Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010"

Transkripsi

1

2

3 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September, November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Darmin Nasution Deputi Gubernur Senior Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur Budi Mulya Deputi Gubernur Halim Alamsyah Deputi Gubernur 1

4 Daftar Isi I. Statement Kebijakan Moneter...3 II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter...6 Perkembangan Ekonomi Dunia...7 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia...10 Inflasi...13 Nilai Tukar Rupiah...15 Kebijakan Moneter...17 Suku Bunga...17 Dana, Kredit, dan Uang Beredar...18 Pasar Saham...20 Pasar SUN...22 Pasar Reksadana...22 Kondisi Perbankan...23 III. Respons Kebijakan Moneter

5 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Perbaikan kondisi ekonomi global terus berlangsung meskipun dibayangi risiko ketidakpastian prospek pemulihan ekonomi AS dan perlambatan ekonomi China. Pertumbuhan ekonomi global yang terus membaik didukung oleh tingginya pertumbuhan negara emerging market serta mulai membaiknya perekonomian di Eropa. Kinerja perekonomian Eropa yang membaik terutama didukung oleh ekspor industri yang meningkat dan hasil stress test perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan sehingga meredakan tekanan di pasar keuangan global. Hal itu tercermin dari kinerja pasar saham global yang meningkat serta persepsi risiko yang terus membaik. Namun demikian, pemulihan ekonomi global tersebut dibayangi oleh ketidakpastian yang berasal dari perkembangan sejumlah indikator ekonomi AS yang dalam beberapa bulan terakhir mengindikasikan adanya perlambatan ekspansi ekonomi. Sektor konsumsi AS masih dihadapkan pada permasalahan credit crunch dan pengangguran yang meningkat. Aktivitas industri AS juga menurun, merespons pelemahan konsumsi domestik. Selain itu, risiko pemulihan ekonomi global juga datang dari China. Perkonomian China mengalami pertumbuhan yang melambat sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah China untuk menghindari terjadinya overheating. Kondisi ekonomi global yang terus membaik berdampak positif bagi perkembangan perekonomian domestik. Pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung mendukung perbaikan kinerja ekspor, terutama ekspor manufaktur. Selain itu, daya beli masyarakat yang relatif stabil mendorong tetap kuatnya permintaan domestik. Pertumbuhan ekspor dan permintaan domestik yang meningkat direspons positif melalui perbaikan kinerja investasi. Perkembangan investasi yang positif tersebut terutama terlihat pada investasi non-bangunan, tercermin dari meningkatnya pertumbuhan impor barang modal, bahan baku dan penjualan kendaraan niaga. Membaiknya pertumbuhan investasi didukung pula oleh iklim investasi domestik yang kondusif antara lain sebagai dampak dari penyempurnaan berbagai peraturan di bidang investasi. Dari sisi sektor-sektor ekonomi, perkembangan di hampir seluruh sektor menunjukkan kinerja yang membaik sejalan dengan perbaikan ekonomi global dan domestik. Sektor-sektor utama yang mencatat kinerja cukup tinggi yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotal dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. 3

6 Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juli 2010 meningkat cukup tinggi didorong oleh faktor non-fundamental, terutama dari kelompok volatile food. Pada bulan Juli 2010 inflasi indeks harga konsumen (IHK) tercatat sebesar 1,57% (mtm) atau 6,22% (yoy) meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,97% (mtm) atau 5,05% (yoy) akibat ketidakpastian musim, gangguan produksi, dan distribusi terkait curah hujan yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan kenaikan yang signifikan pada harga bahan pangan terutama beras dan kelompok aneka bumbu yang rentan terhadap perubahan cuaca. Kenaikan harga pada bulan Juli 2010 tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari ratarata historis harga kelompok bahan pangan. Di kelompok inti, inflasi relatif terjaga, didukung oleh kecukupan respons penawaran terhadap peningkatan permintaan dan nilai tukar yang cenderung terapresiasi. Dengan demikian, sebagian besar faktor meningkatnya inflasi terjadi karena faktor musiman, dan karenanya perlu menjaga agar hal ini tidak bedampak pada peningkatan ekspektasi inflasi ke depan. Mencermati perkembangan harga hingga bulan Juli 2010 dan kecenderungan meningkatnya konsumsi terkait faktor musiman perayaan keagamaan, inflasi IHK untuk keseluruhan tahun 2010 diperkirakan akan menuju batas atas target inflasi Bank Indonesia. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan masih tetap solid. Meningkatnya kegiatan ekonomi domestik diperkirakan akan memacu impor meningkat lebih tinggi dan dapat menyebabkan surplus transaksi berjalan sedikit lebih rendah. Peningkatan impor terjadi baik di sektor migas maupun non-migas sejalan dengan penyerapan ekonomi domestik yang cenderung meningkat menjelang perayaan hari raya keagamaan. Meskipun demikian, peningkatan impor tersebut masih diimbangi oleh peningkatan ekspor yang masih tinggi, sejalan dengan kondisi ekonomi global yang kondusif serta harga komoditas yang bertahan di level yang tinggi. Transaksi modal dan finansial diperkirakan masih mencatat surplus yang terutama didukung oleh meningkatnya aliran modal portfolio sejalan dengan persepsi positif investor asing terhadap prospek perekonomian Indonesia. Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa per 30 Juli 2010 sebesar 78,8 miliar dolar AS atau setara dengan 6,03 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Kondisi fundamental perekonomian domestik yang solid dan pasar keuangan global yang kondusif menopang pergerakan rupiah. 4

7 Selama bulan Juli, secara rata-rata, nilai tukar rupiah sebesar Rp9.042 per dolar AS, atau menguat 1,07%. Apresiasi rupiah pada bulan Juli 2010 tersebut juga disertai dengan volatilitas yang menurun. Tingkat volatilitas rupiah selama bulan Juli 2010 mencapai 0,19%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,51%. Stabilnya pergerakan rupiah tersebut antara lain dipengaruhi oleh relatif stabilnya kondisi ekonomi global, kondisi permintaan dan pasokan valas di pasar domestik yang terjaga dan implementasi kebijakan pengelolaan arus modal, antara lain melalui kebijakan one month holding period SBI yang diterapkan sejak 7 Juli Kinerja di pasar keuangan secara umum terjaga. Kondisi ini tercermin pada perkembangan di Pasar Uang Antar-bank (PUAB) overnight (O/N) dengan suku bunga yang tetap berada di sekitar BI Rate, pertumbuhan besaran moneter (M1) yang meningkat sesuai dengan peningkatan kegiatan ekonomi, serta perkembangan di pasar saham dan di pasar Surat Utang Negara (SUN) yang membaik. Kondisi makroekonomi yang stabil dan faktor risiko eksternal yang cenderung turun mendorong peningkatan harga aset, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG). Penguatan IHSG pada Juli 2010 terkait dengan dampak faktor kebijakan BI Rate dan Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar Keuangan dan kenaikan outlook sovereign credit rating Indonesia. Dengan perkembangan tersebut, IHSG menguat 5,3% dan mampu mencapai level tertinggi yaitu 3.096,8 pada 29 Juli 2010 sebelum ditutup pada akhir Juni 2010 di level 3.069,68. Perbaikan kinerja IHSG juga diikuti oleh perbaikan di pasar SUN. Selain nilai tukar yang stabil, perbaikan rating dan prospek ekonomi ke depan yang positif, kinerja SUN juga ditopang oleh terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal yang masih terjaga. Dari sisi kebijakan moneter, penguatan kinerja SUN juga dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan BI Rate pada level 6,5% serta penerapan one month holding period SBI. Stabilitas sistem keuangan masih terjaga, didukung oleh kondisi sektor perbankan yang tetap kuat. Terjaganya stabilitas sektor keuangan didukung oleh kondisi sektor perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, serta membaiknya fungsi intermediasi perbankan. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) perbankan saat ini yang mencapai 17,4 % dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5,0%. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan 5

8 tercermin pada angka pertumbuhan kredit yang sampai dengan akhir Juli 2010 tumbuh sebesar 19,6% (yoy). Hal itu sejalan dengan meningkatnya keyakinan pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian yang semakin membaik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati pertumbuhan kredit perbankan tersebut agar tetap dalam koridor pencapaian rencana pemberian kredit sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) terutama kredit untuk tujuan produktif, dan sejalan dengan peningkatan di sisi suplai perekonomian. Hal ini ditempuh untuk memastikan agar peningkatan di sisi permintaan dapat diimbangi sisi penawaran secara memadai sehingga tidak menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Agustus 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap perkembangan terkini dan prospek perekonomian yang secara umum menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Namun demikian, meningkatnya tekanan inflasi akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus. Bank Indonesia akan menempuh kebijakan moneter dan perbankan yang diperlukan agar perkembangan inflasi ke depan tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, yaitu sebesar 5% ± 1% untuk tahun 2010 dan Dewan Gubernur memandang BI Rate pada level 6,5% saat ini dipandang masih cukup memadai untuk menjaga ekspektasi inflasi ke depan dengan tetap mewaspadai mulai meningkatnya inflasi. Dalam kaitan ini, dalam waktu dekat Bank Indonesia akan menempuh langkah-langkah untuk memperketat pengendalian likuiditas dengan tanpa berdampak pada terganggunya intermediasi perbankan, khususnya melalui penyesuaian Giro Wajib Minimum (GWM). II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Proses pemulihan ekonomi dunia semakin kuat didorong oleh pertumbuhan kawasan Asia yang semakin membaik. Sentimen negatif yang berasal dari kawasan Eropa berangsur-angsur mereda dan mendorong penguatan bursa saham global. Hal tersebut memberikan dampak positif terhadap kinerja perekonomian Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Namun demikian, di sisi harga, laju inflasi pada bulan laporan mengalami tekanan yang didorong terutama oleh inflasi volatile food. Sementara itu, kondisi fundamental perekonomian 6

9 domestik yang solid, perbaikan sovereign credit rating Indonesia dan pasar keuangan global yang kondusif mendukung penguatan rupiah. Perkembangan Ekonomi Dunia Perekonomian dunia terus mengindikasikan pemulihan yang semakin menguat didorong oleh pesatnya pertumbuhan di kawasan Asia. Pemulihan ekonomi global yang semakin membaik terlihat dari revisi ke atas outlook ekonomi dunia untuk tahun 2010 oleh IMF sebesar 0,4% menjadi 4,6% (yoy). Meredanya sentimen negatif dari kawasan Eropa mendorong bursa saham global kembali berada dalam tren positif. Bursa saham global kembali menguat seiring dengan kondisi perekonomian Eropa yang kondusif serta hasil stress test perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan pasar. Keketatan likuiditas di negara-negara maju juga mulai mereda sejalan dengan kebijakan beberapa bank sentral yang melanjutkan program quantitative easing serta menahan suku bunga acuan pada level yang akomodatif. Sementara itu, bursa saham Asia juga bergerak menguat seiring dengan membaiknya persepsi risiko terhadap aset-aset emerging markets. Grafik 2.1 Nonfarm Payrolls & Unemployment AS Berdasarkan perkembangan terkini, perekonomian AS secara umum dibayangi risiko indikasi perlambatan. Meskipun pemulihan ekonomi di AS masih terus berlangsung, beberapa indikator produksi dan konsumsi AS mengindikasikan terjadinya perlambatan. Laju pertumbuhan industri terindikasi mulai melambat yang terlihat dari level persediaan industri yang telah kembali ke level sebelum krisis. Beberapa indikator industri seperti indeks produksi, utilisasi kapasitas dan survei manufaktur menunjukkan penurunan seiring dengan melemahnya konsumsi rumah tangga. Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih tertekan terlihat dari angka pertumbuhan kredit konsumen yang negatif, penjualan eceran yang menurun dalam dua bulan terakhir serta melemahnya indeks keyakinan konsumen. Selain itu, tingkat pengangguran yang masih tinggi juga masih membebani konsumsi rumah tangga. Indikator nonfarm payroll menunjukkan laju penyerapan tenaga kerja yang kembali melemah dipicu oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor publik seiring dengan berakhirnya program sensus penduduk AS (Grafik 2.1). Indikasi melemahnya prospek ekonomi AS direspons oleh the Fed dengan merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tersebut dari sebelumnya (April) dalam kisaran 3,2-3,7% (yoy) menjadi 3,0-3,5% (yoy). Hal 7

10 tersebut sejalan dengan perkiraan Consensus Forecast bulan Juli yang menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS menjadi 3,1% (yoy) dari 3,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Pemulihan ekonomi Jepang relatif masih terbatas. Perekonomian Jepang menunjukkan adanya indikasi perlambatan yang tercermin dari menurunnya leading economic indicators serta beberapa indikator konsumsi lainnya. Angka penjualan eceran dan pengeluaran rumah tangga di Jepang juga terus menurun, sebaliknya tingkat pengangguran di negara tersebut terus meningkat. Adapun kinerja positif ditunjukkan oleh sektor industri yang terutama ditopang oleh kinerja ekspor. Sementara itu, perbaikan ekonomi Eropa masih terus berlangsung yang didorong oleh meningkatnya ekspor dan aktivitas industri. Pertumbuhan sektor industri di dua negara utama (Jerman dan Perancis) menjadi penopang resiliensi perekonomian Eropa seiring dengan meningkatnya permintaan eksternal. Sektor industri Eropa yang berekspansi tercermin dari melesatnya indeks PMI manufaktur dan jasa pada bulan Juli 2010 sejalan dengan membaiknya sentimen bisnis kawasan Eropa (Grafik 2.2). Ekonomi Inggris juga tumbuh pesat sebesar 1,1% (qtq) pada triwulan II 2010 atau tercepat sejak triwulan I 2006 yang dikontribusi terutama dari sektor jasa yang tumbuh solid 1,3% (qtq). Namun demikian, secara umum sisi konsumsi Eropa masih menghadapi tekanan yang berasal dari pelaksanaan program penghematan fiskal (austerity measures) di beberapa negara. Tingginya pengangguran juga masih membebani pengeluaran rumah tangga yang berdampak pada melemahnya penjualan eceran. Grafik 2.2 Industrial Production Negara- Negara Eropa Bursa saham global mengalami penguatan yang didorong oleh membaiknya sentimen dari hasil stress test perbankan Eropa. Rilis hasil stress test oleh komite pengawasan perbankan Eropa (CEBS) pada 23 Juli 2010 menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan pasar. Optimisme terhadap kondisi perbankan serta meredanya skeptisme pasar terhadap austerity programme yang dilakukan di beberapa negara memberikan sentimen positif terhadap penjualan obligasi negara-negara di kawasan Eropa sebagaimana dialami oleh Yunani dan Spanyol yang mencatat oversubscribed. Membaiknya risk apetite investor juga tercermin dari bursa saham global yang menguat sepanjang bulan Juli. Liquidity strain yang terjadi di negara-negara maju mulai mereda meskipun belum pulih sepenuhnya. Berbagai kebijakan yang ditempuh bank sentral di negara-negara maju antara lain dengan melanjutkan program quantitative 8

11 easing serta mempertahankan suku bunga acuan pada level yang akomodatif sehingga mampu meredakan keketatan likuiditas (liquidity strain) di pasar uang antar bank. Secara umum, counterparty risks mulai membaik tercermin dari spread highest-lowest kuotasi LIBOR antar bank yang relatif stabil meski belum kembali ke level semula. Membaiknya persepsi risiko tercermin dari meredanya aktivitas flight to quality sebagaimana terlihat dari menyempitnya spread Overnight Index Swap (OIS) 3 bulan dengan suku bunga Libor 3 bulan serta TED spread tenor 3 bulan. Kondusifnya pasar keuangan global disertai dengan optimisme prospek ekonomi Asia mendorong kembali mengalirnya dana asing ke bursa saham di Asia sejalan dengan perbaikan indikator risiko global. Beberapa indikator risiko negara-negara berkembang juga membaik tercermin dari menyempitnya EMBIG spread disertai turunnya Credit Default Swap (CDS) negara Asia. Tekanan inflasi global relatif stabil dan rendah meski inflasi di negara-negara emerging markets terus meningkat. Perkiraan laju inflasi negara-negara maju untuk keseluruhan tahun 2010 (Juli) sedikit meningkat menjadi sebesar 1,48% (yoy), sementara di negara-negara berkembang menurun menjadi sebesar 5,24% (yoy) akibat normalisasi kebijakan moneter yang mulai dilakukan. Sementara itu, tekanan inflasi di negara-negara maju masih moderat dan cenderung melemah. Sebaliknya, tekanan inflasi di kawasan Asia cenderung meningkat seiring dengan pesatnya laju pemulihan ekonomi di kawasan ini. Secara umum, respons kebijakan moneter negara-negara maju masih akomodatif. Selama Juli 2010, beberapa bank sentral negara maju masih menahan kebijakan moneternya seiring dengan tekanan inflasi yang masih moderat dan sebagai upaya untuk mendukung aktivitas perekonomian. Beberapa bank sentral juga masih melanjutkan program quantitative easing dengan melakukan pembelian surat-surat berharga meskipun dengan jumlah yang semakin berkurang. Namun demikian, beberapa bank sentral mulai menaikkan suku bunganya akibat tekanan inflasi yang meningkat dan aktivitas perekonomian yang sudah pulih seperti Israel (+25bps), Kanada (+25bps), Selandia Baru (+25bps), dan Swedia (+25bps). Beberapa negara berkembang seperti di kawasan Amerika Latin dan Asia mulai menempuh normalisasi kebijakan guna meredam tekanan inflasi dan asset bubble. Beberapa bank Sentral di kawasan Asia yang menaikkan suku bunga pada Juli 2010 di antaranya India 9

12 (+50bps: reverse repo), Korea Selatan (+25bps), Malaysia (+25bps), dan Thailand (+25bps). Sementara di kawasan Amerika Latin, bank sentral yang menaikkan suku bunga di antaranya, Brazil (+25bps), Chile (+50bps), dan Peru (+25bps). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2010 diprakirakan mencatat pertumbuhan cukup tinggi ditopang oleh penguatan permintaan domestik dan masih tingginya permintaan eksternal. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih bertumpu pada permintaan domestik dengan kontribusi permintaan eksternal yang sedikit menurun. Konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh tinggi sejalan dengan masih kuatnya daya beli masyarakat serta dorongan faktor musiman menjelang hari raya Lebaran. Akselerasi investasi diprakirakan akan berlanjut pada triwulan III 2010 searah dengan membaiknya perekonomian global, iklim investasi yang cukup kondusif, dan indikasi positif realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Sementara itu di sisi eksternal, kinerja ekspor dan impor diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi. Di sisi penawaran, berbagai indikator ekonomi yang dicermati sampai dengan Juni 2010 menunjukkan bahwa kinerja sektoral pada triwulan III 2010 berpeluang tumbuh sesuai dengan prakiraan. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2010 diprakirakan masih akan terus meningkat. Perkembangan terkini dari indikator penuntun (leading indicator) konsumsi rumah tangga mengindikasikan pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat. Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga didukung oleh perkembangan indikator dini konsumsi yang hampir seluruhnya meningkat. Indikator konsumsi barang tahan lama dengan import content yang tinggi seperti mobil, motor, dan produk elektronik lain menunjukkan peningkatan (Grafik 2.3 dan 2.4). Sementara itu, indikator konsumsi lainnya seperti indeks penjualan eceran dan impor barang konsumsi mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan I Namun demikian, pengeluaran rumah tangga diperkirakan akan semakin kuat seiring dengan persiapan Hari Raya Idul Fitri sehingga mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III Di sisi pembiayaan, potensi kenaikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga terindikasi dari tren peningkatan penyaluran kredit konsumsi oleh Grafik 2.3 Pertumbuhan Penjualan Kendaraan Grafik 2.4 Pertumbuhan Penjualan Barang Elektronik Grafik 2.5 Kredit Konsumsi Riil dan Pembiayaan Riil 10

13 Grafik 2.6 Indeks Keyakinan Konsumen-SK BI Grafik 2.7 Pertumbuhan Investasi Bangunan - Nonbangunan Grafik 2.8 Indikator Investasi perbankan yang dibarengi dengan lonjakan pertumbuhan pembiayaan konsumen yang bersumber dari perusahaan pembiayaan (multifinance) (Grafik 2.5). Selain itu, pertumbuhan transaksi kartu kredit dan kartu debit pada Mei 2010 masih mencatat pertumbuhan yang positif sebesar 21,8% (yoy) dan 17,9% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Memasuki triwulan III 2010, keyakinan konsumen masih relatif terjaga meskipun dibayangi oleh risiko tekanan kenaikan harga. Keyakinan konsumen sampai dengan triwulan II 2010 masih membaik, namun memasuki triwulan III terindikasi sedikit menurun. Indikasi tersebut tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS hingga triwulan II 2010 yang meningkat menjadi 106,49 dibandingkan dengan ITK triwulan I 2010 sebesar 102,58. Hal ini terutama didorong oleh perkiraan konsumen akan meningkatnya pendapatan rumah tangga. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia juga menunjukkan kepercayaan konsumen selama semester I 2010 masih dalam tren membaik (Grafik 2.6). Kinerja investasi yang meningkat diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III Membaiknya kinerja investasi tersebut didukung oleh peningkatan permintaan domestik, masih tingginya permintaan ekspor, dan iklim usaha yang cukup kondusif. Perkembangan positif terutama terlihat pada investasi nonbangunan yang mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan I 2010 dan diperkirakan terus berlanjut ke triwulan III 2010 (Grafik 2.7). Indikasi positif peningkatan investasi nonbangunan tercermin dari meningkatnya kenaikan pertumbuhan impor barang modal, bahan baku dan penjualan kendaraan niaga sampai dengan Mei 2010 (Grafik 2.8). Sementara itu, masih tingginya konsumsi semen hingga Juni 2010 mengindikasikan masih meningkatnya realisasi investasi sektor bangunan dan proyek infrastruktur. Kondisi positif ini sejalan dengan menguatnya konsumsi rumah tangga, perkembangan suku bunga yang masih dalam kecenderungan menurun serta dukungan ekspor yang terus meningkat sejak triwulan IV 2009 (Grafik 2.9). Membaiknya pertumbuhan investasi didukung pula oleh iklim investasi domestik yang kondusif serta penyempurnaan berbagai peraturan investasi. Sementara itu, perkembangan sentimen bisnis negara mitra dagang yang terus membaik memasuki triwulan III 2010 diperkirakan akan memengaruhi investasi pada triwulan III Dukungan pembiayaan dari perbankan dan perusahaan pembiayaan semakin membaik yang terlihat dari pertumbuhan kredit investasi dan leasing yang menunjukkan perbaikan walaupun masih minimal (Grafik 2.10). 11

14 Pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2010 masih berada pada level yang tinggi meski melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan ekspor nonmigas pada Mei dan Juni Angka sementara pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2010 (April) mencapai 19% (yoy), stabil dibandingkan dengan triwulan I 2010 (rata-rata bulanan). Perlambatan ekspor migas pada awal triwulan II 2010 terutama akibat penurunan ekspor minyak, sementara ekspor gas cenderung terus meningkat sejak awal tahun. Sementara itu, perlambatan ekspor non migas selama triwulan II 2010 terjadi akibat perlambatan pada ekspor SDA dan penurunan pada sektor non SDA. Pertumbuhan volume ekspor nonmigas pada triwulan II 2010 mencapai 28% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2010 sebesar 75% (yoy). Namun demikian, masih tingginya pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2010 didorong oleh kondisi ekonomi global yang masih positif. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlangsung hingga triwulan III Proses pemulihan ekonomi global yang masih berlangsung mendorong masih tingginya kinerja ekspor. Perkembangan positif tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan dunia yang masih berada pada level yang tinggi dibandingkan dengan tahun 2009, serta indeks produksi negara tujuan ekspor utama yang masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Sementara itu, faktor nilai tukar rupiah yang masih cenderung apresiatif turut mendukung pertumbuhan ekspor melalui biaya impor bahan baku yang kompetitif. Di sisi migas, membaiknya perkembangan lifting minyak pada bulan Mei yang terus berlanjut ke bulan Juni, serta masih tingginya perkembangan harga minyak memengaruhi perkembangan ekspor migas selama triwulan II Perkembangan positif lifting minyak tersebut diperkirakan terus berlanjut hingga triwulan III Pertumbuhan impor pada triwulan III 2010 diprakirakan meningkat cukup tinggi ditopang oleh permintaan domestik yang menguat. Pergerakan indikator penuntun impor juga mengindikasikan bahwa pertumbuhan impor masih berada pada fase ekspansi. Kinerja impor selama semester I 2010 cenderung bergerak seiring dengan permintaan eksternal yang tinggi namun melambat pada triwulan II Data nilai riil pertumbuhan impor sampai dengan April 2010 (rata-rata) mencapai 26,8% (yoy), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami penurunan sebesar -15,6% (yoy). Angka pertumbuhan impor pada triwulan II-2010 (April) mencapai 20,9% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2010 sebesar 28,7% (yoy) (rata-rata bulanan). Grafik 2.9 Investasi, Ekspor, dan Impor Grafik 2.10 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Leasing 12

15 Perlambatan impor terjadi baik pada impor minyak maupun nonmigas yang mulai melambat pada Mei Namun demikian, memasuki triwulan III 2010, perlambatan impor lebih lanjut diperkirakan akan tertahan oleh terus membaiknya konsumsi dan investasi serta nilai tukar yang masih cenderung apresiatif dibandingkan tahun Di sisi migas, perlambatan impor seiring dengan kecenderungan melambatnya konsumsi minyak serta harga impor migas. Kinerja sektoral pada triwulan III 2010 diprakirakan masih akan tumbuh membaik. Sektor utama seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, serta sektor pertanian diprakirakan masih akan tumbuh sesuai dengan perkiraannya. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) menjadi faktor risiko yang perlu menjadi perhatian terutama untuk sektor-sektor yang membutuhkan pasokan listrik yang besar. Sejauh ini, kenaikan listrik sesuai yang diumumkan Pemerintah masih dalam rentang yang dapat diterima pengusaha. Sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh melambat dan mempunyai risiko cukup besar ke depan yaitu terkait dengan adanya perubahan musim, serangan hama, penurunan luas lahan, dan melambatnya kenaikan produktivitas. Beberapa sektor seperti sektor bangunan dan sektor keuangan masih memiliki potensi untuk tumbuh di atas perkiraannya seiring dengan perkembangan terkini yang masih menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor lainnya yaitu sektor pengangkutan tumbuh membaik yang tercermin dari peningkatan jumlah penumpang dan barang, impor alat transportasi, dan perkembangan kegiatan komunikasi yang tinggi. I n f l a s i Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Tekanan inflasi yang bersumber dari faktor non fundamental, khususnya dari kelompok volatile food, mendorong tingginya tekanan inflasi IHK pada Juli Inflasi IHK pada bulan laporan tercatat sebesar 1,57% (mtm) atau 6,22% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 0,97% (mtm) dan 5,05% (yoy) (Grafik 2.11). Kondisi anomali cuaca yang menyebabkan gangguan pada sisi produksi dan distribusi beberapa bahan pangan, terutama beras dan aneka bumbu-bumbuan, menambah tekanan inflasi kelompok volatile food. Sementara itu, kelompok administered prices masih menunjukkan tekanan inflasi yang cukup terkendali sehubungan dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang dampaknya belum 13

16 sepenuhnya tercermin pada inflasi bulan Juli Dari sisi fundamental, tekanan inflasi inti pada bulan Juli 2010 terutama bersumber dari kenaikan biaya pendidikan sejalan dengan pola musimannya dan siklus datangnya bulan puasa dan Lebaran. Sementara itu, tekanan inflasi inti yang berasal dari sisi eksternal cenderung rendah sejalan dengan tekanan inflasi impor yang minimal di tengah tren apresiasi rupiah. Laju inflasi administered prices pada bulan Juli 2010 menunjukkan tekanan inflasi yang terjaga di level yang rendah. Sumbangan inflasi kelompok ini pada bulan Juli terutama bersumber dari komoditas jasa pembuatan STNK 1, rokok kretek filter, dan bahan bakar rumah tangga (BBRT) yang masing-masing sebesar 0,26%, 0,01%, dan 0,01%. Dampak langsung kenaikan TDL per 1 Juli diperkirakan baru akan tercatat pada inflasi Agustus Sementara itu, sumber potensi tekanan inflasi lainnya yang berasal dari program konversi energi sejauh ini juga relatif terbatas tercermin dari sumbangannya yang hanya sebesar 0,01% pada inflasi bulan laporan. Program konversi di tahun 2010 berjalan lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya terkait dengan minimnya kesiapan depo-depo di daerah target konversi (terutama di luar Pulau Jawa). Dengan perkembangan tersebut, selama Juli 2010 kelompok administered prices mencatat inflasi bulanan yang terjaga di level yang rendah yaitu sebesar 1,24% (mtm) atau 3,74% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yaitu 0,19% (yoy) dari 2,60% (yoy). Kelompok volatile food mencatat inflasi yang cukup tinggi didorong oleh gejolak harga komoditas bahan pangan. Inflasi kelompok volatile food pada bulan Juli 2010 tercatat sebesar 5,46% (mtm) atau 16,18% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,70% (mtm) atau 11,51% (yoy). Curah hujan yang tinggi menyebabkan gangguan produksi dan distribusi bahan pangan. Beberapa komoditas yang rentan terhadap pengaruh iklim seperti beras, aneka bumbu, buahbuahan, dan aneka sayur mengalami lonjakan harga yang signifikan pada bulan laporan (Grafik 2.13). Sementara itu, perkembangan harga beberapa komoditas volatile food yang relatif bebas dari pengaruh iklim seperti kelompok aneka daging (daging ayam dan telur) menunjukkan peningkatan. Hal tersebut terkait dengan kenaikan harga DOC (day old chicken) sejalan dengan meningkatnya permintaan peternak menghadapi 1 Kenaikan indeks jasa pembuatan STNK didasari oleh PP No. 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara per 26 Juni Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%, mtm) Grafik 2.13 Inflasi Bahan Pangan Rentan Iklim Grafik 2.14 Inflasi Bumbu dan Komoditas Terkait 14

17 Grafik 2.15 Inflasi Beras dan Volatile Food Grafik 2.16 Perkembangan Harga Emas Domestik & Internasional bulan puasa dan Lebaran. Kenaikan harga beberapa komoditas bumbubumbuan dan beras mulai diikuti oleh peningkatan harga komoditas makanan olahan yang menggunakan bumbu dan beras sebagai bahan baku (input) (Grafik 2.14). Sementara itu, harga beras mengalami lonjakan yang diperkirakan disebabkan karena terjadinya penurunan produksi di sejumlah wilayah sentra produksi dan kenaikan biaya produksi, serta indikasi adanya perilaku spekulatif pedagang menjelang bulan puasa (Grafik 2.15). Kenaikan harga beras terjadi cukup tinggi pada bulan Juli hingga memberikan sumbangan sebesar 0,26% (mtm). Tekanan inflasi inti pada Juli 2010 masih cukup terkendali dengan sumber tekanan inflasi berasal dari pola musiman tahun ajaran baru dan kenaikan harga berbagai komoditas makanan olahan yang terkait dengan bumbu dan beras. Inflasi inti pada bulan Juli 2010 tercatat sebesar 0,49% (mtm) atau 4,15% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 0,34% (mtm) atay 3,97% (yoy). Sesuai dengan pola musimannya, inflasi inti pada bulan Juli 2010 bersumber dari sektor pendidikan seiring dengan masuknya tahun ajaran baru. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi inti juga disumbang oleh kenaikan inflasi dari kelompok makanan (processed food). Di sisi lain, secara umum ekspektasi inflasi sehubungan dengan kenaikan TDL belum signifikan terlihat. Komoditas/subkelompok yang dominan memberikan sumbangan inflasi dari kelompok inti adalah pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,06%), tarif kontrak rumah, nasi dengan lauk, gula pasir dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,02%. Sementara yang memberikan dampak disinflasi adalah emas (-0,04%) sejalan dengan penurunan harga emas internasional selama bulan Juli 2010 (Grafik 2.16). Grafik 2.17 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Nilai Tukar Rupiah Kondisi fundamental perekonomian domestik yang solid dan pasar keuangan global yang kondusif menopang pergerakan rupiah. Selama bulan Juli, secara rata-rata, nilai tukar menguat 1,07% menuju level Rp9.042 per dolar AS (Grafik 2.17). Pada akhir bulan Juli 2010 rupiah ditutup pada level Rp8.949 per dolar AS, atau menguat 1,24% (ptp) dibandingkan dengan Juni Apresiasi rupiah di bulan Juli 2010 disertai dengan volatilitas yang menurun. Tingkat volatilitas rupiah selama bulan Juli 2010 mencapai 0,19%, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 0,51% (Grafik 2.18). Stabilnya 15

18 pergerakan rupiah tersebut antara lain disumbang oleh stabilnya kondisi global dan efektivitas kebijakan Bank Indonesia antara lain melalui kebijakan one month holding period SBI sejak 7 Juli Dari sisi eksternal, kondisi perekonmian global yang membaik mendorong kinerja rupiah. Searah dengan kondusifnya pasar keuangan global, mayoritas nilai tukar global bergerak menguat terhadap dolar AS. Sentimen terhadap krisis utang Eropa sedikit mereda menyusul rilis indikator perekonomian kawasan Eropa yang masih menunjukkan perbaikan dan rilis hasil stress test perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan pasar. Relatif kondusifnya pasar keuangan global kembali memperbaiki minat berinvestasi investor global untuk menanankan dananya di kawasan emerging market, temasuk Indonesia. Dari sisi domestik, solidnya fundamental perekonomian domestik mendorong perbaikan indikator risiko investasi Indonesia. Pada akhir Juli 2010, EMBIG spread turun ke kisaran 313 bps, sementara yield spread Global Bond Indonesia dengan US T-Note turun ke 210 bps. Kepercayaan terhadap surat utang Indonesia juga meningkat, seperti tercermin pada turunnya CDS Indonesia sebesar 36 bps ke level 153 bps di akhir bulan laporan (Grafik 2.21). Terjaganya persepsi risiko domestik menyebabkan spread suku bunga yang sudah mempertimbangkan resiko (CIP, Covered Interest Parity) mengalami kenaikan ke level 4,05 % (Juli 2010) dari 3,85%(Juni 2010) dan masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara kawasan Asia (Grafik 2.22). Kinerja nilai tukar rupiah masih kondusif dalam menopang keseimbangan eksternal perekonomian. Tren apresiasi rupiah hingga data terkini belum memperlihatkan dampak negatif bagi kinerja ekspor (Grafik 2.23). Di sisi lain, apresiasi tersebut dapat memfasilitasi kenaikan impor bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi domestik. Dalam lingkup kawasan, secara relatif daya saing produk Indonesia tetap terjaga. Daya saing Indonesia masih berada di bawah Malaysia, Thailand dan Korea, namun masih lebih kompetitif dibandingkan Filipina, India dan China sejalan dengan laju inflasi domestik yang cenderung lebih stabil dibandingkan negara-negara tersebut. Grafik 2.18 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.19 Pergerakan Nilai Tukar Asia Grafik 2.20 Apresiasi/Depresiasi Rata-Rata Nilai Tukar 16

19 Grafik 2.21 Indikator Persepsi Risiko Indonesia Grafik 2.22 Indikator CIP Negara di Kawasan Asia Grafik 2.23 Nilai Tukar dan Ekspor-Impor Nonmigas Kebijakan Moneter Suku Bunga Perkembangan suku bunga PUAB cenderung stabil. Pasca pemberlakuan kebijakan pelebaran koridor suku bunga PUAB O/N dari +/- 50bps menjadi +/-100bps per 17 Juni 2010, suku bunga PUAB O/N bergerak stabil di sekitar BI Rate dengan rata-rata sebesar 6,17% pada Juli Selain itu, persepsi risiko di PUAB O/N juga tercatat relatif stabil sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku bunga tertinggi dan terendah yang tidak terlalu jauh berbeda dari bulan sebelumnya yakni sebesar 30bps. Serupa dengan suku bunga PUAB O/N, perkembangan pada suku bunga PUAB dengan tenor yang lebih panjang juga relatif stabil. Rata-rata suku bunga PUAB tenor di atas O/N bergerak pada kisaran 1 s/d 3bps, kecuali untuk tenor di atas hari. Dari sisi volume transaksi, rata-rata harian volume transaksi PUAB O/N dan seluruh tenor relatif stabil dari bulan sebelumnya yakni sebesar Rp6,3 triliun dan 9,1 triliun per hari. Kondisi tersebut terkait dengan masih besarnya ekses likuiditas perbankan. Di sisi suku bunga perbankan, perkembangan suku bunga deposito dan suku bunga kredit terus membaik. Pada Mei 2010, rata-rata suku bunga deposito seluruh tenor menurun sebesar 25bps, lebih baik dari bulan sebelumnya yang hanya menurun sebesar 9bps (Tabel 2.1). Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit (rata-rata suku bunga KMK, KI dan KK) pada Mei 2010 menurun sebesar 10bps, sama dengan jumlah penurunan di bulan sebelumnya. Suku bunga KMK, KI dan KK pada Mei 2010 masing-masing menurun sebesar 16, 3 dan 11bps menjadi 13,26%, 12,59% dan 15,23% (Grafik 2.24). Berbagai kondisi tersebut merefleksikan respons penurunan suku bunga perbankan yang terus berlanjut dan semakin membaik pada Mei Namun demikian, masih lambatnya respons penurunan suku bunga kredit terhadap penurunan suku bunga deposito masih terus menjadi perhatian Bank Indonesia. Suku bunga kredit yang masih relatif tinggi diharapkan akan terus mengalami penurunan sehingga mampu mendorong penyaluran kredit. Berdasarkan kelompok bank, penurunan suku bunga deposito terbesar disumbang oleh kelompok bank swasta sebesar 52bps khususnya untuk tenor 12 dan 24 bulan. Sementara itu, kelompok BPD, bank asing dan campuran serta bank persero masing-masing menurunkan suku bunga deposito sebesar 39, 19 dan 5bps. Dengan perkembangan 17

20 tersebut, maka secara rata-rata suku bunga deposito terendah berada pada kelompok bank asing dan campuran (6,94%), diikuti oleh kelompok bank persero (7,04%) dan bank swasta (7,48%). Untuk suku bunga kredit, penurunan suku bunga terbesar terjadi pada kelompok bank asing dan campuran. Suku bunga kredit pada kelompok bank tersebut turun sebesar 35bps pada Juli Di sisi lain, kelompok bank swasta dan BPD mencatatkan penurunan suku bunga kredit yang lebih rendah, masing-masing sebesar 13 dan 7bps. Sementara itu, kelompok bank persero justru tercatat menaikkan suku bunga kreditnya rata-rata sebesar 66bps. Dengan perkembangan tersebut, maka secara level suku bunga kredit terendah pada bulan Juli 2010 berada pada kelompok BPD (13,54%) diikuti oleh kelompok bank persero (13,69%) dan bank swasta (13,9%). Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran masih memberikan suku bunga kredit yang lebih tinggi dari kelompok bank lainnya yaitu sebesar 18,9%. Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun BI Rate 7,00 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 Penjaminan Deposito 7,50 7,25 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 Dep 1 bulan (Weighted Average) 8,52 8,31 7,94 7,43 7,38 7,16 6,87 7,09 6,93 6,77 6,89 6,76 na Base Lending Rate 13,40 13,20 13,00 12,96 13,01 12,94 12,83 12,65 12,66 12,58 12,62 12,58 12,50 Kredit Modal Kerja (KMK) 14,52 14,45 14,30 14,17 14,09 13,96 13,69 13,75 13,68 13,54 13,42 13,26 na Kredit Investasi (KI) 13,78 13,58 13,48 13,20 13,20 13,03 12,96 13,24 13,21 12,72 12,62 12,59 na Kredit Konsumsi (KK) 16,63 16,66 16,62 16,67 16,53 16,47 16,42 16,32 16,36 15,42 15,34 15,23 na Dana, Kredit, dan Uang Beredar Pertumbuhan DPK meningkat sejalan dengan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Pada Juni 2010, pertumbuhan DPK mencapai 14,9% (yoy) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 12,9% (yoy) (Grafik 2.25). DPK meningkat sebesar Rp82,8 triliun pada Juni 2010 dan selama tahun 2010 meningkat sebesar Rp123,0 triliun (6,2%, ytd) menjadi Rp2,096 triliun. Meningkatnya pertumbuhan DPK pada Juni 2010 ditopang oleh seluruh komponennya yakni giro, tabungan dan deposito. Pertumbuhan giro, tabungan dan deposito masing-masing meningkat menjadi 16,8%, 18,6% dan 11,7% (yoy) dari bulan sebelumnya masing-masing sebesar Grafik 2.24 Perkembangan Berbagai Suku Bunga 18

21 Grafik 2.25 Pertumbuhan Kredit, DPK, dan BI Rate 9,9%, 18,1% dan 11,3% (yoy). Perkembangan tersebut sejalan dengan tingginya pertambahan giro khususnya milik sektor swasta non-keuangan dan pertambahan tabungan khususnya milik perseorangan. Kondisi tersebut mengkonfirmasi perbaikan aktivitas ekonomi di sektor riil. Di sisi lain, transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit mencatat peningkatan. Pada Juni 2010, pertumbuhan kredit terus meningkat menjadi 18,0% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 16,6% (yoy). Kredit (dengan channeling) meningkat sebesar Rp54,6 triliun pada Juni 2010 atau meningkat sebesar Rp145,0 triliun selama tahun 2010 (9,9%, ytd). Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan peningkatan kredit pada periode yang sama tahun 2009, dan bahkan telah menyamai pola pertambahan kredit di tahun 2008 (periode kredit ekspansif, sebelum krisis). Pertumbuhan kredit yang semakin akseleratif juga ditunjukkan oleh data Laporan Harian Bank Umum (LHBU) terkini yang mengindikasikan pertumbuhan kredit pada Juli 2010 dapat mencapai 19,69% 2 (yoy) dan 11,1% (ytd). Selain pertumbuhannya yg terus meningkat, kualitas kredit juga membaik sebagaimana terlihat dari pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) yang cenderung akseleratif. Pertumbuhan KMK pada Mei 2010 terus meningkat menjadi 12,7% (yoy) dari bulan sebelumnya yang hanya sebesar 10,3% (yoy). Dengan pangsa KMK yang mencapai 47,9% dari total kredit, maka kontribusi pertumbuhan KMK terhadap pertumbuhan kredit semakin membaik. Seiring dengan itu, pertumbuhan KI pada Juni 2010 (pangsa sebesar 21,2% dari total kredit) juga meningkat menjadi 25,2% (yoy) dari bulan sebelumnya masing-masing 16,5% (yoy). Pertumbuhan KK mulai melambat menjadi 25,0% (yoy), dibanding bulan sebelumnya sebesar 29,9% (yoy) (Grafik 2.26). Perkembangan kredit yang semakin positif tersebut tak lepas dari perbaikan kondisi ekonomi domestik yang juga didukung oleh suku bunga kredit yang terus menurun. Selain itu, pertumbuhan kredit yang lebih akseleratif dibandingkan dengan pertumbuhan DPK juga memberikan indikasi positif akan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan ke sektor riil. Grafik 2.26 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan Secara sektoral, pertumbuhan kredit masih ditopang oleh sektor lainnya. Pertumbuhan kredit sektor lainnya pada Juni 2010 tercatat sebesar 36,1% (yoy) dan memiliki pangsa 33,8% dari keseluruhan total kredit. Namun demikian, beberapa sektor fundamental seperti perdagangan, industri 2 Data LHBU per 30 Juli

22 pengolahan, dan jasa dunia usaha menunjukkan perkembangan yang semakin positif. Pertumbuhan kredit ke sektor pertambangan juga melonjak menjadi 84,8% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 79,7% (yoy). Berdasarkan valutanya, pertumbuhan kredit Rupiah pada Juni 2010 mencapai 21,5% (yoy) atau meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 20,5% (yoy), sedangkan kredit valas tumbuh sebesar 5,0% (yoy) setelah bulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,1% (yoy). Dengan perkembangan demikian, pertumbuhan kredit valas pada Juni 2010 mencapai 16,9% (yoy) atau meningkat dari bulan sebelumnya 14,4% (yoy). Akselerasi kredit valas tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan impor khususnya untuk barang modal berupa kendaraan penumpang dan peningkatan DPK valas. Grafik 2.27 Pertumbuhan Base Money dan Currency Likuiditas perekonomian cenderung meningkat seiring dengan perbaikan aktivitas ekonomi. Pada Juli 2010, pertumbuhan base money mencapai 14,2% (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 2.27). base money sejak awal tahun berada dalam tren yang meningkat, terutama didukung oleh meningkatnya permintaan uang kartal masyarakat. Pertumbuhan uang kartal pada Juli 2010 mencapai 13,6% (yoy) meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 9,5% (yoy). Likuiditas perekonomian M1 dan M2 tumbuh stabil. Pada Juni 2010, pertumbuhan likuiditas perekonomian khususnya M1 relatif stabil pada level 12,4% (yoy), dibandingkan dengan bulan sebelumnya (12,6%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan M2 pada Mei 2010 mengalami peningkatan menjadi 14,5% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 12,9% (yoy) (Grafik 2.28). Secara tren, sejak awal tahun pertumbuhan M1 dan M2 cenderung stabil, meskipun masih tumbuh lebih rendah dari pola sebelum krisis. Pertumbuhan M1 terlihat sejalan dengan pertumbuhan PDB sehingga dapat menjadi indikasi awal perbaikan kondisi ekonomi. Pasar Saham Perkembangan di pasar saham kondusif. Kebijakan moneter yang cenderung longgar, stabilnya kondisi makro perekonomian serta faktor risiko eksternal yang cenderung turun mendorong peningkatan harga aset, termasuk IHSG. Dari sisi makroekonomi, beberapa faktor yang mendorong kinerja IHSG yaitu nilai tukar yang relatif stabil, inflasi yang cukup rendah, serta penguatan ekonomi yang diperkirakan terus berlanjut. Grafik 2.28 Pertumbuhan Uang Beredar 20

23 Grafik 2.29 IHSG dan Indeks Regional Grafik 2.30 IHSG dan Rata-Rata Harian Volume Perdagangan Dari sisi eksternal, hal ini searah dengan ekspektasi laba emiten global yang meningkat serta valuasi aset global yang neutral (not expensive). Penguatan IHSG pada Juli 2010 juga masih terkait dengan dampak dari faktor kebijakan 3 dan kenaikan outlook sovereign credit rating 4. Pada Juli 2010, IHSG menguat 5,3% dan mampu mencapai level penutupan all time high di level 3096,8 5 dan ditutup pada level 3.069,28. Pencapaian tersebut, relatif sejalan dengan kinerja indeks beberapa negara di kawasan regional yang cenderung tumbuh positif pada Juli 2010 (Grafik 2.29). Sementara itu, dari sisi mikro emiten, penerbitan laporan keuangan triwulan I 2010 yang dinilai cukup baik serta ekspektasi positif terhadap laporan keuangan semester I 2010 turut menyokong pertumbuhan IHSG pada Juli Penerbitan laporan keuangan triwulan I 2010 memberikan indikasi bahwa fundamental emiten cukup baik. Hampir seluruh sektor membukukan peningkatan laba. Kinerja yang cukup baik juga tercermin dalam indikator Return On Asset (ROA). Pembagian dividen oleh beberapa emiten juga merupakan indikator masih cukup kuatnya fundamental emiten Bahkan, terkait dengan penyampaian laporan keuangan semester I 2010, pelaku pasar masih memiliki ekspektasi kinerja yang positif, khususnya pada sektor perbankan. Kondusifnya lingkungan makro dan mikro ekonomi pada akhirnya mendorong arus modal asing untuk masuk. Beli asing neto selama Juli 2010 tercatat sebesar Rp4,8 triliun atau naik sebesar Rp2,2 triliun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Aksi beli asing di pasar saham cukup mampu menopang kinerja IHSG untuk tetap tumbuh positif. Namun demikian, peningkatan aktivitas asing tersebut belum diikuti oleh kenaikan volume perdagangan saham. Volume perdagangan saham mencapai Rp3,5 triliun per hari atau turun tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai Rp4,2 triliun per hari (Grafik 2.30). 3 Kebijakan makro seperti BI rate dan 6 Paket Kebijakan Penguatan Manajemen Moneter dan Pengembangan Pasar Keuangan. 4 Upgrade Outlook oleh Moody s dari stabil menjadi positif. Outlook positif ini berlaku untuk sovereign credit rating Indonesia yang saat ini berada di level Ba2 local and foreign currency sovereign rating. Kemudian juga untuk untuk Ba1 foreign currency bond ceiling dan Ba3 foreign currency deposit ceiling. 5 Pencapaian all time high level terjadi pada 29 Juli

24 Pasar SBN Kebijakan moneter yang cenderung longgar dan penurunan faktor risiko eksternal ditransmisikan cukup baik ke pasar SBN, dalam bentuk penurunan yield. Dari sisi makroekonomi, faktor dibalik penguatan kinerja SBN tersebut adalah nilai tukar yang relatif stabil, inflasi yang cukup rendah, perbaikan rating, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. Di samping itu, kinerja SBN juga ditopang oleh relatif terbatasnya risiko fiskal serta kesinambungan fiskal yang masih terjaga. Dari sisi kebijakan, hal ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% serta penerapan one month hoding period SBI. Dengan perkembangan tersebut, yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing terus menurun sebesar 19,0bps, 23,2bps dan 50,1bps sehingga secara umum yield turun 28,3bps dan ditutup pada level 8,0% (Grafik 2.31). Grafik 2.31 Yield SBN, BI Rate dan SBI 1 Bulan Peningkatan arus modal masuk di pasar SBN selama Juli 2010 semakin mendorong perbaikan kinerja SBN, khususnya di jangka pendek dan panjang. Sementara itu, yield SBN jangka menengah dengan tenor 8-9 tahun cenderung stabil. Secara umum, perilaku asing tersebut didorong oleh persepsi positif terhadap relatif tingginya imbal hasil yang ditawarkan dibandingkan dengan negara kawasan. Posisi asing di SBN naik sebesar Rp10,1 triliun selama Juli 2010, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai net beli sebesar Rp17,9 triliun. Peningkatan net beli investor asing di pasar SBN tersebut di atas belum diikuti oleh aktivitas perdagangan secara umum. Secara historis, peningkatan aktivitas asing umumnya diikuti oleh kenaikan volume perdagangan. Volume perdagangan pada Juli 2010 turun dari Rp5,5 triliun per hari menjadi Rp3,6 triliun per hari (Grafik 2.32). Meskipun demikian, kondisi tersebut tidak mencerminkan adanya penurunan market confidence. Pasar Reksadana Kinerja positif underlying asset pendapatan tetap (SBN) mendorong pertumbuhan reksadana, sementara kinerja reksadana saham justru terkoreksi tipis. Pada Juni 2010, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana tumbuh 1,15%. Dengan perkembangan tersebut, sepanjang tahun 2010 (sampai dengan Juni) pertumbuhan NAB reksa dana meningkat 8,40% menjadi Rp122,6 triliun. Berdasarkan jenisnya, reksadana saham, pendapatan tetap, dan campuran masing-masing tumbuh sebesar-4,4%, Grafik 2.32 Yield SBN dan Volume Perdagangan Harian 22

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2008 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Telepon : Fax : Website :

Telepon : Fax : Website : Untuk informasi Lebih lanjut hubungi : Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : + 62 21 381 8180 + 62 21 381 8163

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 1,494.165 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap

CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap CENTURY PRO FIXED Dana Investasi Pendapatan Tetap 31-Jan-17 NAV: 2,098.321 CENTURY PRO Adalah gabungan dari produk asuransi seumur hidup (whole life) dan investasi dimana Pemegang Polis mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang 31-Jan-17 NAV: 1,355.077 CARLISYA PRO Adalah gabungan dari Dana Tabarru dan Dana Investasi dimana Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter - September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter September 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG)

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang SAFE 29-Jan-16 NAV: 11.00% Tabel Kinerja CARLink SAFE Total Dana Kelolaan 1,286,637,672.00 Memberikan hasil investasi yang kompetitif dengan mengutamakan keamanan dan tingkat likuiditas yang tinggi. Pasar

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006 Kondisi moneter pada triwulan II-2006 masih menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Hal ini tercermin dari nilai tukar yang masih menguat, inflasi

Lebih terperinci

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Surabaya 21 Desember 2016 OUTLINE 2 Perekonomian Global Perekonomian Nasional Kebijakan

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Agustus 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci