Perhitungan Energi Keadaan Dasar Molekul H 2 dengan Metode Hartree Fock Roothan dalam Program Berbasis MATLAB

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur Molekul:Teori Orbital Molekul

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!!

Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani

koefisien a n dan b n pada persamaan (36) dan (37), yaitu

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

Simulasi Struktur Energi Elektronik Atom, Molekul, dan Nanomaterial dengan Metode Ikatan Terkuat

PERHITUNGAN TAMPANG LINTANG DIFERENSIAL HAMBURAN ELASTIK ELEKTRON-ARGON PADA 10,4 EV DENGAN ANALISIS GELOMBANG PARSIAL

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

ENERGI TOTAL KEADAAN DASAR ATOM BERILIUM DENGAN TEORI GANGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4 Metoda untuk sistem atom banyak dan penerapannya

Dr. Sci. Muhammad Zakir Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, FMIPA, Unhas Makassar

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto

Analisis Distribusi Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Indonesia Menggunakan Temperatur Negatif Distribusi Boltzmann

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6)

BAB IV OSILATOR HARMONIS

Implementasi Metode Teori Fungsional Kerapatan pada bahasa C untuk menghitung energi keadaan dasar berbagai atom Enggar Alfianto

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

Kuliah Karbon Nanotube

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama

4 Hasil dan Pembahasan

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SAHAM MENGGUNAKAN TRANSFORMASI FOURIER STOKASTIK

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul

BAB I PENDAHULUAN I.1

EFEK PAIRING PADA ISOTOP Sn (N>82) DALAM TEORI BCS MENGGUNAKAN SEMBILAN TINGKAT ENERGI

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

Analisis Perturbasi Geometri Pada Proses Disosiasi Molekul O 2 Oleh Katalis Atom Fe Dengan Metode Density Functional Theory

PROJEK 2 PENCARIAN ENERGI TERIKAT SISTEM DI BAWAH PENGARUH POTENSIAL SUMUR BERHINGGA

Oleh : Rahayu Dwi Harnum ( )

MAKALAH ALJABAR LINIER

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

STUDI SIFAT KOOPERATIF IKATAN HIDROGEN PADA CH 3 CHO.2H 2 O DAN CH 2 ClCHO.2H 2 O MENGGUNAKAN METODE DFT

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani

Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit

Teori Fungsonal Densitas dan Penerapannya pada Struktur Atom

BAB II LANDASAN TEORI

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI ORBITAL MOLEKUL

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK

BAB I PENDAHULUAN (1-1)

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LOGO SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Rifdatur Rusydiyah Dosen Pembimbing : DR. Subiono, M.Sc

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata kuliah : FISIKA KUANTUM Kode : FI 363 SKS : 3 Nama Dosen : Yuyu R.T, Parlindungan S. dan Asep S

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

STRUKTUR LEWIS DAN TEORI IKATAN VALENSI

U = Energi potensial. R = Jarak antara atom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Density Functional Theory (DFT) dan Aplikasinya Pada Perhitungan Struktur Elektronik Monolayer MoS 2

Bab 1 ZAT PADAT IKATAN ATOMIK DALAM KRISTAL

Silabus dan Rencana Perkuliahan

RAPAT PROBABILITAS DAN TINGKAT ENERGI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN SKRIPSI. Oleh. Habib Mustofa NIM

ANALISA SAHAM MENGGUNAKAN TRANSFORMASI FOURIER STOKASTIK

UNIVERSITAS INDONESIA STOPPING POWER PARTIKEL BERMUATAN DENGAN EFEK PENTALAN INTI SKRIPSI INDRIAS ROSMEIFINDA

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

Analisa Matematik untuk Menentukan Kondisi Kestabilan Keseimbangan Pasar Berganda dengan Dua Produk Melalui Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear

MODUL 05 SPEKTRUM ATOM

BAB I PENDAHULUAN. keadaan energi (energy state) dari sebuah sistem potensial sumur berhingga. Diantara

STRUKTUR MOLEKULAR. : 1. Dr. Noor Fadiawati, M.Si 2. M. Mahfudz Fauzi, S.Pd.,M.Sc

PROTON DRIPLINE PADA ISOTON N = 28 DALAM MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

BAB 3 GEOMETRI DAN KEPOLARAN MOLEKUL

Dr. rer. Nat. Agustino Zulys M.Sc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Lintasan Benda Titik Pada Wall of Death (Tong Setan)

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 PERHITUNGAN MOMEN DWIKUTUB MOLEKUL AIR DENGAN TEORI GRUP

BAB II LANDASAN TEORI

Parameterisasi Pengontrol yang Menstabilkan Melalui Pendekatan Faktorisasi

Ze r. sin. Operator Hamiltonian untuk atom polielektron dengan x elektron: (spin-orbit coupling diabaikan): Ze r

Kriptografi Kuantum dengan gagasan Bennet dan Bassard

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

LAPORAN RESMI PAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI. Analisis Butana. Oleh : AMRULLAH 13/347361/PA/ Jum at, 4 Maret 2016 Asisten Pembimbing : Wiji Utami

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III APLIKASI MODEL

PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Algoritma Greedy pada Optimasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas Sederhana

Transkripsi:

Perhitungan Energi Keadaan Dasar Molekul H 2 dengan Metode Hartree Fock Roothan dalam Program Berbasis MATLAB Rizqi Fadli 1,a), M. Yan Pandu Akbar 2,b), Zaky Yudha 3, N. Amalia 2 dan I. M. Sutjahja 2,b) 1 Laboratorium Fisika Teoretik, Kelompok Keilmuan Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 2 Laboratorium Fisika Magnetik Fotonik, Kelompok Keilmuan Fisika Magnetik dan Fotonik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 3 Laboratorium Fisika Nuklir, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 a) rizqi.fadli96@students.itb.ac.id (corresponding author) b) yan.fi.sitb@gmail.com c) inge@fi.itb.ac.id Abstrak Molekul H 2 dibangun dari dua atom H, yang masing-masing memiliki satu inti dan satu elektron, sehingga secara total memiliki dua inti dan dua elektron. Penghitungan energi keadaan dasar (ground state) molekul tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya yaitu Hartree-Fock-Roothan (HFR). Pada penelitian ini, digunakan metode HFR dengan perangkat basis STO-2G yang merupakan kombinasi linier dari dua fungsi basis Gaussian sebagai pendekatan orbital Slater. Nilai optimal kedua parameter variasi dari fungsi basis Gaussian tersebut dicari dengan menentukan nilai energi paling minimum yang dihasilkan dari metode self-consistent field pada HFR. Diperoleh nilai optimum parameter variasi sebesar α 1 = 1,4625 dan α 2 = 0,235. Nilai ini memberikan energi keadaan dasar sebesar -1,1006 Hartree atau -20,9488 ev, dengan error sebesar 6,29% dari eksperimen. Selain itu, dilakukan juga variasi terhadap jarak antar inti untuk memperoleh energi ikat paling optimal. Didapat jarak antar inti yang memberikan nilai energi paling mnimum sebesar 0,7408 Å. Kata-kata kunci: Gaussian, Hartree-Fock-Roothan, molekul H 2, parameter variasi, STO-2G PENDAHULUAN Molekul H 2 dibangun dari dua atom H, yang masing-masing memiliki satu inti dan satu elektron, sehingga secara total memiliki dua inti dan dua elektron. Ilustrasi konfigurasi elektron dan inti molekul H 2 ditunjukkan oleh Gambar 1, dengan memilih bahwa inti A berada di titik asal (0, 0, 0). Perhitungan energi keadaan dasar (ground state) molekul tersebut dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode ikatan valensi (valence bond, VB), kombinasi linear orbital atomik-orbital molekul (KLOA-OM), dan Hartree-Fock-Roothan (HFR). 174 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

Gambar 1. Ilustrasi konfigurasi molekul H2 dengan dua inti dan dua elektron. PERUMUSAN METODE HARTREE FOCK ROOTHAN UNTUK MOLEKUL H2 Hamiltonian Molekul H2 Fungsi Hamilton untuk sistem tersebut dibangun oleh suku-suku kinetik dan potensial untuk masing-masing elektron dan inti, interaksi antar elektron, dan interaksi antar inti. Uraian eksplisit Hamiltonian sistem tersebut diungkapkan sebagai berikut: H = 1 2 ( 1 2 + 2 2 ) 1 1 1 1 + 1 + 1 (1) r 1A r 1B r 2A r 2B r 12 R AB Persamaan di atas dinyatakan dengan telah memanfaatkan aproksimasi Born Oppenheimer. Secara umum untuk N buah elektron, ungkapan Hamiltonian dapat dituliskan sebagai 2N H e = H c (i) + 1 2 1 r ij i=1 Fungsi Hamiltonian bagian inti (H c ) dinyatakan dengan: 2N i,j>i H c = 1 2 i 2 Z a r ia a=1 dengan M = jumlah atom dalam molekul, i = indeks elektron, dan a = indeks inti. M (2) (3) Metode Hartree Fock Roothan Dalam aproksimasi Hartree Fock, kita membatasi fungsi gelombangnya tak berkorelarasi, dan merupakan kombinasi linier dari suatu fungsi basis real, yakni: φ i (x) = C ni χ n (x) n dengan χ n (x) adalah suatu fungsi basis real, dan C ni adalah koefisien real dari fungsi basis bersangkutan. Operasikan Hamiltonian (1) pada fungsi gelombang ini. Dengan menggunakan prinsip variasi, maka akan diperoleh persamaan Hartree Fock Roothan sebagai berikut: FC = εsc (5) dengan S merupakan matriks overlap, yang komponennya dituliskan sebagai S pq = χ p χ q (6) Matriks F merupakan matriks Fock yang berisi integral dari suku kinetik, interaksi inti elektron, dan interaksi elektron elektron. Komponen dari matriks ini dirumuskan sebagai F pq = h pq + P rs Q pqrs rs (4) (7) 175 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

dengan h pq = χ p 1 2 ( 1 2 + 2 2 ) 1 r 1 1A r 1 1B r 1 2A r χ q (8) 2B Q pqrs = d 3 r 1 d 3 r 2 χ p (r 1 )χ q (r 2 ) 1 (9) χ r r (r 1 )χ s (r 2 ) 12 P rs = C r C s (10) Energi ground state dari molekul ini tidak sama dengan ε pada persamaan (5). Energi dapat ditemukan dengan mengevaluasi nilai ekspektasi dari Hamiltonian pada persamaan (1), yakni E g = 2 C p C q h pq + Q pqrs C p C q C r C s + 1 R (11) AB pq pqrs Persamaan (5) merupakan sebuah generalized eigenvalue problem. Penyelesaian untuk generalized eigenvalue problem berbeda dengan penyelesaian masalah nilai eigen biasa. Matriks S pada Persamaan (6) menyebabkan pemecahan solusinya menjadi lebih rumit. Persamaan (5) dapat ditransformasi sedemikian rupa sehingga dapat diselesaikan dengan cara yang sama dengan permasalahan nilai eigen biasa[3]. Misalkan ada matriks V yang mentransformasi matriks S menjadi matriks satuan: I = V SV (12) Persamaan (5) kemudian dapat dituliskan menjadi seperti berikut: V FVV 1 C = εv SVV 1 C (13) Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan matriks-matriks berikut: C = V 1 C (14) F = V FV (15) Persamaan (12) dapat disederhanakan menjadi seperti berikut: F C = εc (16) Persamaan (15) merupakan permasalahan nilai eigen biasa, sehingga dengan mengetahui matriks V maka persamaan Hartree-Fock-Roothaan pada Persamaan (5) dapat diselesaikan sebagai dengan pemecahan masalah nilai eigen biasa dengan menggunakan Persamaan (15). Matriks V dapat diperoleh dengan mencari nilai eigen dan vector eigen dari matriks S atau dengan mendiagonalisasi matriks S: U SU = s (17) U merupakan suatu matriks uniter, sementara s adalah bentuk diagonal dari matriks S yang berisi nilai eigennya. Dengan memilih matriks V = Us 1/2, maka V SV = s 1/2 U SUs 1/2 = I (18) Sehingga kita telah memperoleh matriks V sesuai dengan sifat yang diinginkan. Secara umum, penyelesaian dengan metode Hartree-Fock Roothan dapat dilakukan dalam langkah berikut. Input data Tentukan matriks-matriks, h pq, S pq, dan Q pqrs. Transformasi matriks S ke bentuk satuan. Inisialisasi nilai matriks densitas P. Self-consistent loop: Hitung matriks Fock Diagonalisasi matriks Fock Konstruk matriks densitas P baru dari vektor eigen yang ditemukan. Ulangi langkah sebelumnya hingga konvergen Output berupa energi sesuai persamaan (11) 176 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

Gambar 2. Flowchart dari program yang dibuat Fungsi Basis Salah satu solusi analitik dari orbital atomik yang diketahui adalah orbital atomik dari atom hidrogen dan solusi tersebut dapat digunakan untuk pendekatan pada sistem yang lebih umum[3]. Orbital atomik atom hidrogen dapat didekati dengan fungsi yang disebut dengan Slater-type Orbitals (STO) seperti berikut: χ ξ = r m P l (x, y, z)e (ξ r R A ) (19) STO akan menghasilkan perhitungan yang akurat untuk sistem satu atom, namun untuk sistem yang terdiri dari banyak atom perhitungannya akan menjadi sangat rumit. STO dapat didekati dengan menggunakan fungsi Gaussian untuk sistem yang lebih umum[3]. Pendekatan fungsi STO dengan fungsi Gaussian biasa dituliskan dengan kaidah penulisan STO-nG. Huruf n pada STO-nG menunjukan berapa jumlah fungsi Gaussian yang digunakan untuk mendekati fungsi STO. Basis yang digunakan pada program ini pada dasarnya adalah set basis Gaussian yang mempunyai bentuk seperti berikut: χ(r ) = e α(r R ) 2 (20) Konstanta α adalah konstanta yang sudah ditentukan dan r R adalah jarak relatif elektron terhadap inti di titik R. Fungsi Gaussian dipilih karena fungsi tersebut memiliki sifat khusus berupa perkalian antara fungsi Gaussian akan menghasilkan fungsi Gaussian lagi. e α(r R A) 2 e β(r R B) 2 = Ke (α+β)(r R p) 2 (21) R p = αr A + βr B ; K = exp ( αβ α + β α + β R A R B 2 ) Sifat tersebut memudahkan perhitungan integral yang melibatkan basis-basis tersebut menjadi formula yang berulang sehingga perhitungan komputasinya akan lebih cepat[3]. 177 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

Nilai Matriks untuk Fungsi Gaussian Matriks Overlap adalah nilai ekspektasi dari basis yang bersangkutan. Fungsi basis yang digunakan sudah ditentukan dan dengan memasukan fungsi Gaussian pada Persamaan (20) ke dalam Persamaan (6) lalu memanfaatkan sifat perkalian Gaussian yang ditunjukan pada Persamaan (21) akan didapatkan hasil berikut: S αβ = 4π dr r 2 Ke γr2 = ( π 3 α + β ) 2 αβ exp ( α + β R A R B 2 ) (22) γ = α + β; K = exp ( αβ α + β R A R B ) Hamiltonian inti (h pq ) pada persamaan (8) terdiri dari komponen kinetik dan potensial. Komponen dari matriks energi kinetik dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: K αβ = 4αβ (r R A )(r R B )Ke γ(r R p ) d 3 r (23) Kemudian dengan mendefinisikan u = r R P dan memasukannya ke dalam Persamaan (23), didapatkan persamaan berikut: K αβ = 16αβKπ [ duu 4 e γu + (R P R A )(R P R B ) duu 2 e γu ] 0 = αβ α + β [6 4 αβ (α + β) R A R B 2 ] ( π 3 α + β ) 2 αβ exp [ α + β R A R β 2 ] Komponen lain dari Hamiltonian elektron tunggal adalah matriks energi potensial elektron terhadap inti atom. Komponen matriksnya dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: A αβ = 2πZ(α + β) 1 exp [ αβ α + β R A R B ] F 0 [(α + β) R P R C 2 ] (25) F 0 (t) = t 1 2 1 t2 0 dy e y2 Matrix Q pada persamaan (9) berisi interaksi antar dua buah elektron. Interaksi yang ditinjau adalah interaksi Coulomb dan interaksi Exchange. Perhitungan interaksi-interaksi tersebut melibatkan 2 pasang basis (4 buah basis) yang ditinjau. Di sini akan digunakan simbol g untuk matriks tersebut, yakni 2π 5 2 αγ g αβγδ = exp [ (α + γ)(β + δ)(α + β + γ + δ) 0.5 α + γ R A R C 2 βδ β + δ R B R D 2 (α + γ)(β + δ) ] F 0 [ (α + β + γ + δ) R P R Q ] 0 (24) (26) (27) HASIL PERHITUNGAN DAN PERBANDINGAN DENGAN DATA REFERENSI Di sini akan dilampirkan hasil optimasi parameter variasi dari fungsi basis yang digunakan. Fungsi basis yang digunakan adalah STO-2G dengan parameter variasi α 1 dan α 2. Dalam program, jarak antar atom diset sebesar 1,4 au. Hasil optimasi tersebut ditampilkan dalam gambar di bawah ini. 178 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

Gambar 3. Optimasi parameter variasi fungsi basis STO-2G Grafik di atas menunjukkan nilai energi ikat (ground state) molekul H 2 terhadap parameter variasi pada rentang α 1 = 1 1,5 dan α 2 = 0 0,5. Dapat dilihat bahwa nilai energi minimum sebesar -1,1006 Hartree terjadi pada nilai α 1 = 1,4625 dan α 2 = 0,235. Penentuan energi minimum sebagai nilai energi paling optimal karena pada dasarnya metode Hartree-Fock adalah metode variasi, yang mana meminimumkan nilai energi ketika parameternya divariasikan. Dari Gambar 3 di atas juga dapat dilihat bahwa nilai energi akan bertambah besar di luar rentang yang diberikan, hal ini sesuai dengan teori. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah tidak seperti fungsi basis Slater, pada fungsi basis STO-nG nilai satu parameter variasinya harus jauh lebih besar dari parameter variasi yang lain. Hal ini ditemukan ketika dicoba memilih kedua parameter variasinya berdekatan, misalkan nilai α 1 = 1,0 dan α 2 = 0,9, maka ini akan memberikan nilai energi sebesar 4,2859. 10 5 Hartree. Nilai energi ini tidak hanya jauh dari referensi, namun juga lebih kecil, sehingga melanggar konsep energi minimum di atas. Error ini kemungkinan disebabkan oleh komputasi karena sifat alamiah dari fungsi Gaussiannya sendiri. Lalu pada tabel di bawah ini diberikan perbandingan nilai parameter variasi dari hasil optimasi di atas dengan yang diperoleh dari referensi. Tabel 1. Perbandingan parameter variasi antara hasil optimasi dengan referensi Basis Parameter α E (Hartree) E eksp (Hartree) Error(%) STO-2G α 1 =1,3095756377-1,0994 6,392216 (referensi) α 2 =0,233135974-1,17447498 STO-2G α 1 = 1,4625-1,1006 6,290043 (optimasi) α 2 =0,235 Di sini dapat dilihat bahwa parameter variasi hasil optimasi memberikan nilai energi lebih teliti dibandingkan referensi dengan selisih error sebesar 0.102%. Hal ini kemungkinan dikarenakan hasil referensi yang sudah outdated dimana menggunkan komputer lama yang tentunya lebih lambat dari komputer sekarang. Hal ini juga didukung dengan fakta bahwa teori Harteree Fock Roothan sudah ditinggalkan sekarang dan orangorang lebih beralih DFT (Density Functional Theory). Perhitungan variasi energi ikat untuk keadaan dasar molekul H 2 sebagai fungsi dari jarak antar inti ditunjukkan oleh Gambar 4 yang menunjukkan harga negatif. Energi dengan harga negatif tersebut menandakan keadaan terikat (bound state) dengan tingkat-tingkat energi yang terkuantisasi. Molekul dengan keadaan paling stabil memiliki energi ikat paling rendah. Semakin dekat kedua inti, maka energi akan semakin besar yang disebabkan oleh gaya tolak kedua inti, karena memiliki muatan yang sama, sebaliknya semakin jauh posisi relatif kedua inti maka energi ikatnya akan asimtotik menuju nol, yang menandakan bahwa keduanya dapat dipandang sebagai dua atom H yang terpisah. Energi optimum tersebut dapat ditentukan dengan memvariasikan nilai energi terhadap jarak antar atom. Berdasarkan Gambar 2 dan Tabel 179 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

2, nilai energi ikat minimum molekul H 2 adalah -1.1006 Hartree atau -29.9488 ev dengan jarak antar atom yaitu 1.4 a.u. atau 0.7408 Å. Gambar 4. Energi vs Jarak antar inti H-H dengan basis STO-2G. Rapat probabilitas elektron hasil perhitugan ditunjukkan oleh Gambar 5 yang menunjukkan kurva karakteristik overlap antara dua orbital s dari masing-masing atom H. Sebagai perbandingan, ditunjukkan juga rapat probabilitas dengan menggunkana basis STO- 4G yang menghasilkan nilai yang lebih teliti. Hasil ini menunjukkan bahwa kerapatan tertinggi elektron berada tepat di inti atomnya. Gambar 5. Rapat probabilitas elektron dengan basis STO-2G. 180 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018

Gambar 6. Rapat probabilitas elektron dengan basis STO-4G. KESIMPULAN Telah dilakukan perhitungan energi ikat molekul H 2 dengan metode Hartree Fock Roothan. Energi ini diperoleh dengan melakukan optimasi terlebih dahulu pada parameter variasi untuk set basis STO-2G. Didapat nilai energi yang lebih teliti daripada referensi, yakni sebesar -1.006 Hartree. Selain itu, pada fungsi basis STOnG, kami peroleh batasan untuk parameter variasinya, yakni satu parameter variasi tidak boleh berdekatan dengan yang lain. Di sini kami juga melakukan variasi jarak antar atom dan diperoleh jarak antar inti yang plaing stabil adalah 0,7408 Å. Rapat probabilitas elektron menunjukkan kemungkinan keberadaan elektron paling tinggi tepat pada kedua inti. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. REFERENSI 1. W. Kolos dan L. Wolniewicz, (1968), Improved Theoretical Ground-State Energy of the Hydrogen Molecule, Laboratory of Molecular Structure and Spectra, Department of Physics, University of Chicago. The Journal of Chemical Physics, 49(1) 404-410 2. P. Amritanshu, (2006), h-h_gnd_state_hf.m, Purdue University. https://nanohub.org/resources/1719/download/h-h_gnd_state_hf.m (diakses: 20-11-2018) 3. J. M. Thijssen, (1999), Computational Physics, Cambridge University Press. 181 ISBN : 978-602-61045-5-7 4 Desember 2018