Mengacu kepada code of conduct for responsible fisheries, bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan harus memperhatikan

dokumen-dokumen yang mirip
Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

hayati laut pada umumnya (Simbolon et al., 2009), penyebaran organisme di laut serta pengaturannya (Nybakken 1988).

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

MODEL KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN PERIKANAN LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI H I M E L D A

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PEMANFAATAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN LEMURU DI PERAIRAN SELAT BALI ABSTRAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

5 PEMBAHASAN 5.1 Fluktuasi Hasil Tangkapan ( Catch ) Ikan Lemuru

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

penangkapan (Berkes et a/., 2001 dalam Wiyono dan Wahju, 2006). Secara de

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

VI. ANALISIS BIOEKONOMI

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Kajian Excess Capacity Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali 1

2 penelitian berjudul Pola Pemanfaatan Sumberdaya Udang Dogol (Metapenaeus ensis de Haan) Secara Berkelanjutan di Perairan Cilacap dan Sekitarnya ; Su

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

MANAJEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN BULUNGAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Selanjutnya menurut Dahuri (2002), ada enam alasan utama mengapa sektor kelautan dan perikanan perlu dibangun.

Ervina Wahyu Setyaningrum. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN Pengertian Kebijakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional, yaitu memanfaatkan sumberdaya yang ada semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dan sesuai dengan permintaan pasar. Pengelolaan sumberdaya perikanan (fisheries management) khususnya perikanan tangkap prosesnya sangat kompleks, sehingga membutuhkan integrasi antara aspek biologi, ekologi, ekonomi dan unsur manusia sebagai pemanfaat hasil tangkapan. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap seharusnya dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan sebagai habitat ikan tujuan penangkapan. Idealnya, harus memperhatikan daya dukung atau kemampuan setiap komponen yang terdapat dan terkandung dalam satu wilayah yang menjadi lokasi kegiatan penangkapan ikan, dalam rangka memenuhi kebutuhan optimal masing-masing wilayah. Upaya menyelaraskan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, agar dapat dilakukan secara berkelanjutan mensinergikan antara pemanfaatan dan keberlanjutan sumberdaya sehingga pada masa yang akan datang sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap dengan memperhatikan keberlanjutan terhadap sumberdaya yang menjadi target penangkapan sejatinya memperhatikan keseimbangan antara tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan tetap memperhatikan biologi serta ekologi ikan target penangkapan. Keseimbangan sosial ekonomi dimaksud mencakup kesejahteraan nelayan, keadilan dalam pemanfaatan sumberdaya, tetap mempertimbangkan kemajuan pengetahuan dan informasi, ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik, serta keterlibatan manusia didalamnya. Kesimbangan tersebut dapat diwujudkan melalui sebuah pengelolaan sumberdaya perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan. Mengacu kepada code of conduct for responsible fisheries, bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan harus memperhatikan

2 seluruh aspek biologi, teknologi, ekonomi, sosial, lingkungan dan komersial yang relevan terhadap pengelolaan sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibuat suatu model yang terpola dengan baik dan tepat serta komprehensif, sehingga pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap secara berkelanjutan dapat dilakukan secara utuh oleh nelayan dan pelaku usaha perikanan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam implementasi keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan antara lain: (1) perikanan harus dikelola pada batas yang memberikan dampak yang dapat ditoleransi oleh lingkungan perairan; (2) interaksi ekologis antar sumberdaya ikan dan lingkungannya harus dijaga; (3 memiliki perangkat pengelolaan yang compatible untuk semua distribusi sumberdaya ikan; (4) melakukan prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan perikanan; (5) tata kelola perikanan mencakup kepentingan sistem ekologi dan sistem manusia itu sendiri (FAO, 2003). Berdasarkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap tersebut di atas, maka implementasinya memerlukan adaptasi struktural maupun fungsional di seluruh tingkat pengelolaan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini menjadi penting, kenapa demikian? Karena menyangkut kerangka berpikir (mindset) dalam melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan. Sebagai contoh, otoritas perikanan tidak hanya menjalankan fungsi administratif (fisheries administrative functions), akan tetapi sudah dan harus menjalankan fungsi pengelolaan terhadap sumberdaya perikanan (fisheries management functions) (Adrianto et al, 2010). Keberlanjutan sumberdaya (sustainable development), merupakan pembangunan perikanan tangkap dengan memperhatikan faktor ekologi agar ketersediaan sumberdaya dapat dipertahankan untuk generasi mendatang. Hal lain yang menjadi faktor penting dalam keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan adalah keberlanjutan secara sosial ekonomi dan keberlanjutan dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, harus ada keberlanjutan institusi sebagai pembuat kebijakan dalam merumuskan pengelolaan sumberdaya yang menjadi tujuan penangkapan.

3 Selat Bali, merupakan selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali dengan bentuk seperti corong. Bagian selatan melebar sebesar 35 km dan bagian utara menyempit dengan lebar 2,5 km. Secara geografis, Selat Bali terletak antara 114 20' 115 10' BT dan 8 10' 8 50' LS dengan luas sekitar 2500 km 2. Kegiatan penangkapan ikan di Selat Bali umumnya menggunakan alat tangkap purse seine. Namun demikian masih ada alat tangkap lain yang digunakan oleh nelayan setempat seperti payang, gillnet, bagan, dan pukat pantai. Pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) sangat intensif dilakukan oleh nelayan yang berada di kawasan pesisir Selat Bali. Dimana pemanfaatan tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen, terutama sebagai bahan baku ikan kaleng dan dikonsumsi segar. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun 2009, pemanfaatan sumberdaya lemuru adalah sebesar 45.057,0 ton dengan nilai Rp. 87.205.830.000,- dan 45.092,4 ton, dengan nilai sebesar Rp. 97.456.824.000,-. Ikan lemuru dikenal sebagai ikan musiman (Nontji, 2007). Dikatakan sebagai ikan musiman karena, musim ikan lemuru adalah bulan September Oktober dan musim puncak pada bulan Desember Januari. Selanjutnya dikatakan bahwa, akhir-akhir ini pemanfaatan lemuru sudah menunjukkan over fishing. Ikan lemuru, lebih banyak terkonsentrasi di Selat Bali dan pemanfaatannya sangat intensif, serta merupakan komoditi unggulan masyarakat dan nelayan di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali. Melalui penelitian ini, penulis berkeinginan menyusun atau memperbaiki pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) yang sudah ada sebelumnya dengan model keberlanjutan sumberdaya yang terpola dengan baik, dengan memperhatikan kedinamisan antara biotik dan abiotik yang terdapat di lingkungan perairan Selat Bali dan mengedepankan unsur manusia sebagai pelaku usaha dan pemanfaat, sehingga keberlanjutan sumberdaya lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari.

4 1.2 Perumusan Masalah Ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853), pada musimnya tersedia secara melimpah sehingga penangkapan dapat dilakukan secara efektif. Dalam kondisi seperti ini, waktu untuk mencari gerombolan ikan menjadi lebih pendek/singkat. Penangkapan secara besar-besaran akan terjadi, dan nelayan akan berlomba-lomba untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya. Jika keadaan ini terus berlangsung dan cenderung tidak terkendali, maka akan menyebabkan terjadi penangkapan yang berlebihan (overfishing). Pada awalnya terjadi lebih tangkap pertumbuhan (growth overfishing), dan kalau keadaan ini terus berlangsung akan disusul oleh lebih tangkap rekruitmen (recruitment overfishing). Sejak tahun 1975, pengaturan penangkapan ikan lemuru di Selat Bali sudah dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan dengan SK No.123/Kpts/Um/1975, tentang pengaturan besaran mata jaring pada bagian kantong. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan tersebut, ditindak lanjuti oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Bali dengan menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB), tentang jumlah alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi. SKB tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan, dan perubahan terbaru dilakukan pada tahun 1992 yaitu penetapan jumlah alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi di Selat Bali sebanyak 273 unit, dengan pembagian untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 190 unit dan untuk Provinsi Bali sebanyak 83 unit. Berdasarkan data statistik perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2009, sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, bahwa hasil tangkapan ikan lemuru untuk Provinsi Jawa Timur di Selat Bali mencapai 45.057,0 ton dengan nilai Rp. 87.205.830.000,-. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2008 yaitu sebesar 31.219,300 ton dengan nilai Rp.59.316.670.000,- jelas terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil tangkapan lemuru untuk wilayah Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat dipahami, karena industri pengolahan ikan lemuru lebih banyak terdapat di Jawa Timur tepatnya di Muncar. Namun untuk tahun 2010 terjadi penurunan hasil tangkapan yaitu sebesar 27.058,00 ton dengan nilai Rp. 89.130.518.000,-. Hasil tangkapan ikan lemuru untuk Provinsi Bali tahun 2009 adalah 26.817,9 ton,

5 dengan nilai sebesar Rp. 59.998.750.000,- dan untuk tahun 2010 juga terjadi penurunan yaitu 38.662,9 ton dengan nilai Rp. 67.057.930.000,-. Melihat hasil tangkapan yang berfluktuasi, dan seperti yang telah disampaikan pada uraian sebelumnya, kemungkinan pemanfaatan sumberdaya lemuru terindikasi mendekati lebih tangkap (over fishing). Pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali, dalam pelaksanaannya sering menghadapi kendala ataupun permasalahan yang perlu dianalisis dan perlu mendapatkan jawaban serta solusi agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan lestari. Untuk itu, secara spesifik permasalahan pokok dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali dapat dirumuskan melalui beberapa pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan? Apakah berpengaruh langsung atau tidak langsung. 2) Bagaimana tingkat pemanfaatan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali? Apakah sudah mengarah kepada over fishing, mengingat kegiatan penangkapan dilakukan secara intensif. 3) Bagaimana upaya penangkapan, jenis alat tangkap dan teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali? 4) Secara ekonomi, apakah pengusahaan sumberdaya perikanan lemuru menguntungkan, secara sosial apakah sering terjadi konflik, dan bagaimana peran kelembagaan yang ada dalam mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali? 5) Secara dinamik, apakah pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru jika ditinjau secara biologi, ekologi, sosial dan ekonomi serta dengan pertimbangan effort sudah mengarah kepada pengelolaan secara berkelanjutan dan lestari?. Secara prinsip, pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali, perlu disusun suatu model yang dapat

6 dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan pada masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan interaksi antara biotik dan abiotik yang terjadi di lingkungan perairan Selat Bali. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan pada uraian terdahulu, maka permasalahan yang diangkat dan dibatasi yaitu: a. Faktor oseanografi (klorofil-a dan suhu permukaan laut) dan fenomena musiman (angin, hujan, dan arus) yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru di Selat Bali, b. Jenis alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan Selat Bali untuk menangkap ikan lemuru (purse seine, gillnet, payang, bagan, dan pukat pantai). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menyusun model keberlanjutan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kajian secara terperinci terhadap faktor-faktor pendukung dan penting diketahui serat perlu dilakukan analisis yaitu: (1) Mengkaji faktor-faktor oseanografi dan klimatologi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853), (2) Menganalisis sumberdaya lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali berkaitan dengan produktifitas dan upaya penangkapan, (3) Menentukan jenis alat tangkap dan teknologi yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali yang mendukung keberlanjutan sumberdaya, (4) Mengkaji kondisi sosial dan ekonomi nelayan di Selat Bali dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) serta mengkaji peran kelembagaan yang ada,

7 (5) Melakukan analisis secara dinamik untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), 2. Pemerintah, baik pusat maupun daerah yaitu sebagai acuan dalam perencanaan dan kebijakan, sehingga pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari, 3. Masyarakat dan nelayan yang berada di pesisir Selat Bali, agar pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan mengarah kepada pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan dan lestari, 4. Bagi peneliti sendiri. 1.6 Hipotesis Model keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali, belum dapat terwujud, apabila: 1. Faktor oseanografi dan klimatologi tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, 2. Sumberdaya perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali dindikasikan sudah mendekati over fishing, sehingga produktivitasnya menurun, 3. Jenis alat tangkap dan teknologi yang digunakan nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali tidak sesuai, 4. Kondisi sosial dan ekonomi nelayan di Selat Bali dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) mengalami penurunan, dan peran kelembagaan yang ada serta koordinasi yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya lemuru belum berjalan dengan baik,

8 5. Pengelolaan sumberdaya yang dilakukan selama ini berorientasi kepada surplus production. 1.7 Kebaruan Penelitian (Novelty) Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali masih bersifat parsial atau lebih tepatnya untuk memperoleh hasil produksi semaksimal mungkin. Beberapa kajian tersebut antara lain dilakukan oleh: Soewito (1982) melakukan penelitian tentang aspek-aspek yang berpengaruh terhadap sumberdaya ikan lemuru, mengingat pesatnya perkembangan alat tangkap purse seine sebagai alat tangkap utama di Selat Bali. Dalam penelitiannya, Soewito membahas tentang peraturan yang ada guna mengatasi kesulitan yang timbul dalam pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali. Merta (1992) melakukan penelitian tentang dinamika populasi (Sardinella lemuru Bleeker 1853) berkenaan dengan pola penyebaran sumberdaya ikan lemuru dan pengaturan besaran mata jaring alat tangkap purse seine yang digunakan. Wudianto (2001), melakukan penelitian tentang sebaran dan kelimpahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853). Penelitian ini mengaitkan kelimpahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) dengan optimasi penangkapan. Djamali (2007), melakukan penelitian tentang evaluasi keberlanjutan dan optimalisasi pemanfatan sumberdaya ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) yang menjabarkan tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya. Buchary (2010) melakukan penelitian tentang kebijakan pemanfaatan lemuru di Selat Bali ditinjau dari segi biologi, ekologi, sosial dan manusia, dengan menggunakan metode Ecopath dan software ecosim EwE. Ginting et al (2010), melakukan penelitian tentang pengembangan model sistem dinamik untuk mengkaji pengaruh perubahan jumlah tangkap ikan lemuru terhadap industri cold storage di Pelabuhan Muncar. Penelitian tersebut membahas tentang kedinamisan industri cold storage dengan fluktuasi hasil tangkapan lemuru yang terjadi, dengan menggunakan metode analisis dinamik. Selanjutnya, Zulbarnaini (2011) melakukan penelitian tentang model bioekonomi eksploitasi multispecies sumberdaya perikanan pelagis di perairan Selat Bali. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang identifikasi tingkat eksploitasi aktual multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali dan

9 membandingkan dengan pengelolaan dari berbagai kondisi, karena perikanan yang bersifat open access, mengestimasi tingkat eksploitasi optimal dan tingkat kelestarian multispesies sumberdaya perikanan pelagis dengan menggunakan model bioekonomi multispesies. de Kok dan Wind (1996) melakukan penelitian dengan pendekatan sistem dinamik untuk perikanan pantai yaitu di selatan Sulawesi Barat. Penelitian ini merupakan pengembangan dan modifikasi terhadap penelitian yang dilakukan oleh de Kok dan Wind, dan mencoba menerapkannya di perairan Selat Bali dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru. Penelitian ini lebih mengarah kepada interaksi secara biologi, ekologi, teknologi, sosial dan ekonomi dalam sebuah hubungan dinamik. Interaksi secara biologi yaitu antar sesama ikan pelagis yang ada di perairan Selat Bali, secara ekologi yaitu faktor oseanografi dan klimatologi, dan secara ekonomi memberikan keuntungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan lemuru di pesisir Selat Bali (sosial). Secara teknologi melakukan standarisasi terhadap alat tangkap yang beragam dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru. Kabaruan utama dalam penelitian ini adalah menyusun model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali dengan pendekatan system dynamic. 1.8 Kerangka Pikir Penelitian Selat Bali, merupakan salah satu kawasan perairan Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan yang potensial, khususnya lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853). Selat Bali merupakan daerah perairan yang relatif sempit (sekitar 960 mil 2 ), dan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) merupakan ikan hasil tangkapan utama. Total pemanfaatan lemuru di Selat Bali pada tahun 2010, berdasarkan data statistik perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur, Bali dan statistik perikanan tangkap Indonesia adalah sebesar 65.720,90 ton. Alat tangkap yang digunakan untuk penangkapan ikan lemuru lebih dominan menggunakan pukat cincin (purse seine), dan alat tangkap lainnya seperti payang, gill net, bagan dan pukat pantai. Kegiatan penangkapan ikan lemuru sangat intensif dilakukan oleh nelayan, untuk memenuhi permintaan pasar.

10 Pemanfaatan sumberdaya lemuru di Selat Bali sangat tinggi, hal ini terlihat dari jumlah produksi yang terus meningkat. Jika pemanfaatan sumberdaya lemuru terus dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya, maka dapat dipastikan terjadi over fishing yang ditandai dengan terjadinya penurunan produksi dan ukuran ikan yang tertangkap. Berkenaan dengan permasalahan tersebut di atas, agar pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan, perlu dilakukan kajian secara komprehensif yang meliputi aspek sumberdaya ikan (SDI), jenis alat tangkap dan teknologi penangkapan, faktor oseanografi dan klimatologi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan, sosial dan ekonomi nelayan serta peran kelembagaan yang ada. Dengan demikian keberlanjutan pengelolaan sumberdaya secara lestari dapat terwujud. Pengelolaan secara komprehensif yang akan dikaji disini berkaitan dengan interaksi secara dinamik antara ikan target penangkapan dan lingkungan perairan sebagai habitatnya. Skema kerangka pikir penelitian ini secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 1. Mulai 1. Permasalahan perikanan lemuru sangat komplek (biologi, teknologi, Ekonomi dan sosial) dan selalu mengalami perubahan secara dinamis 2. Pendekatan secara statis belum mampu menyelesaikan permasalahan tersebut Solusi Perlu terobosan baru dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan dengan pola kedinamisan Penyusunan model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru secara komprehensif di Selat Bali dengan mempertimbangkan aspek biologi, teknologi, ekonomi, dan sosial dengan pendekatan sistem dinamik Rekomendasi Selesai Gambar 1 Kerangka pikir penelitian model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker) di Selat Bali