An Adaptation Novel By Chika Riki STRAWBERRY ON THE SHORTCAKE Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
STRAWBERRY ON THE SHORTCAKE Chika Riki Copyright 2017 by Chika Riki Desain Sampul: Desain cover: Vie Asano [Instagram/Twitter @VieAsano, Facebook Vie Asano] Gambar cover: Designed by natalka_dmitrova / Freepik Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2
Ucapan Terimakasih: Allah SWT Drama Strawberry On The Shortcake ストロベリー オンザ ショートケー My Family All Readers 3
1 Gadis Aneh Aditya lari dan berlari. Napasnya tersenggalsenggal. Keringat mengucur deras di sela poninya yang jatuh di dahi. Berkali-kali dia membetulkan letak kacamatanya yang hampir melorot. Tidak diindahkan klakson mobil yang menyalak-nyalak untuknya, karena menghalangi jalan mereka. Dia sadar jika perbuatannya itu bisa membahayakan nyawanya sendiri. Namun seolah tak peduli, dia menyebrang, menyilang menghindari kendaraan yang melintas, sambil terus berlari. Tujuannya satu, jembatan itu. Jembatan dengan sungai yang airnya cukup deras. Dan sampailah ia di sana, terjatuh lunglai sembari memegangi pagar jembatan. Napasnya mungkin sedikit lagi habis jika tadi tidak berhenti berlari. Sementara itu, badannya menggigil dan gemetar menahan perasaan yang sulit dia ungkapkan. Sial. kenapa gue gagal tadi? Gue orang yang gak berguna.. Lima belas menit yang lalu, dirinya masih ada di sebuah toko buku kecil yang tidak jauh dari sekolah. Deretan buku pelajaran kelas XII membuatnya sangat tergiur. Otaknya memberi ide yang cukup aneh. Tapi kurang ajarnya ide aneh itu bikin jantungnya berdetak lebih cepat dan dia suka. Itulah yang Aditya inginkan, saat ini. 4
Kalau gue bisa mencuri satu atau dua buku disini,mungkin akan menyenangkan.. Dia melirik ke arah kasir. Dilihatnya satusatunya petugas yang menjaga toko buku, sedang sibuk dengan pengunjung lain. Beberapa anak-anak SD datang bergerombol, dan langsung membaca komik. Adit memaklumi jika pengunjung anak-anak memang lebih suka membaca ditempat, tapi tidak pernah niat membeli. Mata si penjaga berkali-kali melirik anakanak dan sesekali memberi perintah untuk segera meletakkan komik yang mereka baca. Dialihkan pandangan lagi pada buku Matematika yang diincarnya, di rak yang paling atas. Kakinya berjinjit untuk mengambil buku itu. Adit sih sudah punya. Tapi tidak ada salahnya jika dia memilikinya lagi. Apalagi ini hasil mengutil, rasanya pasti lebih asyik. Memiliki buku hasil curian, pasti berbeda sensasinya. Dia ingin merasakannya. Ya, bagaimana rasanya mencuri? Bagaimana rasanya degdegan itu? Takut ketahuan, takut dikejar, takut ditangkap pemilik atau lebih parah, takut dilaporkan polisi. Intinya ide mengutil yang disarankan otaknya itu berhasil membuatnya takut. Karena perasaan takut itulah jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dan itu menyenangkan. Ayolah. Dia ingin adrenalinnya terpacu, agar darahnya mengalir ke sekujur tubuh, agar wajahnya tidak sepucat ini... 5
Sang penjaga tidak menghiraukan aksinya. Dia benar-benar sibuk dengan anak-anak itu. Aman. Dibukanya resleting tas selempangnya perlahan. Sedikit demi sedikit. Kini tasnya sudah terbuka lebar. Ayo lakukan...masukkan saja bukunya, Suara hatinya berkata. Ini gampang, kok. Udah gitu, kamu bisa lari sekencang-kencangnya dari sini... Buku itu sudah separuh masuk ke dalam tasnya, dan.. Hey!! Suara penjaga toko buku membuat Aditya terkejut. Buku yang tadinya hampir masuk ke dalam tasnya kini terlempar ke luar efek dari tangannya yang gemetar. Ini bukan perpustakaan, ya!! Sudah dibilangin jangan baca disini!! Kalian harus beli dulu, baru baca!! Sekarang letakkan semua komiknya! Hardik si pemilik toko kepada anak-anak. Aditya ketakutan meski ternyata hardikan itu bukan untuknya. Dia memutuskan untuk meninggalkan buku yang jatuh itu dilantai dan berlari keluar toko. Ia terus berlari sampai tiba di jembatan dengan arus sungai yang cukup deras. Sambil duduk memeluk kaki, dia mencoba mengatur napasnya. Andai saja gue bisa tadi. Sedikit lagi. Ya, sedikit lagi! Kenapa gue gagal?? Sial... gumamnya. Kenapa mencuri begitu saja gagal?? Benar-benar gue orang yang tidak berguna. 6
Sebelum reda napasnya, terdengar teriakan Heeeeyyy...! yang panjang dari arah samping. Segera Aditya menoleh ke arah suara itu. Pandangannya masih buram karena tetesan keringat yang mengembun di kacamatanya. Itu membuatnya tak bisa melihat orang yang berteriak heeey panjang tadi. Samar-samar, terlihatlah sosok perempuan berjaket merah berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan. Dia menengok ke arah lain. Siapa tahu gadis itu melambai pada seseorang, bukan padanya. Tapi tidak ada siapa-siapa. Jadi gadis itu melambai kepadanya? Sosok kecil yang lincah itu berhenti tepat di depannya. Sama seperti dirinya tadi, napasnya tersenggal-senggal. Tapi berbeda dengannya yang berwajah murung, gadis itu memasang muka ceria. Dengan tangan menolak pinggang dan membungkukkan badannya menahan rasa capek, dia tersenyum lebar. Adduhh..gila. Capek juga ngejar lo! Lo manggil gue? Tanya Aditya. Gadis itu hanya mengangguk-angguk. Senyum, tak lepas dari wajahnya meski kelelahan. Aditya berdiri, mengibaskan seragamnya yang sedikit kotor. Kini, dia berhadapan dengan seorang gadis mungil berambut panjang sebahu, berjaket merah yang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia memakai stelan skirt pendek dipadu dengan legging ketat warna hitam dan selop high heels sedang, berwarna merah. Selopnya senada dengan warna jaketnya. Tingginya, 7
hampir menyamainya, hanya gadis itu lebih pendek sedikit. Mungkin terbantu dengan high heelsnya, hingga tampak lebih tinggi. Adit mengerut alis dan tidak abis pikir, bagaimana bisa cewek dengan sepatu hak tinggi ini bisa mengejarnya berlari tadi? 8 Ada apa, ya? Lo lupa sesuatu... Ujar gadis itu. Apaan? Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam jaket merahnya. Sebuah buku. Buku Matematika yang sedianya akan dia curi tadi. Aditya melotot. Bagaimana bisa gadis itu tahu kalau... Nih! Ini buku lo kan? Tanyanya seraya menyodorkannya pada Aditya. Oh, eh..bukan. Itu bukan punya gue... Adit sedikit malu, menampik buku itu. Pasti cewek itu mengira bukunya terjatuh dari dalam tas ketika dia lari tunggang langgang dari toko buku. Gue tahu kok, Potong gadis itu. Lo mau mencurinya dari toko buku tadi, kan? Tapi lo gagal. Oooh...tadi lo.. Iya, gue liat aksi lo tadi. Makanya, gue bantuin mencuri buat lo sekarang. Lo mencurinya?? Iya, keren kan gue?? Percobaan mencuri lo gagal tadi, sedangkan gue berhasil. Gadis itu nyengir,
melihat tampang Adit yang kebingungan dan malu. Sebelum Aditya berpikir lagi, Gadis itu segera memasukkan buku itu ke dalam tasnya. Nih, gue masukin sini, ya. Sekarang buku itu jadi milik lo. Uuhm..ngapain repot-repot mencuri buku itu buat gue, bukannya kita gak saling kenal? Gadis itu tertawa, memamerkan deretan gigi geliginya yang rapi. Sejenak Adit terpesona dengannya. Gadis ini cantik, tapi kok... aneh? Lo pasti berpikir, gue cewek lucu, imut dan menggemaskan, tapi aneh. Ya, kan? Aditya gelagepan. Merasa pikirannya sudah terbaca abis oleh cewek yang baru dikenalnya ini. Kenapa dia bisa tahu apa yang gue pikirin?? 9