BAB I PENDAHULUAN.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Adapun beberapa penyebab yang lain yaitu eklamsia, infeksi, partus lama dan abortus. 1 Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Bentuk kejadian abortus dibedakan menjadi 2, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang jelas. Sedangkan abortus buatan adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan. 2,3 Frekuensi dari kejadian abortus susah ditentukan karena banyak dari kejadian abortus terutama abortus buatan tidak dilaporkan, kecuali ada komplikasi yang terjadi. Kejadian abortus spontan diperkirakan berkisar 10-15%. Kejadian ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil dengan usia sangat muda, terlambat haid beberapa hari, sehingga mereka tidak mengetahui bahwa mereka sedang hamil. 3,4 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan jumlah kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo pada tahun 2011 sebanyak 177 kasus. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu faktor janin, faktor ibu, faktor imunologis dan faktor ayah dimana masingmasing faktor mempunyai masalah-masalah tersendiri yang dapat menyebabkan abortus. 5,6 Faktor janin yang dapat menyebabkan terjadinya abortus antara lain perkembangan zigot yang abnormal. Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin

2 bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta. Disorganisasi morfologis pertumbuhan ditemukan pada 40% abortus spontan sebelum minggu ke-20 dengan diantaranya terdapat 70% mudigah yang panjang ubun-ubun ke bokongnya (CRL = Crown Rump Length) kurang dari 30 mm. Selain itu abortus aneuploidi juga dapat menyebabkan abortus. Kelainan kromosom sering dijumpai pada mudigah dan janin awal yang mengalami abortus spontan. Kurang lebih seperempat dari kelainan kromosom disebabkan oleh faktor gametogenesis ibu dan 5% oleh faktor ayah. 5 Abortus euploid juga merupakan abortus yang terjadi karena faktor janin. Penyebab abortus euploid umumnya tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kelainan genetik (misalnya mutasi tunggal atau faktor poligenik), berbagai faktor ibu dan mungkin beberapa faktor ayah. 2,5 Sementara itu, faktor dari ibu yang dapat menyebabkan abortus adalah berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus euploid. Penyakit infeksi akut dapat menimbulkan gugurnya kehamilan hingga terjadi abortus atau partus prematurus. Sebabnya ialah karena janin mati oleh suhu tinggi, oleh toksintoksin atau kumannya sendiri yang menyerbu ke dalam badan janin dan kadang-kadang karena perdarahan dalam decidua. 5,7 Anemia yang diderita oleh ibu dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya abortus. Hal ini terjadi karena berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) maka akan mempengaruhi sirkulasi jaringan pada ibu dan bayi, dimana fungsi dari hemoglobin adalah mengikat oksigen. 6,8 Kelainan endokrin pada ibu juga dapat menyebabkan abortus, kelainan itu antara lain hipertiroidisme, diabetes melitus, dan defisiensi progesteron. Diperkirakan bahwa kadar abnormal satu atau lebih hormon dapat meramalkan terjadinya abortus. 2,5 Faktor usia ibu saat hamil dan jumlah kehamilan (paritas) ikut berkontribusi dalam penyebab kejadian abortus. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun. 5

3 Adanya kelainan anatomis ibu juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya abortus. Sinekia uterus (sindrom Asherman) disebabkan oleh destruksi endometrium luas akibat kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Defek perkembangan uterus, cacat ini terjadi akibat kelainan pembentukan atau fusi duktus Mülleri, atau terjadi secara spontan atau diinduksi oeh pajanan dietilstilbestrol in utero. 5,8 Faktor imunologis yang dikaitkan dengan kejadian abortus adalah faktor autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri) dan faktor aloimun (imunitas terhadap orang lain). Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan, yang jelas translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus. 5 Salah satu kategori dari abortus spontan adalah abortus inkompletus. Abortus inkompletus adalah keluarnya sebagian hasil konsepsi dan sebagian lainnya (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di dalam rahim. Abortus inkompletus biasa disebut juga dengan keguguran tidak lengkap. Diantara berbagai macam kategori abortus spontan, yang memerlukan penanganan paling cepat adalah abortus inkompletus karena jika sisa-sisa plasenta tidak segera dibersihkan, maka perdarahan akan terus terjadi sehingga dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah abortus febrilis. 5,6 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marito Yani Panggabean di RS Haji Medan pada Januari 2008 April 2010 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu, paritas dan riwayat penyakit ibu dengan kejadian abortus inkompletus. Namun penelitian yang dilakukan oleh Firman Gustina pada RSUD Soreang Bandung tahun didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus tetapi tidak didapatkan hubungan antara paritas dengan kejadian abortus, pada penelitian tersebut hanya dibuktikan bahwa paritas hanya sebagai faktor risiko saja. 3,9 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan ingin melakukan penelitian tentang Hubungan Faktor Maternal dengan Kejadian Abortus

4 Inkompletus di RSUD Tugurejo Periode Januari-Desember Rumah sakit Tugurejo dipilih karena angka kejadian abortus inkompletus masih cukup tinggi dan karena rumah sakit Tugurejo Semarang adalah rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : Adakah hubungan faktor maternal dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo selama periode Januari-Desember 2011? C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor maternal dengan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo selama periode Januari-Desember Tujuan Khusus a. Menganalisis seberapa sering faktor usia risiko tinggi menyebabkan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari- Desember b. Menganalisis seberapa sering faktor paritas menyebabkan kejadian abortus inkompletus di RSUD Tugurejo periode Januari-Desember c. Menganalisis seberapa sering kadar hemoglobin yang rendah d. Menganalisis seberapa sering kadar gula darah yang tinggi

5 e. Menganalisis seberapa sering angka leukosit yang tinggi D. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi mengenai faktor risiko dari abortus inkompletus. 2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti suatu penelitian masalah lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 3. Untuk memberikan informasi tentang tindakan preventif yang tepat pada ibu hamil sehingga diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian ibu akibat abortus.