KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori"

Transkripsi

1 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Etiologi: 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4. Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11. Faktor stress Gejala: parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah si si radial jari 4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaaan Neurofisiologi (Elektrodiagnostik) Patofisiologi Kompresi mekanik Insufisiensi mikrovaskular Teori getaran Carpal Tunnel Syndrome Predisposisi: Usia Jenis kelamin Pekerjaan Terapi Medikamentosa Pemeriksaan fisik: 1. Tes phalen Inj. kortikosteroid 2. Tes tourniquet local Vitamin B6 NSAID Non amentosa Istirahat pergelangan tangan Memasang bidai posisi netral Nerve gliding Fisioterapi Operatif 3. Tinel s Sign 4. Flick sign 5. Thenar Wasting 6. Menilai Kekuatan dan Keterampilan Otot 7. Wrist Extension Test 8. Tes Tekanan 9. Luthy s Sign (Bottle s Sign) 10. Pemeriksaan Sensibilitas 11. Pemeriksaan Fungsi Otonom Dilakukan jika tidak ada perbaikan, Komplikasi atrofi thenar danhilang Reflex sympathetic dystrophy Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaaan Laboratorium

2 Gambar 3.1. Kerangka Teori 3.2. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian diatas, kerangka konsep perbandingan gambaran karakteristik dan angka kejadian CTS di RSUP Haji Adam Malik tahun 2014 dan 2015 diuraikan sebagai berikut: Variabel independen Variabel dependen Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome CTS periode 2014 dan 2015 di RSUP Haji Adam Malik Demografi pasien CTS 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan 4. Suku bangsa Karakteristik pasien CTS: 1. Keluhan utama 2. Keluhan tambahan 3. Lokasi 4. Etiologi 5. Derajat berat CTS Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penilitian

3 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik CTS periode di RSUP Haji Adam Malik Medan Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 dan dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut dikarenakan rumah sakit pusat dan rujukan dari Sumatera Utara. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2016, lalu dilanjutkan dengan pengolahan dan analisa data. Penilitian ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah pasien CTS yang berobat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah semua pasien CTS dari tahun 2014 hingga tahun 2015, dengan mengobservasi semua data pada rekam medis sesuai dengan periode yang telah ditentukan (total sampling) Kriteria inklusi Seluruh data pasien CTS di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014 dan Kriteria Ekslusi Data rekam medis yang tidak diisi sempurna 4.4. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah dari rekam medis pasien yang

4 mengalami CTS periode di RSUP Haji Adam Malik. Dari rekam medis ini kita dapat mengetahui karakteristik dan derajat beratnya CTS Variabel dan Definisi Operasional Variabel Dependen Variabel Dependen dralam penelitian ini adalah gambaran demografi, gambaran karateristik dan angka kejadian CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 Disember Variabel Independen Variabel indepnden dalam penelitian ini adalah pasien CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 Disember Carpal Tunnel Syndrome Carpal Tunnel Syndrome didefinisikan suatu kondisi medis dimana saraf tengah tertekan di bagian pergelangan tangan yang mengakibatkan parastesia, mati rasa dan kelemahan otot di tangan. Tabel 4.1. Definisi Operasional No. Variabel Definisi Operasional 1. Usia Usia yang dihitung sejak tanggal lahir sampai dengan waktu penelitian yang dinyatakan dalam tahun. 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah antara laki-laki dan perempuan secara biologis sejak seseorang lahir yang tercatat dalam Cara Ukur/Alat Ukur Hasil Ukur 1. Remaja Akhir (17-25 tahun) 2. Dewasa Awal (>25-35 tahun) 3. Dewasa Akhir (>35-45 tahun) 4. Lansia Awal (>45-55 tahun) 5. Lansia Akhir (>55-65 tahun) 6. Manula ( 65 tahun) 1. Laki-laki 2.Perempuan Skala Ukur Ordinal Nominal

5 rekam medis 3. Pekerjaan 4. Suku Bangsa Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden seharihari untuk mendapatkan penghasilan Suku adalah etnik atau ras seseorang yang tercatat pada rekam terhitung sejak lahir 1. PNS 2. Wiraswasta 3. Ibu rumah tangga 4. Dokter gigi 5. Gitaris 6. Guru 7. Tukang becak 8. Pekerja lapangan 9. Lain-lain 1. Batak 2. Jawa 3. Aceh 4. Padang 5. Lain-lain Nominal Nominal 5. Keluhan Utama Keluhan yang dirasakan pasien yang membuat pasien datang ke rumah sakit 1. Tangan rasa nyeri 2. Tangan rasa Kebas Nominal 6. Keluhan tambahan 7. Lokasi Keluhan yang menyertai keluhan utama yang memperberat gejala Lokasi adalah letak bagian yang menunjukkan manifestasi klinis 1. Tangan Rasa Nyeri 2. Tangan rasa kebas 3. Rasa terseterum 4. Rasa tidak nyaman 1. Kanan 2. Kiri 3. Bilateral Nominal Nominal

6 8. Etiologi 9. Angka Kejadian 10. Derajat berat Penyebab dan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada pasien Angka kejadian adalah jumlah kejadian penyakit pada suatu poopulasi tertentu dalam jangka waktu tertentu Tingkat keparahan pasien CTS 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4.Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11.Faktor stress 12.Inflamasi 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat Nominal Ordinal Ordinal 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Pengelolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap pertama editing yaitu memeriksa nama, umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka pada label. Tahap ketiga entry yaitu memasukan data dari rekam medis ke dalam program SPSS, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui gambaran karakteristik dan angka kejadian pada pasien CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

7 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian Deskripsi Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Saraf RSUP Haji Adam Malik Medan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK.VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau Deskripsi Demografi Sampel Angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada tahun 2014 dan 2015 Didapati jumlah sampel sebanyak 45 pasien yang diambil dari 45 rekam medis periode tahun 2014 dan 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada tahun 2014 didapati 25 pasien, tahun 2015 didapati 20 pasien, Distribusi Usia Sampel Pada pasien 2014 dan 2015 dijumpai usia termuda adalah 31 tahun dan usia tertua adalah 75 tahun. Pada tahun 2014 pasien terbanyak adalah pada usia >65 tahun. Usia tertua pada umur 75 tahun dan termuda adalah pada umur 31 tahun. Pada tahun 2015 pasien terbanyak adalah usia >45-55 tahun. Usia tertua pada umur 73 tahun dan termuda adalah pada umur 31 tahun.

8 Usia Remaja akhir (17-25 Tahun) 0 0 Dewasa Awal (>25-35 Tahun) 1(4%) 1(5%) Dewasa Akhir (>35 45 Tahun) 4(16%) 5(25%) Lansia Awal (>45-55 Tahun) 4(16%) 8(40%) Lansia Akhir (>55-65 Tahun) 9(36%) 4(20%) Manula (> 65 Tahun) 7(28%) 2(10%) Total 25 (100%) 20(100%) Table 5.1. Distribusi frekuensi usia penderita CTS periode tahun 2014 dan 2014 di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tabel 5.1. menjelaskan mengenai kategori usia penderita CTS. Pada tahun 2014 dijumpai usia paling banyak berada pada kategori lansia akhir sebanyak 9 pasien (36%) dan paling sedikit berada pada kategori dewasa awal sebanyak 1 orang (4%). Pada tahun 2015 dijumpai usia paling banyak berada pada kategori lansia awal sebanyak 8 pasien (40%) dan usia paling sedikit dewasa awal sebanyak 1 orang (5%) Distribusi Jenis Kelamin Sampel Didapati jenis kelamin penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah perempuan 31 orang (68.9%) dan laki-laki sebanyak 14 orang (31,1%). Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Carpal Tunnel Syndrome pada 2014 dan Jenis Kelamin Laki-Laki 11(44%) 3(15%) Perempuan 14(56%) 17(85%) Total 25(100%) 20(100%) Tabel 5.2 yang menjelaskan mengenai jenis kelamin penderita CTS, pada tahun 2014 paling banyak perempuan sebanyak 14 pasien (56%); pada tahun 2015 paling banyak adalah perempuan sebanyak 17 pasien (85%) Distribusi Pekerjaan Sampel Didapati pekerjaan dari penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015paling banyak adalah PNS yaitu sebanyak 20 pasien (44,4%), diikuti oleh Lain-lain pasien (24,4%). Wiraswasta sebanyak 7 pasien

9 (15,6) dan juga Ibu rumah tangga sebanyak 7 pasien (15,6). Dari tabel 5.3 yang menjelaskan mengenai jenis pekerjaan penderita CTS. Pada tahun 2014 pekerjaan plaing banyak adalah PNS yaitu sebanyak 12 pasien (48%) dan paling sedikit adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 2 pasien (8%). Pada tahun 2015 pekerjaan paling banyak adalah PNS yaitu sebanyak 8 pasien (40%) dan paling sedikit adalah Lain-Lain yaitu sebanyak 3 pasien (15%). Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Penderita CTS tahun 2014 dan 2015 Pekerjaan PNS 12(48%) 8(40%) Wiraswasta 3(12%) 4(20%) Ibu rumah tangga 2(8%) 5(25%) Lain-lain 8(32%) 3(15%) Total 25(100%) 20(100%) Distribusi Suku Bangsa Sampel Didapati suku bangsa penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah suku batak yaitu sebanyak 27 pasien (59,4%), diikuti suku jawa sebanyak 7 pasien (15,4%), suku aceh 6 pasien (13,2%) dan yang paling sedikit suku padang yaitu sebanyak 5 pasien (11%). Tabel 5.4 menjelaskan menegenai suku bangsa penderita CTS. Pada tahun 2014 suku paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 16 pasien (64%) dan paling sedikit suku Aceh yaitu sebanyak 2 pasien (8%). Pada tahun 2015 suku paling banyak adalah suku Batak yaitu sebanyak11 pasien (55%) dan paling sedikit adalah suku Padang yaitu sebanyak 3 pasien (15%). Tabel 5.4 Distribusi Suku Bangsa Penderita CTS tahun 2014 dan 2015 Suku Bangsa Batak 16(64%) 11(55%) Jawa 3(12%) 2(10%) Aceh 2(8%) 4(20%) Padang 4(16%) 3(15%) Lain-lain 0(0%) 0(0%) Total 25(100%) 20(100%)

10 Distribusi Karakteristik Keluhan Utama Sampel Didapati keluhan utama penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah kebas tangan yaitu sebanyak 30 pasien (66,7%) dan diikuti nyeri tangan yaitu sebanyak 15 pasien (33,3%). Tabel 5.5 menjelaskan mengenai keluhan utama penderita CTS. Pada tahun 2014 keluhan utama paling banyak adalah kebas tangan yaitu sebanyak 17 pasien (68%) dan paling sedikit adalah nyeri tangan 8 pasien (32%). Pada tahun 2015 keluhan paling banyak adalah keluhan kebas pada tangan yaitu sebanyak 13 pasien (65%) dan paling sedikit adalah keluhan nyeri pada tangan yaitu sebanyak 7 pasien (35%). Tabel 5.5 Distribusi Keluhan Utama Penderita CTS tahun 2014 dan 2015 Keluhan Utama Nyeri tangan 8(32%) 7(35%) Kebas pada tangan 17(68%) 13(65%) 25(100%) 20(100%) Distribusi Karakteristik Keluhan Tambahan Penderita CTS tahun 2014 dan Didapati keluhan tambahan penderita CTS paling banyak berupa keluhan nyeri pada tangan yaitu sebanyak 30 pasien (66,7%) dan diikuti dengan kebas pada tangan sebanyak 15 pasien (33,3%). Tabel 5.6 Distribusi Keluhan Tambahan Penderita CTS pada tahun 2014 dan Keluhan Tambahan Nyeri pada tangan 17(68%) 13(65%) Kebas pada tangan 6(24%) 6(30%) Rasa terseterum 1(4%) 0(0%) Rasa tidak nyaman 1(4%) 1(5%) 25(100%) 20(100%)

11 Tabel 5.6 menejelaskan mengenai keluhan tambahan penderita CTS. Pada tahun 2014 keluhan tambahan paling banyak adalah keluhan nyeri pada tangan yaitu sebanyak 17 pasien (68%) diikuti dengan kebas pada tangan sebanyak 6 pasien (24%) dan paling sedikit rasa terserterum dan rasa tidak nyaman masing masing mempunyai 1 pasien (4%). Pada tahun 2015 keluhan tambahan paling banyak adalah keluhan nyeri pada tangan yaitu sebanyak 13 pasien (65%) diikuti dengan kebas pada tangan yaitu sebanyak 6 pasien (30%) dan paling sedikit yaitu rasa tidak nyaman sebanyak 1 pasien (5%) Distribusi Lokasi tangan yang terkena CTS Didapati lokasi tangan pada penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak terletak pada sebelah kanan yaitu sebanyak 21 pasien (46,7%), diikuti pada tangan kanan dan kiri (bilateral) sebanyak 14 pasien (31,1%) dan yang paling sedikit pada tangan kiri yaitu sebanyak 10 pasien (22,2%). Lokasi Tangan kanan 13(52%) 8(40%) Tangan kiri 7(28%) 3(15%) Tangan kiri dan kanan 5(20%) 9(45%) Total 25(100%) 20(100%) Tabel 5.7 menjelaskan mengenai lokasi pada penderita CTS. Pada tahun 2014 lokasi yang sering terkena adalah pada tangan kanan yaitu sebanyak 13 pasien (52%). Pada tahun 2015 lokasi yang paling sering terkena adalah pada tangan dan kiri (bilateral) sebanyak 9 pasien (45%) Distribusi Etiologi Sampel Didapati etiologi penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah pekerjaan yaitu sebanyak 38 pasien (84,4%), diikuti metabolik dan penyakit kolagen masing 2 pasien (4,4%) dan paling sedikit heriditer, endokrin dan degeneratif masing 1 pasien (2,2%). Tabel 5.8 menjelaskan mengenai etiologi CTS. Pada tahun 2014 etiologi paling terbanyak adalah pekerjaan yaitu sebanyak 20 pasien (80%) dan paling sedikit adalah heriditer yaitu sebanyak 1 pasien (4%). Pada tahun 2015 etiologi

12 paling banyak adalah pekerjaan yaitu sebanyak 18 pasien (72%) dan yang paling sedikit adalah endokrin dan degeneratif masing masing 1 pasien (5%). Etiologi Heriditer 1(4%) 0 Pekerjaan 20(80%) 18(72%) Metabolik 2(8%) 0 Endokrin 0 1(4%) Penyakit kolagen 2(8%) 0 Degeneratif 0 1(4%) Total 25(100%) 20(100%) Distribusi Derajat Berat CTS Didapati derajat berat penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah derajat ringan yaitu sebanyak 18 pasien (39,6%), diikuti derajat sedang yaitu sebanyaj 15 pasien (33%) dan paling sedikit derajat berat yaitu sebanyak 12 pasien (26,4%). Tabel 5.9 menjelaskan mengenai etiologi CTS. Pada tahun 2014 derajat berat paling banyak adalah derajat berat sedang yaitu sebanyak 11 pasien (44%) dan paling sedikit yaitu berat sebanyak 4 pasien (16%). Pada tahun 2015 derajat berat paling banyak adalah ringan dan berat masing masing mempunyai 8 pasien (40%) dan paling sedikit ada sedang yaitu sebanyak 4 pasien (20%). Derajat Berat Ringan 10(40%) 8(40%) Sedang 11(44%) 4(20%) Berat 4(16%) 8(40%) Total 25(100%) 20(100%) 5.2. Pembahasan Pembahasan Angka Kejadian Pada penelitian ini didapati jumlah sampel penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 adalah sebanyak 45 pasien yang diambil dari 45 rekam medis. Pada tahun 2014 didapati 25 pasien dan pada tahun 2015 ditemukan 20 pasien. Angka kejadian di Amerika Serikat telah diperkirakan

