PENETAPAN KADAR EUGENOL DALAM MINYAK ATSIRI DARI TIGA VARIETAS BUNGA CENGKEH (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) SECARA KROMATOGRAFI GAS Liliek Nurhidayati, Sulistiowati Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta Email: liliek_nurhidayati@yahoo.com Abstrak Indonesia telah lama dikenal sebagai salah satu negara yang sangat kaya akan berbagai macam jenis tumbuhan. Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) familia Myrtaceae dengan varietas unggul Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Penggunaan tanaman ini karena adanya kandungan utama eugenol yang terdapat dalam minyak atsiri. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan penelitian untuk menetapkan kadar eugenol dalam minyak atsiri dari bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) hasil destilasi uap dan air ketiga varietas bunga cengkeh secara kromatografi gas. Pada penetapan kadar eugenol menggunakan pelarut metanol, dengan kolom kapiler, detektor FID, dan gas pembawa nitrogen memberikan hasil kadar eugenol yakni : Zanzibar = 88,5812 mg/g, Sikotok = 76,1082 mg/g dan Siputih = 70,9744 mg/g dengan nilai SBR 0,59 1,37% dan F hitung (1109,351) lebih besar dari F tabel (3,88). Uji perolehan kembali memberikan hasil dengan nilai t hitung 1,5921 lebih kecil dari t tabel 2,571. Terdapat perbedaan kadar eugenol yang nyata dalam minyak atsiri dari tiga varietas bunga cengkeh. Kata kunci : bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry), eugenol, kromatografi gas, penetapan kadar. Latar Belakang Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah cengkeh (Eugenia aromatica O.K.) atau disebut juga Syzygium aromaticum L yang termasuk dalam familia Myrtaceae. Tiga varietas cengkeh yang banyak dibudidayakan adalah tipe Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Cengkeh merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional, karena pada bunga cengkeh mengandung eugenol, asetil eugenol, furfural, metilamilketon, vanillin, asam olenolat, asam galotanat, karyofilin, resin,serat, gom, saponin, flavonoid, dan tannin. Penggunaannya sebagai bahan obat karena tanaman cengkeh mengandung minyak atsiri (Mostafa 1991). Minyak atsiri dari bunga cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry) mempunyai sifat kimiawi dan efek farmakologis yaitu berfungsi sebagai anestetik, antimikrobial, antiseptik dan stimulansia. Minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan. Hasil dari penyulingan bunga cengkeh berupa minyak atsiri yang memiliki dua komponen utama yaitu eugenol (80%-90%) dan kariofilen (10%-20%). Pada industri farmasi, eugenol digunakan sebagai obat analgesik gigi dan turunan eugenol dipakai sebagai obat penyakit paru-paru, kolera tipus dan penenang syaraf. Dalam industri makanan dan minuman eugenol dipakai sebagai pengawet dan pengharum. Disamping itu eugenol dapat pula dibuat menjadi vanillin yang banyak digunakan sebagai pengharum dan cita rasa.
Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan kadar eugenol pada minyak atsiri bunga cengkeh dari tiga varietas berbeda dengan metode kromatografi gas. Kondisi optimum mengacu pada penetapan kadar campuran eugenol, mentol, metil salisilat dalam sediaan krim (Ariyanto 2007). Bahan, alat dan metode Bunga cengkeh dari tiga varietas yaitu Zanzibar, Sikotok dan Siputih berumur 7 bulan dari perkebunan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (BALITTRO). Alat: Alat destilasi uap dan air, kromatograf gas Shimadzu GC 17A Metode: 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran tanaman yang akan digunakan. Determinasi dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Botani Herbarium Bogoriense, Bogor. 2. Isolasi minyak Atsiri Sejumlah 3 kg simplisia bunga cengkeh dimasukkan dalam ketel, air berada di bawah lempeng berpori sehingga simplisia tidak kontak langsung dengan air, lalu dipasangkan dengan seperangkat alat destilasi. Uap dengan tekanan tertentu dialirkan melalui pendingin, destilasi lebih kurang 8-12 jam. Ditampung semua destilat dan disatukan, ditambahkan dengan natrium sulfat anhidrat untuk menyerap sisa air sehingga diperoleh minyak atsiri murni. 3. Uji kesesuaian sistem Sejumlah tertentu larutan baku pembanding eugenol dalam metanol dengan konsentrasi 400 bpj disuntikkan 5 kali ke dalam alat kromatograf gas pada kondisi optimum yakni fase diam fenil polisifenil-siloksan, fase gerak gas nitrogen, detektor FID, suhu awal kolom 140ºC selama 5 menit, kemudian suhunya dinaikkan sebesar 10ºC/menit sampai suhunya 150ºC selama 5 menit, suhu injektor 200ºC dan suhu detektor 300ºC. Dari hasil kromatogram yang diperoleh, dihitung nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif. 4. Uji linearitas Dibuat tiga seri larutan minyak atsiri dalam metanol dari tiga varietas dengan konsentrasi 50, 100, 200, 400 dan 800 bpj. Sejumlah 1 µl masing-masing larutan disuntikkan ke dalam kromatograf gas. Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi dan luas puncak. 5. Penetapan kadar eugenol Sejumlah 20,0 mg minyak atsiri diencerkan dengan metanol di dalam labu tentukur hingga 50,0 ml.sejumlah 1 μl larutan sampel disuntikkan ke dalam alat kromatograf gas pada kondisi optimum. Sebagai pembanding disuntikkan larutan eugenol BP dalam metanol (400 bpj). Kadar eugenol dalam sampel dihitung berdasarkan perbandingan luas puncak eugenol dalam sampel dengan luas puncak eugenol baku pembanding. 6. Uji perolehan kembali (recovery) Dilakukan dengan cara menghitung persen perolehan kembali dari penambahan 25% eugenol baku pembanding pada minyak atsiri varietas Zanzibar dan 50% baku
pembanding pada minyak atsiri varietas Sikotok. Sejumlah 1 μl masing-masing larutan sampel dan larutan baku disuntikkan ke dalam alat kromatograf gas. Hasil penelitian dan pembahasan Dari hasil determinasi tanaman diketahui bahwa sampel penelitian tersebut adalah tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L). Merr & L.M. Perry) dari tiga varietas yakni Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Dari hasil destilasi uap dan air terhadap lebih kurang 3 kg simplisia diperoleh minyak atsiri dari varietas Zanzibar, Sikotok dan Siputih berturut-turut 75 ml, 71,2 ml dan 68 ml. Berikut adalah kromatogram eugenol baku pembanding (BP) (Gambar 1), kromatogram minyak atsiri varietas Zanzibar (Gambar 2), varietas Sikotok (Gambar 3) dan varietas Siputih (Gambar 4). Pada kondisi yang dipilih pada penelitian ini, eugenol memiliki waktu retensi 9,09 menit. Gambar 1. Kromatogram baku pembanding eugenol 400 bpj Gambar 2. Varietas Zanzibar Gambar 3. Varietas Sikotok Gambar 4. Varietas Siputih Uji Kesesuaian sistem Sebelum dilakukan penetapan kadar, terlebih dahulu dilakukan uji kesesuaian sistem untuk memastikan bahwa peralatan elektronik, zat uji dan kondisi operasional analitik membentuk satu sistem analitik tunggal yang dapat diuji fungsinya secara keseluruhan. Penyuntikan larutan yang mengandung eugenol sebanyak 5 kali menghasilkan simpangan baku relatif sebesar 0,5534%. Nilai yang diperoleh tersebut memenuhi persyaratan batas nilai simpangan baku relatif yakni < 2%. Uji linearitas Hasil uji linearitas menggunakan satu seri larutan sampel dalam metanol dengan konsentrasi berbeda diperoleh persamaan garis dan koefisien korelasi untuk minyak atsiri varietas Zanzibar, Siputih dan Sikotok berturut-turut adalah y =132,9953x 995,3333, r = 0,9998; y = 153,1263x + 6519,1667, r = 0,9985 dan y =151,5181x+320,7917 dengan r =0,9967.
Berdasarkan hasil linearitas yang diperoleh nilai koefisien korelasi sampel yang berasal dari tiga varietas di dapat nilai r mendekati satu. Hasil penetapan kadar eugenol Hasil dari lima kali penetapan kadar eugenol dalam minyak atsiri bunga cengkeh ketiga varietas ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1. Hasil penetapan kadar eugenol dalam minyak atsiri Sampel Kadar rata-rata (mg/g) SBR (%) Zanzibar 88,5812 1,3713 Sikotok 76,1082 0,5962 Siputih 70,9744 1,2704 Hasil uji ketepatan metode dengan menghitung besar perolehan kembali dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji perolehan kembali Sampel + BP 25% Sampel + BP 50% BP yang ditambahkan (mg) Perolehan kembali (%) 0,55 99,95 0,55 100,85 0,54 99,60 1,07 98,46 1,07 99,05 1,07 98,28 SB SBR t hitung Uji t t tabel 0,9693 0,9754 1,5921 2,571 Dari hasil penetapan kadar eugenol masing-masing varietas diperoleh nilai simpangan baku relatif 0,05962 1,3713%. Nilai simpangan baku relatif yang lebih kecil dari 2% menunjukkan bahwa metode tersebut memiliki ketelitian yang memenuhi persyaratan. Nilai perolehan kembali berkisar 98,28% - 100,85% maka metode kromatografi gas tersebit memiliki ketepatan yang memenuhi persyaratan yakni hasil perolehan kembali berkisar antara 80-120%. Perhitungan anava satu arah terhadap kadar eugenol dari tiga varietas bunga cengkeh diperoleh nilai F hitung sebesar 1394,1024 yang lebih besar dari F tabel pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat bebas kelompok (dka) = 2 dan derajat bebas dalam (dkd) = 12 yakni 2,365. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan kadar eugenol yang nyata dalam tiga varietas bunga cengkeh yakni Zanzibar, Sikotok, dan Siputih. Kesimpulan 1. Metode Kromatografi Gas-cair dengan pelarut metanol dapat digunakan untuk penetapan kadar eugenol dalam minyak atsiri bunga cengkeh dengan ketepatan dan ketelitian yang memenuhi persyaratan 2. Terdapat perbedaan kadar eugenol yang nyata dalam minyak atsiri bunga cengkeh varietas Zanzibar (88,5812 mg/g), Sikotok (76,1082 mg/g) dan Siputih (70,9744mg/g).
Daftar pustaka Ariyanto F. 2007. Validasi metode analisis campuran mentol, metil salisilat, dan eugenol dalam vanishing cream dengan kromatografi gas. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta Desi RS. 2008. Penetapan kadar eugenol dalam minyak atsiri dari daun cengkeh dan bunga cengkeh (Eugenia aromatica O.K), Universitas Pancasila, Jakarta Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian I (3); 2004 Mostafa A. 1991. Diversifikasi hasil penggunaan cengkeh dan ikutannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertaniaan. Bogor Usman H, Akbar PS. 1995. Pengantar Statistika. Bumi Aksara. Jakarta