STUDI PENINGKATAN JALAN LAWEAN-SUKAPURA (STA. 0+000 - +000) KABUPATEN PROBOLINGGO Rewinda Oktovia Kresnawan, Azizah Rachmawati, Anang Bakhtiar Progam Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jalan MT. Haryono 9 Malang Email: rewind.oct@gmail.com ABSTRAK Jalan Lawean - Sukapura merupakan akses utama menuju kawasan wisata Gunung Bromo. Dengan kondisi jalan yang sempit dan bertambahnya volume lalu lintas kendaraan yang melintas di Ruas Jalan Lawean - Sukapura ini menyebabkan penurunan layanan yang diakibatkan oleh menurunnya kapasitas jalan karena adanya peningkatan hambatan samping maupun karena bertambahnya volume lalu lintas itu sendiri. Hal tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap kondisi lapisan perkerasan jalan yang berada di sepanjang Ruas Jalan Lawean Sukapura. Untuk kenyamanan pengguna jalan yang semakin bertambah maka perlu adanya peningkatan jalan. Panjang jalan yang dikerjakan km, dengan lebar jalan eksisting 6 m ditingkatkan menjadi 8 m. Dari hasil perhitungan untuk tebal perkerasan jalan raya sebesar, laston = 0 cm, batu pecah (kelas A) = 20 cm, sirtu/pitrun (kelas A) = 26 cm, untuk tebal lapis tambahan (overlay) sebesar 7 cm. Untuk perencanaan drainase diperoleh dimensi saluran h =,0 m, b = 0,90 m, dan W = 0,0 m. Kata kunci : Peningkatan Jalan, Tebal Lapis Tambahan, Overlay, Jalan Lawean Sukapura PENDAHULUAN Latar Belakang Jalan Lawean - Sukapura merupakan akses utama menuju kawasan wisata Gunung Bromo. Dengan kondisi jalan yang sempit dan bertambahnya volume lalu lintas kendaraan yang melintas di Ruas Jalan Lawean - Sukapura ini menyebabkan penurunan layanan yang diakibatkan oleh menurunnya kapasitas jalan karena adanya peningkatan hambatan samping maupun karena bertambahnya volume lalu lintas itu sendiri. Untuk kenyamanan pengguna jalan yang semakin bertambah maka perlu adanya peningkatan jalan pada ruas Jalan Lawean Sukapura. Panjang jalan yang dikerjakan km, dengan lebar jalan eksisting 6 m ditingkatkan menjadi 8 m Rumusan Masalah. Berapa volume lalu lintas sampai dengan 25 tahun? 2. Berapa tebal perkerasan pada pelebaran jalan raya yang memenuhi syarat?. Berapa tebal lapis tambahan perkerasan (overlay) dengan menggunakan metode analisa komponen?. Berapa dimensi saluran drainase pada ruas Jalan Lawean- Sukapura? 76 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
Tujuan dan Manfaat Tujuan dari studi ini sesuai dengan topik judul yang dikemukakan adalah sebagai berikut:. Mengetahui volume lalu lintas sampai dengan 25 tahun 2. Mengetahui tebal perkerasan untuk pelebaran jalan.. Mengetahui tebal lapisan tambahan (overlay) dengan menggunakan konstruksi perkerasan lentur pada ruas Jalan Lawean-Sukapura.. Mengetahui dimensi saluran drainase pada ruas Jalan Lawean-Sukapura. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dalam perencanaan pelebaran jalan dan perencanaan tebal lapis tambahan (overlay) pada Jalan Lawean-Sukapura di Kabupaten Probolinggo dan dapat menjadi pertimbangan dan acuan bagi perencana maupun penulis dalam pengerjaan perencanaan jalan, serta instansi yang terkait. TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Tebal Lapis Perkerasan Dalam menghitung tebal perkerasan jalan diperlukan beberapa langkah yaitu:. Menghitung lalu lintas harian rata-rata (LHR) LHR = LHR 0 (+i) n... (2-) 2. Menghitung angka Ekivalen (E). Perhitungan Lalu Lintas a. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) LEP = Σ i j LHR 0.Cj.E j... (2-2) b. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) LEA = LEP (+i) n... (2-) c. Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = (LEP+LEA)/2... (2-) d. Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER = LET.FP... (2-5) e. Faktor Penyesuaian (FP) FP = UR/0... (2-6) Dimana: UR = Usia rencana FR = Faktor penyesuaian i = Pertumbuhan lalu lintas j = Jenis kendaraan dasar diperoleh dari nilai CBR laboratorium, dari nilai itu ditentukan nilai CBR rencanna yang merupakan nilai CBR rata-rata. Nilai CBR rata-rata adalah nilai yang didapat dari angka persentase 90%. Gambar. Korelasi Antara Nilai DDT dan CBR 5. Faktor Regional Faktor regional dipengaruhi bentuk alinemen (kelandaian dan tikungan), presentase kendaraan berat juga iklim setempat (curah hujan). Tabel. Faktor Regional (FR) Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III Curah Hujan (<6%) (6-0%) (>0%) % Berat <0% >0% <0% >0% <0% >0% Iklim I (<900 mm/th) 0.5.0-.5.0.5-2.5 2.0-2.5 Iklim I (>900 mm/th).5 2.0-2.5 2.0 2.5-2.5.0-.5 6. Indeks Permukaan Indeks permukaan adalah nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. a. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) ITP = a.d + a2.d2 + a.d... (2-7) Dari perhitungan ITP akan diperoleh nilai d dari tabel.. Perhitungan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT). Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung tanah 77 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
Tabel 2.Batas-batas Minimum Tabel Lapisan Perkerasan Tebal ITP Minimum Bahan (cm). Lapisan Permukaan: <,00 5 Lapis pelindung (BURAS/BURTU/BURDA),00-6,70 6,7-7,9 7,50-9,99 7,5 LASBUTAG,LASTON 0,00 0 LASTON 2. Lapisan Pondasi Atas: <,00,00-7,9 7,50-9,99 0,00-2, 5 7,5 5 20*) 0 20 5 20 2,25 25 LASPEN/aspal macadam, HRA,LASBUTAG, LASTON LASPEN/aspal macadam, HRA,LASBUTAG, LASTON Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam, LASPEN LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam, LASPEN *) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 5 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar. Lapisan Pondasi Bawah: Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 0 cm (Sumber: Sukirman, S : 995, 7) Prencanaan Drainase Jalan Dimensi saluran drainase ditentukan berdasarkan kapasitas yang diperlukan, yaitu harus dapat menampung besarnya debit aliran rencana yang timbul akibat hujan pada daerah aliran, dengan mulai proses perhitungan. Debit Aliran C I A Q =,6 Q = debit lintasan (m³/det) C = koefisien pengaliran I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (km²) Saluran (channels). Waktu Konsentrasi Rumus yang digunakan dalam perhitungan waktu konsentrasi adalah : tc = t₁ + t₂ ; dan 0,67 t₁ = [ x,28 x L x ] menit L = Panjang lintasan aliran di permukaan lahan (m) n d = koefisien tambahan (pengaruh kondisi permukaan yang di lalui aliran) k = kemiringan lahan/kelandaian permukaan (lihat ketentuan) LS = Panjang lintasan aliran didalam saluran /sungai (m) V = Kecepatan aliran didalam saluran (m/det) t₁ = inlet time (menit) dan t₂ = L s / 60 x V 2. Menentukan Intensitas Curah Hujan (I) Perhitungan intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe adalah : I = R 2 2 2 t c 2 I = Intensitas curah hujan (mm/jam) R₂₄ = Curah hujan maksimum harian selama 2 jam (mm). Menentukan Luas Pengaliran (A) A = L (L₁ + L₂ + L₃) A = luas daerah pengaliran (km²) L = panjang saluran (m) L₁ = lebar badan jalan (m) L₂ = lebar bahu jalan L₃ = lebar daerah tidak padat sesuai dengan kondisi lapangan yang ada (m). Menentukan Besarnya Koefisien Pengaliran (Cw) Untuk menghitung koefisien rata rata pengaliran (Cw) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : c A + c2 A2 + c A Cw = A + A + A 2 Cw = Koefisien rata rata pada daerah pengaliran (tak berdimensi) C = Koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan (tak berdimensi) A = luas daerah pengaliran (km²) 5. Menghitung Kecepatan Aliran (V) Kecepatan rata rata aliran diperoleh dari rumus manning adalah : V =. R⅔. S½ V = kecepatan aliran (m/det) n = koefisien kekasaran manning S = kemiringan dasar saluran R = jari jari hidrolis (m) A R = P A = luas penampang basah (m²) 78 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
P = keliling basah (m) Data- Data Yang Diperlukan 6. Menghitung dimensi saluran a. Luas Penampang Basah (A) : A = (b + mh) h b. Keliling Basah (P) P = b + 2h m 2 + A = luas penampang basah (m²) P = keliling basah (m) b = lebar dasar saluran (m) h = kedalaman aliran (m) m = kemiringan dinding c. Jari jari Hidrolik (R) A R = P R = jari jari hidrolik (m) A = luas penampang basah (m²) P = keliling basah (m) d. Kapasitas Saluran (Q₁) Kapasitas saluran adalah debit yang ditampung oleh saluran drainase. = A V Q s Dimana: Q = kapasitas saluran (m³/det) s A = luas penampang basah (m²) V = kecepatan aliran (m/det) e. Tinggi Jagaan (W) W = h W = tinggi jagaan (m) H = kedalaman aliran (m) METODE PERENCANAAN Deskripsi Daerah Studi Studi perencanaan pening-katan Jalan Lawean-Sukapura Kabupaten Probolinggo ini dilakukan di Kecamatan Lawean Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur Ruas Jalan Lawean-Sukapura merupakan akses utama menuju tempat wisata Gunung Bromo Probolinggo, sehubungan dengan kebutuhan dan keperluan jalan tersebut ruas Jalan Lawean-Sukapura perlu ditingkatkan agar mampu melayani para pengguna jalan dengan nyaman, aman dan optimal. Berdasarkan batas dan perumusan masalah seperti pada Bab, maka data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut:. Peta lokasi, didapat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, untuk mengetahui lokasi studi dan panjang ruas jalan. 2. Data kontur, didapat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, untuk merencanakan konstruksi jalan raya.. Data kekuatan tanah (CBR), didapat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, untuk menghitung tebal perkerasan pada pelebaran jalan.. Data lalu lintas harian rata-rata(lhr), didapat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, untuk menghitung tebal tambahan perkerasan jalan (overlay). Data curah hujan, didapat dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, untuk menghitung analisa curah hujan maksimum rencana Langkah Studi Adapun langkah studi dalam pengerjaan skripsi ini adalah sebagai berkut:. Pengumpulan data ( Peta lokasi, data LHR, data CBR, dan data curah hujan). 2. Menghitung tebal tambahan perkerasan (Overlay).. Menghitung tebal perkerasan pada pelebaran jalan.. Menentukan tebal lapis perkerasan. 5. Analisa curah hujan maksimum rencana. 6. Menghitung debit maksimum (Qmax) 7. Menentukan dimensi saluran 8. Konstruksi jalan raya 9. Kesimpulan dan saran Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini: 79 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
Bagan Alir Studi Perencanaan Jalan Mulai Data Lokasi Data LHR Data CBR Data Curah Hujan Perhitungan Tebal Tambahan Perkerasan (Overlay) LHRn = LHR0 (+i) n PEMBAHASAN Tebal Lapis Perkerasan Perhitungan Tebal Perkerasan Pada Pelebaran Jalan ITP = a.d + a2.d2 + a.d Konstruksi Jalan Raya Selesai Tabel. Data Lalu Lintas Tahun Lalu Lintas Jl.Lawean- 206 Sukapura 556 Jl. Sukapura Lawean 68 Tahun Lalu Lintas Jl.Lawean- 207 Sukapura 587 Jl. Sukapura Lawean 69 Analisa Curah Hujan Maksimum I = (R2/2).(2/t) 2/ Uji Konsistensi Ya Debit Maksimum C.I.A Q =,6 Dimensi Saluran Drainase Tabel. Data Lalu Lintas Tahun 207 (Jl. Lawean- Sukapura) Jenis Arah Hari Pertama Arah Hari Kedua Rata-Rata LHR Arah Tahun 207 Arah 2 Hari Pertama Arah 2 Hari Kedua Rata-Rata LHR Arah 2 Tahun 207 Sepeda motor 5065 522 55 555 557 5526 Sedan, Jeep. 2 59 8 790 650 720 Bus Kecil 72 58 80 25 5 Bus Besar 9 22 2 2 2 2 Truk As 6 57 6 76 66 7 587 69 Tidak Tabel 5. LHR 207 (awal rencana) N o x ( + i) n Jenis Kendara an Jenis Kendar aan Kendara an/hari (2 arah) 5526 ( + 5802 (MC) 0,05) 2 720 ( + 756 (LV) 0,05) 5 ( + 6 (MHV) 0,05) 2 ( + 22 (LB) 0,05) 5 7 ( + 75 0,05) Tabel 6. LHR 202 (akhir rencana) N o x ( + i) n Kendara an/hari 5802 ( + (MC) 2 756 ( + (LV) 6 ( + (MHV) 22 ( + (LB) 5 75 ( + Tabel 7. Perhitungan Ekivalen No Jenis (2 arah) 968 2560 55 7 25 Koefisien Faktor Ekivalen (E) Satuan Ekivalen (Smp x E) (MC) 968 0,5 982 2 (LV) 2560 2560 (MHV) 55 2,5 6 (LB) 7 222 5 25 762 Total 7 Berdasarkan buku Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Raya tabel klasifikasi jalan raya dengan jumlah LHR = 7 smp, maka jalan yang akan direncanakan termasuk jalan raya Sekunder Kelas II A. 80 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
Tabel 8. Perhitungan LHR Rata-rata No Jenis LHR LHR LHR 207 202 Rata-rata % Sedan, Jeep, Station (LV) 756 2560 658 7,567290 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 6 55 5 5,875877 Bus Besar (LB) 22 7 8 2,587587 Truk As, Truk Gandeng, Trailer 75 25 65 7,98260 222 00 Tabel 9. Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) No Jenis LHR 207 Koefisien Distribusi Ekivalen ( E ) LEP ( C ) Sedan, Jeep, Station (LV) 756 0,000 0,02 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 6 0,59 25,67 Bus Besar (LB) 22 0,500 7,7000 Truk As, Truk Gandeng, Trailer 75,075 77,825,622 Tabel 0. Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) No Jenis LHR 2027 Koefisien Distribusi Ekivalen ( E ) LEA ( C ) Sedan, Jeep, Station (LV) 2560 0,000,020 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 55 0,59 86,885 Bus Besar (LB) 7 0,500 25,9000 Truk As, Truk Gandeng, Trailer 25,075 26,5250 ) Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = LET = = 2,685 2) Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER = LET. FP FP = Dimana, FP = Faktor Penyesuaian UR = Umur Rencana FP = FP = FP = 2,5 77,2675 ) Menentukan Faktor Regional Tabel. Perhitungan Faktor Regional Tahun Curah Hujan Rata-rata (mm/th) Kabupaten Probolinggo 2007 85 2008 26 2009 282 200 897 20 627 202 279 20 59 20 69 205 898 206 92 Curah Hujan Rata-rata = 72, mm/th Faktor Regional ditentukan dengan data berikut:. Curah hujan rata-rata 72, mm/th >900 mm/th termasuk iklim II 2. Kelandaian daerah (Kelandaian I) adalah < 6%. Persentase kendaraan berat = 25,29 % < 0 % Dilihat dari tabel 2.2 didapat faktor regional =,5 ) Daya Dukung Tanah dan CBR CBR rata-rata =, % (Sumber: Anonim :207) Nilai CBR rata-rata diplot pada grafik nilai Daya Dukung Tanah (DDT), didapat nilai DDT =,0 DDT =,0 LER = LET. FP = 2,685. 2,5 = 60,9225 bar 2. Grafik Korelasi Nilai DDT Gam 5) Menentukan Nilai IP 0 dan IP t a) Dengan data CBR tanah dasar (CBR Desain) =, % kemudian diplotkan pada 8 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
grafik Korelasi DDT dan CBR, maka didapat nilai daya dukung tanah (DDT) =,0 b) Nilai dari Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah = 60,9225 c) Nilai IP 0 (Indeks Permukaan Awal) adalah lapisan jalan yang menggunakan Laston Roughness > 000, dari tabel (2.) didapat nilai IP 0,9-,5 d) Nilai IP t (Indeks Permukaan Akhir) yang direncanakan berdasarkan jalan dan nilai LER, dari tabel (2.) maka didapat nilai IP t = 2,0 e) Faktor Regional (FR) diambil dari tabel (2.2) sebagai faktor korelasi keadaan alam dan iklim. Dari curah hujan sebesar 72, mm/th dan persentase kendaraan berat 25,29 (<0%) maka diperoleh nilai Faktor Regional =,5 Dari data di atas dapat ditentukan nomogram yang digunakan adalah nomogram, sehingga data di atas diplotkan pada nomogram tersebut didapatkan hasil ITP = 0, 2. Batu pecah (Kelas A) = 20 cm. Sirtu/piton (Kelas A) = 26 cm 8) Tebal Lebar Lapisan Perkerasan ITP = a.d + a 2.d 2 + a.d Umur rencana : 25 tahun ITP = 0,0. d + 0,. d 2 + 0,. d a. d = ITP (a. d + a 2. d 2 ) d = d = = 25,8 = 26 cm Susunan Lapisan Perkerasan Baru Laston 0 cm Batu Pecah 20 cm Sirtu 26 cm Tanah Dasar G ambar.susunan Lapisan Perkerasan Pada Pertambahan Lebar Jalan Gambar. Nomogram untuk IPt =2 dan IPo =,9-,5 6) Koefisien Kekuatan Relatif Dari tabel 2.5 didapat :. Lapisan permukaan menggunakan Laston a = 0,0 2. Lapisan pondasi atas menggunakan Batu Pecah (Kelas A) a2 = 0,. Lapisan pondasi bawah menggunakan Sirtu/pitrun (Kelas A) a = 0, 7) Batas Minimum Tebal Perkerasan Dari tabel 2.6 didapat:. Laston = 0 cm Perhitungan Tebal Lapis Tambahan (overlay) Jalan Lama Diketahui data lapis perkerasan adalah sebagai berikut:. Laston (MS: 7) = 0 cm 2. Agregat Batu Pecah (Kelas A) = 20 cm. Agregat Sirtu/Pitrun (Kelas A) = 26 cm. LER = 60,9225 5. FR = 2,0 6. DDT=,0 7. IPt = 2,0 8. ITP25 = 0, Berdasarkan data tersebut diatas maka penambahan tebal lapis perkerasan dapat ditentukan sebagai berikut: - Lapisan permukaan : 60%. 7,5. 0, =,8 - Lapisan pondasi atas : 00%. 20. 0, = 2,8 - Lapisan pondasi bawah : 00%. 22. 0, = 2,86 Ʃ IP awal = 7,6 Maka tebal lapis perkerasan sampai umur rencana tahun ke -25 adalah: ITP = ITP25 Ʃ ITP awal = 0, 7,6 82 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
= 2,6 ITP = a. d d = = 6,6 cm 7 cm Susunan Lapisan Perkerasan Jalan Lama Dengan Overlay Overlay 7 cm =, = 0,6 meter = 0, m (dibulatkan) Eksisting Jalan Gambar 5. Susunan Lapisan Perkerasan Jalan Lama Dengan Overlay Perencanaan Drainase Perhitungan Dimensi Saluran Saluran yang direncanakan dalam studi ini adalah saluran berbentuk trapesium dengan perbandingan kemiringan yaitu :. Luas Penampang Saluran (A) A =,828 h 2 A =,828,2 2 = 2,6 meter Keliling Basah (P) P = b + 2,828 h = + 2,828,2 = +, =, meter Jari jari Hidrolis (R) A R = P = 2,6, = 0,60 meter Kecepatan Aliran (V) Q V = A 0,5 V = 2,6 V = 0, m/det Kapasitas Saluran (Qs) Q s = A V = 2,6 0, = 0,5 m /det Tinggi Jagaan (W) W = h Gambar 6. Penampang Saluran PENUTUP Kesimpulan. Pada perhitungan lalu lintas harian rata-rata pada tahun ke 25 (LHR 202 ), maka diperoleh volume lalu lintas harian rata-rata = 7 SMP (satuan mobil penumpang). 2. Dari perhitungan peningkatan Ruas Jalan Lawean - Sukapura Kabupaten Probolinggo diperoleh tebal lapisan perkerasan jalan raya sebesar: Laston = 0 cm Batu pecah (kelas A) = 20 cm Sirtu/pitrun (kelas A) = 26 cm. Dari perhitungan peningkatan Ruas Lawean - Sukapura Kabupaten Probolinggo diperoleh tebal lapis tambahan (overlay) sebesar 7 cm.. Dari hasil perencanaan drainase Ruas Jalan Lawean - Sukapura Kabupaten Probolinggo diperoleh dimensi saluran: h =, m, b = 0,9 m, dan W = 0, m. Saran. Untuk perencanaan konstruksi pelebaran jalan dapat dilakukan menggunakan jenis konstruksi kaku (rigit pavement). 2. Pada perencanaan drainase bisa dicoba dengan bentuk saluran tertutup, dengan mempertimbangkan keamanan dari pengguna jalan. 8 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8
DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, A,A, Edisi Revisi (2006),Rekayasa Jalan Raya,Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang Anonim (207), Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Surabaya, Laporan Akhir Pelebaran Menuju Standart Direktorat Bina Marga, (992),Standart Perencanaan Geometric Untuk Jalan Perkotaan, Penerbit Direktorat Pembina Jalan Kota DPU (Departemen Pekerjaan Umum), (987), Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, Penerbit Yayasan Badan Penerbit PU Hendarsin, S.L, Cetakan Pertama (2000),Perencanaan Teknik Jalan Raya, Penerbit Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil, Bandung Suryadharma, H, dan Susanto, B, (999), Rekayasa Jalan Raya, Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta Sukirman, S, (995), Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova Bandung Sukirman, S, (995), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova Bandung Suripin, (200), Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Yogyakarta 8 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. F e b r u a r i 2 0 8