PENGARUH PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA GEDONG GINCU DI CIREBON JAWA BARAT ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA GEDONG GINCU DI CIREBON JAWA BARAT ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS A"

Transkripsi

1 1 PENGARUH PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA GEDONG GINCU DI CIREBON JAWA BARAT ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Anindhytia Trioktaviani Prasantyaningtyas NIM A

4 iv

5 v ABSTRAK ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS. Pengaruh Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan ROEDHY POERWANTO. Getah mangga bersifat asam serta mengandung minyak dan gula yang dapat mengundang cendawan penyebab kerusakan seperti busuk buah dan antraknosa. Penelitian sebelumnya mengenai pencucian mangga berhasil membersihkan getah dan kotoran, serta dapat mengurangi terjadinya kerusakan buah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan pencuci mangga terhadap kualitas buah mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat, serta persepsi petani terhadap pencucian mangga. Penelitian dilaksanakan di Desa Nanggela Kabupaten Kuningan, Desa Girinata, Desa Munjul, Desa Sedong Lor Kabupaten Cirebon, dan kios buah di Tangerang pada bulan November 2015 hingga Maret Perlakuan pencucian terdiri dari dua taraf, yaitu kontrol (tidak dicuci) dan pencucian menggunakan Ca(OH) 2 0,25% + detergen 1%. Semua perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan masing-masing ulangan terdapat 10 sampel buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bahan pencuci mampu membersihkan getah dan kotoran pada buah mangga, mengurangi terjadinya busuk pangkal buah dan busuk buah hingga 90%, dan membuat kualitas visual buah mangga menjadi lebih baik sehingga pada 4 hari setelah perlakuan (HSP) buah mangga yang terdapat di pedagang retail telah habis terjual kepada konsumen. Bahan pencuci mangga belum seluruhnya dapat diaplikasikan di tingkat petani wilayah Cirebon Jawa Barat karena dapat menambah biaya, tenaga kerja, serta tidak ada perbedaan harga terhadap buah mangga yang diberi perlakuan. Kata kunci: Ca(OH) 2, getah buah, persepsi petani ABSTRACT ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS. Effect of Washing on Quality of Gedong Gincu Mango in Cirebon West Java. Supervised by KETTY SUKETI and ROEDHY POERWANTO. Mango sap is acidic and contain oil and sugar that attracts fungi infection that induce damage to the fruit, such as body rots and antracnose infection. Previous research demonstrated that mango washing able to clean sap and dirt, and also can decrease the occurrence of fruit damage. The objective of this research was to determine effect of mango washing material on quality of Gedong Gincu mango in Cirebon West Java, and farmers perception of mango washing. This research was conducted in Nanggela Village Kuningan Regency, Girinata Village, Munjul Village, and Sedong Lor Village Cirebon Regency, and fruit stall in Tangerang, from November 2015 to March Washing treatment consist of two levels, control (not washed) and washed by Ca(OH) 2 0,25% + detergent 1%. All factors were replicated 3 times and each replication was contained by 10 sample of fruits. The result showed that application of washing material was able to clean sap and dirt on fruit, reduce occurence of body rots and stem rots until

6 vi

7 90%, and make the visual quality of mangoes being better so at 4 days after treatment (DAT) mango fruit on retail traders has been sold to consumers. Mango washing material have not applicated at farmers level in Cirebon West Java, because it can add costs, labor, and there is no difference price for treatmented mango. Keywords: Ca(OH) 2, farmers perception, sap fruit vii

8 viii

9 1 PENGARUH PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA GEDONG GINCU DI CIREBON JAWA BARAT ANINDHYTIA TRIOKTAVIANI PRASANTYANINGTYAS A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

10 iii

11

12 vi

13 v PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah dengan judul Pengaruh Pencucian terhadap Kualitas Buah Mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini bagian dari tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi. 2. Ibu Dr. Ir. Diny Dinarti, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing selama menempuh perkuliahan. 3. Bapak Ir. Winarso Drajad Widodo, M.S., Ph.D. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Haerudin sebagai Ketua Asosiasi Mangga Kabupaten Cirebon yang telah membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini. 5. Bapak H. Joko dan Bapak H. Khasan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 6. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Cirebon dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Cirebon yang telah memberikan informasi kepada penulis. 7. Bapak Suhardi, Bapak Epul, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Suka Mulia Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Cirebon, Gapoktan Gunung Leneng Desa Girinata Kecamatan Dukupuntang Cirebon, dan Gapoktan Kigebang Desa Munjul Kecamatan Astanajapura Cirebon sebagai responden. 8. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 49, orang tua, dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Agustus 2016 Anindhytia Trioktaviani Prasantyaningtyas

14

15 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 2 Botani dan Syarat Tumbuh Mangga... 2 Mangga cv. Gedong Gincu... 2 Panen dan Pascapanen Buah Mangga... 3 Getah Mangga dan Penanganannya... 3 Kerusakan Buah Mangga Selama Penyimpanan... 4 Pencucian dan Waktu Pencucian... 5 Supply Chain Management (SCM) dan Pemasaran... 5 Potensi dan Produksi Mangga di Kabupaten Cirebon... 6 METODE... 7 Tempat dan Waktu Penelitian... 7 Bahan dan Alat... 7 Rancangan Percobaan... 8 Prosedur Percobaan... 8 Pengamatan Percobaan... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Getah dan Kotoran Kerusakan Buah Kekerasan Buah Perubahan Warna Karakteristik Umum Petani dan Responden Mangga Gedong Gincu Persepsi Petani Mangga Gedong Gincu di Daerah Cirebon terhadap Pencucian Buah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 51

16 viii

17 ix DAFTAR TABEL 1 Jumlah pohon dan produksi tanaman buah mangga di Kabupaten 6 Cirebon tahun Perkembangan produksi buah mangga di 6 kecamatan sentra tahun Skor terhadap getah dan kotoran pada buah mangga 10 4 Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan 10 5 Skor terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan 10 6 Skor terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama 11 penyimpanan 7 Rata-rata skor getah dan kotoran pada buah mangga 12 8 Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan bintik lentisel 13 9 Rata-rata skor bintik lentisel pada buah mangga Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan bintik dendritik Rata-rata skor bintik dendritik pada buah mangga Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan busuk pangkal buah Rata-rata skor busuk pangkal buah mangga Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan busuk buah Rata-rata skor busuk buah mangga Rata-rata skor kekerasan buah mangga Rata-rata skor perubahan warna kuning buah mangga 18 DAFTAR GAMBAR 1 Prosedur pelaksanaan penelitian 9 2 Keragaan buah mangga pada 0 HSP 12 3 Bintik lentisel yang terjadi pada 4 HSP 13 4 Bintik dendritik yang terjadi pada 4 HSP 15 5 Busuk pangkal buah yang terjadi pada 4 HSP 16 6 Busuk buah yang terjadi pada 4 HSP 17 7 Rantai pemasaran mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi tanaman buah mangga Gedong Gincu 27 2 Kuesioner untuk petani 28 3 Kuesioner untuk pengumpul besar (tengkulak) 32 4 Kuesioner untuk pedagang retail 35 5 Kuesioner untuk konsumen 37 6 Hasil wawancara dengan petani 39 7 Hasil wawancara dengan pengumpul besar (tengkulak) 42 8 Hasil wawancara dengan pedagang retail 44 9 Hasil wawancara dengan konsumen Data responden petani mangga Persepsi petani terhadap pencucian buah 50

18 2

19 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Mangga merupakan buah tropika yang tumbuh baik di daerah beriklim kering. Sentra produksi mangga di Indonesia diantaranya Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa Barat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan Boyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di Jawa Timur (Balittan, 2008). Produksi buah mangga di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami fluktuasi sebesar ton, ton, ton, dan ton (Kementan, 2010). Perkembangan ekspor buah mangga pada tahun 2008 hingga 2012 mengalami fluktuasi dan cenderung menurun sebesar ton, 1.615,7 ton, 998,5 ton, 1.485,4 ton, dan 1.515,1 ton, sedangkan perkembangan volume impor pada tahun 2008 hingga 2012 cenderung meningkat sebesar 968,5 ton, 821,3 ton, 1.129,4 ton, 989,2 ton, dan 1.267,1 ton (Pusdatin, 2014). Mutu buah mangga segar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bibit, varietas, tingkat kematangan saat panen, penanganan pascapanen, dan penyimpanan (Ahmad, 2002). Komponen kualitas eksternal merupakan penilaian pertama yang dapat memberikan gambaran secara langsung terhadap penampilan visual. Kualitas visual merupakan faktor yang sangat penting dalam pemasaran. Komponen yang berhubungan dengan kualitas eksternal terdiri dari bentuk, ukuran, warna, kesegaran, kebersihan, kerusakan fisik, dan kerusakan mikrobiologis (Kader, 2002). Penurunan kualitas buah mangga disebabkan oleh getah yang terdapat pada kulit buah mangga. Getah pada buah mangga merupakan cairan yang bersifat kental yang keluar dari tangkai buah setelah dipetik (Negi et al., 2002). Getah buah mangga dapat menyebabkan luka bakar dan dapat mengundang jamur Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan pembusukan buah mangga dan penyakit antraknosa (Holmes et al., 2009). Kehilangan pascapanen selama rantai pasok diakibatkan oleh buah dipanen dalam kondisi belum matang, kerusakan mekanis selama rantai pasok, luka bakar, perubahan warna lentisel, pelunakan buah, busuk, chilling injury, kerusakan oleh hama (Sivakumar, 2010), serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu lalat buah, penggerek buah, dan antraknosa yang berdampak pada penurunan kualitas buah mangga (Kementan, 2014). Hasil penelitian Mukhlis (2011) menyatakan bahwa pencucian dengan KOH 1% + detergen 1% efektif menghilangkan getah dan cendawan juga efektif menghambat terjadinya luka bakar (sapburn) hingga 11 HSP pada buah mangga Gedong. Menurut Firsti (2012) bahan pencuci larutan Ca(OH) 2 0,5% + detergen 1% merupakan larutan yang dapat mempertahankan kualitas buah mangga Arumanis. Adiputra (2013) menyatakan pencucian menggunakan detergen 1% + Ca(OH) 2 dengan penambahan fungisida benomil 0,025% pada bahan pencuci efektif untuk menunda terjadinya busuk buah hingga 4 HSP, antraknosa hingga 8 HSP dan menekan perkembangan busuk buah dan antraknosa pada buah mangga Gedong selama penyimpanan. Herdiyanti (2014) menyatakan bahwa pencucian mangga dengan menggunakan detergen 1% dapat menghilangkan getah dan

20 2 kotoran yang menempel pada kulit buah mangga Arumanis. Penelitian yang dilakukan oleh Taqiyyah (2015) menunjukkan hasil bahwa kombinasi perlakuan terbaik dalam menunda terjadinya penyakit pada buah adalah bahan pencuci detergen 1% + Ca(OH) 2 0,5% + fungisida fludioxonil atau azoksistrobin 0,025% pada suhu 12 0 C. Perlakuan ini mampu menunda terjadinya kerusakan buah hingga 30 HSP pada mangga Gedong. Aplikasi bahan pencuci mampu membersihkan getah yang menempel pada buah mangga. Penambahan fungisida dapat memperpanjang umur simpan dan menunda terjadinya penyakit pascapanen pada buah hingga 22 HSP. Hasil penelitian bahan pencuci tersebut hingga saat ini belum digunakan oleh petani untuk mencuci mangga. Oleh karena itu diperlukan adanya pengujian bahan pencuci di tingkat petani agar dapat mengatasi masalah yang terjadi pada buah mangga, sehingga kualitas buah mangga menjadi lebih baik dan banyak diterima oleh pedagang dan konsumen, serta dapat menambah nilai ekonomi bagi petani. Tujuan Mengetahui pengaruh bahan pencuci mangga terhadap kualitas buah mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat, serta persepsi petani terhadap pencucian mangga. Hipotesis Mangga yang diberi perlakuan pencucian akan memiliki kualitas buah yang lebih baik selama penyimpanan, serta dapat menambah nilai ekonomi. TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Mangga Mangga merupakan tanaman yang sangat toleran terhadap kekeringan karena memiliki sistem perakaran yang dalam sehingga memungkinkan untuk menangkap air dan nutrisi dari dalam tanah. Mangga (Mangifera indica L.) termasuk dalam keluarga Anacardiaceae. Tanaman mangga dapat tumbuh sampai m dpl di daerah tropis, meskipun produksi terbaik berada pada ketinggian kurang dari 800 m dpl. Suhu yang ideal untuk pembungaan dan pemasakan buah sekitar 33 C, dan untuk pertumbuhan vegetatif 25 C sampai 27 C (Paull dan Duarte, 2011). Tanaman mangga dapat tumbuh pada kemiringan lahan kurang dari 15%, ph tanah 5,5-6,0, kedalaman air 200 cm, curah hujan ±1.000 mm per tahun dengan tingkat penyinaran 50-80% (Broto, 2011). Mangga cv. Gedong Gincu Mangga Gedong Gincu memiliki bentuk pohon tegak dengan ketinggian 9-15 m, bercabang banyak, berdaun lebat, letak daun mendatar, permukaan daun sempit berbentuk lancip pada dasarnya dan datar pada pucuknya, dan bentuk malai bunga lancip berwarna merah (Broto, 2003). Mangga Gedong Gincu

21 3 merupakan salah satu kultivar terbaik yang banyak tumbuh di daerah Cirebon dan Majalengka, Jawa Barat. Mangga Gedong Gincu merupakan salah satu kultivar mangga yang sudah sangat dikenal baik oleh pasar ekspor maupun pasar dalam negeri karena memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi (Rizkia, 2012). Mangga Gedong Gincu memiliki keunggulan dibandingkan mangga lainnya karena memiliki aroma yang khas, rasa manis segar, dan kulit buah berwarna oranye sehingga diminati oleh kelompok konsumen ekonomi menengah ke atas dan konsumen luar negeri. Disebut Gedong Gincu karena warna kulitnya yang merah-oranye hampir menyerupai gincu pemerah bibir serta bentuk buahnya bulat. Mangga Gedong Gincu merupakan mangga dari kelompok Gedong. Hal yang membedakan sebutan mangga Gedong dengan mangga Gedong Gincu adalah waktu panennya. Mangga Gedong dipanen dengan tingkat kematangan mencapai 60%-70%, sedangkan mangga Gedong Gincu dipanen ketika buahnya mencapai tingkat kematangan 80-85% yaitu ketika warna kulit buah masih berwarna hijau tua pada bagian atas ujung dan berwarna merah pada bagian pangkal buah. Daging buah Gedong akan berwarna kuning jingga ketika matang, sedangkan daging buah Gedong Gincu ketika matang akan berwarna merah oranye atau kuning kemerahan (Rizkia, 2012). Mangga Gedong Gincu terkenal di pasar internasional karena memiliki rasa yang khas, aroma yang menarik, warna yang indah, dan kandungan gizinya (Arauz, 2000). Mangga Gedong Gincu mengandung beta karoten sebesar 215 µg dalam 100 g daging buah mangga segar. Kadar ini 2,5 kali kadar beta karoten mangga Golek (90 µg), 16 kali mangga cengkir (13,5 µg), dan 17 kali mangga Arumanis (12,5 µg) (Fitmawati et al., 2009). Mangga Gedong Gincu memiliki aroma yang baik, rasa manis, dan berserat banyak. Mangga Gedong Gincu memiliki karakteristik bentuk pangkal buah bulat, warna pangkal buah merah keunguan, dan pucuk buah hijau. Mangga Gedong Gincu memiliki berat 200 sampai 240 g per buah (Puslitbanghorti, 2012). Panen dan Pascapanen Buah Mangga Panen merupakan rangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya berdasarkan umur, waktu, dan cara yang sesuai dengan sifat dan karakter produk (Kementan, 2013). Panen merupakan kegiatan terakhir dari proses produksi di lahan pertanaman (Broto, 2011). Mangga Gedong Gincu dipanen berdasarkan tingkat kematangan buah 80-85% yaitu ketika warna kulit buah masih berwarna hijau tua pada bagian atas ujung dan berwarna merah pada bagian pangkal buah (Rizkia, 2012). Penanganan pascapanen buah mangga diawali dengan pemetikan dan pengumpulan buah di lahan pertanaman (Broto, 2011). Waktu panen dan cara petik yang tepat dapat menekan kerusakan dan meningkatkan kualitas terutama untuk pemasaran ekspor. Waktu petik yang disarankan adalah pada pagi hari yaitu pukul WIB, tetapi pada beberapa daerah tertentu, waktu petik buah disesuaikan pada budaya dan kebiasaan daerah setempat (Dewandari et al., 2007). Getah Mangga dan Penanganannya Getah pada buah mangga merupakan cairan yang bersifat kental yang keluar dari tangkai buah setelah dipetik. Getah akan keluar ketika tangkai

22 4 (pedisel) rusak sehingga getah tersebut menyebar pada kulit buah mangga. Lentisel akan menyerap getah yang masuk ke dalam kulit buah mangga (Amin et al., 2008). Getah pada buah mangga memiliki tingkat keasaman yang tinggi (ph = 4,3) sehingga dapat merusak permukaan kulit buah mangga (Mukhlis, 2011). Getah mangga terdiri atas dua fraksi yaitu fraksi minyak dan fraksi polisakarida. Getah yang kontak langsung dengan kulit buah mangga yang masuk melalui lentisel menyebabkan terjadinya luka bakar (sapburn) (O Hare dan Prasad, 1992). Daerah kulit yang rusak akibat getah akan menjadi tempat berkembangnya fungi atau bakteri karena kandungan karbohidrat getah, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada buah (Negi et al., 2002). Getah yang menempel pada kulit buah mangga dapat menjadi medium pertumbuhan cendawan Dothiorella, Lasiodiplodia, dan Colletotrichum gloeosporioides yang dapat menyebabkan busuk buah dan antraknosa pada buah mangga (Holmes et al., 2009). Getah pada buah mangga selama pemanenan akan keluar dan menempel dipermukaan sehingga dapat menyebabkan sap injury. Getah yang kontak langsung dengan kulit buah mangga akan mengelupas dan berwarna gelap atau kecoklatan (John et al., 2002). Menurut John et al. (1999) menyatakan bahwa dalam 100 kg buah mangga menghasilkan ml getah. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membersihkan getah adalah detergen. Detergen merupakan bahan pembersih yang digunakan untuk menghilangkan kotoran. Penggunaan detergen berfungsi untuk menghilangkan getah yang mengandung minyak pada kulit buah mangga. Salah satu bahan aktif dari detergen adalah surfaktan. Surfaktan memiliki gugus fungsional polar, dimana salah satu ujung molekulnya sangat larut dalam air dan ujung lainnya mudah larut dalam minyak (Sawyer et al., 2003). Bahan lain yang digunakan dalam membersihkan getah adalah kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) yang merupakan basa kuat dan terbentuk dari reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Memiliki kandungan ph yang cukup tinggi, yaitu sekitar 12,5 dan bersifat sedikit larut dalam air (Khan et al., 2011). Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dapat mengurangi getah pada permukaan kulit buah dengan mencelupkan buah mangga pada larutan tersebut. Pemakaian Ca(OH) 2 dapat menghilangkan getah yang melumuri permukaan kulit buah mangga (Amin et al., 2008). Kerusakan pada Buah Mangga Selama Penyimpanan Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada buah mangga selama penyimpanan antara lain luka bakar (sapburn), bintik lentisel (lenticel spotting), bintik dendritik (dendritic spotting), busuk pangkal buah (stem rots), busuk buah (body rots), dan antraknosa (anthracnose). Luka bakar merupakan bintik-bintik atau bercak berwarna coklat gelap yang terdapat pada permukaan kulit buah yang dapat menyebabkan kulit buah seperti terbakar (Holmes et al., 2009). Lentisel merupakan pori makro pada permukaan tanaman dan terdapat pada beberapa buah seperti apel, pir, alpukat, dan mangga, yang berfungsi untuk pertukaran gas dan transpirasi (Bezuidenhout, 2005). Lentisel berasal dari stomata yang pecah selama pertumbuhan dan perkembangan buah, buah mencapai ukuran maksimum, dan pada saat buah matang sempurna (Rymbai et al., 2012). Perubahan warna lentisel pada mangga merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi nilai ekonomi buah (Bezuidenhout, 2005). Bintik lentisel adalah

23 5 bintik hitam kecil menyerupai bintang yang tersebar ke seluruh permukaan kulit buah (Holmes et al., 2009). Bintik lentisel merupakan jaringan gabus yang membengkak dan menghitam yang menimbulkan bintik hitam di permukaan kulit. Bintik lentisel akan semakin jelas saat mangga sudah mulai matang dan mengalami perubahan warna menjadi kuning (Pursky, 2009). Bintik lentisel muncul karena faktor lingkungan seperti pemanenan yang dilakukan saat musim hujan dan penyimpanan suhu rendah (Oosthuyse, 1999). Dendritik merupakan istilah khusus untuk gejala penyakit. Penyakit ini ditandai dengan bintik berukuran kecil hingga besar yang tersebar secara acak dan muncul dipermukaan buah selama penyimpanan dan pemasakan buah. Bintik dendritik berwarna gelap dan bentuknya tidak beraturan (Johnson, 2008). Bintik dendritik adalah bintik hitam kecil dengan ujung-ujungnya tidak beraturan yang terdapat pada permukaan kulit buah. Bintik dendritik biasanya muncul pada buah yang telah matang. Perkembangan bintik dendritik cukup lambat dan tidak masuk ke dalam daging buah. Bintik dendritik terjadi karena getah yang mengandung cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan bintik hitam dan akhirnya terjadi pembusukan pada buah mangga. Bintik dendritik muncul pada permukaan buah ketika matang. Gejala awal bintik dendritik mirip dengan antraknosa (Holmes et al., 2009). Busuk pangkal buah merupakan busuk lunak berair yang terdapat pada pangkal buah kemudian masuk ke dalam daging buah, sedangkan busuk buah adalah busuk pada tubuh buah yang dicirikan berwarna abu-abu hingga hitam, berbentuk bulat, dan terdapat cekungan pada daerah yang busuk. Busuk buah disebabkan oleh cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang dapat menyerang buah setelah panen. Antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gleosporioides yang dapat menyerang buah setelah panen. Buah mangga yang mengalami antraknosa dapat meimbulkan kerusakan yang parah dan dapat menurunkan kualitas buah (Holmes et al., 2009). Pencucian dan Waktu Pencucian Pencucian atau pembersihan buah mangga dilakukan untuk menghilangkan kotoran (debu, tanah, pasir, dan bebatuan). Pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan, perendaman dan pembilasan, penyekaan dengan kain basah dan penyikatan (Broto, 2003). Waktu pencucian pada 0 jam setelah panen dan 6 jam setelah panen efektif untuk menghilangkan getah dan kotoran, menekan terjadinya luka bakar, bintik lentisel, bintik dendritik, busuk pangkal buah, busuk buah, antraknosa, menunda kekerasan buah, dan perubahan warna kuning pada buah mangga Gedong (Adiputra, 2013). Supply Chain Management (SCM) dan Pemasaran Supply Chain Management (SCM) merupakan siklus lengkap produksi, mulai dari kegiatan pengelolaan di setiap mata rantai aktifitas produksi sampai siap digunakan oleh pemakai. Pendekatan SCM pada produk hortikultura didasarkan pada : (a) proses budidaya untuk menghasilkan produk hortikultura, (b) mentransformasikan bahan mentah (penanganan panen dan pascapanen), dan (c) pengiriman produk ke konsumen melalui sistem distribusi. Keberhasilan penerapan SCM atau manajemen pengelolaan rantai pasokan dapat terjamin

24 6 apabila memahami faktor pendukung keberhasilan SCM antara lain : prasarana, sarana, kebijakan, sumberdaya manusia, teknologi, kelembagaan, modal atau pembiayaan, sistem informasi, sosial, budaya, dan lingkungan (Utomo, 2013). Petani buah mangga di Kabupaten Cirebon memasarkan hasil produksinya secara individu dengan rantai pemasaran yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut : Rantai 1 : Petani Pengumpul kecil Pengumpul sedang (Gapoktan) Pasar Rantai 2 lokal Konsumen. : Petani Pengumpul kecil Pengumpul sedang (Gapoktan) Grosir Pasar induk Jakarta/antar pulau Pedagang retail Konsumen. Rantai 3 : Petani Pengumpul kecil Pengumpul sedang (Gapoktan) Pedagang retail/pasar modern/supermarket Konsumen. Rantai 4 : Petani Pengumpul kecil Pengumpul sedang (Gapoktan) Eksportir Importir Pedagang retail Konsumen. Rantai 5 : Petani individual Bandar di tingkat kecamatan (Non Gapoktan) Eksportir Importir Pedagang retail Konsumen (Diperta, 2007). Potensi dan Produksi Mangga di Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan sentra produksi buah mangga yang setiap tahunnya memberikan kontribusi paling tinggi terhadap jumlah produksi mangga yang dihasilkan dari Jawa Barat. Total hasil panen mangga dari Jawa Barat 40% adalah disuplai dari Kabupaten Cirebon khususnya untuk jenis mangga Gedong, Arumanis, Dermayu, dan Kidang. Area penanaman buah mangga di Kabupaten Cirebon luasnya mencapai 8.551,93 ha (8,63% dari luas wilayah Kabupaten Cirebon) (Diperta, 2007). Sebagian besar produksi mangga berasal dari Kecamatan Sedong, Susukan Lebak, Dukupuntang, Lemah abang, dan Susukan. Produksi tanaman buah mangga paling besar pada tahun 2014 adalah Cengkir atau Dermayu sebesar ,75 ton. Jenis kultivar lain yang cukup besar produksinya adalah Arumanis sebesar ,25 ton, Gedong Gincu ton dan mangga lainnya ton. Jumlah pohon dan produksi tanaman buah mangga di Kabupaten Cirebon tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah pohon dan produksi tanaman buah mangga di Kabupaten Cirebon tahun 2014 No Jenis kultivar Jumlah tanaman (pohon) Produksi (ton) Produktivitas (ton ha -1 ) 1 Gedong Gincu ,00 7,08 2 Arumanis ,25 7,08 3 Cengkir/Dermayu ,75 7,08 4 Lain-lain ,00 7,08 Jumlah ,00 28,32 Sumber : Diperta (2007)

25 7 Perkembangan produksi buah mangga di 6 kecamatan sentra pada tahun 2010 hingga 2014 cenderung meningkat (Tabel 2). Sampai dengan tahun 2014 terdapat tanaman (6.928 ha) yang sudah menghasilkan dan tanaman (1.828 ha) yang belum menghasilkan. Produksi buah mangga pada tahun 2015 mencapai ton, dimana seluas 1.261,9 ha tanaman belum menghasilkan dan seluas ha tanaman telah menghasilkan (Diperta, 2007). Tabel 2. Perkembangan produksi buah mangga di 6 kecamatan sentra tahun No Kecamatan Tahun ton Jumlah (ton) Ratarata (ton) 1 Lemah abang 1.807, , , , , , ,3 2 Sedong 35, , ,8 823, , , ,7 3 Astanajapura , ,0 351, , ,0 979,6 4 Beber 54, , , , , , ,3 5 Sumber 125,1 299,0 448,6 206, , ,7 443,1 6 Dukupuntang 1.999, , , , , , ,4 Sumber : Diperta (2007) METODE Tempat dan Waktu Penelitian Pemanenan buah mangga dilaksanakan di Desa Nanggela Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan dengan letak astronomis Lintang Selatan dan Bujur Timur. Berdasarkan topografinya Kecamatan Mandirancan cukup bervariasi antara perbukitan dan dataran dengan ketinggian m dpl (BPS, 2014). Buah mangga yang dipanen diambil dari tanaman mangga berumur ±20 tahun. Aplikasi bahan pencuci dilaksanakan di Desa Girinata Kabupaten Cirebon. Pengamatan fisik buah mangga dilaksanakan di Desa Girinata, Desa Munjul, dan kios buah di Tangerang, sedangkan pengamatan persepsi petani terhadap pencucian buah dilaksanakan di Desa Girinata, Desa Munjul, dan Desa Sedong Lor Kabupaten Cirebon. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan Maret Jarak dari Desa Nanggela ke Desa Girinata yaitu 14 km, jarak dari Desa Girinata ke Desa Munjul 45 km, dan jarak dari Desa Munjul ke kios buah Tangerang yaitu 260 km. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah buah mangga Gedong Gincu yang baru dipanen dengan tingkat kematangan 80% dengan ciriciri bagian ujung atas buah berwarna hijau dan pangkal berwarna oranye. Deskripsi buah mangga Gedong Gincu disajikan pada Lampiran 1. Bahan lain yang digunakan adalah detergen berbahan aktif surfaktan 1%, Ca(OH) 2 0,25% dan air. Alat-alat yang digunakan adalah kamera, bak pencuci, keranjang panen buah

26 8 mangga, galah, sponge busa, sarung tangan karet, timbangan digital, alat tulis, dan kuesioner. Rancangan Percobaan Perlakuan bahan pencuci yang terdiri dari dua taraf, yaitu kontrol (tidak dicuci) dan pencucian dengan Ca(OH) 2 0,25% + detergen berbahan aktif surfaktan 1%. Setiap perlakuan terdiri dari 10 sampel buah mangga yang dipilih secara acak dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga dalam satu perlakuan terdapat 30 buah mangga (dengan kondisi jika buah mangga pada masing-masing perlakuan masih tersisa di pedagang retail). Data non-parametrik yang dihasilkan dari penelitian dianalisis menggunakan uji Mann Whitney (Lukiastuti dan Hamdani, 2012) dengan menggunakan software Minitab. Analisis data yang digunakan merujuk dari hasil penelitian Sriwidadi (2011) untuk mengetahui pengaruh pelatihan wiraniaga dalam penjualan produk baru. Rumus uji Mann Whitney Keterangan : U 1 U 2 n 1 n 2 R 1 R 2 U 1 = n 1. n 2 + n 1(n 1 +1) 2 R 1 U 2 = n 1. n 2 + n 2(n 2 +1) R 2 2 = Nilai Mann Whitney dari hasil perhitungan kelompok sampel pertama (tidak dicuci) = Nilai Mann Whitney dari hasil perhitungan kelompok sampel kedua (pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25%) = Jumlah sampel pertama = Jumlah sampel kedua = Skor ukuran sampel pertama = Skor ukuran sampel kedua Prosedur Percobaan Teknik pemanenan buah dengan menggunakan galah agar buah mangga tidak rusak dan memar (Gambar 1A). Pemanenan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul WIB. Hasil panen dikumpulkan dalam keranjang panen (Gambar 1B). Buah mangga yang dipanen memiliki tingkat kematangan 80% atau berumur hari setelah berbunga. Kegiatan pascapanen yang dilakukan oleh petani antara lain sortasi, grading, dan pencucian. Sortasi merupakan kegiatan pascapanen dengan cara memisahkan antara buah yang layak jual dengan yang tidak layak jual (Gambar 1C). Kriteria sortasi dilihat dengan cara melihat penampilan fisik dan ukuran buah mangga. Persiapan bahan pencuci mangga dilakukan dengan cara melarutkan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% ke dalam air (Gambar 1D). Buah mangga dicuci dengan cara dicelupkan ke dalam larutan bahan pencuci selama ± 5 menit dengan cara digosok dengan sponge busa agar kulit buah mangga tidak rusak (Gambar 1E). Setelah 5 menit mangga dikering anginkan (Gambar 1F). Mangga yang sudah kering kemudian diamati dengan metode scoring pada persentase getah dan kotoran yang masih menempel di permukaan kulit buah mangga dan kerusakankerusakan yang terjadi pada permukaan kulit buah mangga.

27 9 Setelah dilakukan pencucian dan pengeringan, buah mangga dikemas ke dalam peti sesuai dengan grade buah (Gambar 1G). Grading dilakukan untuk meningkatkan harga jual. Petani biasa memisahkan buah kedalam grade A dan grade B. Menurut Diperta (2011) kriteria buah mangga grade A dilihat berdasarkan bobot buah yaitu g dan grade B g. Kemudian mangga didistribusikan ke pengumpul besar (tengkulak) dan pedagang retail (Gambar 1H). Berdasarkan rantai pemasaran mangga menurut Diperta (2007), maka rantai pemasaran mangga yang terjadi mengikuti Rantai 3. Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian; (A) pemanenan buah, (B) pengumpulan hasil panen, (C) sortasi, (D) persiapan bahan pencuci, (E) aplikasi bahan pencuci, (F) proses pengeringan buah, (G) pengemasan, (H) distribusi Persepsi petani terhadap pencucian buah mangga diperoleh melalui pengumpulan data primer dengan melakukan wawancara kepada petani dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data pendukung berupa data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Badan Penyuluh, dan literatur. Selain wawancara dengan petani, dilakukan juga wawancara kepada pengumpul besar (tengkulak), pedagang retail, dan konsumen sehingga diketahui rantai pemasaran mangga Gedong Gincu di Cirebon Jawa Barat. Daftar pertanyaan (kuesioner) untuk petani, tengkulak, pedagang retail, dan konsumen disajikan pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5. Pengamatan Percobaan 1. Pengamatan fisik buah mangga Pengamatan fisik buah mangga dilakukan pada setiap pelaku rantai pemasaran. Pengamatan fisik buah mangga mengacu pada Holmes et al. (2009) dengan menggunakan metode scoring pada beberapa peubah dibawah ini:

28 10 a. Getah dan kotoran pada buah mangga Pengamatan getah dan kotoran pada permukaan kulit buah mangga dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi bahan pencuci. Tabel 3 menunjukkan skor terhadap getah dan kotoran pada buah mangga menurut Holmes et al. (2009): Tabel 3. Skor terhadap getah dan kotoran pada buah mangga Skor Tingkat Kebersihan Buah Mangga (%) 0 Tidak ada getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga 1 Kurang dari 1 cm 2 dan 1% getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga cm 2 atau 3% getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga cm 2 atau 3-10% getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga cm 2 atau 10-25% getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga 5 Lebih dari 25% getah dan kotoran yang terdapat pada buah mangga b. Kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan Pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi pada buah mangga selama penyimpanan dilakukan sesudah aplikasi bahan pencuci. Tabel 4 menunjukkan skor terhadap kerusakan buah mangga selama penyimpanan menurut Holmes et al. (2009) : Tabel 4. Skor terhadap kerusakan pada buah mangga selama penyimpanan Skor Tingkat Kerusakan Buah Mangga (%) 0 Tidak ada kerusakan pada buah mangga 1 Kurang dari 1 cm 2 atau 1% kerusakan yang terjadi pada buah mangga cm 2 atau ± 3% kerusakan yang terjadi pada buah mangga cm 2 atau ±10% kerusakan yang terjadi pada buah mangga cm 2 atau 11-25% kerusakan yang terjadi pada buah mangga 5 Lebih dari 25% kerusakan yang terjadi pada buah mangga c. Kekerasan buah mangga Pengamatan pada kekerasan buah mangga dilakukan dengan cara menekan buah mangga menggunakan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Tabel 5 menunjukkan skor terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan menurut Holmes et al. (2009) : Tabel 5. Skor terhadap kekerasan buah mangga selama penyimpanan Skor Tingkat Kekerasan Buah Mangga 1 Hard (daging buah tidak tertekan saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 2 Rubbery (daging buah sedikit tertekan saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 3 Sprung (daging buah tertekan sedalam 2-3 mm saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga)

29 11 Tabel 5. Lanjutan... Skor Tingkat Kekerasan Buah Mangga 4 Firm soft (daging buah tertekan saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) 5 Soft (daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang lemah pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) d. Perubahan warna kuning buah mangga Pengamatan perubahan warna kuning buah mangga dilakukan secara visual pada seluruh permukaan kulit buah mangga. Tabel 6 menunjukkan skor terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan menurut Holmes et al. (2009) : Tabel 6. Skor terhadap perubahan warna kuning buah mangga selama penyimpanan Skor Tingkat Perubahan Warna Kuning Buah Mangga (%) % warna kuning yang terlihat pada buah mangga % warna kuning yang terlihat pada buah mangga % warna kuning yang terlihat pada buah mangga % warna kuning yang terlihat pada buah mangga % warna kuning yang terlihat pada buah mangga % warna kuning yang terlihat pada buah mangga 2. Persepsi petani terhadap pencucian buah Persepsi petani terhadap pencucian buah mangga diperoleh dengan cara wawancara langsung melalui media kuesioner. Isi kuesioner meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan informasi kebun, identitas petani, pengetahuan petani terhadap pencucian buah, dan respon petani terhadap perlakuan pencucian buah. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum perlakuan pencucian mangga dapat membersihkan getah dan kotoran yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga sehingga keragaan visualnya menjadi lebih baik. Pengaruh pencucian terhadap kualitas buah mangga Gedong Gincu diamati pada beberapa peubah sebagai berikut: Getah dan Kotoran Rata-rata skor getah dan kotoran pada perlakuan pencucian lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa persentase getah dan kotoran yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga perlakuan pencucian lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Persentase getah dan kotoran pada perlakuan pencucian kurang dari 1% (tidak terdapat getah dan kotoran pada buah mangga) pada 0 hingga 4 HSP, sedangkan persentase getah dan kotoran pada perlakuan kontrol mencapai >25% pada 0 dan 1 HSP, dan sebesar 3% getah dan kotoran yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga pada 2 hingga 4 HSP. Skor dan persentase getah dan kotoran yang terdapat pada

30 12 permukaan kulit buah mangga mengacu pada Tabel 3. Perlakuan pencucian mangga dengan menggunakan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% mampu menghilangkan getah dan kotoran yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga hingga 4 HSP (Tabel 7). Keragaan buah mangga sebelum dan sesudah aplikasi bahan pencuci disajikan pada Gambar 2A dan 2B. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taqiyyah (2015) bahwa kombinasi bahan pencuci berupa detergen dan Ca(OH) 2 mampu menghilangkan getah dan minyak yang terdapat pada permukaan kulit buah mangga Gedong. Tabel 7. Rata-rata skor getah dan kotoran pada buah mangga Hari ke - (HSP) Perlakuan 0 Sebelum Setelah pencucian pencucian Kontrol 3,50 3,50 3,40 1,76 1,62 2,07 Detergen 1 % + 3,47 0,23 0,50 0,95 0,40 0,60 Ca(OH) 2 0,25% Uji Mann-Whitney tn ** ** * ** ** Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann-Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Gambar 2. Keragaan buah mangga pada 0 HSP; (A) sebelum dan (B) sesudah pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Bintik Lentisel Kerusakan Buah Bintik lentisel mulai terjadi pada 0 HSP. Sebanyak 9 dari 30 sampel buah mangga pada perlakuan kontrol dan sebanyak 6 dari 30 sampel buah mangga pada perlakuan pencucian mengalami bintik lentisel dengan intensitas kerusakan berbeda-beda mulai dari ±3% sampai dengan >25%. Kerusakan akibat bintik lentisel meningkat hingga 4 HSP pada kedua perlakuan. Hal ini terjadi karena sampel buah mangga yang diamati dipilih secara acak setiap harinya. Sebanyak 8 dari 30 sampel buah mangga pada perlakuan kontrol mengalami kerusakan dengan intensitas ±10% pada 4 HSP, sedangkan pada perlakuan pencucian sebanyak 8 dari 20 sampel buah mangga mengalami kerusakan dengan intensitas 11-25% pada 4 HSP (Tabel 8). Kerusakan bintik lentisel yang terjadi pada 4 HSP pada kedua perlakuan disajikan pada Gambar 3A dan 3B.

31 13 Tabel 8. Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan bintik lentisel Hari ke - (HSP) Persentase kerusakan Perlakuan Tidak ada kerusakan <1% ±3% ±10% 11-25% >25% buah Kontrol Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Keterangan : HSP = hari setelah perlakuan. Gambar 3. Bintik lentisel yang terjadi pada 4 HSP; (A) kontrol dan (B) pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Perlakuan pencucian mangga dengan menggunakan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% tidak mempengaruhi bintik lentisel pada 0, 1, 2, dan 4 HSP, dan memberikan pengaruh pada 3 HSP (Tabel 9). Skor dan persentase kerusakan bintik lentisel mengacu pada Tabel 4. Tabel 9. Rata-rata skor bintik lentisel pada buah mangga Perlakuan Hari ke - (HSP) Kontrol 0,87 2,50 2,10 3,00 2,73 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 0,53 2,63 1,80 2,05 3,30 Uji Mann-Whitney tn tn tn ** tn Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann -Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Kerusakan akibat bintik lentisel disebabkan oleh faktor lingkungan seperti pemanenan yang dilakukan saat musim hujan dan kelembapan yang tinggi. Holmes et al. (2009) menyatakan bahwa bintik lentisel disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jaringan kulit yang tersumbat, suhu rendah, dan kelembapan tinggi. Oosthuyse (1999) menyatakan bahwa bintik lentisel terjadi apabila pemanenan dilakukan pada musim hujan. Broto (2011) menyatakan bahwa kondisi optimum untuk pertumbuhan mangga adalah curah hujan sebesar mm per tahun atau berkisar antara 83,3 mm per bulan dengan intensitas penyinaran 50-80%. Berdasarkan data BMKG (2016) curah hujan pada bulan November untuk daerah Kuningan adalah sebesar 92 mm dengan 7 hari hujan atau

32 14 rata-rata 13,14 mm per hari dan kelembaban berkisar 49-92%. Curah hujan dan kelembapan yang melebihi kondisi optimum menyebabkan terjadinya kerusakan bintik lentisel. Bintik Dendritik Kerusakan buah mangga akibat bintik dendritik mulai terjadi pada 0 HSP. Jumlah buah mangga yang mengalami bintik dendritik lebih sedikit pada kedua perlakuan. Pada 0 HSP hanya sebanyak 1 dari 30 sampel buah mangga mengalami kerusakan akibat bintik dendritik dengan intensitas kerusakan sebesar ±3% pada perlakuan kontrol, sedangkan pada perlakuan pencucian sebanyak 2 dari 30 sampel buah mangga mengalami kerusakan dengan intensitas 11-25% dan 1 dari 30 sampel buah mangga mengalami kerusakan dengan intensitas >25% (Tabel 10). Kerusakan bintik dendritik yang terjadi pada 4 HSP pada kedua perlakuan disajikan pada Gambar 4A dan 4B. Tabel 10. Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan bintik dendritik Hari ke - (HSP) Persentase kerusakan Perlakuan Tidak ada kerusakan <1% ±3% ±10% 11-25% >25% buah Kontrol Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Keterangan : HSP = hari setelah perlakuan. Perlakuan pencucian mangga dengan menggunakan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% tidak mempengaruhi bintik dendritik pada 0 hingga 3 HSP (Tabel 11). Skor dan persentase bintik dendritik mengacu pada Tabel 4. Tabel 11. Rata-rata skor bintik dendritik pada buah mangga Perlakuan Hari ke - (HSP) Kontrol 0,07 0,10 0,28 0,10 0 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 0,43 0,07 0,35 0,25 0 Uji Mann-Whitney tn tn tn tn Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann -Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Menurut Holmes et al. (2009) bintik dendritik terjadi karena getah yang mengandung cendawan Dothiorella dan Lasiodiplodia yang menyebabkan bintik hitam dan akhirnya terjadi pembusukan pada buah mangga. Hasil penelitian Firsti (2012) menyatakan bahwa bintik dendritik terjadi saat 2 HSP pada buah mangga Arumanis yang tidak dicuci (kontrol), sedangkan dengan larutan Ca(OH) 2 0,5% + detergen 1% + fungisida kerusakan baru terjadi pada 4 HSP.

33 15 Gambar 4. Bintik dendritik yang terjadi pada 4 HSP; (A) kontrol dan (B) pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Busuk Pangkal Buah Busuk pangkal buah mulai terjadi pada 2 HSP pada kedua perlakuan. Intensitas kerusakan akibat busuk pangkal buah yang dialami pada kedua perlakuan mencapai ±3%. Kerusakan akibat busuk pangkal buah meningkat pada perlakuan kontrol pada 4 HSP. Seluruh sampel buah mangga mengalami busuk pangkal buah dengan intensitas yang berbeda-beda, yaitu sebanyak 13 buah mangga mengalami kerusakan ±3%, 11 buah mangga mengalami kerusakan ±10%, dan 6 buah mangga mengalami kerusakan 11-25% dari jumlah sampel 30 buah (Tabel 12). Busuk pangkal buah yang terjadi pada 4 HSP pada kedua perlakuan disajikan pada Gambar 5A dan 5B. Tabel 12. Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan busuk pangkal buah Hari ke - (HSP) Persentase kerusakan Perlakuan Tidak ada kerusakan <1% ±3% ±10% 11-25% >25% buah Kontrol Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Keterangan : HSP = hari setelah perlakuan. Rata-rata skor busuk pangkal buah pada 4 HSP lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% memberikan pengaruh terhadap buah mangga yang diberi perlakuan pada 4 HSP (Tabel 13). Aplikasi bahan pencuci mampu mengurangi busuk pangkal buah sebesar 90% hingga 4 HSP. Skor dan persentase busuk pangkal buah mengacu pada Tabel 4. Tabel 13. Rata-rata skor busuk pangkal buah mangga Perlakuan Hari ke - (HSP) Kontrol 0 0 0,14 0,10 2,77 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 0 0 0,20 0 0,25 Uji Mann-Whitney tn ** Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann -Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan.

34 16 Gambar 5. Busuk pangkal buah yang terjadi pada 4 HSP; (A) kontrol dan (B) pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Busuk pangkal buah (stem rots) merupakan busuk lunak berair yang terdapat pada pangkal buah kemudian masuk ke dalam daging buah (Holmes et al., 2009). Hasil penelitian Adiputra (2013) menyatakan bahwa persentase busuk pangkal yang terjadi pada mangga Gedong yang tidak dicuci sebesar ±3% dan pada mangga yang dicuci sebesar ±1% pada 10 HSP. Pencucian mangga menggunakan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,5% + fungisida 0,025% efektif menunda terjadinya busuk pangkal buah hingga 4 HSP. Menurut Taqiyyah (2015) busuk pangkal pada buah yang terjadi pada mangga Gedong baru terdapat pada 10 HSP dengan skor paling tinggi terdapat pada buah yang tidak dicuci. Buah mangga yang dicuci dengan detergen + Ca(OH) 2 + fungisida fludioxonil baru terdapat busuk pangkal pada 16 HSP dan merupakan yang paling lama dibandingkan dengan bahan pencuci lainnya. Busuk Buah Busuk buah mulai terjadi pada 2 HSP pada kedua perlakuan. Intensitas kerusakan akibat busuk buah yang dialami pada kedua perlakuan mencapai ±3%. Kerusakan akibat busuk buah meningkat pada perlakuan kontrol pada 4 HSP. Seluruh sampel buah mangga mengalami busuk buah dengan intensitas yang berbeda-beda, yaitu sebanyak 6 buah mangga mengalami kerusakan <1%, 19 buah mangga mengalami kerusakan ±3%, dan 5 buah mangga mengalami kerusakan ±10% dari 30 sampel buah. Sedangkan pada perlakuan pencucian sebanyak 2 dari 20 buah mangga mengalami busuk buah dengan intensitas ±3% (Tabel 14). Tabel 14. Jumlah buah mangga yang mengalami kerusakan busuk buah Hari ke - (HSP) Persentase kerusakan Perlakuan Tidak ada kerusakan <1% ±3% ±10% 11-25% >25% buah Kontrol Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Keterangan : HSP = hari setelah perlakuan. Rata-rata skor busuk buah pada perlakuan pencucian lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

35 17 busuk buah pada perlakuan pencucian lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Perlakuan pencucian memberikan pengaruh terhadap busuk buah pada 4 HSP (Tabel 15). Skor dan persentase busuk buah mengacu pada Tabel 4. Busuk buah yang terjadi pada 4 HSP pada kedua perlakuan disajikan pada Gambar 6A dan 6B. Tabel 15. Rata-rata skor busuk buah mangga Perlakuan Hari ke-(hsp) Kontrol 0 0 0,07 0,17 1,97 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 0 0 0,30 0,10 0,20 Uji Mann-Whitney tn tn ** Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann -Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Gambar 6. Busuk buah yang terjadi pada 4 HSP; (A) kontrol dan (B) pencucian dengan detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% Busuk buah mangga disebabkan oleh getah yang terdapat pada permukaan kulit buah. Holmes et al. (2009) menyatakan bahwa getah dapat mengundang jamur Dothiorella dan Lasiodiplodia yang dapat menyebabkan pembusukan buah. Hasil penelitian Adiputra (2013) menyatakan bahwa buah mangga Gedong yang tidak dicuci mengalami serangan busuk buah yang tinggi pada 6 HSP dan semakin parah hingga 10 HSP dengan persentase busuk buah yang terjadi pada mangga ±3%. Buah mangga yang dicuci mulai menunjukkan gejala busuk buah pada 4 HSP dengan persentase kerusakan busuk buah ±1%. Buah mangga yang terserang busuk buah akan menurunkan minat konsumen untuk mengonsumsinya, namun apabila busuk buah yang menyerang mangga masih sedikit buah masih layak untuk dikonsumsi. Taqiyyah (2015) menyatakan bahwa buah mangga Gedong yang dicuci dengan fungisida azoksistrobin dan fludioxonil merupakan yang paling lama terserang busuk buah, yaitu hingga 14 HSP. Kekerasan Buah Kekerasan buah mangga meningkat setiap harinya pada kedua perlakuan. Tingkat kekerasan buah mangga pada 0-2 HSP mencapai kriteria rubbery (daging buah sedikit tertekan saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah) pada kedua perlakuan. Tingkat kekerasan buah mangga pada 3 HSP mencapai kriteria sprung (daging buah tertekan sedalam 2-3 mm saat ditekan dengan ibu jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah) pada kedua

36 18 perlakuan. Tingkat kekerasan buah mangga pada 4 HSP mencapai kriteria soft (daging buah tertekan dengan ibu jari yang lemah pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga) pada kedua perlakuan. Skor dan kriteria kekerasan buah mengacu pada Tabel 5. Aplikasi bahan pencuci tidak mempengaruhi kekerasan buah hingga 4 HSP (Tabel 16). Tabel 16. Rata-rata skor kekerasan buah mangga Perlakuan Hari ke-(hsp) Kontrol 2,10 1,93 2,21 2,79 4,77 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 1,67 1,97 2,38 3,10 4,81 Uji Mann-Whitney tn tn tn tn tn Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann-Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Kekerasan buah mangga umumnya menurun selama penyimpanan. Penurunan kekerasan buah mangga disebabkan oleh adanya proses respirasi dan transpirasi. Proses respirasi akan mengakibatkan pecahnya karbohidrat menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, dengan adanya pemecahan karbohidrat akan menyebabkan pecahnya jaringan pada buah-buahan sehingga menyebabkan produk menjadi lunak (Syafutri et al., 2006). Menurut Taqiyyah (2015) pencucian mangga tidak mempengaruhi kekerasan buah mangga Gedong. Perubahan Warna Persentase warna kuning pada buah mangga dengan perlakuan kontrol mencapai 50-70%, dan perlakuan pencucian mencapai 30-50% pada 0 HSP. Persentase warna kuning pada 1-4 HSP meningkat pada kedua perlakuan. Persentase warna kuning buah mangga pada kedua perlakuan mencapai 70-90% pada 4 HSP. Skor dan persentase perubahan warna mengacu pada Tabel 7. Penggunaan bahan pencuci tidak mempengaruhi perubahan warna kuning pada buah mangga (Tabel 17). Tabel 17. Rata-rata skor perubahan warna kuning buah mangga Perlakuan Hari ke - (HSP) Kontrol 3,20 3,50 4,00 3,62 5,90 Detergen 1% + Ca(OH) 2 0,25% 2,77 3,53 4,25 4,10 5,70 Uji Mann-Whitney tn tn tn tn tn Keterangan : tn = tidak nyata. * = nyata. ** = sangat nyata, pada uji Mann-Whitney 5%. HSP = hari setelah perlakuan. Perubahan warna kuning pada buah mangga terjadi akibat hilangnya klorofil pada buah mangga yang diikuti dengan peningkatan karotenoid umumnya diikuti dengan perubahan kekerasan buah yaitu dari keras ke lunak karena adanya pelarutan dan degradasi pektin (Medlicott et al., 1986). Perubahan warna buah menyebabkan terjadinya perubahan rasa menjadi manis karena perubahan komposisi kimia (Siriphanich, 2002). Hasil penelitian Adiputra (2013) persentase

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica L.

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica L. PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) VARIETAS GEDONG MUKLAS ADIPUTRA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica) VARIETAS ARUMANIS

PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica) VARIETAS ARUMANIS PENGARUH PENAMBAHAN FUNGISIDA PADA BAHAN PENCUCI DAN WAKTU PENCUCIAN TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA (Mangifera indica) VARIETAS ARUMANIS RABBANI EL FIRSTI A24080083 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR 4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN Oleh : drh. Linda Hadju Widyaiswara Madya BALAI PELATIHAN PERTANIAN

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU Mangga merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan dan diusahakan Varietas mangga yang banyak dibudidayaka adalah Mangga Arum Manis, Dermayu dan G Komoditas

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem

V. PEMODELAN SISTEM Pendekatan Sistem Analisis Sistem V. PEMODELAN SISTEM 5.1. Pendekatan Sistem 5.1.1.Analisis Sistem Kegiatan awal dalam rantai pasok mangga gedong gincu adalah pemanenan. Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya mangga merupakan salah satu dari lima rencana pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III Cirebon, adapun WKPP ini merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rantai pasok merupakan sekumpulan entitas baik berupa organisasi maupun individual yang secara langsung dan bersama-sama terlibat dalam aliran mulai hulu sampai hilir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F145981 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat adalah satu diantara produk hortikultura yang mempunyai beragam manfaat, yaitu bisa dimanfaatkan dalam bentuk segar sebagai sayur, buah dan olahan berupa makanan,

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tabel 1. Karakteristik Buah pada Beberapa Kultivar Pisang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tabel 1. Karakteristik Buah pada Beberapa Kultivar Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pisang (Musa spp. L) termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan yang sangat prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini mampu beradaptasi dengan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN BAHAN PENCUCI DAN PENCEGAH PENYAKIT TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA CV. GEDONG GINCU DAN ARUMANIS AHMAD SUTOPO

KEEFEKTIFAN BAHAN PENCUCI DAN PENCEGAH PENYAKIT TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA CV. GEDONG GINCU DAN ARUMANIS AHMAD SUTOPO KEEFEKTIFAN BAHAN PENCUCI DAN PENCEGAH PENYAKIT TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGA CV. GEDONG GINCU DAN ARUMANIS AHMAD SUTOPO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut, sumberdaya alam tambang,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan (perishable), seperti mudah busuk dan mudah susut bobotnya. Diperkirakan jumlah kerusakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.) Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman cabai rawit adalah sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial

BAB I PENDAHULUAN. mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

MAKALAH FISIOLOGI PASCAPANEN BUAH MANGGA

MAKALAH FISIOLOGI PASCAPANEN BUAH MANGGA MAKALAH FISIOLOGI PASCAPANEN BUAH MANGGA Oleh: Riski Febri Wijayanti A1C015010 Abi Andalas Putra A1C015020 Saefulloh Maslul A1C015034 Afta Daulialfatah A1C015046 Arief Bayu Murti A1C015056 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kultivar Fuji merupakan hasil persilangan antara Ralls janet (Kakko)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kultivar Fuji merupakan hasil persilangan antara Ralls janet (Kakko) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Buah Apel Fuji Sun Moon Kultivar Fuji merupakan hasil persilangan antara Ralls janet (Kakko) dengan Red Delicious yang dikembangkan oleh The Fruit Tree Research Station.

Lebih terperinci

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

FORM D. A. Uraian Kegiatan. Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa : FORM D A. Uraian Kegiatan Deskripsikan Latar Belakang Permasalahan: 1. Pemanenan jeruk kisar yang dilakukan petani di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) masih tradisional, diantaranya tingkat kematangan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING Analysis of Physical and Organoleptic Properties of Mango Chips (Mangifera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga merupakan komoditas buah yang mudah rusak. Kerusakan buah mangga dapat disebabkan karena ketidak hati-hatian

Lebih terperinci