BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas fungsi tiroid.abnormalitas tiroid dapat dibagi atas 2 bagian besar, yaitu hipertiroid dan hipotiroid.hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Berdasarkan penelitian ini, pertama kali hipertiroidisme dilaporkan oleh Parry pada tahun 1825, kemudian Graves pada tahun 1835 dan disusul oleh Basedow pada tahun 1840. Dari berbagai penyebab hipertiroidisme, penyakit Graves atau penyakit Basedow atau penyakit Parry merupakan penyebab paling sering ditemukan. Penyebab hipertiroid (tirotoksikosis) 70 % adalah penyakit Graves, sisanya karena gondok multinodular toksik dan adenoma toksik (Soeparman, 1998). Hipertiroid kongenital biasanya memiliki onset sejak masa prenatal dan muncul segera setelah lahir, beberapa hari setelah lahir, atau bahkan beberapa minggu setelah lahir.biasanya bersifat transien.insidensnya sebesar 2% pada bayi yang baru lahir dari ibu dengan penyakit Graves.Lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki daripada perempuan. Hipertiroid kongenital terjadi karena transfer TRSAb s (TSH receptor-stimulating antibodies) dari ibu ke bayi melalui plasenta. Onset klinis, berat, dan perjalanan penyakitnya dipengaruhi oleh adanya potensi TRSAb, lama dan derajat beratnya hipertiroid intrauterine.serta obat antitiroid yang dikonsumsi oleh ibu
Pemeriksaan hormon tiroid berguna untuk konfirmasi diagnosis dan harus dikerjakan pada setiap bayi yang dicurigai mengalami hipertiroid kongenital.sebagian besar bayi lahir prematur, mengalami pertumbuhan intrauterinnya terhambat, tampak sangat gelisah, iritabel, dan hiperaktif. pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya eksoftalmus, takikardia, takipnea, dan peningkatan suhu tubuh. Pada keadaan berat dapat terjadi penurunan berat badan.pengobatan yang diberikan adalah propranolol oral, propiltoiurasil (PTU), ditambahkan larutan lugol.setelah keadaan eutiroid tercapai, hanya PTU yang diteruskan dan diturunkan secara bertahap. Remisi dapat terjadi pada usia 3-4 bulan namun kadang menetap sampai masa kanak-kanak Hipertiroidisme relatif jarang terjadi pada anak-anak, sering disebabkan oleh penyakit Graves. Perempuan lebih sering menderita Graves dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3-6:1. Insiden semakin meningkat pada usia dewasa muda, dan paling banyak pada usia 10-15 tahun. Penyakit Graves ternyata berhubungan dengan HLA-B8 dan HLA-DR3. Kembar monozigot menunjukkan keterkaitan dengan penyakit ini, sehingga memberikan dugaan bahwa pengaruh lingkungan dan genetik berperan pada penyakit Graves.Penyakit Graves juga lebih sering terjadi pada pasien dengan trisomi 21 daripada pasien tanpa trisomi 21 (Isman, 2007). Menurut WHO jumlah penderita penyakit hipertiroid di seluruh dunia pada tahun 2000 diperkirakan 400 juta, dan lebih sering terjadi pada wanita di bandingkan laki-laki dengan perbandingan 5 : 1. Insidens keseluruhan hipertiroidisme di Amerika diperkirakan antara 0,5% dan 1,3% dengan sebagian besar berupa keadaan subklinis. Sebuah studi berdasarkan populasi di UK dan Ireland pada tahun 2004 menemukan insidens sebesar 0,9 kasus per 100,000 anak berusia lebih muda dari 15 tahun, ini menunjukkan bahwa insidens penyakit meningkat dengan usia. Keseluruhannya, prevalensi Graves pada anak dijumpai sekitar 0,02% (1:5000), tersering pada anak berusia antara 11 dan 15 tahun. Laporan hasil studi tersebut, didapati dari 143 anak yang menderita penyakit Graves, 38% merupakan anak prapubertas.prevalensi
hipertiroidisme kira-kira 5-10 kali lebih rendah daripada hipotiroidisme (Hermawan, 2000). Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 diperkirakan 200 juta, 12 juta diantaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidisme yang didapat dari beberapa praktek di Indonesia berkisar antara 44,44%-48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Tetapi hipertiroid tidak hanya terjadi pada usia pertengahan, namun di usia anak-anak dan remaja dapat terjadi walau insidens dan prevalensi di Indonesia belum pasti. Beberapa kepustakaan luar negeri diketahui insidensnya pada anak diperkirakan 1/100.000 anak per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja (Faizi, 2006). Selama masa anak dan remaja kebanyakan pasien dengan penyakit Graves memperlihatkan gejala dan tanda klasik. Pada awal perjalanan penyakit, gejala dan tanda spesifik pada anak adalah adanya struma difus, takikardia, cemas, peningkatan tekanan darah, proptosis, peningkatan nafsu makan, tremor, kehilangan berat badan, dan tidak tahan udara panas. Meskipun gejala hipertiroid akibat penyakit Graves bervariasi, namun cenderung lebih berat dari penyebab hipertiroid lainnya. Kelainan mata ditemukan pada lebih dari pasien Graves dan hampir selalu dijumpai pembesaran kelenjar tiroid Pemeriksaan laboratorium yang penting adalah pengukuran kadar T 4 bebas dan TSH dalam darah untuk menegakkan diagnosis hipertiroid. Pada pasien hipertiroid didapati peningkatan kadar T 4 bebas dan penurunan kadar TSH. Pemeriksaan laboratorium lain mungkin diperlukan seperti antara lain pemeriksaan kadar T 3, antibodi tiroid (terutama TRAbs) dan tes ambilan yodium radioaktif. Pemeriksaan terakhir ini dilakukan jika diagnosis penyakit Graves belum meyakinkan Tujuan pengobatan penyakit Graves adalah untuk mengembalikan kadar hormon tiroid yang normal. Terapinya mempunyai tiga modalitas untuk pasien dengan penyakit Graves yaitu obat antitiroid, yodium radioaktif, dan pembedahan.
Pemilihan terapi yang terbaik untuk penyakit Graves tidak mudah, tetapi perlu diingat bahwa ketiga pilihan terapi di atas sama baiknya dan memberikan hasil yang baik jika dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Kebanyakan pasien memutuskan untuk memulai pengobatan dengan PTU atau metimazol bersama dengan beta bloker, dan selanjutnya mempertimbangkan kembali pilihan terapi lain setelah merasa baik dan tenang. Hal ini merupakan pendekatan singkat yang baik dalam pengobatan penyakit Graves dan sering direkomendasikan kepada pasien berdasarkan pengalamannya. pasien merasa nyaman dengan terapi yang dipilih 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kejadian hipertiroid pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 hingga 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui insidens kejadian hipertiroid pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medantahun 2008 hingga 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jumlah kasus anak penderita hipertiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2008 hingga 2012. 2. Mengetahui distribusi frekwensi usia anak penderita hipertiroid di RSUP Haji Adam Malik. 3. Mengetahui proporsi jenis kelamin yang lebih sering mendapat penyakit hipertiroid. 4. Mengetahui penyebab tersering pada penyakit hipertiroid pada anak.
1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain yang ingin mengembangkan ilmu. 1.4.3. Bagi Institusi Rumah Sakit Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komprehensif terhadap penderita hipertiroid anak. 1.4.4. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat awam tentang penyakit hipertiroid pada anak sehingga peran serta masyarakat terutama orang tua dibutuhkan untuk deteksi dini penyakit hipertiroid pada anak.