HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia adalah suatu program pemberdayaan usia lanjut yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA), dan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Program tersebut diikuti oleh pra lanjut usia dan lanjut usia wanita yang berumur tahun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh program pemberdayaan lanjut usia ini yaitu: 1. Perawatan lanjut usia, kegiatan ini mendidik lanjut usia untuk merawat diri sendiri di usianya sekarang meliputi pengetahuan tentang makanan, gizi seimbang dan olahraga yang baik untuk menjaga kesehatan lanjut usia. Hal ini dimaksudkan agar wanita lanjut usia dapat merawat diri mereka tanpa bergantung dengan orang lain. Untuk wanita pra lanjut usia sendiri hal ini dapat melatih dirinya untuk merawat diri menjelang lanjut usia. 2. Kemandirian sosial, kegiatan ini meliputi penyuluhan tentang cara berkomunikasi yang baik kepada orang lain dan membuat social group seperti kelompok pengajian agar para lanjut usia dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang-orang sekitarnya. Komunikasi dan hubungan sosial yang baik akan membuat wanita lanjut usia merasa lebih bersemangat dalam menjalani hidup sehingga mereka dapat mengaktualisasikan diri mereka di masyarakat. 3. Kemandirian ekonomi, dalam kegiatan ini lanjut usia diajarkan untuk berkreatifitas seperti menyulam dan mendaur ulang sampah plastik. Kegiatan ini bertujuan agar wanita lanjut usia tetap produktif dan tidak menjadi beban bagi keluarga serta orang lain. Tujuan umum dari program pemberdayaan lanjut usia ini adalah meningkatkan kemandirian sosial ekonomi dari usia lanjut, sedangkan tujuan khususnya adalah: meningkatkan kesehatan lanjut usia; memperbaiki pola hidup yang baik; meningkatkan status gizi; dan meningkatkan keterampilan untuk menunjang perekonomian. Keluaran dari program pemberdayaan lanjut usia tersebut adalah meningkatkan pendapatan lanjut usia.

2 32 Peserta program terdiri dari kelompok pengajian ibu-ibu Agrianita dan kelompok pengajian ibu-ibu Desa Babakan. Kedua kelompok pengajian ini berada dalam binaan Agrianita Institut Pertanian Bogor. Kelompok pengajian ibuibu Agrianita terdiri dari istri pensiunan, dosen ataupun pegawai IPB. Sebagian besar anggota kelompok pengajian Agrianita bertempat tinggal di Perumahan Dosen dalam komplek lingkar kampus IPB. Ibu-ibu kelompok pengajian Agrianita juga ada yang bertempat tinggal di daerah Kota Bogor. Ibu-ibu kelompok pengajian Desa Babakan bertempat tinggal di daerah Babakan Raya yang tersebar antara RT 01, 02, 03, 04, dan 07. Kedua kelompok pengajian ini mengadakan pengajian bersama setiap satu bulan sekali yang biasanya dilakukan pada hari Rabu minggu kedua atau ketiga setiap bulannya. Tempat dilaksanakannya pengajian adalah Wisma Land Huis lingkar kampus IPB. Setiap acara pengajian juga diisi dengan beberapa kegiatan edukasi seperti pemeriksaan klinis, edukasi gizi dan lain sebagainya. Kelompok pengajian Desa Babakan juga mengadakan pengajian secara mandiri setiap minggu yang dilaksanakan setiap hari Selasa. Proporsi Wanita Lanjut Usia Berdasarkan Status Kadar Asam Urat Semua contoh yang mempunyai hasil pemeriksaan kadar asam urat dan sesuai dengan kriteria inklusi dijadikan contoh dalam penelitian ini. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok dengan kadar asam urat normal dan tinggi berdasarkan klasifikasi kenormalan kadar asam urat menurut Wohl & Goodhart (1968). Berikut ini sebaran contoh berdasarkan kadar asam uratnya. Tabel 8 Proporsi contoh berdasarkan kadar asam urat Range Kadar Asam Normal Tinggi Total Urat 2-6 mg/dl 6 mg/dl Rata-rata± SD 4.57± ± ±3.06 Min;Max 2 ; ; ; 19.8 ; % 15 ; 50% 15 ; 50% 30 ; 100% Hasil dari pengklasifikasian contoh berdasarkan kadar asam uratnya didapatkan bahwa rata-rata kadar asam urat contoh keseluruhan adalah 6.4±3.06 mg/dl dengan kadar asam urat terkecil adalah 2 mg/dl dan tertinggi adalah 19.8 mg/dl. Rata-rata kadar asam urat pada contoh normal adalah 4.57±1.02 mg/dl dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah 8.3±3.2 mg/dl. Jumlah proporsi wanita lanjut usia yang memiliki kadar asam urat normal dan tinggi sama besar, yaitu 50%-50%.

3 33 Karakteristik Rumah Tangga Tingkat Pendidikan.Tingkat pendidikan contoh dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan sebaran contoh, yaitu tidak sekolah, lulus SD, lulus SMP, lulus SMA dan lulus perguruan tinggi. Tingkatan pendidikan contoh cukup beragam mulai dari kategori tidak sekolah hingga lulus perguruan tinggi. Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebagian besar lulusan sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 8 orang (53.3%) dan begitu juga pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi, yaitu sebanyak 5 orang (23.3%). Meskipun rata-rata tingkat pendidikan pada ke dua kelompok itu sama tetapi pada kelompok asam urat tinggi terdapat contoh yang tidak bersekolah, yaitu sebanyak 13.3% dan tidak ada contoh yang tamat sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan pada kelompok asam urat normal tidak ada yang tidak sekolah, semua contoh bersekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Contoh yang menamatkan pendidikannya sampai jenjang sekolah menengah atas lebih banyak terdapat pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi, yaitu sebesar 26.7%, tetapi pada kelompok asam urat normal hanya 13.3%. Jumlah contoh dengan tingkat pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi pada ke dua kelompok sama, yaitu sebanyak 26.7%. Hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p=0.9) antara tingkat pendidikan pada kedua kelompok contoh. Tingkat Pendidikan Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan normal tinggi Total n % n % n % Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi TOTAL Tingkat Pendapatan Keluarga. Pendapatan merupakan salah satu faktor ekonomi yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Pendapatan mempengaruhi anggaran belanja pangan rumah tangga yang pada akhirnya mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga (Susanti dalam Mutingatun 2006). Menurut Darmojo (2000) dalam Mutingatun (2006), usia lanjut di Indonesia masih banyak bergantung pada orang lain terutama anak.

4 34 Ketergantungan pada anak lebih banyak diderita oleh wanita usia lanjut dan persentasenya naik dengan bertambahnya usia. Banyak faktor yang menentukan status ekonomi usia lanjut. Hal ini bisa disebabkan oleh produktivitas usia lanjut yang semakin berkurang dengan bertambahnya usia sehingga pendapatan yang didapat tidak murni hasil kerja usia lanjut. Ada beberapa kondisi yang membatasi kesempatan kerja bagi pekerja usia lanjut: (1) Wajib pensiun, pemerintah dan sebagian besar industri/perusahaan mewajibkan pekerja pada usia tertentu untuk pensiun. Mereka tidak mau lagi merekrut pekerja yang mendekati usia wajib pensiun, karena waktu, tenaga dan biaya untuk melatih mereka sebelum bekerja relatif mahal (2) Jika personalia perusahaan dijabat orang yang lebih muda, maka para usia lanjut sulit mendapatkan pekerjaan (3) Sikap sosial. Kepercayaan bahwa pekerja yang sudah tua mudah kena kecelakaan, karena kerja lamban, perlu dilatih agar menggunakan teknik-teknik modern merupakan penghalang utama bagi perusahaan untuk mempekerjakan orang usia lanjut (4) Fluktuasi dalam daur usaha. Jika kondisi usaha suram maka usia lanjut adalah yang pertama kali harus diberhentikan dan kemudian digantikan orang yang lebih muda apabila kondisi usaha sudah membaik (Hurlock dalam Marga 2007). Tingkat pendapatan contoh dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Rp , Rp sampai dengan Rp dan di atas Rp Sebagian besar pendapatan contoh pada kelompok kadar asam urat normal dan tinggi adalah pada kisaran di atas satu juta rupiah. Tetapi bila dilihat proporsinya, jumlah contoh dengan penghasilan di atas satu juta rupiah lebih banyak pada kelompok kadar asam urat tinggi, yaitu sebanyak 9 orang atau sebesar 60%. Sedangkan pada kelompok asam urat normal hanya 6 orang atau sebesar 40%. Pada kelompok asam urat tinggi sangat sedikit contoh dengan penghasilan kurang dari sama dengan lima ratus ribu rupiah, yaitu hanya sebanyak 2 orang atau 13.3%. Sedangkan pada kelompok asam urat normal terdapat 4 orang (26.7%) dengan penghasilan di bawah lima ratus ribu rupiah. Pendapatan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang, termasuk pola makan seseorang. Penghasilan yang besar menyebabkan seseorang dapat lebih mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah dan kualitas yang lebih baik. Konsumsi makanan dalam jumlah yang banyak belum tentu baik untuk kesehatan. Pola konsumsi makan yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan diantaranya seperti kadar asam urat yang meningkat yang akan

5 35 menyebabkan penyakit gout. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pada kedua kelompok contoh tidak terdapat perbedaan yang nyata (p=0.5). Tabel 10 memperlihatkan pendapatan keluarga contoh perbulan. Tingkat Pendapatan Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga normal tinggi Total N % N % n % Rp Rp Rp 1 juta Rp 1 juta TOTAL Besar Keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah (Suhardjo 1989). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1998) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu kecil ( 4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar ( 7 orang). Data besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 11. Besar Keluarga Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga normal tinggi Total N % n % n % 4 orang (kecil) orang (sedang) orang (besar) TOTAL Besaran keluarga contoh pada kedua kelompok cukup beragam. Ratarata contoh tergolong dalam kelurga kecil, yaitu 4 orang. Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal yang tergolong keluarga kecil sebanyak 9 orang (60%), keluarga sedang sebanyak 5 orang (33.3%) dan keluarga besar sebanyak 1 orang (6.7%). Sedangkan kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi yang termasuk ke dalam keluarga kecil sebanyak 10 orang (66.7%), sedang sebanyak 5 orang (33.3%) dan tidak ada contoh yang termasuk ke dalam keluarga besar. Contoh yang tergolong besar keluarga sedang biasanya tinggal bersama anak, menantu dan cucu, sedangkan contoh yang tergolong kecil biasanya hidup terpisah dari anak dan hanya tinggal dengan suami saja. Hasil uji beda menunjukkan bahwa besaran keluarga pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.1). Pekerjaan. Status pekerjaan contoh dibagi dalam beberapa kategori berdasarkan sebaran contoh, yaitu PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta, IRT

6 36 (Ibu Rumah Tangga) dan lainnya (termasuk pensiunan). Jenis pekerjaan seseorang merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suharjo 1989). Selain itu, pekerjaan juga menentukkan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dan alokasi waktu seseorang untuk dapat melakukan kegiatan olahraga. Tabel 12 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan pekerjaannya. Pekerjaan Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan normal tinggi Total n % n % N % PNS Ibu rumah tangga Wiraswasta Lainnya TOTAL Sebagian besar contoh pada kedua kelompok hanya sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebesar 13 orang atau 86.6% (Tabel 12). Tidak ada contoh yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Hal ini diduga karena pada usia 55 tahun sudah memasuki usia pensiun. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat rendah terdapat 1 orang (6.7%) yang bekerja sebagai wiraswasta dan 1 orang (6.7%) termasuk kategori lainnya. Pada kelompok asam urat tinggi tidak ada yang bekerja sebagai wiraswasta, tetapi terdapat dua orang (13.4%) yang termasuk ke dalam kategori lainnya. Contoh yang tidak bekerja menggunakan sebagian besar waktunya untuk mengurus rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci, menjaga anak dan kegiatan sosial. Hasil uji beda menunjukkan bahwa jenis pekerjaan pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.326). Karakteristik Individu Usia. Peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor yang berusia tahun, yaitu sejumlah 39 orang. Peserta program yang diambil sebagai contoh dalam penelitian adalah sejumlah 30 orang, yaitu sekitar 46.8%. Jumlah tersebut didapat setelah peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia di Bogor dikenai kriteria inklusi. Menurut Departemen Kesehatan (1991), pengelompokkan usia lanjut dini yaitu kelompok dalam masa prasenium adalah tahun dan kelompok usia lanjut dalam masa senium berusia 65 tahun ke atas. Usia contoh

7 37 secara umum yang berusia tahun sekitar 46.2% dari seluruh contoh yang diambil, sedangkan yang berusia 65 tahun ke atas sejumlah 53.8%. Contoh tertua dalam penelitian ini berusia 85 tahun. Contoh dalam penelitian ini rata-rata berusia 64.5±9.0 tahun. Pada penelitian ini contoh dibagi dua kelompok berdasarkan kadar asam uratnya, yaitu normal dan tinggi. Kelompok yang termasuk kadar asam urat normal yaitu contoh yang memiliki nilai asam urat dengan kisaran 2-5 mg/dl dan tinggi apabila kadar asam uratnya diatas 6 mg/dl (Wohl and Goodhart 1968). Berikut ini adalah sebaran usia contoh beradasarkan pengelompokkan kadar asam uratnya. Usia Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan usia normal tinggi Total N % n % n % tahun tahun TOTAL Contoh yang memiliki kadar asam urat normal dan kadar asam urat tinggi sebagian besar tergolong dalam rentang usia tahun. Pada kelompok asam urat normal terdapat 10 orang (66.7%) yang termasuk ke dalam usia tahun dan pada kelompok asam urat tinggi terdapat 8 orang (53.3%) yang termasuk ke dalam usia tersebut. Sedangkan usia contoh dengan rentang usia 65 tahun secara berturut-turut pada kelompok asam urat normal dan tinggi adalah 33.3% dan 46.7%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata usia pada pada ke dua kelompok contoh (p=0.355). Usia Menopause. Menurut Oswari (1997), menopause biasanya terjadi pada usia tahun. Sedangkan menurut Wirakusumah (2004), usia menopause berkisar antara tahun. Usia memasuki menopause dapat berbeda-beda pada setiap wanita. Setelah menopause, wanita akan mengalami masa Senile, yaitu masa dimana terjadi keseimbangan hormonal sehingga tidak ada lagi gangguan psikis maupun fisiologis. Pada usia menopause wanita lebih rentan terkena penyakit gout yang diakibatkan oleh meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini dikarenakan sudah tidak diproduksinya hormon estrogen yang berfungsi sebagai pelindung pada wanita. Berikut ini adalah sebaran usia menopause pada contoh.

8 38 Usia Menopause Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan usia menopause normal tinggi Total n % n % n % 50 tahun > 50 tahun TOTAL kadar asam urat normal lebih banyak mengalami menopause pada usia di atas 50 tahun, yaitu sebanyak 11 orang atau 73.3% dan di bawah sama dengan 50 tahun sebanyak 4 orang atau 26.7%. Sebaliknya, pada kelompok kadar asam urat tinggi lebih banyak mengalami menopause pada usia di bawah sama dengan 50 tahun, yaitu sebanyak 9 orang atau 60% dan di atas 50 tahun sebesar 40%. Selama seorang perempuan mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam urat dapat terekskresi dengan baik. Ketika sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah perempuan berisiko terkena asam urat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa usia menopause pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.069). Pengetahuan Gizi Asam Urat. Pengetahuan gizi mengenai asam urat merupakan pengetahuan tentang apa itu asam urat, apa penyebab dan gejalanya, kadar normal asam urat dalam darah serta mekanan apa yang mampu meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pengetahuan gizi ini dapat mempengaruhi sikap serta pola pikir contoh dalam menjaga kesehatannya, terutama menjaga kadar asam uratnya agar tetap normal. Pengetahuan gizi akan membantu dalam pemilihan pangan yang akan dikonsumsi, disesuaikan dengan kebutuhan gizi, selera, maupun keadaan keuangan rumah tangga, sehingga dengan pengetahuan gizi yang tinggi diharapkan dapat menghindarkan dirinya maupun anggota rumah tangganya dari masalah pangan dan gizi. Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal yang mempunyai pengetahuan gizi dengan kategori baik hanya 1 orang saja atau 6.7%, sebanyak 3 orang (20%) berkategori cukup dan sebanyak 11 orang atau 73.3% berkategori kurang. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi terdapat 2 orang (13.3%) yang berkategori baik, 6 orang (40%) berkategori cukup dan 7 orang (46.7%) berkategori kurang. Lebih banyaknya contoh yang memiliki kategori kurang mengenai pengetahuan gizi seputar asam urat pada ke dua kategori diduga karena informasi tentang asam urat masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan

9 39 informasi mengenai penyakit lainnya seperti diabetes mellitus, jantung, kanker dan lain-lain. Contoh yang memiliki pengetahuan gizi dengan kategori cukup tetapi termasuk dalam kelompok kadar asam urat tinggi diduga hal ini dapat terjadi karena mereka telah sadar akan penyakit asam urat yang dideritanya sehingga mereka menjadi lebih mencari tahu informasi seputar asam urat. Tingkat Pengetahuan Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi normal tinggi Total n % N % N % Baik (>8) Cukup (6-8) Kurang (<6) TOTAL Tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan kadar asam urat juga diperkirakan dapat terjadi karena contoh kurang mempraktikkan pengetahuan gizi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak terdapat perubahan perilaku menjadi lebih baik. Perubahan perilaku makan dan menghindari makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah harus diperhatikan dalam mengupayakan kadar asam urat yang normal dan terkontrol. Menurut Sanjur (1982) dalam Sukandar (2007), pengaruh pengetahuan gizi terhadap konsumsi tidak selalu benar, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi, belum tentu konsumsi makan menjadi baik. Konsumsi makanan jarang dipengaruhi oleh pengetahuan gizi secara tersendiri, tetapi merupakan interaksi dengan sikap dan keterampilan gizi. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang positif tentang makanan maka akan memiliki kualitas makanan yang lebih baik. Kualitas yang dimaksud adalah ketersediaan zat gizi dalam jumlah dan jenis yang cukup bagi kesehatan tubuh. Hasil uji beda menunjukkan bahwa pengetahuan gizi tentang asam urat pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.361). Status Gizi Pengukuran IMT bertujuan untuk melihat tingkat obesitas responden, hasil penelitian Yenrina (2001) menunjukkan sebanyak 56.67% responden mempunyai nilai IMT lebih besar dari 25 termasuk kategori kegemukan. Menurut Soegih (1991) dalam Yenrina (2001) kegemukkan merupakan salah satu pemicu terjadinya hiperurisemia. Penilaian status gizi lansia ditentukan melalui perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang yang

10 40 diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan penggunaan (utilisasi) zat gizi makanan. Kategori status gizi contoh digolongkan menurut Food and Nutrition Board, Committee on Diet and Health, National Research Council: Implications for reducing chronic diseases risk (1989) dalam Mahan dan Stumb 2008). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan status gizinya. Status Gizi Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan usia status gizi normal tinggi Total n % n % N % Normal (23-29) Obesitas (>29) TOTAL Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebagian besar berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 12 orang (80%) dan sebanyak 3 orang (20%) berstatus gizi lebih. Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi juga lebih banyak contoh dengan kategori berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 11 orang atau 73.3% dan 5 orang (33.3%) lainnya berstatus gizi lebih. Seseorang dengan status gizi lebih atau obesitas lebih berisiko mempunyai kadar asam urat yang tinggi bila dibandingkan dengan orang berstatus gizi normal. Timbunan lemak yang terdapat dalam jaringan adiposa menghambat ekskresi asam urat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa status gizi pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.407). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyak energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2002). Kegiatan fisik yang cukup besar memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kestabilan berat badan dan juga kebutuhan gizi seseorang. Aktivitas fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas individu dalam satu hari dan kebiasaan olahraga. Berdasarkan record aktivitas contoh (Tabel 17) dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh beraktivitas sedang ( ). Baik kelompok contoh dengan kadar asam urat normal maupun tinggi, keduanya memiliki presentasi tingkat aktivitas yang sama, yaitu 7 orang tergolong

11 41 beraktifitas ringan atau sekitar 47% dan 8 orang tergolong beraktifitas sedang atau sekitar 53%. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tingkat aktivitas pada kedua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.542). Sebagian besar aktivitas fisik contoh adalah melakukan aktivitas santai dan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mengurus rumah tangga, kegiatan sosial dan juga berolah raga. Tingkat Aktivitas Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik normal tinggi Total n % n % N % Sangat ringan ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) TOTAL Sebanyak 73 % contoh dari kelompok dengan kadar asam urat normal memiliki kebiasaan berolahraga setiap harinya. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa berolahraga membuat badan menjadi lebih bugar. Beberapa orang menyatakan merasa senang ketika melakukan olahraga. Olahraga selain dapat membuat badan menjadi sehat juga dapat membangun hubungan sosial di masyarakat. Rata- rata lansia mengikuti kelompok senam sehingga sambil berolahraga mereka dapat bersosialisasi. Hanya 27 % saja yang tidak menyukai olah raga. Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi juga tidak jauh berbeda, sekitar 67 % mempunyai kebiasaan olah raga dan sekitar 33 % mengaku tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Alasan contoh yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga adalah sebagian besar dikarenakan contoh merasa lelah, sibuk dengan aktivitas hariannya dan juga dikarenakan contoh merasa malas berolahraga. Proses penuaan menyebabkan perubahan komposisi tubuh, hal ini ditandai dengan penurunan 2-3% massa tubuh tanpa lemak per dekade. Kondisi ini akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik (Wirakusumah 2001). Jenis olah raga yang dilakukan contoh dapat dilihat pada Tabel 18.

12 42 Tabel 18 Sebaran contoh terbiasa berolahraga menurut jenis olahraga Jenis Olahraga normal tinggi Total N % n % n % Jalan kaki Senam Jalan kaki dan senam Tenis TOTAL Sebagian besar contoh yang terbiasa berolahraga baik dari kelompok dengan kadar asam urat normal maupun tinggi memilih olahraga jalan kaki sebagai jenis olahraga rutin yang dilakukan contoh, yaitu 63.6% untuk kelompok asam urat normal dan 40% untuk kelompok asam urat tinggi. Pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi sebesar 20% memilih olahraga tenis. Kombinasi olahraga senam dan juga jalan pagi dilakukan oleh 27.3% contoh dari kelompok normal dan 40% dari kelompok tinggi. Latihan aerobik dengan latihan beban juga dapat mempertahankan massa tulang. Karena seringnya masalah persendian pada lanjut usia, aktivitas dengan beban ringan seperti berjalan merupakan aktivitas aerobik yang mudah, praktis, dan sering dilakukan (Komnas Lansia 2010). Waktu untuk melakukan kegiatan olahraga tersebut berkisar 30 menit sampai 1 jam untuk jalan kaki dengan frekuensi 3-7 kali seminggu. Olahraga jalan kaki memang olahraga yang memiliki tingkat cedera paling rendah sehingga cocok untuk para wanita usia lanjut. Rata-rata contoh melakukan olahraga jalan kaki pada pagi hari. Untuk olahraga tenis memakan waktu 1-2 jam dengan frekuensi 3 kali seminggu. Sedangkan untuk olahraga senam sekitar 1 jam dengan frekuensi 3 kali seminggu. Pada masa menopause disarankan memilih olahraga yang tidak terlalu berat, seperti jalan kaki, yang dilakukan secara teratur dan kontinu (Wirakusumah 2004). Konsumsi Pangan Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai gizi dan makanan yang dilmilikinya. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki atau diketahui oleh seseorang yang didapatkan dari pengamatan indrawi. Pengetahuan gizi akan mampu mengatasi keterbatasan akses keluarga terhadap pangan. Dengan pengetahuan gizi yang baik, pengolahan dan pemanfaatan pangan yang tersedia dapat lebih optimal untuk memenuhi kebutuhan gizi (Harper et al. 1986).

13 43 Konsumsi pangan pada lansia tentu berbeda dengan konsumsi pangan pada usia dewasa. Adanya perubahan pada pencernaan dan juga indera perasa mengakibatkan lansia mengalami penurunan dalam proses pencernaan makanan dan metabolisme pada tubuh. Tingkat kecukupan energi dan protein dihitung berdasarkan proses estimasi Angka Kecukupan Energi (AKE) pada WNPG VIII bagi orang dewasa yang dihitung dengan menggunakan Oxford Equation berdasarkan Energi Basal Metabolisme (EMB). Konsumsi pangan lansia diukur dengan metode recall 1x24 jam dikarenakan sulitnya waktu pertemuan dengan contoh untuk melakukan recall kembali. Untuk analisis perbedaan rataan konsumsi pangan, maka pangan dikelompokkan ke dalam enam kelompok pangan, yaitu pangan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayur, buah dan pangan sumber purin. Dari data tersebut dapat dianalisis frekuensi dan berat pangan yang dikonsumsi dalam seminggu. Jenis dan Frekuensi Konsumsi Pangan. Jenis pangan yang dianalisis berdasarkan golongan makanan yang paling sering dikonsumsi contoh. Berdasarkan hal itu maka golongan makan tersebut terdiri atas makanan pokok yang merupakan sumber karbohidrat, pangan hewani, pangan nabati, sayur dan buah serta air. Frekuensi makan diambil dari frekuensi makan terbanyak dari setiap jenis makanan yang paling sering dikonsumsi. Jenis dan frekuensi makan dikelompokkan berdasarkan golongan makanan. Terdapat lima jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh lansia contoh adalah beras, roti, kentang, ubi jalar, dan singkong. Seperti yang tertera pada Tabel 19, beras merupakan jenis makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh lansia pada kedua kelompok. Rata-rata konsumsi beras pada kelompok dengan kadar asam urat normal adalah 21 kali/minggu. Sedangkan pada kelompok asam urat tinggi tidak jauh berbeda, yaitu (20.06 ±2.4) kali/minggu. Dari kelima jenis makanan pokok tersebut, singkong merupakan makanan pokok yang paling jarang dikonsumsi contoh. Frekuensi makan singkong pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (1.4± 0.9) kali/minggu dan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebanyak (1.7 ± 0.9) kali/minggu.

14 44 Tabel 19 Rataan frekuensi konsumsi makanan pokok contoh Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal Tinggi Total Makanan Pokok Nasi 21± ± ± ;21 14;21 Roti 6.2± ± ±1.6 2;7 3;7 2;7 Kentang 2.2± ± ±1.2 1;5 1;4 1;5 Ubi Jalar 2.4± ± ±1.06 1;4 1;3 1;4 Singkong 1.4± ± ±0.9 1;4 1;4 1;4 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal Berikut ini adalah tabel rataan frekuensi pangan hewani yang dikonsumsi oleh contoh selama seminggu. Jenis pangan hewani yang disajikan dalam tabel merupakan lima jenis pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh semua contoh. Tabel 20 Rataan frekuensi konsumsi pangan hewani contoh Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal (n=15) Tinggi (n=15) Total (n=30) Pangan Hewani Ikan 1.2± ± ±2.0 0;3 1;7 0;7 Daging Ayam 1.7± ± ±1.8 0;7 0;7 0;7 Telur Ayam 3.2± ± ±3.4 0;14 0;7 0;14 Ikan Asin 2.7± ± ±3.3 0;14 1;7 0;14 Daging Sapi 0.6± ± ±1.5 0;3 0;7 0;7 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal. Pangan hewani merupakan jenis bahan pangan yang mengandung protein. Pada kedua kelompok contoh terlihat bahwa pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan segar, daging ayam, telur ayam, ikan asin, dan yang terakhir adalah daging. Pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi sudah tidak mengkonsumsi pangan hewani seperti jeroan, tetelan, usus, dan pangan hewani lainnya yang banyak mengandung lemak. Telur ayam merupakan pangan hewani yang paling sering dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh, yaitu (3.2±3.8) kali/minggu untuk kelompok contoh normal dan (4.0±3.04) kali/minggu.

15 45 Pangan nabati yang banyak dikonsumsi contoh merupakan pangan nabati turunan dari kacang-kacangan, yaitu tahu, tempe, taucho, kacang kedelai dan kacang ijo. Rata-rata frekuensi konsumsi tahu pada kelompok contoh dengan asam urat tinggi lebih tinggi dari contoh dengan kadar asam urat normal, yaitu (5.13 ± 1.40) kali/minggu. Sedangkan pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (4.2 ± 1.69) kali/minggu. Dibandingkan dengan tahu, tempe mempunyai kadar purin yang lebih tinggi, ini terjadi karena adanya sumbangan purin yang berasal dari kapang sebagai inoculum pada pembuatan tempe. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dwiyanti (1998) dimana semakin lama waktu fermentasi jumlah adenine pikrat dan RNA tempe meningkat. Tahu mempunyai kadar purin yang lebih rendah dibandingkan tempe, karena pada proses pembuatan tahu ada tahapan pembuatan susu kedelai dan koagulasi, diduga pada tahapan ini purin terbuang melalui ampas tahu maupun whey-nya. Tabel 21 Rataan frekuensi konsumsi pangan nabati contoh Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal Tinggi Total Pangan Nabati Tahu 4.2± ± ±1.6 1;6 3;7 1;7 Tempe 4.2± ± ±1.3 3;5 0;7 0;7 Oncom 1±1.3 2± ±1.4 1;3 0;5 0;5 Taucho 2.3± ±0.77 1;3 0 0;3 Kacang Kedelai 0.4± ±0.76 0;3 0 0;3 Kacang Hijau 0 1±0 0.06± ;1 0;1 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal. Sayuran yang banyak dikonsumsi oleh kedua kelompok contoh adalah kangkung, bayam, buncis, wortel, dan ketimun. Jenis sayuran kangkung, bayam, dan buncis merupakan jenis sayuran yang sebaiknya dibatasi, seperti disebutkan dalam Khomsan (2005) bahwa sayuran yang dikurangi konsumsinya adalah bayam, kangkung, daun melinjo, buncis, kembang kol, jamur, dan asparagus. Jenis sayuran tersebut dapat memicu peningkatan kadar asam urat pada seseorang. Rata-rata frekuensi konsumsi kangkung pada contoh dengan kadar asam urat normal adalah sebesar (2.46 ± 1.06) kali/minggu. Sedangkan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebesar (2.67 ± 1.17) kali/minggu. Hal ini

16 46 jelas terlihat bahwa kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi lebih sering mengkonsumsi kangkung dari pada kelompok contoh dengan kadar asam urat normal. Tabel 22 Rataan frekuensi konsumsi sayuran contoh Jenis pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal Tinggi Total Sayuran Kangkung 2.4± ± ±1.1 1;4 1;4 1;4 Bayam 2.06± ± ±1.1 1;4 1;4 1;4 Buncis 1.7± ± ±1.2 1;4 1;4 1;4 Wortel 2.2± ± ±1.2 1;4 1;4 1;4 Ketimun 9.9± ± ±4.9 2;14 2;14 2;14 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal Buah sangat baik untuk tubuh, terlebih buah yang banyak mengandung air seperti semangka, melon, blewah, belimbing dan jambu air. Tetapi buah yang mengandung alkohol sebaiknya dibatasi seperti durian dan nanas (Khomsan 2005). Jeruk merupakan buah yang paling sering dikonsumsi oleh kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi sedangkan kelompok dengan kadar asam urat normal lebih sering mengkonsumsi pepaya. Hal ini diduga karena jerukdan pepaya merupakan buah yang paling mudah ditemui di pasaran dan harganya yang relatif murah. Konsumsi pepaya pada contoh dengan kadar asam urat normal sebanyak (3±1.96) kali/minggu dan konsumsi jeruk pada contoh dengan kadar asam urat tinggi sebanyak (2.3 ±1.2) kali/minggu. Tabel 23 Rataan frekuensi konsumsi buah contoh Jenis Pangan Rataan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu) Normal (n=15) Tinggi (n=15) Total (n=30) Buah Jeruk 2± ± ±1.1 1;4 1;4 1;4 Pisang 2± ± ±1.03 1;4 1;4 1;4 Pepaya 3± ± ±1.6 1;7 1;4 1;7 Melon 1.6± ± ±1.04 1;4 1;4 1;4 Jambu biji 1.9± ± ±0.8 1;4 1;3 2;14 Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal

17 47 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Tingkat kecukupan zat gizi yang dihitung adalah zat gizi makro, yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Konsumsi pangan contoh diperoleh melalui recall 1x24 jam dengan alasan contoh sulit untuk ditemui dan dilakukan recall. Meskipun hanya dilakukan recall 1x24 jam, dapat diketahui bahwa jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh tidak lah jauh berbeda setiap harinya karena mereka pun juga sudah membatasi jumlah dan jenis pangan yang dapat mereka konsumsi. Untuk mengetahui menghitung tingkat kecukupan energi dan protein, rataan asupan contoh dibagi dengan rataan Angka Kecukupannya berdasarkan AKG WNPG VIII. Sedangkan untuk karbohidat dan lemak tidak dihitung tingkat kecukupannya dikarenakan zat gizi tersebut tidak memiliki angka kecukupan. Berikut ini merupakan tabel jumlah pangan beserta kandungan gizinya dalam sehari. Tabel 24 Jumlah konsumsi dan kandungan gizi pangan contoh dalam sehari Variabel Kadar Asam Urat (mg/dl) Normal Tinggi Total Asupan energi (kkal) 1537± ± ±264 (1073;1954) (1081;2796) (1073;2796) Angka Kecukupan Energi (kkal/hari) 1694± ± ±253 (1239;1979) (1271;2167) (1239;2167) Tingkat Kecukupan Energi (%) 89.8± ± ±18.6 ( ) ( ) ( ) Asupan protein (g) 47.8± ± ±15.4 (26.2;81.9) (20.9;85.9) (20.9;85.9) Angka Kecukupan Protein (g/hari) 49.7± ± ±5.2 (38.7;61.1) (39.7;54.6) (38.7;61.1) Tingkat Kecukupan Protein (%) 93.7± ± ±29.4 ( ) ( ) ( ) Asupan lemak (g)* 61.5± ± ±22.4 (32.1;109.1) (23.6;107.2) (23.6;109.1) Asupan karbohidrat (g)* 202.8± ± ±53.4 (143.3;307.7) (132.7;378) (132;378) *) Angka kecukupan tidak tercantum dalam WNPG VIII Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta frekuensi minimal;maksimal. Konsumsi Energi Lansia adalah mereka yang telah berusia sama dengan di atas 60 tahun. Lansia mengalami penurunan fungsi organ tubuh yang mengakibatkan

18 48 aktivitasnya menurun dibandingkan pada masa dewasa atau pun remaja. Hal ini mengakibatkan kecukupan gizi lansia pada umumnya lebih rendah dibandingkan pada kedua masa tersebut (Hardinsyah & Martianto 1988). Wirakusumah (2002) menyatakan bahwa pada lansia penggunaan energi semakin menurun karena proses metabolisme basalnya juga semakin menurun, kenyataan ini juga berimplikasi pada penurunan kebutuhan energi lansia. Konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat normal adalah (1537±283.2) kkal/hari dan pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi adalah (1509±391.1) kkal/hari. Jumlah pangan yang dikonsumsi oleh kelompok contoh dengan kadar asam urat normal rata-rata memenuhi 89.6% dari rata-rata kecukupan contoh per hari. Rata-rata Tingkat Kecukupan Energi (TKE) contoh dengan kadar asam urat normal adalah (89.6±17.7)%. Sedangkan Tingkat Kecukupan Energi pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi adalah (86.8± 23.6)%. Konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat normal lebih tinggi dari konsumsi energi pada kelompok dengan kadar asam urat tinggi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi energi pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.151). Menurut penelitian Mutingatun (2006), tingkat konsumsi energi wanita usia lanjut rata-rata hanya mencapai (61.1±22.6)% dan tingkat konsumsi protein (68.1±36.1)%. Penelitian lain mengenai usia lanjut juga menunjukkan konsumsi pangan yang tidak memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian tersebut, kecukupan energi pada kedua kelompok contoh dalam penelitian ini sudah tergolong cukup baik. Konsumsi Protein Protein merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi tubuh karena disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein digunakan sebagai bahan bakar bila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi karbohidrat dan lemak. Asam-asam nukleat dalam makanan akan dicerna dan konstituennya berupa purin dan pirimidin akan diserap. Sejumlah besar purin dan pirimidin disintesis dari asam-asam amino, terutama dalam hati kemudian dibentuklah nukleotida-nukleotida, RNA dan DNA. Purin dan pirimidin yang dibebaskan pada pemecahan nukleotida dapat dipakai kembali atau dikatabolisir. Sebagian kecil akan dikeluarkan dalam bentuk yang tidak berubah dalam urin (Ganong 1983).

19 49 Konsumsi protein pada penderita penyakit asam urat harus dibatasi, terutama yang mengandung purin tinggi. Hal ini dapat meningkatkan produksi asam urat dalam darah akibat tingginya konsumsi bahan pangan dengan kandungan purin tinggi. Maka dari itu diperlukan kehati-hatian dalam memilih bahan pangan. Rata-rata konsumsi protein (Tabel 24) pada kelompok contoh dengan kadar asam urat normal adalah (47.8±14.6) gram/hari dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah (47.5±16.7) gram/hari. Kedua kelompok tersebut mengkonsumsi protein dalam jumlah yang hampir sama. Meskipun jumlah protein yang dikonsumsi hampir sama tetapi akan memiliki dampak yang berbeda pada penderita penyakit asam urat, yaitu produksi asam urat dalam darah akan cenderung meningkat. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi protein pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.535). Sesuai dengan Angka Kecukupan Protein pada WNPG VIII (2004), ratarata kecukupan protein contoh dengan kadar asam urat normal adalah (94.8±28.4)% dan pada contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah (86.8±23.6)%. Tingkat Kecukupan Protein (TKP) pada kelompok kadar asam urat normal tergolong normal sedangkan TKP pada kelompok asam urat tinggi tergolong defisit rendah. Menurut Khomsan (2005) asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biosintesis asam urat dalam tubuh. Beberapa makanan sumber protein yang bisa dikonsumsi adalah telur, susu, dan keju. Konsumsi Lemak Lemak merupakan salah satu zat gizi yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, lemak dapat menyumbangkan energi bila glukosa dalam darah telah habis dipakai. Lemak dalam jumlah yang cukup dapat berfungsi dalam metabolisme tubuh, selain sebagai sumber energi, juga sebagai pelindung bagian-bagian tubuh. Namun bila konsumsinya berlebihan, kelebihan lemak ini akan disimpan dalam tubuh sebagai timbunan lemak (adiposit) dan bila didukung dengan aktivitas yang santai maka akan menyebabkan kegemukan. Konsumsi lemak berpengaruh terhadap produksi asam urat dalam darah. Bahan pangan yang mengandung lemak tinggi terutama lemak jenuh dapat meningkatkan produksi asam urat. Konsumsi lemak pada kelompok contoh (Tabel 24) dengan kadar asam urat normal sebesar (61.5±27.08) gram/hari dan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah sebesar

20 50 (61.8±23.4) gram/hari. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi lemak pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.641). Kegemukan yang diakibatkan oleh konsumsi lemak yang berlebih akan menimbulkan berbagai risiko penyakit pada seseorang, tidak terkecuali kaum lansia. Salah satu penyakit yang muncul akibat dari kegemukan adalah penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, jantung, hipertensi dan juga artritis. Lemak yang tertimbun dalam jaringan adipose akan menghambat sirkulasi darah dan aliran zat gizi dalam tubuh. Asam urat mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah sehingga perlu dilakukan pembatasan terhadap asupan makanan yang dapat menurunkan kelarutannya dalam darah. Salah satu zat gizi yang dapat menurunkan asam urat dalam darah adalah lemak. Konsumsi lemak tinggi akan meningkatkan lemak plasma, akibatnya akan menurunkan kelarutan asam urat (Ganong 1983). Selain itu, pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah (ketosis), sehingga hal ini akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Khomsan 2005). Terhambatnya ekskresi asam urat dalam darah akan menimbulkan penumpukan asam urat dan akhirnya menimbulkan kristal-kristal yang mengendap pada sendi, terutama pada ujung jari kaki. Menurut Khomsan (2005), konsumsi lemak berlebihan sebaiknya tidak dilakukan karena lemak akan mengganggu ekskresi asam urat. Oleh sebab itu, pembatasan konsumsi santan, daging berlemak, margarin, mentega, atau makanan yang diolah dengan minyak perlu dilakukan. Asupan lemak yang disarankan yaitu hanya sebanyak 15% dari total kalori. Orang sehat dianjurkan mengkonsumsi lemak maksimal 25% dari total kalori. Konsumsi Karbohidrat Krisnatuti et al. (2000) menyatakan bahwa konsumsi tinggi karbohidrat akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Menurut Soegih (1991) dalam Yenrina (2001) konsumsi karbohidrat akan meningkatkan laju pembersihan asam urat karena karbohidrat bersifat non ketogenik, hal ini tentu saja selama tidak berlebihan maupun tak adanya kelainan metabolisme karbohidrat. Kelainan metabolisme disebabkan oleh defiseinsi enzim glukosa 6- phospatase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan glikogen tidak dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi, sehingga tubuh menggunakan sumber energi lainnya berupa lemak atau protein dengan hasil sampingan

21 51 berupa laktat, keton atau β-hidroksibutirat. Non ketogenik merupakan suatu keadaan dimana reaksi metabolisme dari zat gizi tersebut tidak menghasilkan badan keton sebagai hasil sampingannya yang dapat menimbulkan keracunan (Ganong 1983). Rata-rata konsumsi karbohidrat pada kelompok contoh dengan kadar asam urat normal sebesar (202.8±48.3) gram/hari dan kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi adalah sebesar (195.02±59.4) gram/hari. Tingginya konsumsi karbohidrat pada contoh normal tidak menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah karena sifatnya yang ketogenik. Sehingga asam urat akan keluar melalui urin. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi karbohidrat pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata (p=0.094). Disebutkan pula dalam Khomsan (2005) bahwa konsumsi karbohidrat perlu diperhatikan karena karbohidrat mempunyai tendensi untuk meningkatkan pengeluaran asam urat via urin. Namun, sebaiknya yang dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana seperti gula, madu, sirop, dodol, dan selai justru akan meningkatkan asam urat dalam darah. Karbohidrat dalam bentuk fruktosa sebaikya dibatasi karena konsumsi fruktosa yang tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat. Jika fruktosa akan digunakan oleh tubuh, fruktosa perlu mengalami fosforilasi terlebih dahulu menjadi fruktosa-6-phospat dengan memecah ATP. Pemecahan ATP akan menghasilkan senyawa purin adenine yang pada akhirnya akan dimetabolisme menjadi asam urat (Fisher 1995 dalam Ganong 1983). Konsumsi Air Tubuh manusia mengandung 60%-70% air dari seluruh berat badan sehingga bila tubuh kehilangan 20% saja dapat menyebabkan kematian. Fungsi air dalam tubuh dapat melancarkan transportasi zat gizi, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, dan mengeluarkan sisa metabolisme dari tubuh (Hardinsyah et al. 2002). Kehilangan air karena kekeringan, buang air, dan keringat harus segera digantikan. Oleh itu disarankan agar kita mengkonsumsi air minimal setara dengan 8 gelas atau 2 liter air sehari (Whitmire dalam Mahan 2000). Intake cairan yang banyak dapat membantu mengeliminasi asam urat, dalam pencegahan renal kalkuli, dan memperlambat progresif keterlibatan ginjal.

22 52 Kebutuhan air tentu berbeda menurut kelompok umur, aktivitas, suhu tubuh, dan suhu lingkungan. Kebutuhan air bagi anak dan lansia lebih rendah dibanding kebutuhan air remaja dan dewasa. Kebutuhan air ibu hamil dan menyusui lebih banyak dibanding kebutuhan air wanita ketika tidak hamil dan tidak menyusui. Penelitian ahli ginjal Siregar, P dkk (2009) di Jakarta dalam Hardinsyah (2011) menunjukkan bahwa kebutuhan air pada lansia lebih rendah dari orang dewasa yaitu 1-1,5 liter sehari. Sebagian contoh mengkonsumsi air kurang dari delapan gelas (2 liter) setiap harinya. Pada kelompok contoh yang memiliki kadar asam urat normal terdapat 66.7% yang mempunyai kebiasaan minum lebih dari sama dengan delapan gelas sehari dan sisanya 33.3% minum kurang dari 8 gelas sehari. Kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi dan memiliki kebiasaan minum lebih dari sama dengan delapan gelas sehari sebesar 40% dan 60% kurang dari delapan gelas. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang nyata pada konsumsi air minum di ke dua kelompok contoh (p=0.005). Berikut ini adalah sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum sehari. Konsumsi Air/hari Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum sehari normal tinggi Total N % N % N % 8 gelas < 8 gelas TOTAL Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa 53.3% contoh lansia sudah mempunyai kebiasaan minum 8 gelas/hari. Pada contoh dengan kadar asam urat tinggi, proporsinya lebih banyak yang mengkonsumsi air minum <8 gelas/ hari dibandingkan dengan 8 gelas/hari. Kurangnya konsumsi minum pada kelompok contoh dengan kadar asam urat tinggi merupakan salah satu pemicu tingginya kadar asam urat. Khomsan (2005) juga menyatakan bahwa sangat dianjurkan penderita gout menkonsumsi banyak cairan seperti air putih atau jus buah. Hal ini dapat membantu pembuangan asam urat. Disarankan konsumsi air putih bisa mencapai 10 gelas sehari (2.5 liter). Jumlah konsumsi air yang dianjurkan untuk lansia menurut penelitian ahli ginjal Siregar, P dkk (2009) di Jakarta dalam Hardinsyah (2011) yaitu liter sehari. Jumlah ini sesuai untuk lansia dalam keadaan normal. Sedangkan untuk

23 53 penderita gout atau yang memiliki kadar asam urat yang tinggi sebaiknya mencapai 10 gelas sehari atau 2.5 liter. Melalui uji statistik dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara konsumsi air minum dengan kadar asam urat (p=0.006, r= ). Hal ini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara kebiasaan minum dengan pengurangan kadar asam urat. Semakin banyak jumlah konsumsi air minum seseorang maka kadar asam urat dalam darahnya semakin kecil. Menurut Krisnatuti et al. (2000) menyatakan bahwa konsumsi cairan yang tinggi akan menurunkan konsentrasi asam urat di dalam darah melalui pengeluaran urin yang banyak sehingga asam urat yang terbawa juga banyak. Metabolisme purin dalam tubuh dipengaruhi oleh kerja enzim dan hormon. Hormon yang berperan dalam ekskresi asam urat adalah hormon glukokortikoid adrenal. Fungsi air itu sendiri menurut Santoso et al. (2011) berperan penting dalam pembentukan berbagai cairan tubuh, seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Tersedianya air dalam jumlah cukup akan membantu pembentukan enzim dan hormon yang dapat mengekskresikan asam urat sehingga asam urat yang ada pada tubuh akan terekskresikan melalui ginjal dan kadar asam urat dalam darah akan berkurang. Konsumsi Bahan Pangan Tinggi Purin Peningkatan kadar asam urat dalam plasma dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat. Apabila produksi asam urat meningkat akan terjadi peningkatan pool asam urat, hiperurisemia dan pengeluaran asam urat melalui urin meningkat. Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bahan pangan yang mengandung purin atau meningkatnya sintesisi purin dalam tubuh (Krisnatuti et al. 2000). Menurut Yenrina (2001), dalam bahan pangan, purin terikat dalam asam nukleat berupa nukleoprotein. Di dalam usus, asam nukleat dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan, dan asam nukleat dipecah menjadi mononukleotida. Selanjutnya mononukleotida dihidrolisis menjadi nukleosida. Berdasarkan kandungan purinnya, bahan pangan dapat dibagi menjadi tiga golongan A yaitu bahan pangan mengandung purin tinggi dengan kandungan mg purin dalam 100 gram bahan, golongan B yaitu bahan pangan mengandung purin sedang dengan kandungan mg purin dalam 100 gram bahan, golongan C yaitu bahan pangan mengandung purin rendah

24 54 dengan kandungan 0-50 mg dalam 100 gram bahan (Lenna 1978 & Soegih 1991 dalam Yenrina 2001). Berikut ini adalah konsumsi purin pada kedua kelompok contoh dalam satu hari. Tabel 26 Jumlah konsumsi purin kelompok contoh dalam sehari Kelompok Contoh Konsumsi Purin (mg/hari) Kadar Asam Urat Normal (229.29±181.3) 48,59 ; Kadar Asam Urat Tinggi (433.6±362.6) Keterangan: data disajikan dalam bentuk rata-rata±stdev beserta jumlah minimal;maksimal. Kelompok contoh dengan kadar asam urat normal rata-rata konsumsi purin dalam satu harinya adalah sebeasar (229.29±181.3) mg/hari. Sedangkan pada kelompok contoh dengan kadar asam urat yang tinggi rata-rata konsumsi purin perharinya adalah sebesar (433.6±362.6) mg/hari. Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi purin perhari pada kelompok contoh dengan kandungan asam urat yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata konsumsi kelompok contoh dengan kandungan asam urat normal. Hasil uji beda menunjukkan bahwa konsumsi purin pada ke dua kelompok contoh tidak memiliki perbedaan yang nyata. Secara uji statistik tidak diperoleh hubungan yang nyata (p>0.05) antara konsumsi purin dengan kadar asam urat dalam darah. Hal ini diduga karena data base kandungan purin pada bahan pangan masih sangat terbatas, sehingga untuk perhitungannya digunakan pendekatan bahan pangan yang hampir sama dengan bahan pangan yang dikonsumsi contoh. Perhitungan kandungan purin pada bahan pangan didasarkan pada hasil penelitian Yenrina (2001). Pada penelitian tersebut diketahui kandungan purin pada bahan pangan, baik hewani maupun nabati pada tiap golongan bahan pangan. Bahan pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah daging sapi, telur ayam, cumi, dan daging ayam. Sedangkan pada bahan pangan nabati, jenis yang paling sering dikonsumsi adalah tahu, tempe, bayam, kangkung, dan buncis. Berikut ini adalah jenis pangan tinggi purin yang dikonsumsi ke dua kelompok contoh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dinilai melalui derajat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk menilai kesehatan masyarakat ialah angka kesakitan,

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program Pemberdayaan Wanita Pra dan Usia Lanjut Penelitian ini dilakukan pada lansia yang mengikuti program Pemberdayaan Wanita dan Usia Lanjut. Kegiatan ini diadakan

Lebih terperinci

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikebal sebagai gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan

Lebih terperinci

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN LANSIA Apa Itu ASAM URAT...?? Nilai normal asam urat : Pria 3,4 7 mg/dl Wanita 2,4 5,7 mg/dl Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein

Lebih terperinci

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep Program Profesi Ners PSIK FK USU 2009 Gout (asam urat) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang Penyakit asam urat adalah penyakit yang menyerang sendi dan tendon

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat. Rizqie Auliana, M.Kes

DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat. Rizqie Auliana, M.Kes DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Merupakan salah satu jenis rematik dengan ciri khas menyerang dibagian sendi terutama sendisendi jari atau dikenal

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Di Indonesia sayur cukup mudah diperoleh, petani pada umumnya menanam guna mencukupi kebutuhan keluarga. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study, yaitu pengamatan dalam waktu yang bersamaan. Pemilihan tempat dan contoh tersebut dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa By Yetti Wira Citerawati SY TUJUAN PEMENUHAN GIZI MASA DEWASA usia ini masa yg penting untuk pendidikan dan pemeliharaan kesehatan mencegah tjdnya penyakit degeneratif dimasa usia lanjut nantinya. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..?

Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..? Penyakit Diabetes Bisa Disembuhkan Seutuhnya..? Penyakit Diabetes bisa disembuhkan setelah para ilmuwan menemukan bahwa gumpalan beracun dari sel berhenti memproduksi hormon insulin. Para ilmuwan di Universitas

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, karena itu pemenuhannya menjadi bagian dari hak asasi setiap individu. Di Indonesia,

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH Berdasarkan Surat Ijin/Penugasan Dekan FIK UNY No 1737/H.34.16/KP/2009 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT 65 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT FILE : AllData Sheet 1 CoverInd

Lebih terperinci

Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat

Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat LAMPIRAN 66 65 Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat 1. Apa yang dimaksud dengan asam urat? a. asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin b. asam yang ada di urat

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Lampiran 1. Kuisioner penelitian Sheet: 1. Cover K U E S I O N E R POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR Program : (1=PNPM,

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 37 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Program Lifeskill Wanita Pra dan Usia Lanjut di Bogor Program Lifeskills Wanita Pra dan Usia Lanjut (WULAN) adalah suatu program pemberdayaan usia lanjut yang diadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30 November 2014 di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id Manfaat utama : Sumber energi untuk seluruh aktivitas dan metabolisme tubuh. (Lihat Tabel I : Sumber Makanan) Akibat bagi kesehatan Kelebihan :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS Topik Sub Topik : Nyeri sendi degeneratif (Osteoartritis) : Pengertian Osteoartritis, Penyebab osteoarthritis, Tanda-tanda nyeri sendi (osteoartritis), Cara

Lebih terperinci

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN ANGKET / KUESIONER PENELITIAN Kepada yth. Ibu-ibu Orang tua Balita Di Dusun Mandungan Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makanan Balita

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu

PENDAHULUAN. tahun 2004, konsumsi protein sudah lebih besar dari yang dianjurkan yaitu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia masih berada pada pola konsumsi tunggal, yaitu beras. Tingginya ketergantungan pada beras tidak saja menyebabkan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan. Endapan kristal

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1 1. Manusia membutuhkan serat, serat bukan zat gizi, tetapi penting untuk kesehatan, sebab berfungsi untuk menetralisir keasaman lambung

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial antara lain meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subyek Karakteristik subyek yang diamati adalah karakteristik individu dan karakteristik keluarga. Karakteristik individu meliputi umur, jenis kelamin, dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian UPTD Pelayanan Terpadu Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha di Jalan Sitara Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, lansia yang tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh : Gita Ayu Mayacita P17320112028 2- C POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci