04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik

Transkripsi

1 04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik restoran sushi pun segera tahu bahwa ada tamu yang datang. Restoran sushi yang diberi nama Sushi Eleven itu berada di dalam sebuah ruko. Tidak banyak karyawan di dalamnya karena memang Marvin tidak suka memiliki karyawan berlebih. Kedai ini sudah beroperasi kurang lebih dua tahun dan pelanggannya sudah lumayan banyak. Marvin sendiri adalah anak tunggal yang memutuskan untuk menjalankan usahanya sendiri karena ia tidak suka dengan pekerjaan kantoran. Di umurnya yang baru 24 tahun, ia sudah menjadi pemilik sekaligus chef dari restorannya ini. Bang Tigor, bangun! kata Marvin kepada sous chef andalannya itu. Tigor atau biasa dipanggil Bang Tigor adalah seorang ahli masak dari Batak yang merantau ke Jakarta. Niatnya mau jadi penyanyi, namun apa daya jika nada yang ia tahu hanya Do saja. Perawakannya memang seram, badan besar dengan rambut keriting. Namun, hatinya sangat baik. Bang.. ini ada tamu, kata Marvin. Grooookkkkkk.., cuma itu yang keluar dari mulut sang sous chef. 1

2 Lalu siapa tamu yang datang ke kedai sushi tersebut di jam sebelas siang lewat lima belas menit? Namanya Vina. Vina adalah seorang gadis berumur 20 tahun, rambutnya berwarna cokelat gelap (dark brown) panjang ikal, kulitnya putih, wajahnya agak blasteran, dengan tinggi 173cm dan berat 60kg, sulit bagi Marvin untuk tidak memperhatikannya. Hai..pagi, sapa sang gadis ramah. Oh..i-iya pagi. Sori nih belum dateng karyawannya jadi masih agak berantakan. Ini aja masih molor, kata Marvin dari balik sushi bar. Hahaha.. iya gapapa kok. Mungkin saya aja yang dateng kepagian. Vina tersenyum. Oh gak kok. Ini juga udah siap kalo mau pesen, kata Marvin sambil menyerahkan menu. Thanks. Hmmm... Vina pun mulai melihat dan membulak-balik buku menu tersebut. Marvin tidak bisa berhenti menatap gadis itu. Padahal gaya Vina tidak terlalu modis, biasa saja hanya mengenakan kaos lengan panjang dan celana jeans panjang serta sendal teplek, tetapi ada sesuatu yang membuat Marvin begitu tertarik. Hmmm.. yang favorit apa ya? tanya Vina membuyarkan lamunan Marvin. Yang favorit ya.. Hmm best seller kita ada ini. Salmon Avocado Tempura Roll, kata Marvin sambil jarinya menunjuk ke gambar besar di belakangnya. 2

3 Waaahhh keliatannya enak. Boleh deh, saya pesen itu. Sama ocha panasnya satu ya, Vina pun menutup buku menu itu dan mengembalikannya ke Marvin. Siap laksanakan! Marvin dengan sigap mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sushi tersebut. Koko yang punya ya? tanya Vina di tengahtengah kesibukan Marvin. Iya, kata Marvin sambil menggoreng tempura. Kok gak pake karyawan? Pake. Cuma gak banyak aja. Cuma ada ini satu, Bang Tigor yang hobi molor sama ada satu kasir. Kalo waiter kemaren baru resign, jadi sekarang kasir merangkap waiter deh. Sementara sih. Nanti siang juga ada yang ngelamar, mau di interview, jelas Marvin. Ohhh gitu, kata Vina sambil mengeluarkan handphone nya. Silahkan ocha nya. Marvin mengulurkan teh hijau panas tersebut dari balik sushi bar. Thank you, Ko. Vina langsung mengambil gelas teh tersebut. Marvin tersenyum dan melanjutkan membuat sushi pesanan gadis itu. Sekitar 10 menit kemudian, pesanan Vina sudah selesai. 3

4 Silahkan sushi nya, kata Marvin sambil menyodorkan piring sushi yang cukup panjang tersebut. Thank you lagi, Ko. Vina mengambil piring tersebut kemudian mengambil sumpit dan menyiapkan soyu serta wasabi sebagai pelengkap. Mmmmhhh enak banget, Ko, kata Vina setelah suapan pertama. Pantes temen-temen aku pada posting di Facebook, Instagram, sama Path. Makasih yah.. hehe. Marvin tersenyum mendengar pujian itu. Iya tapi pada ngeluh, Ko. Katanya tempatnya kecil, jadi kalo rame suka pada gak kebagian tempat. Terus pelayanannya suka lama, kata Vina sambil menyeruput teh hijau. Oh iya sih. Sebenernya udah ada rencana buat buka lantai atas jadi tempat makan juga. Cuma dananya aja nih masih dipake buat yang lain. Iya mustinya lantai atas dijadiin tempat makan juga. Pasti makin rame deh. kata Vina. Iya nanti paling. Thank you loh masukannya. Marvin tersenyum. Vina pun balas tersenyum sambil meneruskan menyantap sushi tersebut. Sebuah senyuman manis yang tidak akan pernah dilupakan Marvin. Setelah selesai, Vina bertanya, Jadi berapa, Ko? katanya sambil mengeluarkan dompet dari tas nya. 4

5 Totalnya jadi Rp ,-. Ocha free kok di kita, kata Marvin menyerahkan struk ke Vina. Vina pun menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan. Ini ya kembaliannya. Makasih yah, kata Marvin sambil menyerahkan kembalian untuk Vina. Thank you, Ko, kata Vina dan memasukkan kembaliannya ke dalam tas. Setelah beres, Vina melempar senyum kemudian berlalu keluar. Klinniiinnggg.. klinnniiinnnggg. Hiasan di atas pintu itu pun berbunyi mengiringi langkah Vina. Haaahhhh haaaahhhhh. Pagi.. mau pesan apa kau, lay? Bang Tigor tiba-tiba tersadar dari tidurnya. Setengah sadar tepatnya. Ah telat kau, Bang, kata Marvin sambil melemparkan lap meja ke muka Bang Tigor. Macam mana. Mana mungkin lah aku ini telat. Aku tadi sedang bermimpi. Ada seorang malaikat cantik kali, datang kesini. Ke restoran kita ini. Lalu, dia makan. Lalu, dia membuat si pemilik restoran jatuh cinta. Dan akhirnya mereka berdua menikah. Hidup bahagia selamanya. Udah Bang jangan kebanyakan mimpi. Tuh meja beresin, kata Marvin sambil menunjuk ke arah meja di sushi bar. Bahhh bukan mimpi aku rupanya. Memang ada orang yang tadi kesini. Kupikir aku sedang 5

6 mengigau. Kudengar ada orang bercakap-cakap. Hahahahaha.. Bang Tigor tertawa-tawa sambil merapikan meja. Marvin terdiam dan merenung. Memikirkan gadis cantik tersebut. Bertanya dalam hati, Siapa ya cewek itu? Apa Tuhan bakal ketemuin kita lagi? 6