HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Polifenol Dendeng Sapi. Tabel 4. Kadar Polifenol Dendeng Sapi dari Berbagai Perlakuan

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kesehatan manusia dan aman dikonsumsi. meningkat, hal ini ditandai dengan bermunculannya produk

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

I. PENDAHULUAN. Pangan fungsional adalah pangan yang kandungan komponen aktifnya dapat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Karakteristik mutu daging

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik

5.1 Total Bakteri Probiotik

MATERI DAN METODE. Prosedur

Lampiran 1. Kuisioner Pengujian Organoleptik Kerupuk Kulit Kelinci KUISIONER UJI ORGANOLEPTIK. : Ujilah sampel-sampel berikut terhadap warna, aroma,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riska Rosdiana, 2014 Fortifikasi Tahu Menggunakan Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa Bluggoe)

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

EVALUASI TEKNIK PENYAJIAN IKAN NILA (Oreoc~tromis iziloticus) GORENG SECARA ORGANOLEPTIK AN1 SUDARYANI

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN DIET YANG MENGANDUNG CRACKERS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG ASIA SEBAGAI SUMBER. Oleh : ESTHER YUNIANTI

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

III. METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

Serbuk Temulawak Sebagai Bahan Baku Minuman

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017 di

Perhitungan 20 g yang setara 30 kali kemanisan gula. = 0,6667 g daun stevia kering

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Polifenol Dendeng Sapi Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau terhadap kadar polifenol disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kadar Polifenol Dendeng Sapi dari Berbagai Perlakuan Lama Perendaman (Jam) Konsentrasi (%) 0 6 12 12 24 12 24 12 24...mg GAE/100g dendeng... 1 8,64 8,68 99,81 107,37 129,85 142,75 Ulangan 2 8,67 9,00 109,07 107,34 137,73 122,46 3 8,91 8,60 117,95 111,18 133,48 134,09 4 8,28 8,30 108,79 103,51 139,11 140,02 Rata Rata 8,62 8,64 108,90 107,35 135,04 134,83 Berdasarkan data pada Tabel 4, rata rata kadar polifenol dendeng sapi yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging sapi ke dalam ekstrak teh hijau berkisar antara 8,62 135,04 mg GAE/100g dendeng sapi. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 5) menunjukan bahwa taraf penggunaan konsentrasi ekstrak teh hijau sebagai perendam daging berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar polifenol dendeng sapi, namun lama perendaman daging dalam ekstrak teh hijau tidak berpengaruh nyata (Tabel 6) terhadap kadar polifenol dendeng sapi. Uji Duncan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar taraf konsentrasi (Lampiran 5), hasil Uji Duncan disajikan pada Tabel 5. 35

Tabel 5. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tingkat Konsentrasi Ekstrak Teh Hijau sebagai Perendam Daging Sapi terhadap Kadar Polifenol Dendeng Sapi Perlakuan Rata Rata Kadar Polifenol...mg GAE/100g dendeng... Signifikansi P0.. 8,63 a P6.. 108,13 b P12.. 134,94 c Keterangan: Huruf kecil yang berbeda ke arah baris menunjukan berbeda nyata P 0.. : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau P 6.. : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% P 12.. : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% 36 Berdasarkan data pada Tabel 5 menunjukan bahwa rata rata kadar polifenol dendeng sapi tertinggi (134,94mg GAE/100g dendeng) pada perlakuan perendaman daging dengan konsentrasi ekstrak teh hijau 12%, diikuti dengan perendaman daging dengan konsentrasi ekstrak teh hijau 6% (108,13mg GAE/100g dendeng), dan perendaman daging tanpa ekstrak teh hijau (8,63mg GAE/100g dendeng), satu sama lain berbeda nyata (P<0,05). Hal tersebut disebabkan karena teh hijau mengandung polifenol dan kandungannya akan meningkat apabila persentase ekstrak meningkat. Sesuai dengan pendapat Naghma dan Hasan (2007), teh hijau memiliki sifat fungsional sebagai antioksidan yang dihasilkan dari kompenen kimiawinya yaitu polifenol, oleh karena itu dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak teh hijau akan diikuti dengan peningkatan yang nyata (P<0,05) pada kadar polifenol dendeng sapi. Dendeng sapi mengandung polifenol karena pada saat perendaman, polifenol terikat oleh miofibril sehingga dapat menghasilkan dendeng sapi dengan kandungan polifenol. Sesuai dengan pendapat Xiong dan Kupski (1999) bahwa perendaman daging pada larutan perendam akan

37 mengakibatkan serat otot melebar karena gaya elektrostatis sehingga miofibril dapat mengikat larutan dan menghasilkan daging dengan kandungan kimia yang sama dengan kandungan kimia larutan perendamnya. Perendaman daging tanpa ekstrak teh hijau (P0.12 dan P0.24) juga menghasilkan dendeng sapi dengan rata rata kandungan polifenol yaitu 8,63mg GAE/100g dendeng walaupun pada larutan perendamnya tidak terkandung polifenol. Kadar polifenol pada dendeng sapi ini dihasilkan dari bumbu yang digunakan, yaitu bawang putih. Sesuai dengan pendapat Lu, dkk. (2011) bahwa bawang putih mengandung polifenol sekitar 15 ± 23 mg GAE/g berat segar. Tabel 6. Pengaruh Lama Perendaman Daging Sapi dalam Berbagai Konsentrasi Teh Hijau terhadap Kadar Polifenol Dendeng Sapi Rata Rata Perlakuan Kadar Polifenol Signifikansi...mg GAE/100g dendeng... P0.12 8,62 a P0.24 8,64 a P6.12 108,90 a P6.24 107,35 a P12.12 135,04 a P12.24 134,83 a Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah baris pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata P 0.12 : Perendaman daging sapi tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman daging sapi tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam Berdasarkan data pada Tabel 6, faktor lama perendaman daging ke dalam ekstrak teh hijau selama 12 dan 24 jam tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) pada kadar polifenol dendeng sapi. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan daging untuk menyerap dan mengikat larutan terbatas, sehingga pada

38 saat kemampuan optimum daging untuk menyerap larutan dicapai, tidak ada lagi larutan perendam yang terserap dan terikat oleh daging. Sesuai dengan pendapat Jinap, dkk. (2015) bahwa daging yang direndam selama lebih dari 24 jam akan menurunkan daya serap daging dan menyebabkan larutan yang terserap ke dalam daging kembali terlarut ke dalam larutan perendam, sehingga waktu optimum penyerapan larutan oleh daging berada pada waktu 12 sampai 24 jam. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka taraf waktu lama perendaman daging sapi menghasilkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar polifenol dendeng, karena kedua taraf waktu perendaman masih berada di rentang waktu optimum penyerapan larutan oleh daging. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Kolesterol Dendeng Sapi Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau terhadap kadar kolesterol dendeng sapi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kadar Kolesterol Dendeng Sapi dari Berbagai Perlakuan Lama Perendaman (Jam) Konsentrasi (%) 0 6 12 12 24 12 24 12 24...mg/100g dendeng... 1 21,67 31,35 9,12 12,36 7,44 9,44 Ulangan 2 21,47 30,27 9,72 10,96 6,56 8,96 3 21,03 29,63 8,72 12,32 7,28 9,24 4 20,87 29,31 9,24 11,84 7,84 8,76 Rata Rata 21,26 30,14 9,20 11,87 7,28 9,10

39 Berdasarkan data pada Tabel 7, rata rata kadar kolesterol dendeng sapi yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging sapi ke dalam ekstrak teh hijau berkisar antara 7,28 30,14 mg/100g dendeng sapi. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 6) menunjukan bahwa taraf konsentrasi dan lama perendaman daging dalam ekstrak teh hijau berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar kolesterol dendeng sapi. Uji Duncan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar taraf konsentrasi (Lampiran 6), hasil Uji Duncan disajikan pada Tabel 8, sedangkan pengaruh lama perendaman terhadap kadar kolesterol tercantum pada Tabel 9. Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Tingkat Konsentrasi Ekstrak Teh Hijau pada Perendaman Daging Sapi terhadap Kadar Kolesterol Dendeng Sapi Perlakuan Rata Rata Kadar Kolesterol...mg/100g dendeng... Signifikansi P12.. 8,19 a P6... 10,53 b P0... 25,70 c Keterangan: Huruf kecil yang berbeda ke arah baris menunjukan berbeda nyata P 0.. : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau P 6.. : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% P 12.. : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% Berdasarkan pada Tabel 8 menunjukan bahwa rata rata kadar kolesterol dendeng sapi terendah (8,19mg/100g dendeng) pada perlakuan perendaman daging dengan konsentrasi ekstrak teh hijau 12%, diikuti dengan perendaman daging pada konsentrasi ekstrak teh hijau 6% (10,53mg/100g dendeng), dan perendaman daging tanpa ekstrak teh hijau (25,70mg/100g dendeng), satu sama lain berbeda nyata (P<0,05). Hal ini menunjukan bahwa kadar kolesterol pada dendeng sapi berbanding terbalik dengan kadar polifenol pada dendeng sapi, hal tersebut

40 disebabkan semakin banyak polifenol yang terkandung maka semakin banyak oksidasi kolesterol yang terhambat sehingga kandungan kolesterol total semakin sedikit. Sesuai dengan pendapat Xu, dkk. (2009) bahwa penggunaan polifenol teh hijau dapat menekan aktivitas oksidasi pada kolesterol bahan pangan. Dendeng sapi yang dihasilkan dari daging yang direndam pada konsentrasi ekstrak teh hijau 12% (P12..) memiliki kadar kolesterol terendah karena pada saat perendaman daging ke dalam larutan perendam terdapat kandungan polifenol dari ekstrak teh hijau yang cukup tinggi yang dapat menghambat pembentukan COP seperti 7-KC. Kandungan polifenol yang tinggi juga dapat menghambat proses oksidasi pada proses pengeringan daging di dalam oven, sehingga dendeng sapi yang dihasilkan dari daging yang direndam pada konsentrasi ekstrak teh hijau 12% (P12..) memiliki rata rata kadar kolesterol terendah. Dendeng sapi yang dihasilkan dari daging yang direndam tanpa ekstrak teh hijau (P0..) memiliki rata - rata kadar kolesterol tertinggi karena kandungan polifenol didalam bumbu yang dicampurkan kepada daging sapi sebelum daging dikeringkan hanya dapat mencegah oksidasi kolesterol pada saat proses pemanasan, sehingga dendeng yang dihasilkan masih memiliki kadar kolesterol yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Berdasarkan data pada Tabel 9, faktor lama perendaman daging ke dalam ekstrak teh hijau selama 12 dan 24 jam memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada kadar kolesterol dendeng sapi. Hal tersebut disebabkan karena kolesterol akan teroksidasi karena terpapar agan peroksidasi yaitu oksigen di dalam larutan perendam. Waktu perendaman yang lebih lama menyebabkan semakin banyak kolesterol yang teroksidasi sehingga kadar kolesterol pada dendeng semakin tinggi. Sesuai dengan pendapat Chen, dkk. (2012) bahwa perendaman menyebabkan

41 kolesterol terpapar oksigen di dalam larutan perendam sehingga menyebabkan kolesterol teroksidasi. Tabel 9 juga menunjukan bahwa polifenol teh hijau tidak efektif menghambat oksidasi kolesterol pada daging yang direndam dengan lama perendaman lebih dari 12 jam. Tabel 9. Pengaruh Lama Perendaman Daging Sapi dalam Berbagai Konsentrasi Teh Hijau terhadap Kadar Kolesterol Dendeng Sapi Rata Rata.Perlakuan Kadar Kolesterol Signifikansi...mg/100g dendeng... P0.12 21,26 a P0.24 30,14 b P6.12 9,20 a P6.24 11,87 b P12.12 7,28 a P12.24 9,10 b Keterangan: Huruf kecil yang berbeda ke arah baris pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata P 0.12 : Perendaman daging sapi tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman daging sapi tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman daging sapi dalam ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Akseptabilitas Dendeng Sapi 4.3.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Aroma Dendeng Sapi Hasil rata rata ranking data numerik aroma dendeng sapi yang dihasilkan dari perendaman daging sapi ke dalam berbagai konsentrasi ekstrak teh hijau dan lama waktu perendaman disajikan pada Tabel 10. Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh berbagai perlakuan terhadap aroma dendeng sapi (Lampiran 7). Hasil dari Uji Kruskal Wallis menunjukan bahwa berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging ke dalam esktrak teh hijau tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aroma dendeng sapi.

Tabel 10. Hasil Rata Rata Ranking Data Numerik Aroma Dendeng Sapi pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Rata Rata Ranking Signifikansi P0.12 71,1 a P0.24 66,0 a P6.12 63,3 a P6.24 53,4 a P12.12 52,1 a P12.24 57,2 a Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah baris menunjukan tidak berbeda nyata P 0.12 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam 42 Pada saat dilaksanakan uji sensoris terhadap aroma dendeng sapi, panelis diminta untuk menilai apakah dendeng sapi memiliki aroma wangi khas daging sapi atau aroma bau asing yang menyimpang. Aroma pada dendeng sapi berasal dari bumbu yang digunakan yaitu lada hitam dan bawang putih. Teh hijau memiliki aroma wangi yang khas, namun lada hitam dan bawang putih memiliki aroma yang lebih dominan dibandingkan dengan aroma teh hijau, sehingga aroma dari dendeng yang dihasilkan dari berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). 4.3.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Rasa Dendeng Sapi Hasil rata rata ranking data numerik rasa dendeng sapi yang dihasilkan dari perendaman daging sapi ke dalam berbagai konsentrasi ekstrak teh hijau dan lama waktu perendaman disajikan pada Tabel 11. Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh berbagai perlakuan terhadap rasa dendeng sapi (Lampiran 8). Hasil dari Uji Kruskal Wallis menunjukan bahwa berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging ke dalam esktrak teh hijau tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rasa dendeng sapi.

Tabel 11. Hasil Rata Rata Ranking Data Numerik Rasa Dendeng Sapi pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Rata Rata Ranking Signifikansi P0.12 66,1 a P0.24 70,5 a P6.12 65,9 a P6.24 61,2 a P12.12 46,9 a P12.24 52,5 a Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah baris menunjukan tidak berbeda nyata P 0.12 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam 43 Rasa pada dendeng sapi dipengaruhi oleh penggunaan bumbu bumbu. Pada proses pembuatan dendeng pemberian bumbu seharusnya dilakukan pada saat tahap perendaman daging, karena daging dapat menyerap dan mengikat kandungan kimia pada bumbu sehingga dendeng yang dihasilkan memiliki rasa yang sama dengan bumbu. Sesuai dengan pendapat Xiong dan Kupski (1999) bahwa daging akan mengikat senyawa senyawa perasa dari larutan perendam sehingga rasa yang diinginkan akan muncul pada produk daging olahan yang dihasilkan. Berbagai perlakuan menggunakan formula bumbu yang sama yaitu garam (2,5%), bawang putih (2%), dan lada hitam (0,3%). Teh hijau tidak mengubah rasa dari dendeng dan rasa dari teh hijau juga tidak lebih dominan daripada garam, bawang putih, dan lada hitam, sehingga rasa yang dihasilkan dari berbagai perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05). 4.3.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Tekstur Dendeng Sapi Hasil rata rata ranking data numerik tekstur dendeng sapi yang dihasilkan dari perendaman daging sapi ke dalam berbagai konsentrasi ekstrak teh hijau dan

44 lama waktu perendaman disajikan pada Tabel 12. Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh berbagai perlakuan terhadap tekstur dendeng sapi (Lampiran 9). Hasil dari Uji Kruskal Wallis menunjukan bahwa berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging ke dalam esktrak teh hijau tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur dendeng sapi. Tabel 12. Hasil Rata Rata Ranking Data Numerik Tekstur Dendeng Sapi pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Rata Rata Ranking Signifikansi P0.12 60,7 a P0.24 51,1 a P6.12 64,9 a P6.24 61,4 a P12.12 61,5 a P12.24 63,5 a Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah baris menunjukan tidak berbeda nyata P 0.12 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam Pada saat dilaksanakan uji sensoris terhadap tekstur dendeng sapi, panelis diminta untuk menilai keempukan dendeng sapi saat digigit, apakah empuk dan mudah terpisah atau keras dan sulit terpisah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kadar polifenol tidak mempengaruhi tekstur dendeng sapi yang dihasilkan. Tekstur pada dendeng sapi dipengaruhi oleh ketebalan daging, cara pengirisan daging, jenis daging yang dipilih, dan kadar air dari produk akhir. Berbagai perlakuan dalam penelitian ini menggunakan daging dengan ketebalan yang seragam (5 mm), pengirisan yang seragam (daging diiris berlawan arah dengan serat daging), dan pemanasan yang seragam (60-70ºC) sehingga kadar air produk akhir yang

45 dihasilkan seragam (7%), oleh karena itu, berbagai perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur dendeng sapi. 4.3.4 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Penerimaan Dendeng Sapi Hasil rata rata ranking data numerik total penerimaan dendeng sapi yang dihasilkan dari perendaman daging sapi ke dalam berbagai konsentrasi ekstrak teh hijau dan lama waktu perendaman disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Rata Rata Ranking Data Numerik Total Penerimaan Dendeng Sapi pada Berbagai Perlakuan Perlakuan Rata Rata Ranking Signifikansi P0.12 65,9 a P0.24 61,8 a P6.12 61,6 a P6.24 59,7 a P12.12 55,5 a P12.24 58,5 a Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah baris menunjukan tidak berbeda nyata P 0.12 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 12 jam P 0.24 : Perendaman tanpa ekstrak teh hijau selama 24 jam P 6.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 12 jam P 6.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 6% selama 24 jam P 12.12 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 12 jam P 12.24 : Perendaman dengan ekstrak teh hijau 12% selama 24 jam Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh berbagai perlakuan terhadap total penerimaan dendeng sapi (Lampiran 10). Hasil dari Uji Kruskal Wallis menunjukan bahwa berbagai konsentrasi dan lama perendaman daging ke dalam esktrak teh hijau tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap total penerimaan dendeng sapi. Pada saat dilaksanakan uji organoleptik terhadap total penerimaan dendeng sapi, panelis diminta untuk menilai total penerimaan dendeng sapi dari kesuluruhan aspek yaitu aroma, rasa, dan tekstur. Dilihat dari aspek aroma, rasa, dan tekstur,

46 bahwa dendeng sapi dari berbagai perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi dan lama perendaman daging dalam ekstrak teh hijau tidak merubah penerimaan dendeng sapi yang dihasilkan. Total penerimaan dendeng dari berbagai perlakuan berada pada skala sedikit suka, hal ini disebabkan karena dendeng yang dihasilkan masih memiliki bau asing yang menyimpang dari bau dendeng, rasa bumbu yang tidak dominan serta tekstur dendeng yang sedikit empuk. Perlu adanya perbaikan dalam proses pembuatan dendeng untuk meningkatkan akseptabilitas produk dendeng tersebut.