Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim
|
|
- Susanti Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Efektivitas Cairan Rumen Domba Penelitian Tahap 1 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang tepat untuk penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Tahapan sebelum hidrolisis adalah melakukan uji efektivitas enzim pada cairan rumen domba meliputi aktivitas enzim selulase, amilase, protease, dan lipase. Uji efektivitas enzim selulase, amilase, protease dan lipase menunjukan bahwa aktivitas enzim selulase dan amilase lebih besar jika dibandingkan dengan aktivitas enzim protease dan lipase. Pada Gambar 1 menunjukan nilai aktivitas enzim terbesar adalah enzim selulase (,511 UI/ml/menit), berikut enzim amilase (,51 UI/ml/menit) ), protease (,57 UI/ml/menit) dan lipase (,36 UI/ml/menit) ). Aktifitas enzim (UI/ml/menit) ,511±,111.51±,15 Sellulase amilase.57±,13 Protease.36,2 Lipase Enzim Gambar 2. Aktifitas enzim selulase, amilase, proteasee dan lipase pada enzim cairan rumen domba.
2 23 Analisis Kandungan Nutrisi Bungkil Kelapa Hasil uji efekvitas enzim diketahui maka selanjutnya dilakukan proses hidrolisis bungkil kelapa. Analisis proksimat bungkil kelapa dengan perlakuan penambahan volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang berbeda disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan lemak, protein, serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi Volume enzim (ml/kg) waktu inkubasi (jam) Abu Lemak Protein Serat kasar BETN..(%) 4,93±,4 17,66±,2 18,64±,5 13,76±,4 b 45,2±,11 6,93±,1 18,33±,3 18,26±,1,5±,3 ab 44,53±,2 4,99±,3 17,25±,3 17,46±,1 11,32±, a 48,98±,1 5,52±,43 18,±,64 19,1±,75,68±,4 ab 44,58±,46 5,17±,2 17,87±,3 2,98±,6 13,43±,7 b 42,55±,2 6,47±,1 16,88±, 2,±,1 11,43±,4 ab 45,21±, ±,18 16,29±,34 19,37±,19,22±,19 a 45,89±,34 5,73±,3 14,3±,3 18,77±,4 11,61±,5 a 49,6±,13 5,9±,5 14,58±,9 2,85±,8 11,25±,8 a 47,42±,18 5,98±,23 15,32±,41 2,6±,46,76±,3 b 45,35±,36 5,2±,5 13,66±,3 2,37±,5,8±,4 b 47,97±,15 4,51±,7,92±,1 21,±,4 9,16±,6 a 52,4±,3 5,63±,43 13,64±,46 21,3±,65 13,84±,35 b 45,59±,57 5,34±,2 13,55±,7 21,4±,4 13,21±,4 b 46,87±,7 5,68±, 13,11±,7 21,57±,16 9,69±,16 a 49,96±,1 5,54±,22 14,1±,15 21,81±,3 14,34±,36 c 44,21±,47 6,25±,2 13,48±,5 21,84±,2 13,76±,4 b 44,89±,4 6,9±,3,44±,15 22,94±,5 6,98±,2 a 51,57±,8 Keterangan : huruf superscript yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan adanya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan (P<,5).
3 Tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan dosis enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Nilai serat kasar pada bungkil kelapa tanpa penambahan enzim cairan rumen domba lebih tinggi dibandingkan dengan nilai serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba dengan lama waktu inkubasi jam. Nilai serat kasar bungkil kelapa pada perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba 5 ml/kg dengan lama waktu inkubasi jam lebih rendah (6,98%) dibandingkan dengan nilai serat kasar dengan lama waktu inkubasi jam dan jam pada dosis 25, 5, 75 dan 1 ml/kg. Glukosa Terlarut Bungkil Kelapa Hasil analisis pada Tabel 8 menunjukan bahwa kandungan glukosa terlarut pada bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba mengalami peningkatan seiring dengan penambahan volume enzim dan lama waktu inkubasi. Kandungan glukosa terlarut tertinggi sebesar,464% diperoleh dari perlakuan penambahan enzim cairan rumen domba 5 ml/kg selama jam. Tabel 7. Kandugan glukosa terlarut pada bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba Volume enzim Lama waktu inkubasi (jam) cairan rumen domba (ml/kg) jam jam
4 25 Uji Kecernaan Bungkil Kelapa yang telah Dihidrolisis dengan Enzim Cairan Rumen Domba Sebagai Pakan Benih Ikan Mas Tahapan uji kecernaan bertujuan untuk mengetahui tingkat kecernaan ikan terhadap bungkil kelapa yang digunakan sebagai bahan baku pakan. Hasil uji kecernaan bungkil kelapa yang dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba volume 5 ml/kg dengan lama waktu inkubasi jam dan bungkil kelapa tanpa hidrolisis meliputi nilai kecernaan total, kecernaan protein dan kecernaan energi disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis data menunjukan bahwa pakan komersil dan pakan 3% BKe memiliki kecernaan yang lebih tinggi dari pakan 3% BK. Tabel 8. Kecernaan total, kecernaan protein dan kecernaan energi Parameter Uji Kecernaan (%) Total Protein Energi Pakan (1% Pakan komersil) A (3% BKe) B(3% BK) 67,35±2,1 a 76,93±1,42 ab 71,5±,81 b 66,32±2,17 a 63,52±,39 b 77,71±1,8 a 75,51±,65 a 69,6±,81 b 64,8±,77 a Notasi yang sama pada baris yang sama menunjukan pengaruh perlakuan yang tidak berbeda nyata (P<,5). Hasil perhitungan uji kecernaan bahan baku menunjukan bahwa baik kecernaan total, protein dan energi mengalami peningkatan nilainya. Nilai kecernaan BKe lebih tinggi dari BK (Tabel 9). Analisa sidik ragam nilai kecernaan bahan uji menunjukan bahwa nilai kecernaan (total, protein dan energi) pada pakan BKe ternyata memiliki nilai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan nilai kecernaan pada pakan BK. Nilai kecernaan total BKe sebesar (63,92%), kecernaan protein (79,53%), dan kecernaan energi (72,2% ), sedangkan nilai kecernaan total BK (54,58%), kecernaan protein (65,17) dan kecernaan energi (49,17%).
5 26 Tabel 9. Kecernaan bahan uji Bahan Uji Bugkil kelapa + enzim Bungkil kelapa Kecernaan Bahan (%) Total Protein Energi 63,92±,35 79,53±,65 72,2±,28 54,58±,7 65,17±,43 49,17±,53 Pembahasan Tingginya aktivitas enzim selulase dan amilase pada cairan rumen domba diduga akibat jenis pakan yang dikonsumsi selama masa pemeliharaan. Domba yang diambil cairan rumennya ini mengkonsumsi rumput, dimana rumput mengandung serat yang cukup tinggi sehingga dikonversi pada saluran pencernaan menjadi enzim pendegradasi serat yang dibutuhkan di dalam rumen domba untuk mencerna rumput. Menurut Moharery dan Das, (22), aktifitas enzim dalam cairan rumen tergantung dari komposisi atau perlakuan makanan. Cairan rumen domba yang digunakan untuk penelitian tersebut mengkonsumsi rumput selama pemeliharaan, sehingga aktifitas enzim selulase lebih tinggi. Lubis (1992) mengemukakan bahwa kandungan serat kasar rumput sangat tinggi yaitu 3,86%, sehingga enzim selulase yang dihasilkan di rumen juga lebih banyak. Pada penelitian ini diperoleh hasil aktifitas enzim tertinggi pada perlakuan volume 5 ml/kg bahan dengan lama waktu inkubasi jam yaitu pada enzim selulase sebesar,511 IU/ml/menit diikuti enzim amilase sebesar,51 μg glukosa/ml/menit; enzim protease,57 μg protein/ml/menit dan lipase,36 μg lemak/ml/menit. Penelitian Pamungkas (211) mendapatkan efektivitas enzim tertinggi adalah enzim selulase,31 IU/ml/menit sedangkan Fitriliyani (21) menghasilkan aktivitas enzim tertinggi adalah enzim selulase 1,66 IU/ml/menit. Perbedaan respon aktivitas enzim tersebut diduga akibat perbedaan domba yang digunakan enzim cairan rumennya. Budiansyah (21) menemukan aktifitas enzim tertinggi dihasilkan oleh rumen sapi asal lokal dibandingkan rumen sapi impor. Hal ini disebabkan karena sapi lokal lebih banyak mengkonsumsi hijauan sehingga mikroba yang dihasilkan adalah mikroba pencerna serat. Sementara sapi impor
6 27 banyak mengkonsumsi konsentrat, sehingga lebih sedikit menghasilkan mikroba pencerna serat. Akibatnya, aktivitas enzim selulase pada cairan rumen sapi lokal lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas enzim selulase pada sapi impor. Perbedaan nilai tersebut juga diduga akibat dari umur domba yang diambil cairan rumennya berbeda. Agarwal et al., (22) melaporkan bahwa anak domba dengan berat badan 23,5 kg yang diberi makan minum susu sampai 8 minggu dan diteruskan dengan 5% konsentrat dan 5% rumput sampai umur minggu mendapatkan bahwa enzimenzim yang ada dalam cairan rumen antara lain carboxymethyl cellulase dengan aktivitas enzim 3,6 mol glukosa per jam per ml, alpha amylase,33 umol glukosa per menit per ml, xylanase,29 umol xylosa per menit per ml. Perbedaan respon aktivitas enzim amilase juga terjadi. Penelitian ini menghasilkan aktifitas enzim amylase,51 IU/ml/menit. Pamungkas (211) mendapatkan aktivitas enzim amilase,14 IU/ml/menit, sedangkan Fitriliyani memperoleh aktivitas enzim amilase 1,32 IU/ml/menit. Perbedaan nilai tersebut diduga adanya perbedaan domba dan umur domba serta makanan yang dimakan selama masa pemeliharaan. Aktivitas enzim amylase yang dilaporkan Fitriliyani (21) lebih tinggi dibanding yang dilaporkan penelitian lainnya disebabkan domba yang digunakan mengkonmsi rumput dan ditambahkan daun lamtoro yang mengandung serat kasar yang tinggi sehinggi enzim amylase yang dihasilkan di rumen juga cukup tinggi. Moharery dan Das (22) melaporkan bahwa cairan rumen domba yang berisi sel-sel bakteri mempunyai aktivitas enzim selulase, amylase, protease dan lipase yang lebih tinggi dari cairan rumen tanpa sel-sel mikroba. Di dalam penelitian ini, hasil hidrolisis terbaik mampu menurunkan serat kasar bungkil kelapa dari 14,34% menjadi 6,98%, sehingga kadar serat kasar yang tertinggal dari semula menurun lebih dari setengahnya. Penelitian Kurniansyah (2) juga menggunakan enzim cairan rumen domba volume 15 ml/kg untuk mendegradasi kandungan serat kasar kakao dengan lama waktu inkubasi jam. Hasil yang diperoleh terjadi penurunan kandungan serat kasar kakao dari 27,97% menjadi 21,67%, sehingga terjadi penurunan hanya seperempatnya. Penurunan kadar
7 28 serat pada tepung daun lamtoro dengan menggunakan enzim cairan rumen domba volume 1 ml/kg, lama waktu inkubasi jam dapat mendegradasi serat kasar dari 16,77% menjadi 7,774%, atau turun sebanyak 53,7% (Fitriliyani, 21). Penelitian dengan menggunakan enzim cairan rumen domba volume 1 ml/kg untuk menghidrolisis bungkil kelapa sawit selama jam juga dilakukan Pamungkas (211). Hasil penelitian tersebut berhasil menurunkan kandungan serat kasar BKS dari 17,54% menjadi 1,63% (turun 4%). Prosen penurunan serat kasar bervariasi diduga karena bahan yang dirumen berbeda dan substrat yang digunakan juga berbeda. Aktifitas enzim dalam rumen yang semakin tinggi akan efektif menurunkan serat kasar dibandingkan penambahan rumen yang memiliki aktivitas enzim yang lebih rendah. Meningkatnya kandungan glukosa terlarut dalam bungkil kelapa seiring penambahan volume enzim cairan rumen domba. Kandungan glukosa terlarut pada BKe meningkat dari,13% menjadi,464%. Pamungkas (211) menggunakan enzim cairan rumen domba dosis 1 ml/kg bahan bungkil kelapa sawit dengan lama waktu inkubasi jam meningkatkan kandungan glukosa terlarut sebesar,469%. Perbedaan nilai tersebut diduga erat hubungannya dengan kerja enzim selulase. Enzim selulase terbukti efektif mendegradasi serat kesar menjadi gula-gula sederhana yang dapat diserap oleh ikan. Hardjo et al.(1989) mengemukakan bahwa selulosa adalah polimer tak bercabang dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan 1,4 β glukosida. Enzim yang mendegradasi selulosa yaitu endoglukanase atau karboksil metal selulase (endo-1,4- β-glukanase). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kompleks enzim selulase mempunyai tiga komponen utama yang bekerja bersama-sama atau bertahap dalam menguraikan selulosa menjadi unit glukosa, yaitu : 1. Endo-selulase yang memotong bagian dalam struktur Kristal dari selulosa dan mengeluarkan unit selulosa dari rantai polisakarida. 2. Ekso-selulase yang memotong 2-4 unit selulosa dari rantai akhir hasil produksi endo-selulase dan menghasilkan tetrasakarida atau disakarida seperti selubiosa.
8 29 3. Selubiosa atau β-glukosidase yang menghidrolisis produk dari eksoselulase menjadi monosakarida. Tiga reaksi tersebut yang dikatalis oleh selulase memotong interaksi nonkovalen dalam bentuk ikatan hidrogen yang ada dalam struktur kristal selulosa oleh enzim endo-selulase, menghidrolisis serat selolusa menjadi sakarida yang lebih sederhana oleh ekso-selulase, serta menghidrolisis disakarida dan tetrasakarida menjadi glukosa oleh enzim β-glukosidase. Kandungan serat kasar bungkil kelapa yang rendah mampu meningkatkan kecernaan benih ikan mas. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecernaan total (63,92%), protein (79,53%), maupun energi (72,2%) pada pakan BKe memiliki nilai kecernaan yang lebih tinggi dibandingkan nilai kecernaan total (54,58%), protein (65,17%) dan energy (49,17%) pada pakan BK. Rendahnya serat kasar dalam pakan BKe menyebabkan peningkatan penyerapan zat-zat makanan dalam saluran pencernaan sehingga mempercepat pertumbuhan dan proses fisiologis lainnya. Proses tersebut terjadi akibat mekanisme kerja enzim yaitu memperbaiki kecernaan, menurunkan kekentalan (viskositas) digesta, memodifikasi morfologi dan histologi saluran pencernaan dan memodifikasi komunitas mikroba saluran pencernaan (Khan et al. 26). Hidrolisis nutrient makro dimungkinkan dengan adanya beberapa enzim pencernaan seperti protease, karboksilase, dan lipase (Zonneveld et al. 1991). Robinson (21) mengemukakan bahwa rendahnya serat kasar dalam pakan menyebabkan tingginya daya cerna dan penyerapan zat-zat makanan didalam alat pencernaan ikan. Selama pakan berada dalam usus ikan, nutrient dicerna oleh berbagai enzim menjadi bentuk yang dapat diserap oleh dinding usus dan masuk dalam sistim peredaran darah. Sebaliknya pakan yang mengandung serat kasar tinggi akan menghasilkan feses yang lebih banyak sehingga serat kasar yang tidak tercerna tersebut dapat membawa zat-zat makanan yang seharusnya dicerna. Kebutuhan serat didalam pakan dalam jumlah maksimal berkisar 7%. Serat yang melebihi batas maksimal akan menurunkan kandungan gizi dalam pakan. Keberadaan serat kasar yang tinggi dalam pakan tidak diharapkan karena menghambat proses penyerapan didalam saluran pencernaan sehingga pertumbuhan
9 3 ikan terhambat. Keterbatasan ikan dalam memanfaatkan serat berkaitan dengan ketersediaan enzim sellulotik yang terbatas dalam saluran pencernaan ikan, bahkan pada level tertentu dapat menghambat pertumbuhan ikan. Pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat menyebabkan absorbs zat makanan berkurang dan koefisien cerna semua zat makanan menurun. Namun, tak dapat dihindari bahwa serat kasar juga dibutuhkan dalam pakan walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Serat kasar dibutuhkan dalam pakan untuk membantu proses pencernaan makanan. Menurut Piliang (26), serat kasar mernbantu mempercepat ekskresi sisa-sisa makanan rnelalui saluran pencernaan. Dalam keadaan tanpa serat, feses dan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus yang dapat rnenyebabkan gangguan pada gerakan peristaltik pada usus besar sehingga eksresi feses menjadi lebih lamban.
METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa
17 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap 1 adalah uji efektivitas enzim cairan rumen domba terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Uji Tahap 2 adalah mengevaluasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar 2 menunjukkan adanya penambahan biomass dari masing-masing ikan uji. Biomass rata-rata awal ikan uji perlakuan A (0 ml/kg) adalah sebesar 46,9 g sedangkan pada
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak merupakan suatu cara untuk menekan biaya produksi dalam pengembangan usaha peternakan. Gulma tanaman
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak
34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas
5 TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Mas Fungsi utama makanan adalah sebagai penyedia energi bagi aktivitas selsel tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi dalam makanan yang berfungsi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba
33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF NDF adalah bagian dari serat kasar yang biasanya berhubungan erat dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Kecernaan adalah banyaknya zat makanan yang tidak dieksresikan di dalam feses. Bahan pakan dikatakan berkualitas apabila
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sub sektor peternakan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat merupakan fungsi integral dalam pembangunan sektor pertanian secara keseluruhan.
Lebih terperinciGambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang
Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.
22 A. Kecernaan Protein Burung Puyuh BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Nilai Kecernaan Protein
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun
Lebih terperinciSemua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar
38 tersebut maka produksi NH 3 semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar kisaran normal, oleh karena itu konsentrasi NH 3 tertinggi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph
IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar
37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah
TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Tahap 1 4.1.1. Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto Fermentasi merupakan aktivitas mikroba untuk memperoleh energi yang diperlukan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan
Lebih terperinciPeningkatan kualitas kulit buah kakao menggunakan cairan rumen domba untuk pakan ikan nila
Jurnal Akuakultur Indonesia 12 (1), 40 47 (2013) Peningkatan kualitas kulit buah kakao menggunakan cairan rumen domba untuk pakan ikan nila Improvement of cocoa-pod husk using sheep rumen liquor for tilapia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perubahan kandungan nutrisi daun mata lele Azolla sp. sebelum dan sesudah fermentasi dapat disajikan pada Gambar 1. Gambar1 Kandungan nutrisi daun mata lele Azolla
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fermentasi Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010). Proses
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam budidaya ternak unggas secara intensif biaya pakan menduduki urutan pertama yaitu mencapai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan produk pertanian diikuti pula oleh meningkatnya limbah hasil pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen para petani
Lebih terperinciJurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) : (2013) ISSN :
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2) :117-126 (2013) ISSN : 2303-2960 EFEKTIVITAS PENAMBAHAN ENZIM CAIRAN RUMEN DOMBA TERHADAP PENURUNAN SERAT KASAR BUNGKIL KELAPA SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN The Evaluation
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Nila BEST Ikan nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian Peranan Pleurotus ostreatus pada Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi dengan Pleurotus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu cara pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian dijadikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi ternak ruminansia. Pakan ruminansia sebagian besar berupa hijauan, namun persediaan hijauan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase
Lebih terperincipembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
63 pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan pektinase komersial merupakan enzim kasar selulase dari
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan bahan baku, musim, berkembangnya pemukiman masyarakat, sehingga peternak
Lebih terperincimenjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperincitepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan
145 PEMBAHASAN UMUM Peranan mikroflora dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan ikan bandeng telah dibuktikan menyumbangkan enzim pencernaan α-amilase, protease, dan lipase eksogen. Enzim pencernaan
Lebih terperinciTingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi maupun konsumsi yang dilakukan oleh manusia, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi
Lebih terperinciKARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126
Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126 Program Studi : Pendidikan Tata Boga Pokok Bahasan : Karbohidrat Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian karbohidrat : hasil dari fotosintesis CO 2 dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor pertanian yang memiliki produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Ransum Komplit Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput gajah, konsentrat, tepung daun kembang sepatu, dan ampas teh. Rumput gajah diperoleh dari Laboratorium
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.
PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Tauge Kacang Hijau Limbah tauge kacang hijau merupakan sisa produksi tauge yang terdiri dari kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana,
Lebih terperinci15... Stand ar Amilase Nilai Aktifitas Enzim Amilase Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50
15... Stand ar Amilase... 48 16... Nilai Aktifitas Enzim Amilase... 49 17... Anali sis Statistik Aktifitas Enzim Amilase... 50 18... Hasil Analisa Total Koloni Kapang, Jamur, Bakteri... 53 19... Doku mentasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Menurut Blakely dan Bade (1998) sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara lain sistem dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum
HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinci