BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Secara administrasi Kelurahan Jatirejo masuk ke dalam wilayah Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Kelurahan Jatirejo dengan luas Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Kandri Sebelah Selatan : Kelurahan Cempoko Sebelah Barat Sebelah Timur : Kelurahan Mijen : Kelurahan Kandri, Cempoko Wilayah masyarakat kelurahan Jatirejo terletak daerah dataran tinggi, dengan luas tanah 18,56 Ha, meliputi luas tanah pemukiman penduduk 14,68 Ha, luas tanah sawah 3,98 Ha, sehinga sebagian besar masyarakat Jatirejo menjadi petani. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 5 Km, sedangkan jarak dari pusat Administrasi 8 Km. Kelurahan Jatirejo terdiri dari 10 RT dan 2 RW, yaitu RW I terdiri dari 6 RT dan RW II terdiri dari 4 RT. Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Jatirejo 2013 berjumlah 1908 orang, terdiri dari RW I (1153 orang): Rt 01; 196 orang, RT 02; 149 orang, RT 03; 247 orang, RT 04; 153 orang, RT 05; 228 orang, RT 06; 180 orang, dan RW II (755 orang): RT 01; 205 orang, RT 02; 202 orang, RT 03; 168 orang, RT 04; 180 orang. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh pada saat di lapangan masyarakat Kelurahan Jatirejo memiliki sejumlah saranan

2 dan prasarana yaitu berupa sarana transportasi, saran komunikasi, sarana peribadahan dan sarana kesehatan. Sarana transportasi berupa jalan yang sebagian masih dalam keadaan berlubang dan sebagian belum beraspal, sehingga pada saat musim hujan jalan menjadi becek karena masih berupa batu dan tanah. Jalan penghubungan antara rumah warga masih berupa jalan biasa yaitu tanah, berbatu dan berpaving. Sarana transportasi berupa kendaraan bermotor hampir setiap warga memiliki, walaupun ada berapa warga yang tidak memiliki. Selain itu, sarana berupa transportasi umum yaitu angkutan umum yang beroperasi jurusan Karang ayu- Gunungpati, untuk akses langsung ke kelurahan Jatirejo dari Kecamatan Gunungpati hanya ojek. Sarana berupa komunikasi yang ada berupa radio, televisi hampir seluruh masyarakatnya memilikinya, karena hampir merupakan kebutuhan pokok. Sarana dan prasarana perekonomian yang ada hanya berupa warung atau toko kecil. Untuk sarana sosial berupa tempat peribadahan terdapat 4 masjid. Ada pula organisasi kemasyarakatan seperti PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) dan Karang Taruna. Selain hal itu terdapat pula sarana kegiatan olahraga (Profil Kelurahan Jatirejo, 2010).

3 B. Hasil dan Pembahasan Penelitian 1. Analisis Univariat a. Karakteristik ibu usia >35 tahun di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang berdasarkan pendidikan. Pendidikan yang dimiliki ibu usia >35 tahun di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang terbagi dalam 3 kategori, yaitu: : pendidikan dasar (tamat SD dan tamat SMP), pendidikan menengah (tamat SMA), pendidikan tinggi (Sarjana/Dipolma). Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasakan pendidikan Pendidikan Frequency Percent pendidikan dasar pendidikan menengah pendidikan tinggi Total Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 70 responden mayoritas 30 (42,4%) responden berpendidikan dasar, dan minoritas 13 (18,5%) berpendidikan tinggi. b. Karakteristik ibu usia >35 tahun di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang berdasarkan pekerjaan. Pekerjaan ibu usia >35 tahun di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang terbagi dalam 5 kategori: PNS, wiraswasta, swasta, pekerja lepas, IRT. Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan adalah sebagai berikut:

4 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Frequency Percent PNS Wirausaha Swasta Pekerja lepas ibu rumah tangga Total Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 70 responden mayoritas 29 (40,8%) IRT, minoritas 3 (4,2%) PNS. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. c. Pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sebelum diberikan penyuluhan di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang. Hasil skor pengetahuan responden tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sebelum penyuluhan yaitu dengan rata-rata 1,76 dan standar deviasi 0,576. Menurut Wawan (2010), setelah dikategorikan berdasarkan presentase jumlah jawaban yang benar, distribusi frekuensi pengetahuan tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sebelum penyuluhan sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Katagori Frekuensi Persen Baik 5 7,1 Cukup 43 61,4 Kurang 22 31,4 Total

5 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebesar 43 responden (61,4%), memiliki pengetahuan kurang 22 responden (31,4%), memiliki pengetahuan baik 5 responden (7,1%). Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi jawaban responden per nomor pernyataan sebelum penyuluhan, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sebelum diberikan penyuluhan No 1 2 *3 *4 5 6 *7 *8 9 *10 Pertanyaan Sterilisasi adalah tindakan pada kedua saluran telur yaitu mengikat, memotong atau memasang cincin yang mengakibatkan seorang wanita tidak akan mendapat keturunan lagi. Nama lain dari KB steril adalah tubektomi/ MOW (Medis Operasi Wanita). KB steril termasuk dalam kontrasepsi metode sederhana. Cara kerja KB steril yaitu dengan menampung sperma laki- laki pada selubung karet penampung. KB steril mengakibatkan sperma laki-laki tidak dapat bertemu dengan sel telur perempuan. Pemakaian KB steril terdapat tiga syarat yaitu syarat sukarela, syarat medis, syarat bahagia. Wanita dengan jumlah anak <2 boleh menggunakan KB steril Keuntungan KB steril adalah dapat melindungi dari penyakit menular seksual. Metode kontrasepsi KB steril hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit Metode kontrasepsi Kb steril dapat dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (bidan). Benar Salah Jml % Jml % 69 98,6 1 1, ,1 2 2,9 3 4, , , , , , , , , , , , , , , ,9

6 No *11 12 *13 * *17 *18 19 * *23 Pertanyaan Salah satu kerugian kontrasepsi KB steril adalah kegemukan. Kerugian KB steril salah satunya adalah klien dapat menyesal dikemudian hari karena tidak dapat mempunyai anak lagi. Pemakaian KB steril dapat mengganggu proses menyusui. Wanita yang mengalami pengeluaran darah dari jalan lahir diluar siklus menstruasi diperbolehkan menggunakan KB steril. Wanita usia <26 tahun tidak diperbolehkan menggunakan KB steril Wanita yang sedang diketahui hamil tidak boleh menggunakan KB steril. Wanita yang menderita penyakit tifus tidak boleh menggunakan KB steril. Sebelum dilakukan tindakan untuk KB steril tidak diperlukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan kandungan) terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan urin, pemeriksaan darah lengkap dan pap smear) perlu dilakukan sebelum pembedahan KB steril. Pembedahan untuk KB steril tidak dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi. Hari ke 6 sampai hari ke 13 dari siklus menstruasi dapat dilakukan pembedahan KB steril Pola mentruasi yang tidak normal adalah salah satu efek samping dari pemakaian KB steril. Problem psikologis adalah salah satu efek samping pemakaian KB steril Keterangan : * : Pertanyaan Unfavourable Benar Salah Jml % Jml % 47 67, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9 Berdasarkan tabel 4.2 diatas diperoleh hasil bahwa sebagaian besar responden menjawab dengan salah pada beberapa pernyataan, seperti pernyataan favourable pada nomer 6 yaitu Pemakaian KB steril terdapat tiga syarat yaitu syarat sukarela, syarat medis, syarat bahagia sebanyak 29 responden (41,4%), dan

7 pertanyaan nomor 16 yaitu Wanita yang sedang diketahui hamil tidak boleh menggunakan KB steril sebanayak 30 responden (42,9%). Demikian juga pada pernyataan unfavourable yang menjawab dengan benar pada pernyataan nomor 10 Metode kontrasepsi Kb steril dapat dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (bidan) sebanyak 54 responden (77,1%), dan pernyataan nomor 11 yaitu Salah satu kerugian kontrasepsi KB steril adalah kegemukan sebanyak 47 responden (67,1%). Pengetahuan responden tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita mayoritas tergolong dalam kategori cukup sebesar 61,4%, itu dapat terjadi karena responden kurang aktif dalam mencari informasi tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita melalui media massa, kurangnya sosialisasi tenaga kesehatan tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita, pengalaman yang rendah, lingkungan pekerjaan yang tidak mendukung, pendidikan yang rendah maupun kurangnya motivasi dan kesadaran diri sendiri. Hal ini sesuai teori yang dikemukaan oleh Noetoatmodjo (2010). Hasil analisis diatas sama dengan yang dikemukakan oleh Mulyati dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan beberapa karakteristik akseptor dan pemberian konseling dengan pemilihan metode kontrasepsi tubektomi pada ibu akseptor KB di klinik KB terpadu PKBI daerah Jawa Tengan Semarang. Jenis penelitian ini adalah explanatory survey dengan pendekatan cross sectional study.

8 Populasi penelitian adalah akseptor kontap sebanyak 115 orang. Penentuan jumlah sample menggunakan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini secara statistik ada hubungan yang signifikan umur responden (p=0,015, phi=0,285), pendapatan responden (p=0,005 phi=-0,331) dan pemberian konseling (p=0,037 phi=-0,244) dengan pemilihan metode tubektomi. Penelitian yang lain juga menyebutkan hal yang sama dengen hasil analisis diatas yang dikemukakan oleh Denis Kurniasari dalam penelitiannya dengan judul Faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW (tubektomi) di wilayah Jangli Krajan Barat Rw III Kelurahan Jatingaleh Kecamatan Candisari Semarang Jenis penelitan yang digunakan adalah studi diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sempel sebanyak 118 responden dengan pengumpulan data menggunaan kuisioner sedangkan pengolahan data menggunakan program SPSS dengan uji Chi Squere. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan cukup sebesar 48,5%, berpengetahuan kurang sebanyak 11,9%, dan yang berpengetahuan baik sebanyak 39,6%. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW dengan nilai p value:0,000. Pada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan MOW didapatkan p value:0,000, ini artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan metode

9 kontrasepsi MOW. Pada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW didapatkan P value:0,000, ini artinya ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan metode kontrasepsi MOW. Saran sebaiknya sebagai tenaga kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan tentang MOW kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan secara intensif tentang MOW dan ikut aktif memimbing kelompok kerja penyuluh di posyandu mengenai kontrasepsi. d. Pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita setelah diberikan penyuluhan di Jatirejo Gunungpati Kota Semarang. Hasil skor pengetahuan responden tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sesudah penyuluhan yaitu dengan rata-rata 2,31 dan standar deviasi 0,627. Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sesudah penyuluhan sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sesudah Penyuluhan Katagori Frekuensi Persen Baik 28 40,0 Cukup 36 51,4 Kurang 6 8,6 Total Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebesar 36 responden (51,4%)

10 , memiliki pengetahuan kurang 6 responden (8,6%), memiliki pengetahuan baik 28 responden (40,0). Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi jawaban responden per nomor pernyataan sesudah penyuluhan, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sesudah diberikan penyuluhan. No 1 2 *3 *4 5 6 *7 *8 9 *10 *11 Pertanyaan Sterilisasi adalah tindakan pada kedua saluran telur yaitu mengikat, memotong atau memasang cincin yang mengakibatkan seorang wanita tidak akan mendapat keturunan lagi. Kanker servik adalah pertumbuhan sel yang tidak normal yang terjadi pada mulut rahim. Nama lain dari KB steril adalah tubektomi/ MOW (Medis Operasi Wanita). KB steril termasuk dalam kontrasepsi metode sederhana. Cara kerja KB steril yaitu dengan menampung sperma laki- laki pada selubung karet penampung. KB steril mengakibatkan sperma lakilaki tidak dapat bertemu dengan sel telur perempuan. Pemakaian KB steril terdapat tiga syarat yaitu syarat sukarela, syarat medis, syarat bahagia. Wanita dengan jumlah anak <2 boleh menggunakan KB steril Keuntungan KB steril adalah dapat melindungi dari penyakit menular seksual. Metode kontrasepsi KB steril hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit Metode kontrasepsi Kb steril dapat dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (bidan). Salah satu kerugian kontrasepsi KB steril adalah kegemukan. Benar Salah Jml % Jml % ,1 2 2, , , , , ,7 2 2, , , , , ,1 2 2, , , , ,6

11 No 12 *13 * *17 *18 19 * *23 Pertanyaan Kerugian KB steril salah satunya adalah klien dapat menyesal dikemudian hari karena tidak dapat mempunyai anak lagi. Pemakaian KB steril dapat mengganggu proses menyusui. Wanita yang mengalami pengeluaran darah dari jalan lahir diluar siklus menstruasi diperbolehkan menggunakan KB steril. Wanita usia <26 tahun tidak diperbolehkan menggunakan KB steril Wanita yang sedang diketahui hamil tidak boleh menggunakan KB steril. Wanita yang menderita penyakit tifus tidak boleh menggunakan KB steril. Sebelum dilakukan tindakan untuk KB steril tidak diperlukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan kandungan) terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan urin, pemeriksaan darah lengkap dan pap smear) perlu dilakukan sebelum pembedahan KB steril. Pembedahan untuk KB steril tidak dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi. Hari ke 6 sampai hari ke 13 dari siklus menstruasi dapat dilakukan pembedahan KB steril Pola mentruasi yang tidak normal adalah salah satu efek samping dari pemakaian KB steril. Problem psikologis adalah salah satu efek samping pemakaian KB steril Keterangan : * : Pertanyaan Unfavourable Benar Salah Jml % Jml % 53 75, , ,7 3 4, , , , , ,3 4 5, , , , , , , , , ,1 2 2, , , , ,4 Berdasarkan tabel 4.4 sesudah dilakukan penyuluhan, hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan, seperti pernyataan fovourable nomer 6 yaitu Pemakaian KB steril terdapat tiga syarat yaitu syarat sukarela, syarat medis, syarat bahagia sebelum penyuluhan sebanyak 41,4% responden menjawab salah

12 dan sesudah menurun menjadi 2,9% responden yang menjawab salah, dan pertanyaan nomor 16 yaitu Wanita yang sedang diketahui hamil tidak boleh menggunakan KB steril sebelum penyuluhan sebanyak 42,9% responden menjawab salah dan sesudah penyuluhan menurun menjadi 5,7% responden menjawab salah. Sementara pada pernyataan unfavourable yang menjawab dengan benar pada pernyataan nomor 10 yaitu Metode kontrasepsi Kb steril dapat dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (bidan) sebelum penyuluhan sebanyak 77,1% dan sesudah penyuluhan jawaban benar menurun menjadi 71,4%, tidak demikian pada pernyataan nomor 11 yaitu Salah satu kerugian kontrasepsi KB steril adalah kegemukan sebelum penyuluhan sebanyak 67,1% dan sesudah penyuluhan jawaban benar meningkat menjadi 81,4%. Pada penelitian ini terdapat peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, akan tetapi masih banyak responden yang menjawab benar dalam pertanyaan unfavourable poin persyaratan kontrasepsi MOW nomer 7 dengan pertanyaan Wanita dengan jumlah anak <2 boleh menggunakan KB steril terdapat 45 responden (64,3%) menjawab benar, poin indikasi kontrasepsi MOW nomer 13 dengan pertanyaan Pemakaian KB steril dapat mengganggu proses menyusui 67 responden (95,7%) menjawab benar dan nomer 14 dengan pertanyaan Wanita yang mengalami pengeluaran darah dari jalan lahir diluar siklus menstruasi diperbolehkan menggunakan KB

13 steril 47 responden (67,1%) menjawab benar, poin persiapan pre operasi kontrasepsi MOW nomer 22 dengan pertanyaan KB steril tidak diperlukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan kandungan) terlebih dahulu 46 responden (65,7%) menjawab benar. Hal ini dikarenakan terdapat responden yang tidak memperhatikan saat diberikan penyuluhan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh dari penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Noetoatmodjo (2010) Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, yang sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga. Hal tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Dian Setiyawati dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor penghambat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk memilih tubektomi sebagai alat kontrasepsi mantap di wilayah kerja Puskesmas Muntilan II Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan studi diskriptif dengan pendekatan survey. Tehnik pengambilan sampel, menggunakan metode Proportional random sampling dengan jumlah sampel 379 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 275 responden (72.6%) menyatakan bahwa informasi tentang Tubektomi kurang, 87 responden (23%) informasi

14 cukup dan 17 responden (4.5%) menyatakan bahwa informasi tentang Tubektomi baik. Sebanyak 239 responden (63.1%) menyatakan bahwa masih mempunyai keinginan untuk mempunyai anak dengan jenis kelamin tertentu dan 140 responden (36.9%) menyatakan tidak mempunyai keinginan. Sebanyak 192 (50.7%) menyatakan bahwa tarif dan jarak sarana kesehatan tidak terjangkau dan 187 responden (49.3%) menyatakan bahwa tarif dan jarak terjangkau oleh mereka. Sebanyak 212 responden menyatakan bahwa faktor sosial budaya mereka tidak mendukung dilakukannya Tubektomi dan 167 responden (44.1%) menyatakan bahwa faktor sosial budaya mereka mendukung dilakukannya tubektomi. Analisis diatas juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Novi Setiyo Rini dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan pengetahuan ibu tentang KB MOW dengan minat pemilihan kontrasepsi MOW di Desa Merjoyo Kecamatan Purwosari Kabupaten Kediri dengan menggunakan Desain penelitian analitik korelasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, tehnik sempel menggunakan simple random sampling. Dalam penelitian ini mengemukakan bahwa pengetahuan responden tentang KB MOW didapatkan sebagian besar perpengetahuan baik sebesar 42 responden (70%) dan berpengetahuan cukup 15 (25%) responden dan yang berpengetahuan kurang sebesar 3 responden (5%). Minat responden dalam minat pemilihan kontrasepsi MOW didapatkan

15 sebagian besar responden tidak berminat yaitu sebanyak 43 responden (71,7%) dari total 60 responden. ada hubungan pengetahuan ibu tentang KB MOW dengan minat pemilihan kontrasepsi MOW di desa merjoyo tahun Analisis Bivariat Data hasil penelitian pengetahuan dan sikap responden diuji kenormalannya menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov. Dari uji tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Statistik Perbedaan Pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita Sebelum dan Sesudah dilakukan Penyuluhan di Kelurahan Jatirejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Variabel Mean N SD p-value pengetahuan ttg mow 1,76 70,576 0,000 sblm penyuluhan pengetahuan ttg mow 2,31 70,627 0,000 ssdh penyuluhan Tabel 4.5 menunjukan dari 70 responden didapatkan nilai ratarata pengetahuan responden pre test yaitu 1,76 sedangkan nilai pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan memiliki nilai rata rata yaitu menjadi 2,31. terdapat peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol di tolak dan hipotesis alternative diterima sehingga ada perbedaan pengetahuan ibu usia >35 tahun tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dengan p-value sebesar 0,000 (p-value <0,05).

16 Hasil tersebut sesuai dengan pengertian penyuluhan menurut Noetoatmodjo (2010) yang menyebutkan bahwa penyuluhan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan. Terbukti setelah dilakukannya penyuluhan tentang kontrasepsi Medis Operasi Wanita maka pengetahuan tentang medis Operasi Wanita juga meningkat. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan kesehatan masyarakat perlu diadakan pendidikan kesehatan untuk masyarakat. Analisis diatas searah dengan yang dikemukaan oleh Febriya Nurul Aidah dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan pengetahuan dan sikap WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah penyuluhan di Dusun Wedoro Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Jenis penelitian adalah pre experimental designs dengan sampel 52 WUS di Dusun Wedoro Desa Wedoro. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Sebelum dianalisis dilakukan uji kenormalan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov dilanjutkan dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test penelitian ini menyatakan bahwa sebelum penyuluhan 3,8% responden berpengetahuan baik, setelah dilakukan penyuluhan menjdi 44,2%. Sebelum dilakukan penyuluhan sebesar 61,5% responden bersikap mendukung dan sangat mendukung, setelah dilakukan penyuluhan menjadi 88,5%. Ada perbedaan

17 pengetahuan dan sikap WUS tentang kontrasepsi IUD sebelum dan sesudah penyuluhan. Hal yang sama juga terdapat dalam penelitian Rohmawati dalam peneliannya yang berjudul Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang kontrasepsi implan (Studi pada WUS di RW IV Desa Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang). Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dan menggunakan pendekatan one group pretestposttest. Populasi yang diteliti adalah wanita usia subur yang mempunyai pasangan di RW IV Desa Wonolopo Kecamatan Mijen Semarang yang berjumlah 88 orang. Sampel yang diambil berjumlah 31 orang. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah sampling jenuh. Temuan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan tentang kontrasepsi implant sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara ASEAN pertumbuhan penduduknya masih tinggi. Singapura satu-satunya negara maju di ASEAN memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6%, Myanmar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah dengan menggerakan masyarakat terutama pada pasangan usia subur (PUS) untuk menggunakan kontrasepsi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah ekperimen semu (eksperimen quasi) dan menggunakan pendekatan one group pretest-postest. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS Mestuti Hadi AKBID Mardi Rahayu Kudus ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di RW 03 Kelurahan Bulustalan Semarang Selatan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni. RW 03 ini terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah yang komplek,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Made Intan Wahyuningrum

Lebih terperinci

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1 KESESUAIAN SIKAP PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI (STUDI KASUS DI KABUPATEN PACITAN) Asasih Villasari, S.SiT 1), Yeni Utami 2) (Prodi Kebidanan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 4.460 jiwa. Terdapat 1.248 kepala keluarga dan terdiri dari lima RW. Jumlah

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara administrasi Kelurahan Tandang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan batas wilayah sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test Design.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGANDAN KOTA SEMARANG TAHUN 2011 Yulia puspitasari 1 Nuke Devi Indrawati

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA USIA SUBUR) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL SKRIPSI Diajukanuntuk melengkapi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

KUESIONER PENGUMPULAN DATA

KUESIONER PENGUMPULAN DATA KUESIONER PENGUMPULAN DATA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KELUARGA BERENCANA (KB) WANITA USIA SUBUR (WUS) (STUDI KECAMATAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT) TAHUN 2009 Tanggal wawancara No. Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari lima negara berkembang yaitu, India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada pertambahan penduduk dunia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria 1, Sinta Nuryati 2 1 Poltekkes Kemenkes Bandung 2 Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PRAKTIK SADARI PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN KEMIJEN SEMARANG TIMUR KOTA SEMARANG Sri Mularsih 1, Frida Cahyaningrum 2, Endang Sri Rubiyanti 3 Email : srimularsih88@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di seluruh dunia. Di negara-negara yang maju keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu program atau gagasan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA Susiana Sariyati Prodi DIII Kebidanan, Universitas Alma ata Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Rosmadewi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang E-mail:

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE Nurfitriani Muin 1, Magdalena 2, Dewi Yuliani Hanaruddin 3 1 STIKES Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2009 lalu Indonesia menjadi negara keempat terbanyak penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas pembangunan di setiap daerah karena sangat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden : LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN Hubungan Akses KB Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal Pada Akseptor KB Aktif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kec.Siabu Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

Novita Nining Anggraini 1), Ratih Sari Wardani 2), Wahyu Umiyati 3) 1)2)3)

Novita Nining Anggraini 1), Ratih Sari Wardani 2), Wahyu Umiyati 3) 1)2)3) PERBEDAAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG PRAKTIK SADARI TERKAIT KEJADIAN KANKER PAYUDARA SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI RW 03 KELURAHAN BULUSTALAN SEMARANG Novita Nining Anggraini 1), Ratih Sari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian 90 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN Saya yang bernamaresky Arisda Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat akan melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang memengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker yang paling banyak pengidapnya. Tiap tahun ada 500 ribu kasus baru kanker serviks di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 48 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Desain penelitian adalah kasus kontrol berpadanan (matched) retrospektif. Disain kasus kontrol dapat digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Dusun Grompol, Desa Jembrak terletak di Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen tersebut pre experimental designs (Notoatmodjo, 2010). 01 X 02 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research) yaitu suatu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA Hardiningsih 1), Agus Eka Nurma Yuneta 2), Fresthy Astrika

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE () PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DESA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Novayanti Murdaningsih,

Lebih terperinci

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Ade Rindiarti 1, Tony Arjuna 2, Nindita Kumalawati

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PENELITI

SURAT PERNYATAAN PENELITI SURAT PERNYATAAN PENELITI Kepada Yth Saudari calon responden Dukuh gentan, Desa Tukang, Kec.Pabelan Dengan hormat Saya peneliti bernama Rumsiyati (462010059) mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

Lebih terperinci

No. Responden: B. Data Khusus Responden

No. Responden: B. Data Khusus Responden KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN TEST IVA PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA KOTA MEDAN TAHUN 2016 A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi masalah besar di Indonesia. Untuk menangani hal tersebut maka terus dilakukan upaya penanganan yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Primatex CO Indonesia Batang, yang merupakan pabrik pembuatan kain. Hasil produksi biasanya dipasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis 28 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis penelitian ini adalah Analitik explanatori/korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, DAN TARIF LAYANAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Keluarga Berencana Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian KB MOW b. Prinsip KB MOW c. Syarat Melakukan KB MOW d. Waktu Pelaksanaan KB MOW e. Kontraindikasi KB MOW

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

Program Studi DIII Kebidanan, Fikkes, Universitas Muhammadiyah Semarang

Program Studi DIII Kebidanan, Fikkes, Universitas Muhammadiyah Semarang PERBEDAAN PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN (Studi pada WUS di Rw IV Desa Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang) Ely Rohmawati 1,Suprapti 2 dan Fitriani Nur Damayanti

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 Sri Mulyati Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Ridha Andria 1*) 1 Dosen STIKes Darussalam Lhokseumawe

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB Risneni 1) dan Helmi Yenie 2) 1) 2) Jurusan Kebidanan poltekkes kemenkes Tanjngkarang Abstrak. Rekapitulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN Aprilica Manggalaning Murti, Mega Marliana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,

Lebih terperinci

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15%

BAB IV. Pendidikan SMP SMA DIII S1 S2 Jumlah 2.9% 100% S2 3% SMP 29% DIII 15% 46 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Pendidikan Pendidikan terakhir responden di RW 04 Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang Kota Tangerang yaitu SMP, SMA, DIII, S1, dan S2 dengan distribusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah Kecamatas

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian discriptive corelation yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Eva Inayatul Faiza 1, Riski Akbarani 2 eva_inayatul@yahoo.com

Lebih terperinci

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KB KONDOM DI DESA BANGSALAN KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI The Relationship Between The Knowledge Level And Men s Participation In Family

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program KB di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih jadi urusan kesehatan dan bukan menjadi urusan kependudukan. Sejalan dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian :Pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi Peneliti :Desi Anggraini Dengan menandatangani lembaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nurhidayah 201510104339 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross sectionalbertujuan untuk mengetahui hubunganumur, jumlah anak, pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan Explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengetahuan pencegahan penyakit, sikap

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ELIS SITI PRIYANI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : ELIS SITI PRIYANI PENGARUH PENYULUHAN MEDIA POWERPOINT DAN MEDIAVIDEO TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KONTRASEPSI IUD PASCA PLASENTA DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : ELIS SITI PRIYANI

Lebih terperinci

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Diyah Intan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013

METODE PENELITIAN. wawancara terstruktur dengan panduan kuisioner. Waktu penelitian : Bulan Desember 2013 41 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian merupakan penelitian analitik deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana objek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( ) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN AKDR DI KELURAHAN BENTENG PASAR ATAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN 2014 Desi Andriani * ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu

Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Wiralodra Indramayu HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP) DI DESA KARANGAMPEL KIDUL KABUPATEN INDRAMAYU Oleh: Ismail dan Sisca Febryani Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia setelah berturut-turut China, India dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015: 110-115 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 Sunarsih

Lebih terperinci

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS NGESREP KELURAHAN NGESREP KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) 1 Program

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) Herlina Tri Damailia, Theresia Rina Oktavia Prodi Kebidanan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BKKBN (2011), pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai program untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu programnya dengan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi diskriptif korelasi melelui metode pendekatan Cross

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan yang masih. relatif tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) muncul sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan yang masih. relatif tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) muncul sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) muncul sebagai gerakan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci