Telepon : Fax : Website :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Telepon : Fax : Website :"

Transkripsi

1

2 Untuk informasi Lebih lanjut hubungi : Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : Fax : bkm_tod@bi.go.id Website :

3 Tinjauan Kebijakan Moneter September 20 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Gubernur Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur Budi Mulya Deputi Gubernur Halim Alamsyah Deputi Gubernur 1

4 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter... 3 II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter... 6 Perkembangan Ekonomi Dunia... 6 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 9 Inflasi Nilai Tukar Rupiah Kebijakan Moneter Suku Bunga Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pasar Saham Pasar SBN Pasar Reksadana Kondisi Perbankan III. Respon Kebijakan Moneter Pokok-Pokok Penjelasan

5 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Proses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibat melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China dan Jepang. Perlambatan ekonomi di AS terutama disebabkan oleh tingkat pengangguran yang masih tinggi sehingga konsumsi rumah tangga masih lemah. Daya beli rumah tangga yang masih lemah tersebut menyebabkan kegiatan di sektor industri melambat. Di Jepang, perlambatan ekonomi terutama bersumber dari menurunnya kinerja ekspor yang dipicu oleh penguatan yen terhadap dolar AS yang mencapai tingkat tertinggi selama 15 tahun terakhir. Sementara itu pengetatan kebijakan perkreditan telah menurunkan kegiatan investasi dan konsumsi di China. Kebijakan tersebut menyebabkan perekonomian China mengalami perlambatan meskipun pertumbuhannya masih berada pada level yang relatif tinggi. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, namun belum merata. Hal itu ditandai dengan peranan konsumsi rumah tangga yang tinggi, sementara peran investasi meski meningkat namun belum optimal. Dari sisi sektoral, pertumbuhan yang tinggi terjadi pada sektor non-tradable, sementara sektor tradable khususnya sektor industri masih tumbuh terbatas. Beberapa kendala investasi menyebabkan kapasitas ekonomi masih tumbuh terbatas. Dalam kondisi tersebut, upaya mendorong akselerasi sisi permintaan harus disesuaikan sehingga kemampuan sisi penawaran dapat meresponsnya. Perkembangan inflasi IHK di bulan Agustus 20 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental, khususnya kelompok volatile food,, mereda. Tekanan inflasi inti di bulan Agustus 20 terutama bersumber dari penyesuaian biaya pendidikan seiring dengan pola musiman tahun ajaran baru, serta kenaikan tarif angkutan udara. Selain itu, kenaikan kelompok pangan olahan akibat tingginya inflasi kelompok bahan pangan (volatile food) serta pengaruh musiman kenaikan permintaan menjelang hari raya keagamaan turut memberi tekanan pada inflasi kelompok inti. Dari sisi eksternal, dampak imported inflation akibat kenaikan harga komoditas global dan inflasi mitra dagang belum memberikan tekanan berarti pada inflasi inti, seiring dengan tren apresiasi rupiah. Dari sisi nonfundamental, tekanan inflasi selama Agustus 20 terutama bersumber dari kenaikan tarif dasar listrik untuk rumah tangga. Sementara itu, tekanan inflasi dari 3

6 kelompok volatile food menunjukkan penurunan seiring dengan terjadinya panen pada beberapa komoditas bumbu dan sayur mayur. Dengan berbagai perkembangan tersebut, inflasi IHK pada bulan Agustus 20 tercatat sebesar 0,76% (mtm), atau menurun dibanding periode sebelumnya. Namun secara tahunan, tekanan inflasi masih menunjukkan peningkatan, yaitu dari 6,22% (yoy) di Juli 20 menjadi 6,44% (yoy). Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih mencatat surplus. Hal itu terutama didukung oleh kinerja transaksi modal dan finansial (TMF) terkait dengan meningkatnya aliran modal masuk kelompok investasi portofolio yang cukup tinggi. Sementara dari sisi transaksi berjalan, impor menunjukkan pertumbuhan yang relatif tinggi. Peningkatan impor tersebut merupakan respons dari meningkatnya kegiatan ekonomi domestik, termasuk persiapan menjelang hari raya keagamaan. Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa per 31 Agustus 20 mencapai 81,3 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Selama bulan Agustus 20, nilai tukar rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat, ditopang persepsi positif terhadap perekonomian dan imbal hasil instrumen rupiah yang tinggi. Kuatnya daya tarik tersebut mendorong kembali masuknya dana asing yang cukup signifikan ke instrumen di pasar keuangan. Pada periode laporan, rata-rata nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp8.972 per USD, atau menguat 0,78% mtm. Pada akhir Agustus 20, rupiah ditutup pada level Rp9.035 per USD atau melemah 0,95% (point to point) dibandingkan dengan akhir Juli 20. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut dibarengi volatilitas yang sedikit meningkat. Selama Agustus 20 volatilitas pergerakan rupiah ratarata mencapai 0,28%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,19%. Kinerja pasar keuangan domestik membaik, tercermin pada IHSG yang meningkat dan yield SUN yang menurun untuk semua tenor. Hal itu antara lain dipengaruh oleh besarnya arus masuk modal asing. Dari sisi transmisi kebijakan moneter, kecenderungan penurunan suku bunga perbankan masih berlanjut. Suku bunga perbankan, baik simpanan maupun kredit masih terus turun, meski melambat dan dengan spread yang semakin kecil. Dari jalur kredit, pertumbuhan kredit menunjukkan tren yang meningkat, terutama didorong oleh kredit konsumsi, meskipun kontribusi kredit investasi dan KMK juga menunjukkan peningkatan. Dari sisi 4

7 likuiditas, kondisi likuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Stabilitas sistem keuangan, masih terjaga dan didukung oleh kondisi sektor perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, serta membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) perbankan yang saat ini mencapai 16,6% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0%. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan tercermin pada angka pertumbuhan kredit yang meningkat mencapai 20,3% (yoy) pada Agustus 20. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 3 September 20 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada tingkat 6,50%. Namun demikian dengan mempertimbangkan adanya potensi tekanan inflasi ke depan, Dewan Gubernur memandang penting untuk menaikkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dari 5% menjadi 8% DPK (Dana Pihak Ketiga) Rupiah, mengingat kondisi ekses likuiditas perbankan yang masih cukup besar. Atas pemenuhan tambahan GWM Primer sebesar 3% akan diberikan remunerasi sebesar 2,50% p.a. Kombinasi kebijakan tersebut dipandang memadai untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan di tengah arus modal yang masih tinggi. Sementara itu, dalam rangka mendorong fungsi intermediasi perbankan, Dewan Gubernur juga menetapkan ketentuan GWM berdasarkan LDR (Loan to Deposit Ratio) agar kredit perbankan tumbuh dengan tetap berlandaskan pada prinsip kehati-hatian, dengan batas bawah LDR 78% dan batas atas LDR 0%. Bank yang memiliki LDR di luar kisaran target LDR akan dikenakan disinsentif berdasarkan selisih LDR terhadap target. Apabila LDR bank melebihi target dengan kondisi permodalan yang memadai bank dapat memperoleh insentif. Kebijakan GWM tersebut dalam pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, yaitu GWM Primer mulai berlaku sejak 1 November 20 dan GWM LDR mulai berlaku sejak 1 Maret

8 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pemulihan ekonomi global terindikasi mengalami perlambatan, terutama dipicu oleh melambatnya laju pemulihan ekonomi AS, China dan Jepang. Indikasi perlambatan pemulihan ekonomi global tersebut memicu pelemahan bursa saham global serta pelemahan harga beberapa komoditas global. Di sisi lain, laju inflasi di emerging markets terus meningkat, sementara di negara-negara maju meskipun inflasi telah mulai meningkat namun masih pada level yang rendah. Kinerja ekonomi domestik terus membaik, dengan kecenderungan penignkatan sisi permintaan yang cukup cepat. Hal ini ditandai dengan peranan konsumsi rumah tangga yang tinggi, sementara peran investasi meski meningkat namun belum optimal. Dari sisi sektoral, pertumbuhan yang tinggi terutama terjadi pada sektor non-tradable, sementara sektor tradable khususnya sektor industri masih tumbuh terbatas. Perkembangan Ekonomi Dunia Proses pemulihan ekonomi global dikhawatirkan terhambat akibat melambatnya kegiatan ekonomi di AS, China, dan Jepang. Perekonomian AS dan Jepang diindikasikan melambat seiring dengan menurunnya aktivitas industri dan masih lemahnya konsumsi. Sementara itu, pengetatan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas China juga mengakibatkan melambatnya perekonomian China, meskipun secara relatif pertumbuhan ekonomi China tetap berada pada level yang tinggi. Secara umum, ekonomi dunia diperkirakan tumbuh melambat sebagaimana tercermin dari perkiraan berbagai lembaga. Kekhawatiran terhadap perlambatan perekonomian AS dan China mengakibatkan bursa saham global melemah. Pelemahan bursa saham global terutama dipicu oleh rilis data fundamental ekonomi AS, China, dan Jepang yang lebih buruk dari perkiraan pelaku pasar. Namun, keputusan beberapa bank sentral utama yang tetap mempertahankan kebijakan akomodatif mampu meredakan keketatan likuiditas di negara-negara maju. Bursa saham Asia juga relatif resilien terhadap gejolak pasar keuangan global seiring dengan optimisme terhadap perkiraan ekonomi kawasan serta terjaganya persepsi risiko. 6

9 % mom Savings Rate (RHS) Grafik 2.1. Income Spending Rumah Tangga AS % 8 5,9-1.0 Income -1.5 Expenditure sd Juli 20 Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Sumber: Bloomberg 4 0,4 0, Laju pemulihan ekonomi AS menunjukkan adanya indikasi perlambatan. Realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan II 20 hanya tumbuh sebesar 0,4% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 0,9% (qtq). Di tengah peningkatan pengeluaran konsumen (consumer spending) sebesar 0,4% (mom) pada Agustus 20 yang lebih tinggi dari prakiraan analis (Grafik 2.1), rilis angka peningkatan personal income sebesar 0,2%, yang lebih rendah dari proyeksi analis (0,3%), mengkonfirmasi melambatnya laju pemulihan ekonomi di AS. Masih belum membaiknya ketenagakerjaan AS menjadi faktor yang menghalangi peningkatan pendapatan. Sementara itu, aktivitas sektor industri yang mulai melambat terlihat dari level persediaan industri (inventory) yang kembali negatif akibat masih lemahnya permintaan rumah tangga. Indeks produksi dan survey ISM manufaktur (Juli 20) turun ke level 55,5, meski masih di atas level ekspansi 50 (Grafik 2.2). Perekonomian Jepang melambat akibat melemahnya kinerja ekspor. Penguatan nilai Yen terhadap dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir berdampak negatif terhadap kinerja ekspor Jepang yang mulai melambat pada Juli 20. Kondisi ini berimbas kepada industri domestik yang terlihat dari menurunnya beberapa indikator seperti indeks produksi dan survei PMI dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, indikator konsumsi seperti penjualan eceran dan pengeluaran rumah tangga terus tertekan seiring dengan tingkat pengangguran yang cenderung meningkat. Indeks 65 ISM Manufacture ISM Services Jan...sd Juli 20 Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Sumber: Bloomberg expanding contracting Grafik 2.2. Purchasing Manager Index (PMI) AS Selama triwulan II 20, pertumbuhan ekonomi Eropa terutama ditopang oleh pertumbuhan negara-negara utama Eropa. Pelemahan nilai Euro memberikan dampak positif bagi kinerja ekspor Eropa sehingga mendukung ekspansi ekonomi sebesar 1,7% (yoy) atau 1,0% (qtq). Membaiknya kinerja ekspor juga berdampak positif terhadap sektor industri yang tercermin dari indeks produksi dan order permintaan baru manufaktur yang meningkat sejalan dengan menguatnya sentimen bisnis Eropa. Namun demikian, konsumsi masih tertekan akibat tingginya pengangguran dan terbatasnya keuangan Pemerintah untuk memberikan stimulus bagi kegiatan perekonomian. Fundamental ekonomi AS dan China yang melemah menyebabkan memburuknya risk appetite investor. Rilis data perekonomian AS dan China yang mengindikasikan melambatnya laju pemulihan ekonomi memicu aksi flight to quality sebagaimana tercermin dari meningkatnya 7

10 harga emas dan melemahnya bursa saham global. Sementara di pasar keuangan Eropa, kekhawatiran atas meluasnya krisis Yunani relatif mereda seiring dengan rilis PDB Eropa yang mencatat pertumbuhan positif selama triwulan II 20. Namun demikian, secara umum indikator risiko negaranegara maju cenderung meningkat terlihat dari peningkatan Credit Default Swap (CDS) beberapa korporasi (termasuk perbankan) yang mencerminkan kekhawatiran terhadap double dip recession. Keketatan likuiditas yang terjadi di negara-negara maju semakin mereda. Berbagai kebijakan yang ditempuh bank sentral di negara-negara maju antara lain dengan melanjutkan program quantitative easing serta menahan suku bunga pada level yang akomodatif sehingga mampu meredakan keketatan likuiditas di pasar uang antar bank. Beberapa indikator counterparty risks juga terus membaik tercermin dari spread highest-lowest kuotasi LIBOR antar bank yang relatif stabil, menyempitnya spread Overnight Index Swap (OIS) 3 bulan dengan suku bunga Libor 3 bulan serta stabilnya TED spread tenor 3 bulan. Tekanan inflasi global terindikasi mulai meningkat akibat cukup pesatnya pertumbuhan ekonomi negara emerging markets. Perkiraan laju inflasi negara-negara berkembang pada tahun 20 (Agustus) berdasarkan Consensus Forecast bulan Agustus 20 meningkat menjadi sebesar 5,31% (yoy), sementara laju inflasi negara-negara maju untuk tahun 20 justru diperkirakan menurun menjadi 1,42% (yoy). Sementara itu, tekanan inflasi di negara-negara maju mulai meningkat meskipun masih berada pada level yang rendah. Tekanan inflasi di kawasan Asia pun terus meningkat sejalan dengan pulihnya aktivitas ekonomi di kawasan. Secara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masih akomodatif. Selama Agustus 20, beberapa bank sentral di negaranegara maju (AS, Jepang, Inggris, Kanada, dan Eropa) masih mempertahankan suku bunga kebijakannya seiring dengan tekanan inflasi yang masih moderat dan serta tanda-tanda pelemahan ekonomi yang kembali muncul. Beberapa bank sentral juga masih melanjutkan program quantitative easing sebagaimana dilakukan oleh The Fed yang berjanji akan menambah jumlah pembelian surat-surat berharga (SSB) sebagai contingency plan jika ekonomi AS melemah kembali. Sementara itu, Pemerintah Jepang bekerjasama dengan bank sentral Jepang (BoJ) berupaya menahan laju apresiasi Yen yang mencapai level tertinggi dalam 15 tahun terakhir yang berpotensi mengancam ekspor dan pemulihan ekonomi negara tersebut. Untuk tujuan tersebut, BoJ berkomitmen 8

11 menambah stimulus ke sektor perbankan dari sebelumnya sebesar triliun (US$116 miliar) menjadi 30 triliun. Namun demikian, beberapa negara berkembang di kawasan Amerika Latin dan Asia mulai meningkatkan suku bunga kebijakan guna meredam tekanan inflasi dan asset bubble. Bank Sentral di kawasan Asia yang menaikkan suku bunga pada bulan Agustus adalah Bank of Thailand sebesar +20 bps. Sementara bank sentral di kawasan Amerika Latin yang menaikkan suku bunga diantaranya Banco Central de Chile sebesar +50 bps dan Central Reserve Bank of Peru sebesar +50 bps. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%,yoy) Sumber : CEIC Grafik 2.3. Pertumbuhan Penjualan Kendaraan % yoy PY_Mobil PY_Motor TV Lemari es Mesin Cuci AC Sumber : EMC Grafik 2.4. Pertumbuhan Penjualan Barang Elektronik Setelah tumbuh membaik pada triwulan II 20, perekonomian Indonesia pada triwulan III 20 diprakirakan akan tumbuh stabil. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih ditopang oleh penguatan permintaan domestik dan masih tingginya permintaan eksternal. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan masih kuatnya daya beli masyarakat, dukungan kredit konsumsi serta relatif murahnya harga barang impor akibat apresiasi rupiah. Peningkatan pertumbuhan investasi diperkirakan berlanjut pada triwulan III 20 searah dengan membaiknya perekonomian global, iklim investasi yang cukup kondusif, dan realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Peningkatan investasi tersebut didukung pula oleh pembiayaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sementara itu, di sisi eksternal walaupun akan sedikit mengalami perlambatan, kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi. Di sisi penawaran, perkembangan berbagai indikator terkini mengindikasikan kinerja sektor tradable yang berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 20 diprakirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Perkembangan terkini dari indikator penuntun (leading indicator) konsumsi rumah tangga mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih dalam fase ekspansif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan ditunjang baik oleh konsumsi makanan maupun nonmakanan. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan indikator dini konsumsi seperti penjualan kendaraan bermotor yang masih tinggi pada bulan Juli, serta adanya tendensi peningkatan penjualan barang elektronik (Grafik 2.3 dan 2.4). Sementara itu, indikator konsumsi lainnya seperti indeks 9

12 penjualan eceran cenderung stabil (Grafik 2.5). Meskipun dibayangi oleh tekanan kenaikan harga, konsumsi makanan diperkirakan meningkat sejalan dengan persiapan menjelang hari raya Lebaran. Di sisi pembiayaan, potensi kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga terindikasi dari penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang masih tumbuh tinggi dan dibarengi dengan lonjakan pertumbuhan pembiayaan konsumen yang bersumber dari multifinance. Memasuki triwulan III 20, keyakinan konsumen menunjukkan sedikit penurunan merespons perkembangan dari tekanan harga. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 20, meningkatnya pengeluaran konsumen untuk biaya pendidikan (tahun ajaran baru), dan kenaikan harga komoditas bahan pokok selama Juli 20 ditengarai menyebabkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 20 (Grafik 2.6). Pola yang sama juga ditunjukkan oleh hasil Survei Tendensi Konsumen BPS, dimana keyakinan konsumen untuk triwulan III 20 sedikit menurun pada level 4,34 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,32. Namun demikian, adanya perkiraan peningkatan pendapatan konsumen pada triwulan III 20 dapat menahan penurunan keyakinan konsumen. Kinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III 20. Membaiknya investasi merupakan respons dari tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga, masih tingginya permintaan eksternal, serta respons dari pernyataan membaiknya kondisi investasi di Indonesia dari berbagai lembaga internasional. Selain itu, meningkatnya tendensi bisnis pada paruh kedua tahun 20 juga turut mendukung meningkatnya kinerja investasi. Perkembangan terkini berbagai indikator dini juga mengkonfirmasi berlanjutnya peningkatan investasi ke triwulan III 20, terutama untuk investasi mesin (Grafik 2.7) dan bangunan (Grafik 2.8). Indikasi positif peningkatan investasi bangunan tercermin dari masih tingginya konsumsi semen dan listrik. Sementara itu, indeks produksi mesin dan peralatan, konsumsi listrik sektor bisnis, impor mesin dan impor suku cadang mesin terus meningkat sejak triwulan IV 2009 sejalan dengan perkembangan investasi mesin. Peningkatan impor mesin terjadi baik pada mesin untuk telekomunikasi, transportasi maupun untuk kegiatan produksi. Tren tersebut diperkirakan masih akan terus berlangsung ke triwulan III 20. Realisasi investasi baru dan investasi perusahaan yang sudah mendapat ijin usaha (PMA dan PMDN) juga terus meningkat (Grafik 2.9). Peningkatan investasi ini juga didukung oleh sumber pembiayaan yang juga meningkat, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri (Grafik 2.). % yoy % yoy Peralatan tulis Makanan & Tembakau 40 0 Pakaian & Perlengkapannya 80 INDEKS TOTAL (rhs) * Sumber : DSM Grafik 2.5. Indeks Penjualan Eceran Beberapa Kelompok Komoditas (Indeks) 140,0 130,0 120,0 1,0 0,0 90,0 80,0 70,0 60,0 Sumber : DSM Optimis Pesimis Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 2.6. Indeks Keyakinan Konsumen SK BI % yoy % yoy 150,00 IPI Machinery and Equipments 30 M Barang Modal Kecuali Alat Angkutan 25 0, , , ,00 0 yoy Mesin M Suku Cadang & Perlengkapan Barang Modal -5-0,00 Kons. Listrik Bisnis s/d Mei (rhs) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 2.7. PMTB Mesin

13 % yoy 0,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00-20,00 PMTB (rhs) Alat Angkutan Mesin Bangunan (rhs) -40,00-5 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 2.8. Pertumbuhan Investasi Bangunan Nonbangunan yoy,nom 60% 50% 40% 30% 20% % 0% % 20% 30% 40% Grafik 2.9. Realisasi PMA dan PMDN (BKPM) % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : DPNP, DSM PMTB PMA Total PMA dan PMDN PMDN (rhs) Grafik 2.. Pertumbuhan Kredit Investasi dan Leasing % yoy 0,0% yoy,nom 500,0% 400,0% 300,0% 200,0% 0,0% 0,0% 200,0% - Kredit Investasi Riil Leasing Riil Memasuki triwulan III 20, pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat, walaupun masih relatif tinggi. Perlambatan kinerja ekspor terutama terjadi pada komoditas nonmigas terkait dengan semakin melambatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara utama tujuan ekspor Indonesia seperti Jepang dan China. Hal tersebut berdampak pada perlambatan kinerja ekspor nonmigas, sedangkan ekspor migas berpotensi menunjukkan peningkatan. Di satu sisi, indikasi perlambatan ekspor nonmigas terutama bersumber dari penurunan ekspor non-sda dan melambatnya ekspor SDA. Hingga Juli 20, ekspor SDA mengalami perlambatan karena melambatnya ekspor pertambangan terutama komoditas batubara dan tembaga dibarengi dengan turunnya ekspor pertanian seperti kayu dan udang. Sementara itu, penurunan ekspor non- SDA terjadi khususnya pada komoditas semen, produk kimia dan kertas yang dipengaruhi penurunan produksi pada sektor-sektor tersebut. Di sisi lain, indikasi peningkatan ekspor migas pada triwulan III 20 sejalan dengan ekspor gas yang cenderung terus meningkat sejak awal tahun serta ekspor minyak yang membaik. Seiring dengan masih kuatnya permintaan domestik dan eksternal, kinerja impor pada triwulan III 20 diperkirakan masih tumbuh tinggi. Pergerakan indikator penuntun impor juga mengindikasikan bahwa pertumbuhan impor masih berada pada fase ekspansi. Data nilai riil pertumbuhan impor sepanjang semester I 20 (rata-rata sampai dengan Juni 20) mencapai 31,3% (yoy), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami penurunan sebesar -28,5% (yoy). Memasuki triwulan III 20, masih tingginya pertumbuhan impor lebih diperkirakan didorong oleh terus membaiknya konsumsi dan investasi serta nilai tukar yang masih cenderung apresiatif dibandingkan tahun Menurut golongan penggunaanya, tingginya impor masih didorong oleh impor bahan baku, diikuti oleh impor barang modal, dan impor barang konsumsi. Secara sektoral, pada triwulan III 20 perkembangan berbagai indikator terkini mengindikasikan kinerja sektor tradable yang berpotensi untuk dapat tumbuh tinggi. Beberapa indikator dini sektor industri seperti penjualan kendaraan bermotor, indeks produksi, impor bahan baku dan mesin industri, serta konsumsi listrik masih menunjukkan perkembangan yang positif hingga Juli 20. Sektor pertambangan diprakirakan akan tumbuh stabil terindikasi dari indikator lifting minyak mentah yang cenderung stabil serta mulai membaiknya ekspor beberapa komoditas 11

14 pertambangan. Sementara, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh melambat terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor tanaman bahan pangan karena berlalunya musim panen dan faktor cuaca. Sementara itu, kinerja subsektor perkebunan dan kehutanan masih mengindikasikan perkembangan yang positif sehingga dapat menahan laju perlambatan lebih lanjut. Perkembangan berbagai indikator pada sektor nontradable juga mengindikasikan arah yang membaik. Berbagai indikator dini sektor perdagangan, hotel, dan restoran seperti PPN impor, tingkat hunian hotel, serta jumlah wisatawan mancanegara menunjukkan perkembangan yang membaik. Selain itu, dampak hari raya Lebaran juga diperkirakan dapat menjadi pendorong kinerja sektor ini pada triwulan III 20. Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga diprakirakan tumbuh membaik yang terindikasi dari membaiknya beberapa indikator dini yaitu jumlah penumpang dan angkutan barang, impor alat transportasi serta perkembangan subsektor komunikasi yang masih tinggi. Faktor hari raya Lebaran juga berpotensi untuk mendorong peningkatan angkutan penumpang dan barang serta trafik komunikasi seluler baik percakapan, sms, maupun data. Di sektor keuangan, pemberian kredit yang meningkat oleh bank dan lembaga keuangan nonbank berpotensi untuk mendorong sektor ini tumbuh tinggi. Sementara, sektor bangunan diprakirakan juga akan tumbuh membaik tercermin dari membaiknya penjualan semen, impor bahan bangunan, serta kredit properti. Selain itu, peningkatan realisasi pengeluaran Pemerintah pada triwulan III 20 juga menjadi faktor positif terhadap kinerja sektor bangunan. Namun demikian, pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih berpotensi tertahan karena adanya indikasi melambatnya pertumbuhan konsumsi listrik. Selain itu, kenaikan TDL dan masih terbatasnya pembangunan jaringan gas kota diperkirakan dapat berdampak negatif terhadap kinerja sektor ini. 12

15 %, yoy Grafik Perkembangan Inflasi Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kesehatan Sandang Perumahan, Listrik, Air, Gas, dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Bahan Makanan 0,01 0,06 0,09 0,27 0,36 CPI Core Volatile Food Administered Prices Grafik Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm) 15,09 6,44 4,53 4,67 Sumbangan (mtm) Inflasi (mtm) 1,27 0,01 0,06 0,39 1,59 0,11 0,67 0,09 0,47 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 % I n f l a s i Inflasi IHK pada Agustus 20 diwarnai oleh meningkatnya tekanan dari sisi fundamental, sementara tekanan nonfundamental khususnya kelompok volatile food mulai mereda. Tekanan inflasi inti pada Agustus 20 terutama bersumber dari penyesuaian biaya pendidikan seiring dengan pola musiman tahun ajaran baru serta kenaikan tarif angkutan udara. Kenaikan kelompok bahan pangan olahan akibat masih tingginya inflasi kelompok volatile food serta pengaruh musiman kenaikan permintaan menjelang hari raya keagamaan turut memberi tekanan pada inflasi kelompok inti. Di sisi eksternal, dampak imported inflation akibat kenaikan harga komoditas global dan inflasi mitra dagang belum memberikan tekanan berarti pada inflasi inti, seiring dengan tren apresiasi rupiah. Dari sisi nonfundamental, tekanan inflasi selama bulan Agustus terutama bersumber dari dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik untuk rumah tangga. Sementara tekanan inflasi dari kelompok volatile food menunjukkan penurunan seiring dengan terjadinya panen pada beberapa komoditas bumbu dan sayur-mayur. Dengan berbagai perkembangan tersebut, inflasi IHK pada bulan laporan tercatat sebesar 0,76% (mtm) atau menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun secara tahunan, tekanan inflasi masih menunjukkan peningkatan, yaitu dari 6,22% (yoy) pada Juli 20 menjadi 6,44% (yoy) (Grafik 2.11 dan 2.12). Laju inflasi administered prices pada Agustus 20 mengalami kenaikan terkait dengan dampak langsung kenaikan tarif dasar listrik pada inflasi bulan Agustus 20. Penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) per 1 Juli lalu tercatat pada penagihan listrik rumah tangga pada bulan Agustus. Selain TDL, beberapa komoditas dalam kelompok administered prices yang turut memberikan dampak inflasi antara lain kelompok rokok. Sementara itu, perkembangan harga komoditas energi relatif terkendali sejalan dengan pelaksanaan program konversi yang cukup lancar. Dengan perkembangan tersebut, kelompok administered prices mencatat inflasi bulanan sebesar 1,09% (mtm) sehingga inflasi secara tahunan bergerak meningkat cukup tinggi menjadi sebesar 4,67% dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yaitu 3,74% (yoy). Di tengah meningkatnya permintaan domestik di bulan puasa, inflasi kelompok volatile food memberikan tekanan yang relatif minimal. Selama Agustus 20, kenaikan laju inflasi terjadi khususnya pada komoditas aneka daging dan beras, sedangkan tekanan inflasi dari komoditas aneka 13

16 bumbu mengalami penurunan. Meningkatnya permintaan sepanjang bulan Ramadhan, telah mendorong lonjakan harga pada komoditas daging. Untuk komoditas beras, meskipun kondisi pasokan diperkirakan mencukupi, di tengah pelaksanaan operasi pasar yang intensif disertai oleh penyaluran raskin yang dipercepat dan diperbanyak, adanya kenaikan permintaan selama bulan Ramadhan, menyebabkan harga beras masih meningkat. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,45% (mtm) atau 15,09% (yoy), menurun dari sebelumnya 5,46% (mtm) atau 16,18% (yoy). Tekanan inflasi inti pada Agustus 20 terindikasi mulai meningkat terkait pola musiman. Peningkatan inflasi inti selama bulan Agustus terutama karena dampak dari inflasi biaya pendidikan seiring dengan pola musiman tahun ajaran baru, maupun kenaikan tarif angkutan udara. Lebih lanjut, kenaikan harga komoditas aneka bumbu yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong kenaikan inflasi komoditas pangan olahan yang terdapat dalam kelompok inti. Selain itu, meningkatnya permintaan selama bulan Ramadhan yang disertai oleh aksi pedagang untuk meningkatkan marjin keuntungan, turut menyebabkan beberapa komoditas makanan mengalami kenaikan harga. Dengan perkembangan tersebut, kelompok inti mencatat peningkatan inflasi dibandingkan periode bulan sebelumnya yaitu dari sebesar 0,49% (mtm) atau 4,15% (yoy) menjadi 0,80 (mtm) atau 4,53% (yoy). Dari sisi eksternal, seiring dengan tren apresiasi rupiah, dampak inflasi impor akibat kenaikan harga komoditas global dan inflasi mitra dagang belum memberi tekanan yang berarti pada inflasi inti. Dari sisi eksternal, pengaruh terhadap kenaikan inflasi inti lebih disebabkan oleh komoditas emas sejalan dengan peningkatan harga emas di pasar internasional (Grafik 2.13) Emas Internasional Emas Domestik (kanan) Grafik Perkembangan Harga Emas Domestik & Internasional

17 Rp/USD Kurs Harian Rata-rata bulanan Rata-rata Triwulanan Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Volatilitas Nilai Tukar Rupiah 9,1 9,007 % IDR/USD Vol harian Rata2 Volatilitas Kurs Harian (Rp/USD) - rhs Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags EUR MYR PHP IDR THB SGD KRW JPY -2,49 Rata-rata Point-to-point -0,95-0,93 0,53 0,78 0,49 1,02 1,64 1,32 1,58 1,81 1,99 Grafik Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Asia 2,45 2,62 2,31 3,16-3,00-2,00-1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 % Nilai Tukar Rupiah Fundamental perekonomian yang solid serta imbal hasil yang masih tinggi menjadi daya tarik berinvestasi di instrumen domestik yang mampu menopang kinerja nilai tukar selama Agustus 20. Rata-rata nilai tukar selama Agustus 20 tercatat sebesar Rp8.972 per dolar AS atau menguat 0,78% dibandingkan Juli 20. Pada akhir bulan Agustus 20 rupiah ditutup pada level Rp9.035 per dolar AS atau melemah 0,95% (point to point) dibandingkan dengan Juli 20 (Grafik 2.14). Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 13,4% selama tahun 20 ke level Rp9.137 per dolar AS dari Rp.361 per dolar AS pada tahun Apresiasi rupiah selama Agustus disertai dengan volatilitas yang sedikit meningkat. Tingkat volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah selama Agustus 20 mencapai 0,28%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya (0,19%, Grafik 2.15). Meningkatnya volatilitas pergerakan rupiah antara lain dipengaruhi oleh kembali masuknya dana asing dalam jumlah yang cukup besar. Dari sisi eksternal, risiko perlambatan proses pemulihan ekonomi global menjadi faktor pendorong mengalirnya arus modal ke kawasan. Melemahnya berbagai indikator perekonomian AS serta tingginya angka pengangguran semakin menambah keyakinan akan terhambatnya laju pemulihan ekonomi di AS. Sementara di Eropa, kecemasan meningkat pasca penurunan credit rating Irlandia yang selanjutnya berimbas pada meningkatnya yield spread negara PIIGS terhadap obligasi Jerman. Hal tersebut dikhawatirkan akan semakin mempersulit upaya negara PIIGS dalam menurunkan defisit fiskal. Di sisi lain, negara-negara Asia masih menjadi yang terdepan dalam perbaikan ekonomi. Hal tersebut mendorong naiknya ancaman inflasi di kawasan sehingga beberapa bank sentral kawasan harus menaikkan suku bunga kebijakannya. Kondisi tersebut menjadi faktor penarik bagi para investor untuk masuk ke instrumen keuangan kawasan emerging markets. Selama Agustus 20, mayoritas nilai tukar kawasan Asia bergerak menguat terhadap dolar AS (Grafik 2.16). Dari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestik mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. Pada akhir Agustus 20, EMBIG spread turun ke kisaran 307 bps sementara yield spread Global Bond Indonesia dengan US T-Note turun ke 160 bps (Grafik 2.17). Hal tersebut mencerminkan kepercayaan terhadap surat utang Indonesia. Terjaganya persepsi risiko domestik menyebabkan spread suku 15

18 bunga yang sudah mempertimbangkan resiko (CIP, Covered Interest Parity) mengalami kenaikan ke level 4,6% (Agustus 20) dari 4,1% (Juli 20), serta masih relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa negara kawasan Asia (Grafik 2.18). Kinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbangan eksternal perekonomian. Tren apresiasi rupiah hingga data terkini belum memperlihatkan dampak negatif bagi kinerja ekspor (Grafik 2.23). Di sisi lain, apresiasi tersebut dapat memfasilitasi kenaikan impor bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi domestik EUR MYR PHP IDR THB SGD KRW JPY -2,49 Rata-rata Point-to-point -0,95-0,93 0,49 1,02 0,53 0,78 1,64 1,32 1,58 1,81 % Grafik Indikator Persepsi Risiko Indonesia 1,99 2,45 2,62 2,31 3,16-3,00-2,00-1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 % 8,0 6,0 4,0 2,0-0,0-2,0-4,0 Indonesia Philipina Malaysia Korea 4,62 2,47 2,32 0,47-6,0 Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Nov Feb Mei Ags Grafik Indikator CIP Negara di Kawasan Asia USD juta Impor Nonmigas Ekspor Nonmigas Nilai tukar rupiah-rhs Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik Nilai Tukar dan Ekspor-Impor Nonmigas Rp/$

19 Kebijakan Moneter Suku Bunga Perkembangan suku bunga PUAB selama Agustus 20 relatif stabil. Suku bunga PUAB O/N bergerak di sekitar BI Rate dengan rata-rata sebesar 6,20%, sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 6,17%. Meningkatnya rata-rata suku bunga PUAB O/N tersebut disebabkan oleh meningkatnya penarikan uang kartal menjelang Lebaran. Persepsi risiko di PUAB O/N relatif terjaga sebagaimanantercermin pada rata-rata spread suku bunga tertinggi dan terendah sebesar 33bps, tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya yakni sebesar 30bps. Perkembangan suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang juga stabil. Rata-rata suku bunga PUAB tenor di atas ON bergerak pada kisaran 2bps, kecuali untuk tenor hari dan di atas 30 hari. Dengan perkembangan demikian, struktur suku bunga PUAB menjadi semakin mendatar yang mencerminkan menurunnya persepsi risiko ke depan. % BI Rate* Kredit Konsumsi Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Deposito 1 bln Grafik Perkembangan Berbagai Suku Bunga 14,92 13,21 12,60 6, Di sisi suku bunga perbankan, penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit masih terus terjadi, meskipun relatif terbatas. Pada Juli 20, rata-rata suku bunga deposito seluruh tenor menurun sebesar 5bps, lebih besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang justru meningkat sebesar 2bps (Tabel 2.1). Namun demikian, suku bunga deposito 1 bulan pada Juli 20 tidak menunjukkan perubahan dari bulan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit (rata-rata suku bunga KMK, KI dan KK) pada Juli 20 turun lebih sedikit dibandingkan dengan bulan sebelumnya 1 yakni sebesar 4bps. Suku bunga KMK, KI dan KK pada Juli 20 masing-masing tercatat sebesar 13,21%, 12,60% dan 14,92% (Grafik 2.20). Walaupun cenderung menurun, suku bunga kredit yang masih relatif tinggi diharapkan akan terus mengalami penurunan sehingga mampu mendorong penyaluran kredit, terutama ke sektor-sektor yang produktif. Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesar disumbang oleh kelompok bank swasta sebesar 35bps. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran menurunkan suku bunga deposito sebesar 4bps. Penurunan suku bunga deposito tersebut terutama terjadi 1 Penurunan suku bunga kredit pada Juni 20 sebesar 7bps 17

20 Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul BI Rate 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6, Penjaminan Deposito 7,25 7,00 7,00 7,00 7,00 7, Dep 1 bulan (Weighted Average) 8,31 7,94 7,43 7,38 7,16 6, Base Lending Rate 13, ,96 13,01 12,94 12, Kredit Modal Kerja (KMK) 14,45 14,30 14,17 14,09 13,96 13, Kredit Investasi (KI) 13,58 13,48 13,20 13,20 13,03 12, Kredit Konsumsi (KK) 16,66 16,62 16,67 16,53 16,47 16, pada tenor 12 dan 24 bulan. Dengan perkembangan tersebut, maka secara rata-rata suku bunga deposito terendah berada pada kelompok bank asing dan campuran (6,89%), diikuti oleh kelompok bank persero (6,98%), bank swasta (7,46%) dan BPD (8,46%). Untuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran, khususnya pada suku bunga KK dan KI. Pada Juli 20, kelompok bank asing dan campuran merupakan kelompok bank yang melakukan penurunan suku bunga kredit terbesar, yakni sebesar 14bps. Sementara itu, kelompok bank lainnya yakni bank persero dan bank swasta masing-masing hanya menurunkan suku bunga kredit sebesar 2bps dan 6bps. Suku bunga KI terendah disediakan oleh kelompok bank persero (11,71%), diikuti oleh kelompok bank asing dan campuran (11,74%). Sementara itu, suku bunga KMK terendah disediakan oleh kelompok bank asing dan campuran (,56%), diikuti oleh kelompok bank persero (13,36%). 18

21 Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pertumbuhan DPK meningkat. Pada Juli 20, pertumbuhan DPK mencapai 15,3% (yoy) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 14,9% (yoy) (Grafik 2.21). Meskipun secara pertumbuhan mengalami peningkatan, DPK pada Juli 20 mengalami penurunan sebesar Rp13,4 triliun sesuai pola historisnya. Dengan demikian, selama tahun 20 DPK telah meningkat sebesar Rp9,6 triliun (5,6%, ytd) menjadi Rp2.082,2 triliun. Meningkatnya pertumbuhan DPK pada Juli 20 terutama ditopang oleh pertumbuhan tabungan dan deposito. Pertumbuhan tabungan dan deposito masing-masing meningkat menjadi 20,2% dan 12,0% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 18,6% dan 11,7% (yoy). Sementara itu, komponen lainnya, giro, mengalami sedikit perlambatan menjadi 16,0% (yoy) dari 16,8% (yoy) pada bulan sebelumnya. % % Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Grafik Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate % Kontribusi Pertumbuhan Kredit DPK BI Rate 5 KMK KI KK 0 % yoy 13,9% 23,6% 25,6% Pangsa yoy 47,4% 21,2% 31,3% -5 Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Grafik Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan KMK KI KK Pertumbuhan kredit mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada Juli 20, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,8% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 18,0% (yoy). Kredit (dengan channeling) meningkat sebesar Rp11,5 triliun pada Juli 20 atau meningkat sebesar Rp156,5 triliun selama tahun 20 (,6%, ytd). Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kredit pada periode yang sama tahun 2009, dan bahkan hampir menyamai pola pertambahan kredit di tahun Berdasarkan data indikasi sementara, pertumbuhan kredit pada Agustus 20 diperkirakan dapat mencapai 20,3% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Modal Kerja (KMK) menunjukkan peningkatan pertumbuhan yg paling besar pada Juli 20. Pertumbuhan KMK meningkat menjadi 13,9% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 12,7% (yoy). Dengan pangsa KMK yang mencapai 47,4% dari total kredit, maka kontribusi pertumbuhan KMK terhadap pertumbuhan kredit juga semakin besar (Grafik 2.22). Pertumbuhan Kredit Konsumsi (KKI relatif stabil dibandingkan dengan bulan lalu yakni sebesar 25,6% (yoy) (bulan sebelumnya sebesar 25,0% (yoy)). Terkait Kredit Investasi (KI), pertumbuhan KI pada Juli 20 justru sedikit melambat menjadi 23,6% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 25,2% (yoy). Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit valas pada Juli 20 menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit valas mencapai 20,4% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya 17,6% (yoy). Akselerasi kredit 19

22 valas tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan impor khususnya untuk barang modal berupa kendaraan penumpang dan peningkatan DPK valas. Sementara itu pertumbuhan kredit rupiah sedikit meningkat mencapai 21,8% (yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (21,5% yoy). Likuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring perbaikan aktivitas ekonomi. Pada Agustus 20, pertumbuhan base money mencapai 19,4% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 14,2% (yoy) (Grafik 2.23). Peningkatan base money pada Agustus cukup signifikan terutama didorong oleh meningkatnya permintaan uang kartal masyarakat terkait dengan persiapan menjelang hari raya Idul Fitri. Pertumbuhan uang kartal pada Agustus 20 mencapai 24,0% (yoy) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 13,8% (yoy). Likuiditas perekonomian M1 dan M2 meningkat. Pada Juli 20 2, pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1 meningkat menjadi 14,6% (yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 12,4% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan M2 meningkat menjadi 15,2% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 14,5% (yoy) (Grafik 2.24). Secara tren, sejak awal tahun pertumbuhan M1 dan M2 cenderung stabil, meskipun masih tumbuh lebih rendah dari pola sebelum krisis. Pertumbuhan M1 yang sejalan dengan pertumbuhan PDB dapat menjadi indikasi awal perbaikan kondisi ekonomi. % yoy Data DSM, olah Tim 4-BKM - M0 (GWM 5%) M0 Currency -20 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik Pertumbuhan Base Money dan Currency Y-o-Y % ,6 4 M1 M2 M2 Rp Grafik Pertumbuhan Uang Beredar 15,0 31,5 24,0 19,4 15,2 % 2 Data LBU Lama sampai dengan Juni 20. Data LBU lama berbeda dengan data SEKI. Data LBU lama tidak termasuk data BPR. 20

23 Indonesia (IHSG) 0,41% Vietnam -7,86% Thailand (SET) 6,70% Philipina Kuala Lumpur (KLCI) 4,06% 4,52% Strait Times (STI) -1,25% Shanghai (SHCOMP) 0,05% Hong Kong (Hang Seng) -2,35% India (SENSEX) 0,58% Inggris (FTSE) -1,98% Jepang (Nikkei) -7,48% AS (Dow Jones) -4,37% EM ASIA -0,92% Dunia -3,39% -15% -% -5% 0% 5% % Sumber: Bloomberg Data per 31Agustus 20 Grafik IHSG dan Indeks Regional Pasar Saham Perkembangan kondisi fundamental perekonomian Indonesia memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kenaikan IHSG pada bulan Agustus 20. Meskipun sempat mengalami koreksi pada awal bulan, IHSG kembali menguat selama bulan Agustus 20 sehingga ditutup pada level 3081,8. Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makro ekonomi seperti nilai tukar yang relatif stabil, perekonomian yang semakin membaik serta suku bunga yang relatif rendah semakin menambah kepercayaan investor luar negeri khususnya untuk menempatkan dananya di pasar saham. Dalam perkembangannya, IHSG menguat 0,41% dan mampu mencapai rekor level tertinggi di level 3.145,1 3 (Grafik 2.25) Volume Perdagangan (RHS) Nilai Perdagangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags 20 Grafik Nilai dan Volume Perdagangan IHSG Dari sisi mikro emiten, fundamental emiten masih cukup terjaga. Hal tersebut diantaranya tercermin pada laporan keuangan semester I 20 beberapa emiten yang menunjukkan perolehan keuntungan yang cukup tinggi. Selain itu, kinerja emiten yang cukup baik juga tercermin pada indikator Return On Asset (ROA) di beberapa sektor yang menunjukkan peningkatan. Pembagian dividen oleh beberapa emiten juga merupakan indikator masih cukup kuatnya fundamental emiten 20. Kondusifnya perekonomian Indonesia mendorong investor asing untuk terus menanamkan modalnya di pasar saham Indonesia. Kepercayaan investor asing terus tumbuh sebagaimana tercermin pada transaksi asing yang selalu mencatat beli neto pada 3 (tiga) bulan terakhir. Rata-rata beli asing neto selama Agustus 20 tercatat sebesar Rp90 miliar per hari. Maraknya transaksi perdagangan oleh investor asing memberikan kontribusi positif terhadap meningkatnya transaksi perdagangan secara keseluruhan.ntransaksi perdagangan saham selama bulan Agustus 20 tercatat sebesar Rp2,5 triliun per hari dengan rata-rata saham yang ditransaksikan sebesar 4 miliar saham per hari (Grafik 2.26) Agustus 20 21

24 Pasar SBN Kinerja SBN yang semakin membaik didorong oleh prospek ekonomi dan persepsi risiko eksternal yang masih positif. Dari sisi makroekonomi, faktor di balik penguatan kinerja SBN tersebut yakni nilai tukar yang relatif stabil, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. Di samping itu, kinerja SBN juga ditopang oleh relatif terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal yang masih terjaga. Faktor-faktor positif tersebut mendorong yield jangka pendek dan panjang terus menurun masingmasing sebesar 4bps, dan 8bps. Di sisi lain, yield jangka menengah justru mengalami kenaikan sebesar 18bps akibat aksi jual asing pada tenor tersebut. Dengan perkembangan tersebut, secara umum yield naik tipis 5bps dan ditutup pada level 7,9% (Grafik 2.27). % BI Rate Yield Govt Bond YR 6 Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Grafik Yield SBN dan BI Rate Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Agustus 20 mendukung perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek dan panjang. Perilaku pelaku asing tersebut didorong oleh persepsi positif terhadap relatif tingginya imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan dengan negara kawasan dan ekspektasi atas pencapaian level investment grade yang lebih cepat. Posisi beli neto investor asing di pasar SBN diikuti dengan membaiknya aktivitas perdagangan. Kondisi tersebut sejalan dengan kepercayaan pelaku pasar yang relatif stabil. Volume perdagangan selama Agustus 20 tercatat meningkat menjadi sebesar Rp5,5 triliun per hari dari Rp3,6 triliun per hari. Meningkatnya aktivitas perdagangan tersebut turut meningkatkan frekuensi rata-rata harian perdagangan menjadi 280 kali perhari pada Agustus 20 dibandingkan dengan bulan sebelunya yang hanya sebesar 202 kali per hari (Grafik 2.28). Meskipun demikian kecenderungan investor asing menggunakan strategi buy and hold (termasuk Hold to Maturity)Δ masih cukup besar mengingat tipisnya aksi jual di pasar SBN. Kondisi tersebut sedikit mengurangi aktivitas pada pasar sekunder. Pasar Reksadana Pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tidak searah dengan kinerja underlying asset-nya. Pada Juli 20, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tumbuh negatif menjadi -0,6% dari bulan sebelumnya 1,1%. Pertumbuhan tersebut tidak sejalan dengan perkembangan kinerja benchmark (IHSG) yang mampu tumbuh tumbuh sebesar 5,3% pada Juli Rp, Triliun % Daily Average-Trading Volume Govt Bond Average Yield (RHS) Grafik Nilai dan Volume Perdagangan IHSG

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-27 Kondisi selama triwulan IV-27 menunjukkan perkembangan makroekonomi yang semakin baik dengan stabilitas yang

Lebih terperinci

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI Triwulan I - 215 SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 215 Diperkirakan Meningkat Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) Bank Indonesia pada triwulan I-215

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 2,098.321 CENTURY PRO Adalah gabungan dari produk asuransi seumur hidup (whole life) dan investasi dimana Pemegang Polis mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci