3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007"

Transkripsi

1 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut tercermin dari laju inflasi yang menurun, nilai tukar rupiah yang menguat disertai volatilitas yang rendah, serta kondisi likuiditas yang mencukupi untuk memenuhi aktivitas ekonomi. Dengan adanya perbaikan kondisi moneter tersebut, serta dengan mempertimbangkan prospek pencapaian sasaran inflasi masing-masing sebesar 6±1% dan 5±1% untuk tahun 27 dan 28, Bank Indonesia kembali melakukan penurunan BI Rate. Dalam kurun waktu Januari-Maret 27, penurunan BI Rate dilakukan sebanyak tiga kali dengan total penurunan sebesar 75 bps (basis poin) hingga level BI Rate mencapai 9,% pada akhir Maret 27. Dengan penurunan BI Rate, terlihat bahwa stabilitas makroekonomi pada triwulan I-27 masih terkendali. Gairah kegiatan usaha di sektor riil juga terus menunjukkan kecenderungan meningkat. Berbagai langkah kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia yang ditempuh selama ini diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Bank Indonesia akan senantiasa mencermati perkembangan makroekonomi secara seksama dengan tujuan akhir untuk mencapai target kestabilan harga. Kebijakan Bank Indonesia akan terus diarahkan untuk menciptakan stabilitas makroekonomi guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi melalui penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara konsisten. INFLASI Pada akhir triwulan I-27 laju inflasi IHK mencapai 1,91% (qtq), menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,44% (qtq). Secara tahunan, laju inflasi pada akhir triwulan laporan mencapai 6,52% (y-o-y), juga menurun dari inflasi akhir 26 yang tercatat sebesar 6,6% (y-o-y) (Grafik 3.1). Faktor-faktor yang mendorong penurunan tersebut adalah %, yoy %, yoy 5 efektifnya arah kebijakan moneter yang ditetapkan Bank IHK Inti (trimmed) 45 Indonesia sebelumnya, minimalnya tekanan inflasi kelompok Inti (exclusion) Volatile Foods 4 Administered Prices (skala kanan) 35 harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices), dan melimpahnya pasokan komoditas bahan makanan khususnya sayur mayur sehingga mengurangi tekanan inflasi akibat kenaikan harga beras. Secara fundamental, tekanan inflasi tetap terjaga sejalan dengan penguatan nilai tukar rupiah dan permintaan yang masih belum kuat. Dilihat dari sumbangannya, Grafik 3.1 Inflasi IHK, Administered, Inti dan Volatile Foods kelompok bahan makanan memberikan kontribusi terbesar pada inflasi triwulan I-27. Inflasi kelompok bahan makanan mencapai 3,71% (qtq), sehingga memberikan sumbangan sebesar,93% terhadap total inflasi IHK (Grafik 3.2)

2 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Transportasi, Komunikasi, dan,4 Jasa Keuangan,22 Pendidikan, Rekreasi, dan,2 Olah Raga Kesehatan Sandang Perumahan, Listrik, Air, Gas, dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bahan Makanan,5,4,36,32,47,72,93 Grafik 3.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok Triwulan I-27 (q-t-q) 1,39,,5 1, 1,5 2, 2,5 3, 3,5 1,81 1,89 sumbangan (qtq) inflasi (qtq) 3,71 % Inflasi dari kelompok harga yang dikendalikan pemerintah (administered prices) ) pada triwulan I-27 tercatat minimal. Inflasi kelompok administered prices berasal dari kenaikan tarif PAM di beberapa daerah seperti Banjarmasin, Jakarta, Palembang; kemudian kenaikan harga rokok sebagai antisipasi kenaikan HJE di bulan Maret 27 sebesar 7%; dan kenaikan harga BBM non-subsidi karena mengikuti perkembangan harga minyak dunia di pasar internasional. Dengan perkembangan demikian, inflasi administered prices pada triwulan laporan mencapai 1,3% (qtq), meningkat dibandingkan inflasi triwulan lalu yang mencapai,57% (qtq). Sementara itu, secara tahunan inflasi administered prices mencapai 2,4% (y-o-y), meningkat dibanding akhir triwulan sebelumnya sebesar 1,84% (y-o-y). Pada triwulan I-27 inflasi volatile foods tercatat sebesar 4,27% (qtq), lebih rendah dibandingkan 7,% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Walaupun demikian, inflasi volatile foods tersebut tercatat cukup tinggi. Kondisi demikian disebabkan perkembangan harga beras yang pada bulan Januari dan Februari 27 mengalami peningkatan. Meningkatnya harga beras disebabkan oleh adanya keterbatasan pasokan. Keterbatasan pasokan tersebut terjadi karena musim kemarau panjang sehingga masa tanam dan masa panen musim rendengan 27 mundur. Namun, peningkatan harga beras diimbangi oleh penurunan harga komoditas sayur mayur karena pasokan yang melimpah. Secara tahunan, laju inflasi volatile foods pada triwulan laporan mencapai 13,73% (y-o-y), turun dari triwulan sebelumnya sebesar,27% (y-o-y). Secara tahunan, inflasi inti selama triwulan I-27 tercatat sebesar 5,87% (y-o-y), turun dari triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (y-o-y). Demikian juga secara triwulanan, inflasi inti mengalami penurunan menjadi 1,48% (qtq) pada triwulan I- 27 dari 1,68% (qtq) pada triwulan IV-26. Berbagai faktor yang mempengaruhi turunnya inflasi inti antara lain efektifnya arah kebijakan moneter yang ditetapkan Bank Indonesia sebelumnya, menguatnya nilai tukar rupiah, serta masih belum kuatnya permintaan agregat. Arah kebijakan Indeks moneter Bank Indonesia telah mendorong terjaganya ekspektasi inflasi dengan kecenderungan membaik. Hal ini ditunjukkan oleh tren ekspektasi inflasi yang menurun dari hasil ekspektasi harga konsumen (Grafik 3.3). Sementara itu, tekanan inflasi yang berasal dari sisi eksternal relatif minimal seiring dengan tren penguatan nilai tukar rupiah. Hal ini juga didukung oleh inflasi negara mitra dagang yang cenderung melambat, karena penurunan harga komoditas internasional. Faktor lain yang mempengaruhi inflasi inti, yaitu kesenjangan output, selama Grafik 3.3 triwulan I-27 terindikasi masih minimal. Masih minimalnya Ekspektasi Harga Konsumen 6 Bulan Ke Depan kesenjangan output tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang masih belum kuat

3 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 %, yoy Total Peralatan Rumah Tangga Makanan dan Tembakau Kontruksi Rp/USD Grafik 3.4 Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran Grafik 3.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Bulanan Rata-rata Triwulanan Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Kurs, Rp/USD Volatilitas, % Kurs Harian Volatilitas Rata-rata Volatilitas Triwulanan Grafik 3.6 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 9.7 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar ,85,5 12, 1, 8, 6, , 2,,57 - NILAI TUKAR RUPIAH Selama triwulan I-27 nilai tukar rupiah mengalami penguatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir Maret 27, nilai tukar rupiah secara rata-rata mencapai Rp 9.11 per USD, atau terapresiasi,34% dari triwulan sebelumnya sebesar Rp per USD (Grafik 3.5). Penguatan tersebut ditopang oleh membaiknya faktor fundamental seperti peningkatan surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), imbal hasil rupiah yang tetap menarik, serta faktor risiko yang terjaga. Penguatan nilai tukar rupiah selama triwulan laporan juga disertai dengan pergerakan yang relatif stabil, tercermin dari volatilitas yang berada pada level rendah sebesar,57% (Grafik 3.6). Stabilitas rupiah didukung oleh kondisi fundamental ekonomi yang membaik pada triwulan-i 27. Dari sisi fundamental, kinerja NPI selama triwulan I-27 diprakirakan akan lebih baik dari prakiraan awal tahun. Surplus NPI mengalami peningkatan hingga mencapai USD4,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan prakiraan awal tahun sebesar USD3,3 miliar. Perbaikan tersebut terutama ditopang oleh lebih tingginya surplus transaksi berjalan dibandingkan prakiraan semula. Dengan realisasi NPI yang lebih baik dari prakiraan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Maret 27 mengalami peningkatan hingga mencapai USD 47,2 miliar. Meningkatnya cadangan devisa memberikan dukungan secara fundamental terhadap nilai tukar rupiah. Dari sisi risiko, pada triwulan I-27 faktor risiko dalam negeri membaik. Perbaikan tersebut tercermin pada peningkatan rating Indonesia, penurunan premi swap (Grafik 3.7) dan stabilnya yield spread. Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings (Januari 27) serta Moodys (Februari 27) meningkatkan debt rating outlook Indonesia (long-term foreign currency debt) dari «stable«menjadi «positive«. Hal ini menunjukkan semakin kondusifnya investasi di Indonesia. Sementara itu, indikator premi swap selama triwulan I-27 menunjukkan penurunan, yang mengindikasikan membaiknya risiko. Yield spread antara obligasi valas pemerintah dengan US T-note relatif masih terjaga. Perbaikan indikator risiko mampu menopang stabilitas rupiah sehingga masih tetap menarik aliran modal asing. Perkembangan eksternal selama triwulan I-27 memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Beberapa hal seperti kebijakan kontrol aliran modal masuk oleh Thailand dan Venezuela, serta adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi AS memberikan sentimen negatif terhadap perkembangan rupiah. 14

4 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 16,% 14,% 12,% 1,% 8,% 6,% 4,% 2,% Premi 1 M Premi 6 M Premi 3 M Premi 12 M,% Jan Jan FebMarApr MeiMei Jun Jul AgsSep Okt OktNovDes Jan FebMarMarAprMei Jun Jul Jul AgsSep OktNovDes Des Jan FebMar Sumber : Reuters (diolah) Juta USD 1.5 Excess Supply (5) (1.) Grafik 3.7 Premi Swap Berbagai Tenor Langkah The Fed mempertahankan suku bunga pada level 5,25% tidak cukup untuk mengatasi sentimen negatif tersebut. Hal ini selanjutnya menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar dan pasar saham global. Namun demikian, kinerja faktor fundamental dalam negeri terutama surplus NPI dapat meminimalisir tekanan dari faktor eksternal tersebut, sehingga secara keseluruhan nilai tukar rupiah tetap menguat. Selama triwulan I-27, aliran masuk dana asing menambah pasokan valas di pasar valas perbankan domestik. Pada Januari 27 terjadi aliran masuk dana investasi asing yang cukup besar, sehingga pasar valas mengalami kelebihan pasokan (Grafik 3.8). Pada Februari 27 tekanan eksternal mengakibatkan terjadinya aliran keluar dana asing, namun pada saat yang sama pelaku domestik mencatat net pasokan valas. Mendekati akhir triwulan, aliran dana keluar masih berlanjut namun disertai dengan ekses permintaan valas domestik, sehingga kondisi pasar valas mengalami ekses permintaan. Secara kumulatif, permintaan valas dalam negeri didominasi oleh permintaan valas korporasi. Permintaan korporasi tersebut terutama berasal dari sektor makanan & minuman, sektor otomotif dan sektor telekomunikasi. (1.5) (2.) (2.5) KEBIJAKAN MONETER Strategi Kebijakan Bank Indonesia pada triwulan I-27 secara konsisten melakukan Grafik 3.8 penurunan BI Rate. Setelah melakukan asesmen perekonomian Permintaan dan Penawaran Valas secara keseluruhan, mempertimbangkan prospek pencapaian Berdasarkan Transaksi Spot sasaran inflasi masing-masing sebesar 6±1% dan 5±1% untuk tahun 27 dan 28, dan juga mempertimbangkan sejumlah faktor risiko ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia terus melanjutkan penurunan BI Rate. Selama triwulan I-27, RDG pada tanggal 4 Januari 27, 6 Februari 27, dan 6 Maret 27 menetapkan penurunan level BI Rate masing-masing 25 bps hingga level BI Rate menjadi 9,%. Dengan perkembangan tersebut, hingga akhir triwulan I-27 BI Rate mengalami penurunan sebesar 75 bps dari levelnya di awal tahun 27. Langkah ini didukung dari sisi operasional di mana beberapa ketentuan terus dilaksanakan, antara lain Fixed Rate Tender dalam pelaksanaan lelang SBI 1 bulan, penjarangan SBI 3 bulan, serta diskresi (penutupan) penyediaan window FASBI 7 hari. Secara keseluruhan, pelaksanaan kebijakan moneter selama triwulan I-27 direspon positif pelaku pasar dan disambut baik oleh dunia usaha. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan harga saham hingga mencetak rekor tertinggi baru serta kecenderungan penurunan yield obligasi. Excess Demand Net S(+)/D(-) dari Pelaku LN Net S(+)/D(-) dari Pelaku DN Net S(+)/D(-) Total Pelaku DN+LN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

5 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 Di bidang nilai tukar, Bank Indonesia terus melakukan serangkaian upaya untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan instrumen suku bunga, serta penyempurnaan berbagai instrumen moneter yang diperlukan. Selain itu Bank Indonesia juga terus berupaya menjaga kecukupan cadangan devisa yang dapat digunakan sebagai penyangga apabila terjadi pembalikan modal secara mendadak. Di samping itu, Bank Indonesia juga terus memantau beberapa peraturan terkait nilai tukar terutama untuk mengendalikan tekanan terhadap melemahnya rupiah dari arus modal asing jangka pendek (khususnya dalam bentuk swap beli) dan atau transaksi valas yang tidak didasarkan pada kegiatan ekonomi (non-underlying transactions). Peraturan tersebut antara lain seperti yang tertera pada ketentuan PBI 7/14/25 tentang Pembatasan Transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit Valuta Asing oleh Bank yang dikeluarkan pada tanggal 14 Juni 25. Koordinasi kebijakan dengan pemerintah terus dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Bank Indonesia terus berupaya untuk bersinergi bersama pemerintah dalam mengoptimalkan stimulus fiskal serta memperbaiki iklim investasi yang merupakan kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat bahwa kebijakan moneter dan perbankan yang akomodatif oleh Bank Indonesia bukanlah «panacea» bagi seluruh persoalan ekonomi yang dihadapi saat ini. Langkahlangkah untuk menuju hal itu terus disinergikan, antara lain upaya untuk mempercepat belanja modal pemerintah, mempercepat realisasi anggaran terutama untuk pemerintah daerah, serta mendorong kemajuan implementasi perbaikan iklim investasi dan infrastruktur. Suku Bunga Suku Bunga Sejalan dengan penurunan BI Rate, seluruh suku bunga instrumen moneter juga mengalami penurunan. Suku bunga FASBI O/N menjadi berada pada level 4,%, dan suku bunga SBI Repo menjadi 12,%. Secara operasional, dengan karakteristik sistem lelang Fixed Rate Tender, penurunan BI Rate langsung tercermin pada lelang SBI 1 bulan. Dalam pelaksanaan kebijakan operasional tersebut, operasi moneter tetap diarahkan untuk menyelaraskan arah umum kebijakan moneter yang Tabel 3.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga % (y-o-y) disampaikan melalui BI Rate dengan perkembangan aktual kondisi pasar uang antar Triwulan II-26 Triwulan III-26 Triwulan IV-26 Triwulan I-27 bank, baik dari sisi level Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar maupun suku bunga yang terjadi. Penurunan BI Rate diikuti oleh penurunan suku bunga penjaminan dan suku bunga simpanan. Dalam triwulan I- 27 suku bunga penjaminan BI Rate 12,75 12,5 12,5 12,25 11,75 11,25 1,75 1,25 9,75 9,5 9,25 9, Penjaminan Dep, 1 bulan 12,5 13, 12,5 12, 11,75 11,25 1,75 1,25 9,75 9,5 9,25 9,25 Dep, 1 bulan (Weight Avg) 11,5 11,5 11,3 11,1 1,8 1,5 1, 9,5 9, 8,6 8,4 Dep, 1 bulan (Counter Rate) 1,5 1,3 1,4 1,2 1, 9,8 9,3 9, 8,6 8,4 8,1 7,9 Base Lending Rate 16, 16,,8,8,7,5,1,1, 14,6 14,2 14,1 Kredit Modal Kerja (KMK) 16,3 16,3 16,2 16,1 16,1,8,6,4,1 14,9 14,9 Kredit Investasi (KI),9,9,9,9,9,7,5,4,1 14,9 14,9 Kredit Konsumsi (KK) 17,7 17,8 17,8 17,9 17,8 17,9 17,9 17,8 17,6 17,6 17,6 16

6 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I (1) % BI Rate* Pnjaminan Dep Deposito 1 bulan Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Grafik 3.9 Perkembangan Berbagai Suku Bunga %, yoy 5 Total DPK Tabungan 4 Giro Deposito (2) Jun Jul Ags Sep OktNov Des Jan Feb Mar AprMei Jun Jul Ags Sep OktNov Des Jan FebMar AprMei Jun Jul Ags Sep OktNov Des Jan Feb Grafik 3.1 Perkembangan Dana deposito rupiah 1 bulan menurun sebesar 5 bps menjadi 9,25% dari 9,75% di akhir 26 (Tabel 3.1). Penurunan ini selanjutnya diikuti oleh turunnya suku bunga deposito 1 bulan counter rate menjadi 7,9% pada akhir triwulan I-27 dari 8,6% di akhir 26. Secara rata-rata tertimbang (weighted average) suku bunga deposito rupiah 1 bulan pada Februari 27 tercatat sebesar 8,4%, juga menurun dibanding akhir 26 sebesar 9,%. Penurunan suku bunga deposito ini merupakan kelanjutan dari kecenderungan suku bunga deposito yang telah menurun sejak bulan Februari 26. Suku bunga kredit seperti yang ditunjukkan oleh base lending rate juga mengalami penurunan meskipun masih terbatas dan tidak secepat penurunan suku bunga deposito. Pada akhir triwulan I-27, base lending rate tercatat sebesar 14,1%, menurun dibanding akhir 26 sebesar,% (Tabel 3.1). Hal tersebut diikuti oleh seluruh suku bunga kredit yang sampai dengan akhir Februari 27 mengalami penurunan, kecuali suku bunga Kredit Konsumsi (KK). Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) menurun menjadi 14,9% dari akhir 26 yang tercatat sebesar,1%. Sementara itu, suku bunga KK berada pada level 17,6%, tidak mengalami perubahan dari akhir 26. Dana, Kredit, dan Uang Beredar Dari sisi penghimpunan dana, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat meskipun suku bunga deposito dan suku bunga penjaminan mengalami penurunan. Pada akhir Februari 27 penghimpunan DPK tumbuh sebesar 14,6% (y-o-y). Peningkatan DPK ini mencerminkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap perbankan nasional di tengah kecenderungan penurunan suku bunga. Dari sisi penyaluran kredit, kredit perbankan juga mengalami peningkatan di mana pada Februari 27 kredit meningkat sebesar Rp 8,9 triliun sehingga jumlah keseluruhan kredit perbankan mencapai Rp 826,3 triliun. Peningkatan penyaluran kredit mencerminkan kinerja perbankan yang melaksanakan fungsi intermediasi, yang diharapkan dapat menjadi sumber pembiayaan bagi perekonomian dan sektor riil. Uang beredar pada akhir Februari 27 terus meningkat dan tumbuh lebih tinggi dari periode sebelumnya. Secara nominal, laju pertumbuhan tahunan M1 mencapai 25,%, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 22,5%. Sementara itu, M2 menunjukkan laju pertumbuhan yang stabil sebesar 14,5%. Dengan pertumbuhan tersebut, secara riil pertumbuhan M1 dan M2 tercatat lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan riil selama tiga tahun terakhir. Dari sisi level, uang beredar menunjukkan peningkatan. Pada akhir Februari 27, posisi M1 tercatat sebesar 17

7 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I %, yoy M1 Riil Currency Riil (3) (6) (9) (12) M2/M 7, % 6,5 6, 5,5 5, 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, Grafik 3.11 Likuiditas Perekonomian M2 Riil Grafik 3.12 Perkembangan Angka Pengganda Uang Rp Miliar 6, 4, 2,, -2, -4, -6, 1 Des C/DPK MM2 (M2/M) Net Beli Net Jual 11 Des 21 Des 31 Des 1 Jan 2 Jan 3 Jan 9 Feb 19 Feb C/DPK 13,5 Grafik 3.13 IHSG dan Net Beli Asing pada Triwulan IV-26 IHSG 1 Mar Data per 3 Mar 7 11 Mar 21 Mar IHSG 13, 12,5 12, 11,5 11, 1,5 1, 9,5 9, Rp 347 triliun, meningkat Rp 1,7 triliun dari bulan sebelumnya. Sementara itu, posisi M2 mencapai Rp 1.366,8 triliun, meningkat Rp 2,9 triliun dari akhir Januari 27. Kenaikan M2 tersebut berasal dari kenaikan uang giral dan uang kuasi rupiah. Dari sisi faktor-faktor yang mempengaruhinya, kenaikan M2 terutama didominasi oleh kenaikan kredit dalam rupiah kepada bisnis dan rumah tangga. Berlanjutnya akselerasi penyaluran kredit tersebut sejalan dengan stabilnya perkembangan nilai tukar. Pasar Keuangan Selama triwulan I-27, perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi, yang kemudian ditutup pada level indeks yang meningkat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Kinerja IHSG diawali dengan pencapaian level tertinggi sepanjang sejarah bursa, yaitu pada level 1.86 yang terjadi pada tanggal 2 Januari 27. Dalam perkembangan selanjutnya, berbagai gejolak yang terjadi di bursa regional dan global turut memberikan tekanan terhadap kinerja IHSG. Gejolak tersebut antara lain penerapan capital control di Thailand, pemeriksaan khusus terhadap aktivitas ilegal di pasar saham China, serta naiknya kredit macet industri perumahan di AS. Namun demikian, penurunan BI Rate selama triwulan I-27 sebesar 75 bps mampu meredam sentimen negatif terhadap IHSG. Selain itu, aksi buru saham-saham unggulan oleh para investor atas publikasi laporan keuangan 26 dari sebagian besar perusahaan turut mendorong kinerja IHSG. Secara keseluruhan, pada akhir triwulan I-27 IHSG ditutup pada level 1.831, meningkat sebesar 1,41% dibanding akhir 26. Dari sisi pemodal, selama triwulan laporan investor asing masih membukukan net beli (Grafik 3.13). Masih tingginya likuiditas di pasar global serta masih menariknya imbal hasil di pasar modal negara-negara berkembang termasuk Indonesia merupakan faktor utama yang menarik investor asing. Minat investor asing ke pasar modal Indonesia menjadi semakin besar seiring dengan stabilnya nilai tukar rupiah. Secara keseluruhan, pada triwulan I- 27 net beli asing tercatat sebesar Rp 3,2 triliun. Namun demikian, sentimen negatif regional menyebabkan net beli asing tersebut mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 5,68 triliun. Penurunan BI Rate direspon dengan penurunan yield SUN. Penurunan BI rate direspon cukup positif oleh para investor di 18

8 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Rp triliun Frek 6. Vol Frek Data per 3 Maret 7 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Grafik 3.14 Aktivitas Perdagangan SUN pasar SUN. Hal tersebut ditunjukkan dengan kembali maraknya aktivitas perdagangan SUN. Motivasi investor antara lain adanya penyesuaian portfolio ke arah instrumen yang memberikan imbal hasil relatif besar dibanding suku bunga deposito yang menurun. Namun demikian, respon penurunan yield SUN tertahan seiring meningkatnya sentimen negatif regional pada pertengahan triwulan I-27. Memasuki Maret 27, ekspektasi investor terhadap resiko jangka panjang menurun dengan adanya peningkatan prospek surat utang pemerintah Indonesia oleh Moody»s Investor Service. Secara keseluruhan, total kumulatif volume dan frekwensi perdagangan SUN meningkat dari Rp 255,6 triliun dan kali pada triwulan IV-26 menjadi Rp triliun dan kali di triwulan I-27 (Grafik 3.14). Hal tersebut diikuti kenaikan secara rata-rata harian volume dan frekwensi perdagangan, dari Rp 4,2 triliun dan 18,3 kali, menjadi Rp 4,9 triliun dan 26,1 kali per hari. Dari sisi investor, selama triwulan I-27 investor asing di pasar SUN membukukan net beli sebesar Rp 6,7 triliun, naik signifikan dari triwulan IV-26 yang hanya mengalami net beli sebesar Rp,2 triliun. Pelaksanaan lelang SUN diwarnai dengan maraknya tawaran yang masuk dan lebih besarnya jumlah yang dimenangkan dari target. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN, pembentukan benchmark obligasi luar negeri serta mengatur maturity profile, pemerintah kembali menerbitkan seri SUN/ORI baru, melakukan debt switching SUN serta penerbitan global bond. Dalam rangka memenuhi pembiayaan fiskal 27, pemerintah kembali melakukan lelang SUN dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp18 triliun. Selain itu, dalam upaya memperluas basis investor obligasi, yaitu dengan memberi kesempatan kepada individu dan masyarakat umum untuk melakukan investasi di SUN, maka pemerintah kembali menerbitkan ORI2. Penerbitan ORI2 dilakukan pada 28 Maret 27 sebesar Rp 6,23 triliun, dari penawaran sebesar Rp 6,26 triliun. ORI2 akan jatuh tempo pada 28 Maret 21 dengan kupon sebesar 9.28% yang akan dibayarkan tanggal 28 setiap bulan. Sementara itu, pemerintah juga menerbitkan global bond Indo-37 tanggal 7 Februari 27 sebesar USD 1,5 miliar. Global bond ini berjangka waktu 3 tahun dengan kupon 6,625% dan yield to maturity 6,75%. Penerbitan global bond ini ditujukan untuk membentuk benchmark bagi penerbitan global bond domestik lainnya di luar negeri. Sementara itu, selama triwulan I-27 pemerintah tercatat melakukan 3 kali debt switching, yaitu pada 9 Januari, 3 Januari, dan 13 Februari 27. Pada ketiga debt switching tersebut, jumlah yang dimenangkan masing-masing Rp 1,56 triliun, Rp 5,9 triliun, serta Rp 1,1 triliun. 19

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2005 Laju inflasi IHK pada triwulan III-2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2 Laju inflasi IHK pada triwulan IV-2 mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2006 Kinerja neraca pembayaran yang mencatat surplus cukup besar telah mendukung penguatan nilai tukar

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 26 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan

Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi mtm sedikit meningkat, BI Rate Akan Kembali Diturunkan Inflasi Akhir semester I 2009 Inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,10 terjadi pada penghujung Jun. Inflasi

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

SURVEI PENJUALAN ECERAN

SURVEI PENJUALAN ECERAN SURVEI PENJUALAN ECERAN Maret 2005 Indeks riil penjualan eceran mengalami peningkatan Harga-harga umum dan tingkat suku bunga kredit diperkirakan masih akan tetap meningkat Perkembangan Penjualan Eceran

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2005 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) 1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi

Lebih terperinci

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Ikhtisar Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan. Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali......, nilai tukar yang relatif stabil... Perkembangan perekonomian selama

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang SAFE 29-Jan-16 NAV: 11.00% Tabel Kinerja CARLink SAFE Total Dana Kelolaan 1,286,637,672.00 Memberikan hasil investasi yang kompetitif dengan mengutamakan keamanan dan tingkat likuiditas yang tinggi. Pasar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 2,098.321 CENTURY PRO Adalah gabungan dari produk asuransi seumur hidup (whole life) dan investasi dimana Pemegang Polis mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2006 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 A. Nilai Tukar Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November...

Ikhtisar. Perekonomian tahun 2003 relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember 2003 menurun dibanding November... Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Desember Ikhtisar Perekonomian tahun relatif stabil dan membaik. Inflasi Desember menurun dibanding November......diikuti dengan kurs yang masih stabil...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci