Kadar pigmen kedua perlakuan tersebut relatif sama. Dibandingkan dengan dua perlakuan tersebut, kadar pigmen fikosianin perlakuan kontrol (K) menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih tinggi yaitu sebesar 81,333 mg/gr. Pada pengukuran nilai absorbansi pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis, pigmen fikosianin memiliki nilai absorbansi tertinggi dari tiap perlakuan. Namun setelah dilakukan perhitungan kadar pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis strain BBPBAP, justru allo-fikosianin yang mempunyai kadar tertinggi dari ketiga perlakuan yang diberikan. Hasil penelitian tersebut agak berbeda dari pendapat peneliti sebelumnya yang menyatakan bahwa senyawa fikobilin pada Spirulina adalah fikosianin, fikoeritrin, dan allo-fikosianin dan yang tertinggi adalah fikosianin (Henrikson, 2000; Arlyza, 2005; Prasanna et al., 2010; Saleh et al., 2011). Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi kultur Spirulina platensis yang mempengaruhi komponen kimia yang dikandungnya. Kandungan fikosianin dalam biomassa sel tergantung banyak sedikitnya suplai nitrogen yang dikonsumsi oleh Spirulina. Mishra et al. (2008) berpendapat bahwa berat molekul, posisi, dan intensitas maksimum penyerapan fikosianin tergantung pada keadaan agregasi yang dipengaruhi oleh parameter seperti ph larutan, suhu, konsentrasi alga, dan asal alga. Dari ketiga perlakuan yang diberikan, perlakuan kontrol (K) memiliki kadar pigmen tertinggi dari perlakuan lainnya yang menggunakan metode freezing dan thawing. Hal ini berbeda dengan pendapat Antelo et al. (2010) yang menyatakan bahwa fikosianin akan stabil apabila diisolasi pada kondisi suhu rendah karena chromoprotein (polipeptida α dan β) sensitif terhadap suhu, sehingga hancurnya sel tidak diikutii dengan proses denaturasi. Suhu inkubasi yang digunakan pada ekstraksi pigmen kasar fikosianin adalah -4 o C dan 25-29 o C. Namun kadar pigmen fikosianin tertinggi berada pada suhu inkubasi 25-29 o C sehingga mengekstrak pigmen kasar fikosianin lebih optimal di suhu ruang daripada di suhu rendah. Tingginya kadar pigmen fikosianin pada perlakuan tanpa freezing dan thawing dapat disebabkan oleh strain Spirulina platensis yang digunakan berasal dari perairan tropis dan hidup di kondisi lingkungan tropis sehingga pertumbuhannya optimal pada kisaran suhu daerah tropis. Strain Spirulina memiliki rentang kesensitifan maksimal yang berbeda, tergantung dari suhu optimal pertumbuhannya (Vonshak, 1997). Mishra et al. (2008) berpendapat, suhu mempengaruhi komposisi biokimia dari Spirulina. Fikosianin merupakan protein yang bersifat larut air yang dapat dibebaskan secara sederhana oleh penghancuran 142

mekanis, seperti perlakuan pembekuan kemudian dihancurkan (freeze-thaw). Tujuan utama proses freeze-thaw adalah untuk stressing sel supaya mempercepat pembebasan pigmen dari sel setelah proses penumbukan. Tetapi ternyata setelah mengalami proses freezing dan thawing, hasil pigmen yang didapat kurang optimal. Hal ini diduga karena pada proses penumbukan pecahnya sel sudah sempurna sehingga pigmen yang dihasilkan sudah maksimal pada saat penumbukan. Menurut Ansel (1989), pemilihan pelarut dalam ekstraksi berdasarkan kemampuannya melarutkan zat aktif dalam jumlah maksimum dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi harus dapat menarik komponen aktif dari campuran dalam sampel (Gamse, 2002). Pada penelitian ini, proses ekstraksi Spirulina platensis dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut aquades. Proses ini sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan keamanan pangan. Melalui proses perendaman sampel tersebut, terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel. Senyawa bioaktif yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut dan ekstrak senyawa akan sempurna karena dapat diatur lamanya perendaman yang dilakukan (Rusdi dalam Pratiwi, 2009). Fikosianin, allo-fikosianin, dan fikoeritrin merupakan senyawa fikobiliprotein yang terdapat dalam Spirulina platensis, dengan kandungan tertinggi fikosianin (Saleh et al., 2011). Menurut Carra & Heocha (1976), biliprotein dapat terekstrak dalam air ataupun dalam larutan garam lemah dari sel alga yang pecah, seperti halnya globular lain. Hal ini didukung oleh pendapat Sedjati et al. (2012) yang menyatakan bahwa senyawa polar yang dapat terambil oleh pelarut air dalam Spirulina platensis kering terdiri dari golongan fikobiliprotein dan protein-protein yang bersifat larut air. Hal ini dikarenakan fikobiliprotein merupakan senyawa polar sehingga larut dalam pelarut polar. Penggunaan pelarut air dalam mengekstraksi fikosianin dalam Spirulina terhitung aman dan dapat menarik zat-zat aktifnya. Boussiba dan Richmond (1979) berpendapat, penggunaan air sebagai pelarut dapat akan lebih mudah melarutkan biomassa sel Spirulina. Menurut Fretes et al. (2012), ketidakstabilan pigmen dapat dipengaruhi oleh cahaya, ph, suhu, oksigen, dan pelarut alkohol. Berbeda dengan metanol yang termasuk pelarut organik dan bersifat toksik, air bukan pelarut organik dan tidak bersifat toksik. Karena air tidak memiliki daya toksik, maka tidak perlu dilakukan uji pendahuluan toksisitas pelarut. Selain itu, nilai ekonomis air lebih murah apabila dibandingkan dengan jenis pelarut lain. Walaupun terkadang penggunaan pelarut air mengakibatkan ketidakstabilan warna yang disebabkan oleh sifat air yang sensitif terhadap suhu dan ph, apabila dibandingkan dengan pelarut buffer (Jos et al., 2011). Berdasarkan hasil penelitian, persentase mortalitas nauplius Artemia salina tertinggi terdapat pada konsentrasi 13,847 ppm, sedangkan persentase mortalitas terendah terdapat pada konsentrasi 0,0068 ppm. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula mortalitas nauplius Artemia salina yang terjadi. 143

Analisis data probit untuk mengetahui nilai LC 50-24 jam dengan menggunakan perangkat lunak EPA Probit Analysis Program Version 1.5 menunjukkan bahwa ekstrak uji menghasilkan nilai LC 50-24 jam < 1000 ppm. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai LC 50-24 jam dari ekstrak Sprulina platensis dengan pelarut aquades sebesar 0,176 ppm, berada di antara 0,170-0,639 ppm. Jenis Ekstrak Nilai LC 50-24 Jam Manual (ppm) Nilai LC 50-24 Jam Software (ppm) Spirulina platensis 0,176 0,329 Limit LC 50-24 Jam Software (ppm) 0,170-0,639 Persentase kematian Artemia salina terendah terjadi pada konsentrasi 0,0068 ppm sebesar 13,3%. Sedangkan tingkat kematian Artemia salina yang ditimbulkan ekstrak Spirulina platensis menggunakan pelarut aquades sebesar 100% terjadi pada konsentrasi 13,847 ppm. Grafik mortalitas (%) Artemia salina pada berbagai konsentrasi ekstrak Spirulina platensis terlihat bahwa semakin besar nilai konsentrasi ekstrak, mortalitas pada Artemia salina juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan Harborne (1994) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksiknya akan semakin tinggi. Tingginya persentase kematian Artemia salina pada konsentasi uji 13,847 ppm menunjukkan adanya aktivitas ketoksikan ekstrak Spirulina platensis dengan pelarut aquades. Spirulina sp. mengandung protein 60% yang terdiri dari 12 asam amino esensial, 10 vitamin, dan juga sifat terapi seperti pigmen fikosianin yang bersifat antioksidan dan antiinflamatori, γ-asam linoleat (GLA) yang berfungsi dalam penurun kolesterol, serta polisakarida yang memiliki efek antitumor, antiviral, dan dapat memperbaiki fungsi imunitas seluler nonspesifik dan fungsi humoral spesifik, termasuk pula hemosit dan sel-sel fagositosis 144 (Boajiang, 1994; Desmorieux and Decaen, 2005). Pigmen yang terkandung dalam Spirulina platensis diduga berpotensi sebagai penghambat sel antitumor atau antikanker (Rizkina et al., 2013), seperti yang terlihat pada Lampiran 10. Senyawa yang diduga memiliki aktifitas antikanker harus diujikan terlebih dahulu pada hewan percobaan, seperti Artemia salina Leach. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba, berpotensi pula sebagai antikanker, karena diduga toksisitas yang dimilikinya dapat pula bekerja pada fase tertentu dari siklus sel kanker (Lisdawati, 2002). Aktivitas ketoksikan suatu ekstrak tanaman ditentukan dengan melihat nilai LC 50-24 jam (Rizkina et al., 2013). Perhitungan probit secara manual ekstrak Spirulina platensis dengan pelarut aquades mendapatkan harga LC 50-24 jam terjadi pada konsentrasi 0,176 ppm. Menurut Meyer et al. (1982), penggunaan metoda BSLT dapat mengetahui bahwa suatu ekstrak yang mempunyai LC 50-24 jam dibawah 30 ppm dianggap sangat toksik, dianggap toksik 30-1000 ppm, dan dianggap tidak toksik jika nilai LC 50-24 jam di atas 1000 ppm. Dengan membandingkan harga LC 50 hasil ekstraksi dengan penelitian Meyer diketahui bahwa ekstrak Spirulina platensis dengan pelarut air (0,176 ppm) dianggap sangat aktif/toksik karena nilai tersebut di bawah 30 ppm. Jumlah mortalitas Artemia salina bermakna terhadap potensi aktivitasnya sebagai antikanker (Ghisalberti, 1993; Anderson, 1991). Menurut Wuryani (2005), uji toksisitas akut menggunakan Artemia salina Leach dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian yang mengarah ke uji sitotoksik, karena ada kaitan antara uji toksisitas akut dengan uji sitotoksik jika harga LC 50 dari uji toksisitas akut < 1000 µg/ml. Senyawa toksik pada BSLT kemungkinan bersifat sitotoksik dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk pengobatan antikanker.

KESIMPULAN Hasil uji kandungan pigmen fikobiliprotein Spirulina platensis strain BBPBAP tertinggi terdapat pada perlakuan K (kontrol) dengan kadar pigmen masingmasing sebesar fikoeritrin sebesar 28 mg/gr, fikosianin 81,333 mg/gr, dan allo-fikosianin 96,667 mg/gr. Hasil uji toksisitas ekstrak Spirulina platensis strain BBPBAP menggunakan pelarut aquades terhadap Artemia salina dengan harga LC 50-24 jam sebesar 0,176 ppm dan dianggap sangat aktif/toksik karena memiliki nilai LC 50 < 30 ppm. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Bambang Yulianto, DEA dan Ir. Ervia Yudiati M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan jurnal ilmiah ini. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan fasilitas dalam penulisan jurnal ilmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Agustini, NWS. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Hayati Pigmen Fikobiliprotein dari Ekstrak Spirulina platensis. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS. Anderson, JE. 1991. A Blind Comparison of Simple Bench-Top Bioassays and Human Tumour Cell Cytotoxicities as Antitumor Prescreens. Phytochem. J. Anal. Vol. 2. Antelo, FS., Anschau, A., Costa, JAV., Kalil, SJ. 2010. Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platensis in Conventional and Integrated Aqueous Two-phase Systems. J. Braz. Chem. Soc. 2010, 21, 921 926. Arlyza, IS. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina platensis. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia. Pusat Penelitian Oceanografi-LIPI, No. 38: 79-92. Boajiang, G. 1994. Study on Effect and Mechanism of Polysaccharida of Spirulina platensis on Body Immune Function Improvement. Book of Abstracts. Second Asia Pacific Conference on Algal Biotechnology. p. 24. Carra, P. and Heocha, C. 1976. The Photosynthetic Pigments. In: Margalith PZ. (Ed). Pigment Microbiology. Cambridge: England. p. 84-88. Desmorieux, H. and Decaen, N. 2005. Convective Drying of Spirulina In Thin Layer. Journal of Food Engineering 66: 497 503. Finney, DJ. 1971. Probit Analysis. Third Edition. Cambridge Press: New York, NY. 668 pp. Ghisalberti, EL. 1993. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products, Bioactive Natural Products; Detective, Isolation, and Structural Determination, Ed. Steven M. Collegate and Russel J. Molyneux. CRC Press Inc.: London. 605 pp. Harborne, JB. 1994. The Flavonoids. Chapman and Hall: London. Henrikson, R. 2009. Earth Food Spirulina. 6 th ed. Ronore Interprise Inc.: Hawai. p. 37. Jos, B., Setyawan, PE., dan Satria, Y. 2011. Optimalisasi Ekstraksi dan Uji Stabilitas Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina platensis. Jurnal Teknik Vol. 32, No.3. Kanwar, AS. 2007. Brine Shrimp Artemia salina a Marine Animal for Simple and Rapid Biological Assays. Review. Journal of Chinese Clinical Medicine. Lisdawati, V. 2002. Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Boerl), Toksisitas, Efek Antioksidan, dan Efek Antikanker Berdasarkan Uji Penapisan Farmakologi. 145

http://ver.mahkotadewa.com/vfc/vivi. htm. diakses tanggal 3 Juni 2007. Mishra, SK., Shrivastav, A., Mishra, S. 2008. Effect of Preservatives for Food Grade C-PC from Spirulina platensis. Process Biochemistry 43: 339-345. Meyer, BN., Ferrigni, NR., Putman, JE., Jacbsen, LB., Nicols, DE., and McLaughlin, JL. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituents. Planta Medica 45: 34-35. Prasanna, R., Sood, A., Jaiswal, P., Nayak, S., Gupta, V., Chaudhary, V., Joshi, M., and Natarjan, C. 2010. Rediscovering Cyanobacteria as Valuable Sources of Bioactive Compounds. Appl. Biochem. Microbiol. 46 (2): 119-134. Reddy, CM., Bhat, VB., Kinarmay, G., Reddin, MN., Reddana, P., and Mediastla, KM. 2000. Selective Inhibition of Cyclooxygenase-2 by c-phycocyanin, A Biliprotein from Spirulina platensis. Biochemical and Biophysical Communication 277: 597-603. Richmond, A. 1988. Spirulina. In: Borowitzka, AM. and Borowitzka, LJ. (Eds). Microalgal Biotechnology. Cambridge University Press.: Cambridge. p. 85-121 Rizkina, RA., Yudiati, E., Sedjati, S. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Pigmen Kasar Mikroalga Spirulina platensis dengan Metode Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Journal of Marine Research Volume 2, Nomor 1, p. 25-31. Effects. Current Protein and Peptide Science 4: 207-216. Saleh, AM., Dhar, DW., and Singh, PK. 2011. Comparative Pigment Profiles of Different Spirulina Strains. Res. Biotechnol. 2(2): 67-74. Sedjati, S., Yudiati, E., dan Suryono. 2012. Profil Pigmen Polar dan Non Polar Mikroalga Laut Spirulina sp. dan Potensinya sebagai Pewarna Alami. Jurnal Ilmu Kelautan Vol. 17(3): 176-181. Sheth, K. 2006. Spirulina for Nutrition. Ported to Wordpress. Web Hosting (26 April 2008). p. 1-3. Tri-Panji, Suharyanto, dan Tanto, Z. 2003. Spirulina, Magic Food - Makanan Fungsional Multifungsi. Seminar Nasional Pangan Fungsional. Widjhati, R., Supriyono, A., dan Subintoro. 2004. Pengembangan Senyawa Bioaktif dari Biota Laut. Forum Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Depertemen Kelautan dan Perikanan. p.13. Yudiati, E., Sedjati, S., Rizkina, RA., dan Sunarsih. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Ekstrak Metanol dan Pigmen Kasar Spirulina sp. Jurnal Ilmiah Ilmu Kelautan Vol 16(4): 187-192 pp. Romay, C., Armesto, J., Remirez, D., Gonzalez, R., Ledon, N., and Garcia, I. 1998. Antioxidant and Antiinflammatory Properties of C-phycocyanin from Bluegreen Algae. Inflammatory Research 47(1): 36-41. Romay, C., Gonzalez, R., Ledon, N., Remirez, D., Rimbau, V. 2003. C-phycocyanin: A Biliprotein with Antioxidant, Antiinflammatory, and Neuroprotective 146