STUDI PENINGKATAN JALAN RAYA NASIONAL PADA RUAS JARAKAN BATAS PACITAN KABUPATEN TRENGGALEK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III METODA PERENCANAAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1) Diajukan Oleh : ADI SISWANTO

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN SIDOARJO - KRIAN (LINK 172) STA DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN PERKUATAN GEOTEKSTIL TUGAS AKHIR

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A.

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

PROYEK AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BANGKALAN Bts.KAB SAMPANG STA MADURA, JAWA TIMUR

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta TUGAS AKHIR

Disampaikan FAJAR ARIES PUTRA RACHMAD NUGROHO NRP NRP

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

PENGARUH BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN (studi kasus ruas jalan K.H. Ahmad Sanusi Sukabumi)

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

BAB III LANDASAN TEORI

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

STUDI STUDI PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN TAMBAHAN (OVERLAY) PADA RUAS JALAN MOTAHARE-RAILACO (STA STA ) TIMOR LESTE

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DI RUAS JALAN KALIURANG YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA STA ) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

EVALUASI KERUSAKAN JALAN STUDI KASUS (JALAN DR WAHIDIN KEBON AGUNG) SLEMAN, DIY

Fitria Yuliati

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU

ANALISIS SUSUNAN PERKERASAN JALAN PADA TIGA RUAS JALAN ARTERI DI SEMARANG

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road)

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN HRS/WC PADA RUAS JALAN TENDEKI-KUMERSOT PAVEMENT THICKNESS DESIGN HRS/WC ON THE STREETS TENDEKI-KUMERSOT

EVALUASI PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN TRANS KAPUAK KE RIAN KALIMANTAN TIMUR ABSTRAK

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

ANALISIS KEKUATAN PERKERASAN JALAN BATAS SKA BARAT BATAS KOTA BOYOLALI

Transkripsi:

STUDI PENINGKATAN JALAN RAYA NASIONAL PADA RUAS JARAKAN BATAS PACITAN KABUPATEN TRENGGALEK Moh. Syaiful Abid,, Anang Bakhtiar 1 Program Studi Teknik Sipil, 2 3 Dosen Teknik Sipil, Universitas Islam Malang Email: syaifulabid123@gmail.com ABSTRAK Jalan Raya merupakan suatu sarana yang bertujuan untuk menghubungkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain. Maksud dari lintasan dapat diartikan sebagai tanah yang dipadatkan atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas yaitu meliputi semua benda dan makhluk hidup yang melalui jalan tersebut baik kendaraan bermotor ataupun tidak bermotor [1]. Kabupaten Trenggalek terletak di wilayah pesisir pantai selatan dan pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo sedangkan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Untuk meningkatkan kenyamanan pengguna jalan raya maka perlu adanya pelebaran jalan pada ruas jalan. Dari latar belakang kondisi tersebut itulah sehingga perlu adanya peningkatan jalan pada ruas Jarakan-Batas Pacitan Panjang jalan yang dilaksanakan 12,6km, dan lebar perkerasan exsisting 5,5m dilebarkan jadi 7,5m. lalu diperoleh hasil dari perhitungan tebal lapisan perkerasan sebesar, sirtu = (23cm), batu belah = (20 cm), laston = 23 cm, dan tebal lapis tambah (overlay) sebesar 4cm. Dan dimensi saluran(drainase) H = 1,06 m, B = 0,87m, dan W = 0,62m. Kata kunci : Pelebaran Jalan, Ketebalan Lapis Tambahan (Overlay), Perencanaan Drainase,Jalan Jarakan-Batas Pacitan PENDAHULUAN Latar Belakang Jalan Jarakan-Batas Pacitan terletak di Kabupaten Trenggalek. Dengan ruas jalan yang semakin sempit dan semakin bertambahnya volume arus lalu lintas yang melintas di Ruas Jalan Jarakan-Batas Pacitan yang bertambah ini menyebabkan kerusakan jalan yang disebabkan karena menyusutnya daya tampung jalan karena adanya kemacetan disamping ataupun semakin bertumbuhnya arus lalu lintas yang melewati jalan tersebut [3]. Untuk meningkatkan pelayanan pemakai jalan yang semakin meningkat maka harus diadakan peningkatan jalan pada ruas Jalan Jarakan-Batas Pacitan. Panjang jalan yang akan dilaksanan 12km, dan lebar jalan exsisting 5,5m dilebarkan menjadi 7,5m Rumusan Masalah Berdasarkan Yang uraian dijelaskan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu: 1. Berapa volume LHR pada jalan Jarakan Batas Pacitan hingga 25 tahun mendatang? 2. Berapakah ketebalan lapis perkerasan pada pertambahan 44 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

lebar jalan raya yang sesuai syarat? 3. Berapa ketebalan lapisan tambah perkerasan (overlay) dengan menggunakan metode analisa komponen? [3] 4. Berapa dimensi saluran drainase pada ruas Jarakan - Batas Pacitan? [4] Manfaat dan Tujuan Manfaat yang diperoleh dari studi ini adalah: Memberi masukan saran dalam hal perencanaan tebal lapisan perkerasan pada ruas jalan Jarakan Batas Pacitan Bisa menjadi masukan atau gambaran untuk perencana atau penyusun dalam proses perencanaan peningkatan jalan, serta pihak yang bersangkutan. Tujuan dari penyusunan skripsi ini sesuai dengan judul yang dipaparkan yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui volume LHR hingga 25 tahun kedepan 2. Mengetahui ketebalan lapis perkerasan untuk pertambahan lebar jalan sesuai metode Analisa Komponen 3. Mengetahui ketebalan lapis tambahan (overlay) dengan konstruksi perkerasan lentur pada ruas Jalan Jarakan Batas Pacitan [3]. 4. Mengetahui ukuran saluran drainase di ruas jalan Jarakan - Batas Pacitan [4] TINJAUAN PUSTAKA Perancangan Ketebalan Lapisan Perkerasan Dalam menentukan ketebalan lapisan perkerasan dibutuhkan langkah berikut : 1. Menentukan lalu lintas harian rerata (LHR) LHR =(LHR 0 (1+i) n ) 2. Menentukan angka Ekivalen (E) 3. Menghitung Arus Lalu Lintas 1) Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) LEP = (Σ i j LHR 0 x Cj x E) 2) Lintas Ekivalen Akhir (LEA) LEA =( LEP x (1+i) n ) 3) Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = ((LEP+LEA)/2) 4) Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER =( LET x FP) 5) Faktor Penyesuaian (FP) FP = (UR/10) Dimana: UR = Umur rencana FR = Faktor Penyesuaian i = Pertumbuhan arus Lalu Lintas j = Jenis-jenis kendaraan 4. Menghitung Daya Dukung Tanah Dasar (DDT). Daya dukung tanah dasar (DDT) ditentukan berdasarkan grafik korelasi. Daya dukung tanah dasar didapat dari nilai CBR laboratorium, dari nilai itu maka dapat menentukan harga CBR rencana yang merupakan harga CBR rerata. Nilai CBR rerata yang digunakan harga yang diperoleh dari angka persentase 90% [1]. 45 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

Tabel Batas-batas Minimum Tabel Lapisan Perkerasan Tebal ITP Minimum Bahan (cm) 1. Lapisan Permukaan: <3,00 5 Lapis pelindung (BURAS/BURTU/BURDA) 3,00-6,70 5 LASPEN/aspal macadam, HRA,LASBUTAG, LASTON Hubungan Antara Nilai CBR dan DDT 5. Regional Factor Faktor regional (FR) yaitu faktor koreksi yang berhubungan dengan adanya perbedaan situasi percobaan A.A.S.H.T.O Road Tes setelah itu disesuaikan dengan kondisi di wilayah Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi Faktor regional meliputi seperti berbentuk alinemen (kelandaian dan tikungan), prosentase kendaraan berat dan terakhir cuaca/iklim setempat (curah hujan) [2]. Tabel FR (Faktor Regional) Kelandaian I Kelandaian II Kelandaian III Curah Hujan (<6%) (6-10%) (>10%) % Kendaraan Berat <30% >30% <30% >30% <30% >30% Iklim I (<900 mm/th) 0.5 1.0-1.5 1.0 1.5-2 1.5 2.0-2.5 Iklim I (>900 mm/th) 1.5 2.0-2.5 2.0 2.5-3 2.5 3.0-3.5 6. Surface Index Indeks permukaan merupakan nilai kerataan atau kehalusan dan kekokohan permukaan yang mempunyai hubungan dengan tingkat pelayanan lalu lintas yang melalui [1]. a. ITP (Indeks Tebal Permukaan) ITP = (a1 x d1 + a2 x d2 + a3 x d3) Dari hasil hitungan ITP maka didapat nilai d dari table sebagai berikut. 6,71-7,49 7,50-9,99 7,5 LASBUTAG,LASTON 10,00 10 LASTON 2. Lapisan Pondasi Atas: < 3,00 3,00-7,49 7,50-9,99 10,00-12,14 7,5 15 20*) 10 20 15 20 12,25 25 LASPEN/aspal macadam, HRA,LASBUTAG, LASTON Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas tanah dengan kapur LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam, LASPEN LASTON atas Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilias tanah dengan kapur, pondasi macadam, LASPEN *) Batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar 3. Lapisan Pondasi Bawah: Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm (Sumber: Sukirman, S : 1995, 147) Merencanakan Saluran Drainase Jalan Ukuran saluran drainase dapat diketahui beradasarkan daya tampung yang dibutuhkan, yaitu harus bisa memuat volume debit aliran rencana yang diakibatkan hujan pada wilayah aliran, dengan dimulai prosess menghitung. Analisa hidrolik meliputi proses perhitungan hujan rencana sampai dengan debit rencana [2]. Debit Aliran C x I x A Q = 3,6 Diketahui : Q = (debit lintasan) (m³/det) C = (koefisien pengaliran) I = (intensitas hujan selama waktu konsentrasi)(mm/jam) A = (luas wilayah tangkapan hujan) (km²) Channels (Saluran) 1. Concentration Time (Tc) Waktu konsentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik 46 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan suatu aliran [1]. Rumus perhitungan waktu konsentrasi yaitu: tc =( t₁ + t₂) t₁ = [ 2 nd x 3,28 x L x ] 0, 167 menit 3 k L = Panjang lintasan aliran pada permukaan lahan (m) n d n d = koefisien tambahan (pengaruh kondisi permukaan yang dilewati aliran) k = kemiringan lahan atau kelandaian permukaan LS = Panjang lintasan aliran didalam saluran atau sungai (m) V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/det) t₁ = inlet time (menit) dan t₂ = L s / 60 x V 2. Menghitung Intensitas Curah Hujan (I) Untuk menghitung intensitas curah hujan dihitung memakai rumus sebagai berikut : 2 3 R 24 24 I = 24 t c I = (Intensitas curah hujan) (mm/jam) R₂₄ = (Curah hujan maksimum harian 24 jam) (mm) 3. Menghitung Luas Pengaliran (A) A =( L (L₁ + L₂ + L₃)) A = (luas daerah pengaliran) (km²) L = (panjang saluran) (m) L₁ = (Lebar Badan Jalan) (m) L₂ = (Lebar Bahu Jalan) L₃ = (Lebar Daerah Tidak Padat Sesuai Dengan Kondisi Lapangan Yang Ada) (m) 4. Menghitung Besar Koefisien Pengaliran (Cw) Untuk menentukan koefisien rata rata pengaliran (Cw) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut [1] : c1 A1 + c2 A2 + c3 Cw = A + A + A 1 Cw = (Koefisien rata rata pada daerah pengaliran) C = (Koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan) A = (luas daerah pengaliran) (km²) 5. Menghitung Kecepatan Aliran (V) Kecepatan rata rata aliran didipat dari rumus manning yaitu : V = 1 x R⅔ x S½ n n = (koefisien kekasaran manning) V = (kecepatan aliran) (m/det) R = (jari jari hidrolis) (m) S = (kemiringan dasar saluran) A R = P P = (keliling basah) (m) A = (luas penampang basah) (m²) 2 6. Menghitung dimensi saluran a. Rumus Luas Penampang Basah (A) : A = (b + mh) x h b. Keliling Basah (P) P = b + 2h m 2 + 1 P = (keliling basah) (m) A = (luas penampang basah) (m²) h = (kedalaman aliran) (m) m = (kemiringan dinding) b = (Lebar dasar saluran) (m) c. Jari jari Hidrolik (R) A R = P A = luas penampang basah (m²) P = keliling basah (m) R = jari jari hidrolik (m) 3 A 3 47 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

d. Daya Tampung Saluran (Q₁) Kapasitas saluran merupakan debit yang ditampung oleh saluran drainase [1]. Q s = (A x V) Dimana: Q = (kapasitas saluran) (m³/det) V A s = (kecepatan aliran) (m/det) = (luas penampang basah) (m²) e. Tinggi Jagaan (W) W= 1 3 x H H = (kedalaman aliran) (m) W = (tinggi jagaan) (m) METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Deskripsi Daerah Studi Studi perencenaan ruas jalan Jarakan - Batas Pacitan Kabupaten Trenggalek dilakukan di Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur. Sebagai konsekuensi dari perkembangan wilayah tersebut berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan infrastruktur penunjang yang lebih baik, nyaman dan efisien bagi para pengendara pengguna jalan pada umumnya, jalan yang akan direncanakan yaitu jalan Jarakan Batas Pacitan dengan metode analisa komponen. 3.2 Data- Data Yang Diperlukan Sesuai batas dan rumusan masalah yang ada pada Bab 1, maka datadata yang dibutuhkan yaitu sebagai berikut [1] : a. Location Map, didapat dari Balai Besar Kementrian Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Jawa Timur, untuk mengetahui lokasi studi dan panjang ruas jalan. b. Gambar kontur, diperoleh dari Balai Kementrian Pelaksanaan Jalan Nasional 8 Jawa Timur, untuk Perencanaan konstruksi jalan raya nasional. c. Data CBR, diperoleh dari Balai Kementrian Pelaksanaan Jalan raya Nasional 8 Jawa Timur, untuk menentukan tebal perkerasan pada pelebaran jalan. d. Data LHR, diperoleh dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Jawa Timur, untuk menghitung tebal tambahan perkerasan jalan (overlay). e. Data curah hujan harian, diperoleh dari Balai Kementrian Pelaksanaan Jalan Nasional 8 Jawa Timur, untuk menentukan debit curah hujan harian rerata maksimal rancangan 3.6 Langkah Studi Urutan langkah-langkah studi dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut: 1. Penghimpunan data ( Peta lokasi, data Lhr, data Cbr, dan data curah hujan). 2. Menentukan tebal lapisan tambah perkerasan jalan (Overlay). 3. Menentukan ketebalan perkerasan pada pertambahan lebar jalan. 4. Menentukan tebal lapis perkerasan. 5. Analisis curah hujan harian rerata maximum rancangan. 6. Menentukan debit maximum (Q.Max) 7. Menentukan dimensi saluran 8. Konstruksi jalan raya 9. Kesimpulan dan saran Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini: 48 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

3.7 Bagan Alir Studi Perencanaan Jalan Mulai Data Lokasi Data LHR Data CBR Data Curah Hujan Perhitungan Tebal Tambahan Perkerasan (Overlay) LHRn = LHR0 (1+i) n Perhitungan Tebal Perkerasan Pada Pelebaran Jalan ITP = a1.d1 + a2.d2 + a3.d3 Analisa Curah Hujan Maksimum I = (R24/24).(24/t) 2/3 Tidak 4 Bus besar (LB) 10 5 Truk/box (LT) 305 Tabel 4 LHR 2017 (awal rencana) No Jenis Kendaraan Kendaraa n Kendaraa n harian 2 arah 1 Sepeda (MC) 5321(1+0,06) 1 5645 2 Sedan (LV) 1751(1+0,06) 1 1856 3 Bus Kecil (MHV) 377(1+0,06) 1 399 4 Bus Besar (LB) 10(1+0,06) 1 10 5 Truk 3 As (LT) 305(1+0,06) 1 323 Tebal Lapis Perkerasan Konstruksi Jalan Raya Selesai Uji Konsistensi Ya Debit Maksimum C.I.A Q = 3,6 Dimensi Saluran Drainase Tabel 5 LHR 2042 (akhir rencana) No Jenis Kendaraan Kendaraan Kendaraan harian 2 arah 1 Sepeda(MC) 5645(1 + 0,06) 25 24227 2 Sedan (LV) 1856(1 +0,06) 25 7966 3 Bus Kecil 399(1 + 0,06) 25 1712 (MHV) 4 Bus Besar (LB) 10(1 + 0,06) 25 43 5 Truk 3 As (LT) 323(1 + 0,06) 25 1386 PEMBAHASAN Tabel 2 Data Lalu Lintas Tahun Arah Lalu Lintas Jl. Jarakan - Batas 3321 2016 Pacitan Jl. Batas Pacitan - 3778 Jarakan Tahun Arah Lalu Lintas Jl. Jarakan - Batas 3605 Pacitan 2017 Jl. Batas Pacitan - Jarakan 4011 Tabel 3 Data Lalu Lintas Tahun 2017 (Jl. Jarakan Batas Pacitan) NO Jenis Kendaraan Kendaraan 1 Sepeda Motor (MC) 5321 2 Sedan jeep (LV) 1751 3 Bus kecil (MHV) 377 Tabel 6 Perhitungan Ekivalen N o Jenis Kendaraa n Kendaraa n Koefisien Faktor Ekivalen (E) Satuan Kendaraa n Ekivale n (Smp x E) 1 Sepeda 24227 0,5 12113 (MC) 2 Sedan (LV) 7966 1 7966 3 Bus Kecil 1712 2,5 4280 (MHV) 4 Bus Besar 43 3 129 (LB) 5 Truk 3 As 1386 3 4158 (LT) Total 28646 Berdasarkan buku Panduan Perencanaan Geometrik Jalan Raya pada tabel klasifikasi jalan raya dengan jumlah nilai LHR = 28646 smp, maka jalan yang akan dikerjakan termasuk jalan raya 49 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

Sekunder Kelas II A (dapat dilihat dari tabel 2.3) [1] Tabel 7 Perhitungan LHR Rerata No Jenis Kendaraan LHR LHR LHR 2017 2042 Rata-rata % Kendaraan 1 Sedan, Jeep, Station (LV) 1856 7966 4911 71,719606 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 399 1712 1056 15,414385 3 Bus Besar (LB) 10 43 27 0,387003 4 Truk 3 As, Truk Gandeng, Trailer (LT) 323 1386 855 12,479007 6848 100 Tabel 8 Perhitungan Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) No Jenis Kendaraan LHR 2017 Koefisien Distribusi Ekivalen ( E ) LEP ( C ) 1 Sedan, Jeep, Station (LV) 175 1 0,0004 0,0700 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 377 1 0,1593 60,0561 3 Bus Besar (LB) 10 1 0,3500 3,5000 4 Truk 3 As, Truk Gandeng, Trailer (LT) 305 1 1,0375 316,4375 Tabel 9 Perhitungan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) No Jenis Kendaraan LHR 2027 Koefisien Distribusi Ekivalen ( E ) 380,0636 LEA ( C ) 1 Sedan, Jeep, Station (LV) 1856 1 0,0004 0,7424 2 Bus Kecil, Truk 2 As (MHV) 399 1 0,1593 63,5607 3 Bus Besar (LB) 10 1 0,3500 3,5000 4 Truk 3 As, Truk Gandeng, Trailer 323 (LT) 1 1,0375 335,1125 402,9156 1) Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = LEP+LEA 2 LET = 380,0636+4012,9156 2 =391,4896 2) Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) LER = LET x FP FP = UR 10 Dimana, UR = Umur Rencana FP = Faktor Penyesuaian FP = UR 10 FP = 25 10 FP = 2,5 LER = LET. FP =391,4896 x 1 =391,4896 3) Menentukan Faktor Regional Tabel 10 Perhitungan Faktor Regional Tahun Curah Hujan Rata-rata (mm/th) Kabupaten Trenggalek 2007 1487 2008 1588 2009 1208 2010 827 2011 2800 2012 1410 2013 2398,5 2014 2742,8 2015 1573,8 2016 1145 Curah Hujan Rata-rata = 1718,01 mm/th Faktor Regional dapat ditentukan dengan data sebagai berikut: a. Curah hujan Rerata 1718,01 mm / th >900 mm / th termasuk iklim II [1] b. Kelandaian daerah (Kelandaian I) adalah < 6% c. Persentase kendaraan berat = 28,28039426 % < 30 % Dapat Dilihat di tabel 2.12 diperoleh faktor regional = 1,5 4) Daya Dukung Tanah dan CBR CBR rata-rata = 4,28 % (Sumber: Anonim :2017) Nilai CBR rata-rata diplot pada grafik nilai Daya Dukung Tanah [1] (DDT), didapat nilai DDT = 4,4 50 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

DDT = 4,4 Gambar 4.1 Grafik hubungan Nilai DDT dan CBR 5) Menentukan Nilai IP 0 dan IP t Untuk mendapatkan nilai ITP, terlebih dahulu harus ditentukan nilai-nilai DDT, FR, IP, dan IP 0 sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Dalam hal ini baik berupa tabel atau grafik. 1) Dengan diperoleh data Cbr tanah dasar (CBR Desain) = 4,28 % kemudian dimasukan pada grafik hubungan CBR dan DDT, maka diperoleh nilai daya dukung tanah (DDT) = 4,4 2) Nilai dari LER (Lintas Ekivalen Rencana) yaitu = 391,4896 [2] 3) Nilai Indeks Permukaan Awal (IP 0 ) adalah lapisan jalan yang menggunakan Laston Roughness > 1000, diperoleh dari tabel (2.14) dan didapatkan nilai IP 0 3,9-3,5 4) Nilai IP t (Indeks Permukaan Akhir) yang direncanakan berdasarkan jalan dan nilai Lintas Ekivalen Rencana (LER), dari tabel (2.13) maka diperoleh nilai IP t = 2,0 [2]. 5) FR (Faktor Regional) didapat dari tabel (2.12) sebagai faktor hubungan keadaan alam dan iklim. Dari data curah hujan rerata senilai 1718,01 mm / th [2] dan prosentase kendaraan berat 28,28 (<30%) maka didapat nilai FR (Faktor Regional) = 1,5 Dari data tersebut diatas bisa menententukan nomogram yang akan dipakai yaitu nomogram 4, sehingga data-data tersebut bisa dimasukan pada nomogram tersebut diperoleh hasil ITP = 8,8 CBR = 3,4 Gambar 3 Nomogram.4 untuk menentukan IPt =2 dan IPo = 3,9-3,5 6) Koefisien Kekuatan Relatif From table 2.15 we get: 51 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

1. Surface layer menggunakan Laston a1 = 0,40 2. Lapisan pondasi atas menggunakan Batu Pecah (Kelas A) a2 = 0,14 3. Lapisan pondasi bawah menggunakan Sirtu/pitrun (Kelas A) a3 = 0,13 7) Batas Minimum Tebal Perkerasan Dari tabel 2.16 didapat: 1. Laston = 7,5 cm 2. Batu pecah (Kelas A) = 20 cm 3. Sirtu/piton (Kelas A) = 23 cm 8) Tebal Lebar Lapisan Perkerasan ITP = a 1 x d 1 + a 2 x d 2 + a 3 x d 3 Umur rencana : 25 tahun ITP = 0,40 x d 1 + 0,14 x d 2 + 0,13 x d 3 a 3. d 3 = ITP (a 1. d 1 + a 2. d 2 ) d 3 = d 3 = ITP (a1.d1 + a2.d2) a3 8,8 (0,40. 7,5 + 0,14. 23) 0,13 = 23,07 = 23 cm Susunan Lapisan Perkerasan Baru Laston 7,5 cm Batu Pecah 20 cm Sirtu 23 cm Tanah Dasar 1. Laston (MS: 744) = 7,5cm 2. Agregat Batu Pecah (Kelas A) = 20cm 3. Agregat Sirtu/Pitrun (Kelas A) = 23cm 4. LER = 391,4896 5. FR = 1,5 6. DDT= 4,4 7. IPt = 2,0 8. ITP25 = 8,8 Berdasarkan perolehan data diatas maka pertambahan ketebalan lapisan perkerasan bisa ditentukan sebagai berikut: - Lapis permukaan 60%. 7,5. 0,4 = 1,8 - Lapis pondasi atas 90%. 20. 0,14 = 2,52 - Lapis pondasi bawah - : 100%. 23. 0,13 = 2,99 Ʃ IP awal = 7,31 Maka diperoleh ketebalan lapis perkerasan sampai dengan umur rencana pada tahun ke -25 adalah [2] : ITP = ITP25 Ʃ ITP awal = 8,8 7,31 = 1,5 ITP = a 1. d 1 d 1 = 1,5 = 3,75 cm 4 cm 0,4 Susunan Tebal Lapisan Perkerasan Jalan Lama Dengan Overlay Overlay 4 cm Gambar 4 Tebal Lapisan Perkerasan Pada Pertambahan Lebar Jalan 4.3 Perhitungan Tebal Lapis Tambahan (overlay) Didapat data lapis perkerasan yaitu sebagai berikut: Gambar 5 Susunan tebal Lapisan Perkerasan Jalan Lama Dengan Overlay 4.4 Analisa Drainase Eksisting Jalan 52 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

... Perhitungan Dimensi Saluran w = 0,35 m Saluran yang akan digunakan dalam pengerjaan ini yaitu saluran dengan bentuk trapesium dengan perbandingan kemiringan yaitu 1:1 [1]. Luas Penampang Saluran (A) A = 1,828 h 2 A = (1,828 1,17 2 ) A = 2,5 meter Keliling Basah (P) P = (b + 2,828 h) =(0,97 + 2,828 1,17) = (0,97 + 3,31) = 4,28 meter Jari jari Hidrolis (R) R A = P 2,5 = 4,28 = 0,58 meter Kecepatan Aliran (V) V = Q/A = 0,33/2,5 = 0,132 m/det Kapasitas Saluran (Qs) Q s = A. V = 2,5 0,132 = 0,33 m 3 /det Tinggi Jagaan (W) W = 1 3 x h 1 = 1,06 3 = 0,35 meter b = 0,97 m h = 1,17 m Gambar 6 Penampang Saluran Drainase PENUTUP Kesimpulan 1. Pada perhitungan LHR rerata pada tahun ke 25 (LHR 2042 ), maka didapat volume lalu lintas harian (LHR) rerata = 28646 SMP (satuan mobil penumpang) [3]. 2. Dari perhitungan pelebaran pada Ruas Jalan Jarakan-Batas Pacitan Kabupaten Trenggalek didapat ketebalan lapis perkerasan jalan raya nasional sebesar [3] : Laston = 7,5cm Sirtu/pitrun (kelas A) = 23cm Batu pecah (kelas A) = 20cm 3. Dari perhitungan tebal lapis tambahan pada Ruas Jarakan- Batas Pacitan Kabupaten Trenggalek didapat ketebalan lapisan tambahan (overlay) sebesar 4 cm. 4. Dari hasil perhitungan drainase pada Ruas jalan Jarakan-Batas Pacitan Kabupaten Trenggalek didapat dimensi saluran: W=0,35m, H= 1,17m, dan B= 0,94m. Saran 1. Untuk merencanakan pertambahan lebar perkerasan jalan bisa juga menggunakan jenis konstruksi kaku (rigit pavement). 53 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8

2. Dalam merencanakan saluran drainase dapat ditambah penutup pada bagian atas saluran drainase, dengan mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. DAFTAR PUSTAKA 1. (DPU) Departemen Pekerjaan Umum, (1987), (Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen Penerbit Yayasan Badan Penerbit PU) 2. Sukirman, S, (1995), (Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova Bandung 3. Anonim (2017), Balai Besar Kementrian Pelaksanaan Jalan Raya Nasional VIII Jawa Timur, Laporan Akhir Pelebaran Menuju Standart) 4. Direktorat Bina Marga, (1992),(Standart Perencanaan Geometric Untuk Jalan Perkotaan, Penerbit Direktorat Pembina Jalan Kota) 5. Suryadharma, H, dan Susanto, B, (1999), (Rekayasa Jalan Raya, Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta) 6. Sukirman, S, (1995), (Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova Bandung) 7. Alamsyah, A,A, Edisi Revisi (2006),Rekayasa Jalan Raya,Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang Suripin, (2003), (Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Penerbit Andi Yogyakarta) 8. Hendarsin, S.L, Cetakan Pertama (2000),(Perencanaan Teknik Jalan Raya, Penerbit Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil, Bandung) 54 J u r n a l R e k a y a s a S i p i l V o l. 6 N o. 1 F e b r u a r i 2 0 1 8