13 sekitar 1-3 kasus per 1000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50 kasus per orang pada populasi umum. (George dewanto 3) Pembahasan Demografi Sampel Pada penelitian ini didapati usia penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak berada kategori usia Lansia Akhir (>55-65 tahun) sebanyak 13 pasien (28,6%). Menurut penelitan Gorsche (2003), prediksi usia terbanyak penderita CTS adalah di atas 55 tahun, biasanya antara tahun. Begitu juga dengan penelitian Astri (2014) yang menyatakan bahwa penderita CTS terbanyak berkisar antara usia tahun, diikuti oleh usia tahun dan paling sedikit diderita oleh pasien dengan usia tahun. Hal ini dikarenakan usia produktif bekerja adalah usia tahun. Pada penelitian ini didapati jenis kelamin penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 31 pasien (68,2%) dan laki-laki sebanyak 14 pasien (30,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian Gorsche (2003) yang menyatakan bahwa CTS lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki. Penelitian Astri (2014) juga mengatakan bahwa perempuan lebih banyak menderita CTS daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan atau aktivitas perempuan yang lebih sering menggunakan tangan seperti memasak, mencuci, menyetrika, dan lain-lain (Faisal, 2004). Pada penelitian ini didapati pekerjaan penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah PNS yaitu sebanyak 20 pasien (44,4%), diikuti oleh lain-lain yaitu sebanyak 11 pasien (24,4%) dan wiraswasta dan ibu rumah tangga masing-masing 7 pasien (15,4%). Pada data yang saya dapatkan pekerjaan PNS paling banyak yang terkena CTS dan ini merupakan penemuan yang baru dan belum masih ada jurnal yang bisa menyokong penemuan ini. Pada penelitian ini suku bangsa penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan terbanyak periode 2014 dan 2015 adalah suku Batak yaitu sebanyak 27 pasien (59,4%), diikuti suku Padang sebanyak 7 pasien (15,4%), suku Aceh sebanyak 6 pasien (13,2%) dan suku Jawa sebanyak 5 pasien (11%). Suku Batak

14 merupakan suku paling banyak kerana di Medan suku Batak merupakan suku mayoritas di sini Pembahasan Karakteristik Keluhan Utama Sampel Pada penelitian ini didapati keluhan tambahan penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah keluhan kebas pada tangan yaitu sebanyak 30 pasien (66,7%) dan nyeri tangan sebanyak 15 pasien (33,3%). Pada penelitian Rambe (2004) keluhan utama yang sering dijumpai rasa kebas dan nyeri pada tangan Pembahasan Karakteristik Keluhan Tambahan Sampel Pada penelitian ini didapati keluhan tambahan penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah nyeri pada tangan sebanyak 30 pasien (66,7%) dan kebas pada tangan sebanyak 12 pasien (26,7%), diikuti rasa tidak nyaman 2 pasien (4,4%) dan rasa terseterum 1 pasien (2,2%). Pada penelitian Rovita (2012) keluhan sakit/nyeri sebanyak 9 orang, kesemutan sebanyak 13 orang, mati rasa sebanyak 8 orang dan bengkak pada tangan sebanyak 8 orang. Ini berbeda dari hasil yang saya dapatkan dari penelitian yang saya lakukan nyeri pada tangan adalah keluhan yang paling banyak ditemukan Pembahasan Karakteristik Lokasi Tangan Terkena CTS Sampel Pada penelitian ini lokasi tangan yang terkena CTS pada penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling sering terletak pada tangan kanan yaitu sebanyak 21 pasien (46,7%) diikuti dengan lokasi tangan kanan dan kiri (bilateral) yaitu sebanyak 14 pasien (31,1%) dan tangan kiri yaitu sebanyak 10 pasien (22,2%). Carpal Tunnel Syndrome banyak dialami oleh tangan yang lebih dominan untuk bekerja dan biasanya lebih berat, juga seringkali ditemukan bilateral (David, 2002) Pembahasan Karakteristik Etiologi Sampel Pada penelitian ini etiologi penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah pekerjaan yaitu sebanyak 38 pasien (84,4%), diikuti metabolik dan penyakit kolagen masing 2 pasien (4,4%) dan

15 paling sedikit heriditer, endokrin dan degeneratif masing 1 pasien (2,2%). Etiologi pekerjaan paling banyak kerana dari rekam medis yang saya ambil rata-rata kerjanya sebagai PNS akibat trauma yang mereka dapatkan semasa waktu pekerjaan Pembahasan Karakteristik Derajat Berat CTS Pada penelitian ini derajat berat penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah ringan yaitu sebanyak 18 pasien (39,6%), diikuti sedang yaitu sebanyaj 15 pasien (33%) dan paling sedikit berat yaitu sebanyak 12 pasien (26,4%). Data di atas tidak sesuai dengan penelitian Astri (2014) yang menyatakan bahwa derajat terbanyak pada penderita CTS adalah derajat sedang sebanyak 22 orang (44,9%), diikuti derajat ringan sebanyak 13 orang (26,5%), dan derajat berat sebanyak 11 orang (22,4%). Hal ini dikarenakan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan, sehingga sebagian besar pasien yang datang adalah pasien yang mengalami derajat ringan.

16 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut; 1. Sebaran usia penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014 dan 2015 paling banyak berusia >55-65 tahun (28,6%), 2. Sebaran jenis kelamin penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik periode tahun 2014 dan 2015 dijumpai proporsi perempuan paling banyak (68,9%). 3. Keluhan utama terbanyak CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 adalah keluhan kebas pada tangan (66,7%). 4. Keluhan tambahan CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 terbanyak adalah keluhan nyeri pada tangan (66,7%). 5. Lokasi tangan terkena CTS terbanyak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 adalah pada tangan kanan (46,7%). 6. Etiologi terbanyak pada penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 adalah pekerjaan (84,4%) 7. Sebaran derajat berat terbanyak terbanyak pada penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 adalah derajat ringan (39,6%). 8. Angka kejadian penderita CTS pada tahun 2014 didapati 25 pasien dan pada tahun 2015 didapati 20 pasien Saran Adapun saran pada penelitian ini yaitu: 1. Diharapkan masyarakat dapat mengetahui lebih banyak mengenai Carpal Tunnel Syndrome dari segi gejala dan ciri-cirinya untuk

17 dapat dilakukan pengobatan awal sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi, serta untuk melakukan pencegahan dini. 2. Diharapkan tenaga kesehatan lebih banyak memberikan informasi mengenai Carpal Tunnel Syndrome dan melakukan pelayanan sebaik-baiknya kepada penederitanya. 3. Diharapkan untuk bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan agar dapat menyimpan informasi rekam medis pasien dengan lebih baik dan kepada pihak rumah sakit yang menulis rekam medis diharapkan dapat mencatat dengan lengkap dan jelas segala informasi yang penting sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan kepentingan lainnya juga dapat digunakan sebaik-baiknya untuk penelitian akan datang. 4. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas cakupan penelitiannya, khususnya dalam jumlah sampel dan lokasi penelitian sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 12 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Umur Jenis kelamin Suku Pekerjaan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa suatu

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, BAB I PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Status kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

BAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS. BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut: Pasien AIDS Pola Penyakit Kulit Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan

Lebih terperinci

KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi pasien untuk menceritakan penyakitnya dengan pertanyaanpertanyaan

KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi pasien untuk menceritakan penyakitnya dengan pertanyaanpertanyaan SISTEM SARAF PENYAKIT CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) KOMPETENSI Tilikan Nilai Tertinggi bila 1. Anamnesis Peserta memfasilitasi untuk menceritakan penyakitnya pertanyaanpertanyaan yang sesuai untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Variabel Terikat Masa Kerja Carpal Tunnel Syndrome Lama Kerja Sikap Kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep 31 32 B. Hipotesis 1.

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri di masa globalisasi saat ini merupakan salah satu faktor penting dari perekeonomian suatu negara. Baik sektor industri formal dan informal dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam melaksanakan pekerjaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S ) N.Medianus dpt tertekan/terdesak swkt melalui bag.bawah retinakulum flexor menuju telapak tangan sebabkan G/sensorik sampai kelemahan ibu jari. Etiologi dan Patologi Terowongan

Lebih terperinci

CARPAL TUNNEL SYNDROME

CARPAL TUNNEL SYNDROME CARPAL TUNNEL SYNDROME ILUSTRASI KASUS Identitas Nama: Ny. D Umur: 63 tahun Alamat: kebocoran 07/01 Kedung Banteng Pekerjaan: IRT Agama: islam Jenis kelamin: perempuan Anamnesis Keluhan Utama: nyeri telapak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu saraf dan rehabilitasi medik 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini berlokasi di RSUP

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon fleksor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan terdiri dari persendian ujung distal radius dengan deretan proksimal tulang-tulang karpal. Stabilitas pergelangan tangan disebabkan oleh ligamen-ligamen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan informasi yang berkembang pesat sekarang ini ternyata membawa dampak positif, namun juga membawa dampak negatif bagi manusia. Lama dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat berlangsung selama bertahun-tahun, pasien mungkin mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Rheumatoid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai tenaga kerja adalah pelaksana dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian ketentraman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif merupakan penyumbang untuk pertumbuhan ekonomi bangsa dan dianggap semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian. Industri ini menjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang

BAB II PEMBAHASAN. dalam praktek sehari-hari. Istilah terowongan kapal digunakan karena daerah yang BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI Sindrom terowongan karpal merupakan suatu kumpulan gejala akibat kompresi nervus medianus pada pergelangan tangan. Penyakit ini sering ditemukan dalam praktek sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kejadiannya (Depkes, 2006). Perkembangan teknologi dan industri serta. penyakit tidak menular (Depkes, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dihadapkan pada dua masalah dalam pembangunan kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih belum banyak tertangani dan penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gerakan Berulang a. Pengertian Gerakan Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan sedikit variasi gerakan. (Budiono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan tangan kanannya terasa nyeri dan terasa kaku pada 3 jari, juga terasa kebal dan kesemutan pada malam

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah prevalensi seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik yang juga akan meninjau karakteristik

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Penderita penyakit rematik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun negatif. Seiring dengan keberhasilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 015 SUHERI PARULIAN GULTOM ABSTRAK Peminjaman dokumen rekam medis di rumah sakit digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.32 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA. KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kerja tidak lepas dari kebutuhan akan adanya komputer yang membantu atau mempermudah dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Komputer

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Carpal Tunnel Syndrome CTS merupakan suatu penyakit yang timbul dari kompresi intermiten atau terus menerus atau terjadi karena saraf median terjebak saat melewati terowongan

Lebih terperinci

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) : Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak subbidang neurologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan untuk mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.1.2 Ruang lingkup tempat Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang atau low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 80% penduduk di negara-negara industri

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Teori Dispepsia Organik Dispesia Non Organik Dispesia Diagnosa Penunjang Pengobatan H. pylori Tes CLO Biopsi Triple therapy Infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Oleh: MIFTAH RIZKY ARDHIANI J 100 050 014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik. 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Divisi Rehabilitasi Medik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari sebuah benda difokuskan di depan retina pada saat mata dalam keadaan tidak berakomodasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem pelayanan kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF) BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus telah mencapai epidemi tingkat global. Perkiraan untuk

Lebih terperinci

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI CARPAL TUNNEL SYNDROME OLEH : AMANDA KRISTIN SEMBIRING PEMBIMBING : DR. ANTUN SUBONO, SP.S FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2014 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Diabetes Melitus Tipe 2 Patofisiologi: Kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin Menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis merupakan penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban ekonomi yang tinggi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di. bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan adalah penyakit Tuberkulosis Ekstra Paru di bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota gerak yang saling menopang untuk menghasilkan suatu gerakan, salah satunya adalah gerakan tangan.tangan adalah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal ABSTRAK Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal Hendrik Sutopo L., 2005 Pembimbing : Winsa Husin, dr., MSc, M.Kes; Bing Haryono, dr., Sp.S Sindrom Terowongan Karpal (STK) merupakan suatu kelainan terjepitnya

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Abraham Sihotang Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 8 September 1993 Agama : Kristen Protestan Alamat : JL. Setia Budi pasar 1 Komplek Puri Tanjung Sari No 56 Medan Riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kesehatan kerja di dalam lingkungan pekerjaan untuk mencegah dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan dicantumkan dalam UU RI

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 13 BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Virus Dengue Lingkungan Vektor (Nyamuk) Host (Manusia) Faktor Demografis Jenis Kelamin Umur Demam Berdarah Dengue (DBD) Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai tenaga kerja adalah pelaksana dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan ketentraman dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi tumor payudara di Instalasi Patologi Anatomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi mengakibatkan terjadinya pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab timbulnya penyakit

Lebih terperinci